Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
328 PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR
Jatmiko Tri Ananto1, Rangga Bagus M2 Universitas PGRI Semarang
[email protected],[email protected]
Abstrak
Self efficacy berperan penting dalam pengambilan keputusan karir seseorang.
Beberapamahasiswa masih tampak ragu dengan jurusan yang ia pilih, ini menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki self efficacy yang rendah. Oleh karena itu, peran konselor didalam perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk memberikan bimbingan karir guna memberikan informasi bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa mampu mempertimbangkan, merencanakan, memilih, memecahkan masalah hingga memutuskan suatu hal yang berhubungan dengan karir.
Kata Kunci: Self Efficacy, Konselor Perguruan Tinggi, Pengambilan Keputusan Karir
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan untuk menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan dan mampu bersaing didalam dunia. Dalam perjalanan menyiapkan lulusan yang berkualitas tentunya tak terlepas dari peran dan usaha mahasiswa, karena mahasiswa sebagai actor of change harus mampu merencanakan dan menentukan masa depannya dan karirnya. Ditambah lagi dengan inovasi- inovasi yang terus bermunculan seiring dengan perkembangan zaman, semakin berkembangnya zaman tentunya ilmu harus semakin diperbarui. Menurut Hurlock (1980) salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mulai bekerja. Itu berarti mahasiswa sudah harus mampu mengambil keputusan karir yang sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri didunia kerja.
Namun dari hasil pengamatan di lapangan mahasiswa masih belum siap untuk menghadapi tantangan didunia kerja, salah satunya tidak cukup percaya diri untuk bersaing di dunia kerja, tidak mengetahui standar kualifikasi untuk jabatan tertentu dan lainnya. Hal inilah yang menjadi keresahan mahasiswa dalam mengambil keputusan.
Menurut Bandura (dalam Yudi Ganing dan Hudaniah, 2013) mendefinisikan self efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang akan kemampuan untuk menyusun dan mengarahkan tingkah lakunya untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Menurut Alwisol (2008) self efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
329 dalam situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan
Sedangkan menurut Ginzberg (dalam Wicaksono, 2010) pengambilan keputusan karir adalah suatu proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan pekerjaan. Pengambilan keputusan karir juga bisa dikatakan proses dimana seseorang menentukan, memilih sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan
Terdapat fakta yang menyebutkan bahwa tidak semua mahasiswa semester akhir dapat melakukan pengambilan keputusan karirnya. Penelitian di Universitas Padjajaran (Hami, Azhar El., dkk, 2006) menunjukkan bahwa 52,8% mahasiswa tingkat akhir belum mencapai kematangan karir yaitu secara umum masih berada pada taraf belum siap dalam menentukan pilihan karirnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik, catatan terakhir pada Februari 2016 menunjukkan bahwa sarjana penganggur mencapai 695 ribu jiwa. Itu meningkat 20% dibanding catatan Februari 2015. Berdasarkan data tersebut angka menunjukkan bahwa pengangguran untuk lulusan universitas masih tergolong tinggi dan dapat menunjukkan indikasi bahwa terdapat suatu masalah dalam pengambilan keputusan karir tersebut.
Menurut teori Shertzer dan Stone (dalam Winkel dan Hastuti, 2004) disebutkan bahwa dalam memutuskan sebuah karir akan selalu berkaitan dengan dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan, inteligensi, bakat, minat, sifat, kepribadian, pengetahuan, dan keadaan fisik. Sedangkan faktor eksternal diantaranya dipengaruhi oleh pendidikan sekolah, pergaulan teman sebaya, dan masyarakat.
Tentunya untuk bisa mengetahui itu semua, seseorang harus mempunyai self efficacy yang baik, tinggi rendahnya efikasi diri (self efficacy) dalam mengemban suatu tugas akan menentukan kualitas seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan memiliki keyakinan, motivasi serta harapan dalam mengerjakan suatu hal, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, self efficacy sangat penting sekali dalam pengambilan keputusan karir
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yosafat dalam jurnal milik Florence J.
Peilouw dan M Nursalim (2013) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara career self efficacy dengan pengambilan keputusan karir. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudi Ganing Dwi Utami dan Hudaniah (2013) mengatakan bahwa semakin tinggi self efficacy semakin tinggi pula kesiapan kerjanya, begitu juga sebaliknya. Itu berarti
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
330 self efficacy juga sangat berguna dalam menentukan, merencanakan, serta mengambil keputusan karir
Dikutip dari Okezone News, menurut Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) Irene Guntur, M.Psi., Psi., CGA, sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Hal tersebut karena mahasiswa masih ragu dalam memilih jurusan karir, sehingga mereka sembarangan memilih jurusan
Berdasarkan beberapa hal diatas, peneliti tertarik untuk menulis gagasan dengan maksud untuk mengetahui Pengaruh Self Efficacy Terhadap Pengambilan Keputusan Karir
PEMBAHASAN
1. Pentingnya Mahasiswa Memper-siapkan Karirnya
Peranan mempersiapkan karir pada mahasiswa sangatlah penting karena dengan perencanaan karir yang baik mahasiswa dapat dengan mudah mengendalikan arah karirnya. Adapun pentingnya mempersiapkan karir adalah: a) dapat mengelola jalur karir menuju target. b) mengidentifikasi tujuan karir jangka pendek dan jangka panjang c) mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan. d) mengurangi kemungkinan pengangguran.
2. Langkah–langkah dalam Persiapan Karir
Dalam mempersiapkan karir tentunya seseorang mempunyai beberapa tahapan ataupun langkah-langkah untuk mempersiapkan karir. Adapun langkah-langkah dalam persiapan karir adalah sebagai berikut: 1) mengukur kemampuan diri sendiri. 2) menetapkan tujuan karir. 3) menyiapkan berbagai macam rencana. 4) melaksanakan atau merealisasikan rencana tersebut.
3. Hal yang diperlukan dalam Persiapan KariR
Menurut Siti S. Fadhilah dkk. (2015) Hal yang perlu dipersiapkan dalam persiapan karir adalah 1) Informasi dan pemahaman tentang diri sendiri, tentang bakat, minat, kecerdasan, kebutuhan, kekuatan, dan kelemahan, sifat-sifat, cita-cita dan nilai-nilai yang dimiliki. 2) Informasi tentang dunia kerja misalnya, jenis jenis pekerjaan yang ada, persiapan persiapan yang harus dilakukan, seperti pendidikan dan latihan tertentu maupun perspektif yang harus dihadapi jika memilihkarier/pekerjaan tertentu. 3) Informasi tentang nilai-nilai yang meliputi berbagai nilai-nilai kehidupan baik yang ada pada dirinya, yang ada di masyarakat dan yang diperlukan di berbagai jenis pekerjaan.
4. Bimbingan Karir Guna Mempersiapkan Karir
Pada dasarnya, dalam mempersiapkan karir, mahasiswa memerlukan arahan dari pihak
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
331 lain yang berkompeten, diantaranya adalah konselor karir melalui bimbingan karir.
Menurut Winkel (dalam Tohirin, 2015) Bimbingan Karir merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Menurut Sukardi (1989) Bimbingan karir lebih menitik beratkan pada perencanaan kehidupan yang harus dimiliki terlebih dahulu, serta lingkungan sekitarnya agar mereka memperoleh dan memiliki pandangan yang luas dan positif tentang karir di masyarakat.
Sedangkan bimbingan jabatan lebih menekankan pada layanan yang berpusat pada pemberian informasi pasar kerja dan jabatan. Dengan adanya bimbingan karir individu akan memiliki pandangan yang positif tentang perencanaan karir, selain itu individu akan lebih optimis karena telah memiliki pandangan yang luas dan positif mengenai pengambilan keputusan karir, serta individu yakin akan pekerjaan yang akan ditekuni kelak.
Menurut Siti S. Fadhilah dkk (2015) bimbingan karier berupaya membantu mahasiswa agar mereka memiliki kematangan karier, sehingga mereka memperoleh: 1) pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan dirinya. 2) kesadaran terhadap nilai- nilai yang ada pada dirinya dan yang terdapat pada orang lain serta dalam masyarakat. 3) pengenalan terhadap berbagai jenis dan macam pekerjaan yang berkaitan dengan potensi dan minatnya, jenis-jenis pendidikan lanjut dan latihan yang mempersiapkannya untuk bidang keahlian tertentu. 4) kesadaran akan kebutuhan masyarakat dan negaranya yang berkembang. 5) kemampuan mengambil keputusan dan membuat rencana untuk merealisasi keputusan yang diambilnya. 6) persiapan yang membantu mereka memasuki dunia kerja. 7) kemampuan memecahkan masalah khusus yang berhubungan dengan kariernya. 8) penghargaan yang sehat terhadap kerja.
Jadi penulis dapat menuliskan bahwa peran konselor dalam bimbingan karir di perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
1) Membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan mengarahkan diri, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Self efficacy dalam bimbingan karir mampu memberikan gambaran seberapa jauh individu dapat mengukur seberapa besar kemampuan yang dimiliki dalam dirinya sehingga mahasiswa akan lebih memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengembangkan dirinya, memecahkan masalah yang seang dihadapinya
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
332 dan mampu memberikan kesiapan mahasiswa untuk mengambil keputusan. Misalnya, mahasiswa bingung mengenai karir yang akan dipilih, lalu dengan bantuan konselor menggunakan persuasi sosial atau persuasi verbal, memberikan masukan dan nasehat, mahasiswa menjadi mengerti kemampuan yang dimiliki. Jika mahasiswa tersebut mempunyai potensi dibidang olahraga, namun mahasiswa tersebut ragu, konselor bisa memberikan persuasi agar mahasiswa tersebut yakin dan mampu mengambil keputusan yang terbaik.
2) Membantu mahasiswa memiliki kesadaran diri secara penuh untuk memahami dan mengenal dirinya sendiri serta tuntuntan lingkungan. Dengan adanya pemahaman tentang kesadaran diri mahasiswa akan lebih mudah untuk mampu bersikap positif pada dirinya dan lingkungannya dalam merencanakan karirnya. Misalnya mahasiswa diberikan pemahaman mengenai (mastery experience) atau pengalaman keberhasilan atau kegagalan dalam hidupnya. Untuk meningkatkan self efficacy seseorang konselor hendaknya mengingatkan tentang pengalaman keberhasilan mahasiswa, misalnya pengalaman sukses berbisnis, pengalaman sukses dibidang tertentu dan yang lainnya. Hal ini akan meningkatkan self efficacy individu dan menyadari bahwa ia mampu berhasil dan sanggup mengatasi tuntutan lingkungan.
3) Membantu mengenalkan berbagai jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Self efficacy dalam bimbingan karir bisa mengarahkan mahasiswa untuk mengenal, memilih ataupun memutuskan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan. Adapun yang harus dilakukan konselor adalah salah satunya menggunakan modeling sosial atau mengarahkan kepada pengalaman orang lain (vicarious experience) guna untuk menjadikan orang lain yang memiliki minat, pekerjaan atau kemampuan yang sama sebagai contoh, teladan ataupun role model. Misalnya, mahasiswa miskin namun ingin kaya dengan berbisnis, konselor bisa menunjukkan contoh pengalaman orang lain yang sukses berbisnis meskipun berasal dari keluarga miskin. Dengan hal ini mahasiswa akan mampu percaya diri, yakin, termotivasi dan memiliki pandangan akan pekerjaan yang akan dipilih.
KESIMPULAN
Dilihat dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa self efficacy dapat memengaruhi pengambilan keputusan karir seseorang, terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diatas. Namun, beberapa mahasiswa masih menunjukkan perilaku yang menunjukkan
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
333 self efficacy yang rendah seperti tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki, menganggap tugas adalah beban dan tidak mau mengambil tantangan. Oleh sebab itu dibutuhkan bantuan dari konselor ditiap perguruan tinggi. Bantuan tersebut bisa berupa pemberian informasi berkenaan dengan karir, perencanaan karir, ataupun bimbingan karir, agar mahasiswa bisa memperoleh bantuan dalam mengambil keputusan karir dalam bidupnya.
Selain itu penulis juga ingin memberikan beberapa saran yang bertujuan demi kebaikan penulis dan kebaikan masyarakat, yakni dengan meningkatkan pelayanan karir bagi mahasiswa ditiap perguruan tinggi menjadi lebih baik lagi. Bila mahasiswa dibekali perencaan karir yang bagus, bisa saja mahasiswa mempunyai self efficacy yang tinggi dan berdampak pada pengambilan keputusan karirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A.I.D. (2009). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan KecemasanBerbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UniversitasSumatera Utara.Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ardiyanti, Difa dan Asmadi Alsa. (2015). Pelatihan “PLANS” untuk Meningkatkan Efikasi Diri. E- JURNAL GAMA JPP. Vol. 1. No. 1 dalam Pengambilan Keputusan Karir
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
______. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
Dwi Utami, Yudi Ganing dan Hudaniah. (2013). Self Efficacy Dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 1 No. 1.
Fadhilah, Siti S. dkk (2015). Bimbingan Karier di Perguruan Tinggi Melalui Pemberian Life Skills dan Link and Match untuk Mewujudkan Masa Tunggu Memperoleh Pekerjaan Pendek. Jurnal Paedagogia, Vol. 18 No. 2.
Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Ghufron, M.N. dan Risnawati, S. R. (2011). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Hami, Azhar El., dkk. (2006). Gambaran Kematangan Karir pada Para Calon Sarjana dilingkungan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Skripsi Sarjana Unpad.
Bandung: Tidak Diterbitkan
Harahap, Rachmad Faisal. 2014. Duh, 87% Mahasiswa Indonesia Salah Jurusan! Dikutip dari https://news.okezone.com/read/2014/02/24/373/945961/duh-87-mahasiswa- indonesia-salah-jurusan pada tanggal 5 November 2017.
Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017
“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
334 Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Omrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Peilouw, Florence J. dan M. Nursalim. (2013). Hubungan Antara Pengambilan Keputusan dengan Kematangan Emosi dan Self-Efficacy pada Remaja. Jurnal Character. Vol. 1 No. 2
Sitti Rahmaniar Abubakar. (2011). Pelaksanaan Bimbingan Karir Bagi Siswa Sebagai Persiapan Awal Memasuki Dunia Kerja. SELAMI IPS. Vol. 1 No. 34
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Edisi revisi Surabaya: Srikandi Ghalia
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati. (1993). Panduan Perencanaan Karir.
Surabaya: Tarsito.
Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Tes dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional.
Susilowati, Nurdian (2012). Sikap Mahasiswa Terhadap Undang Undang Akuntan Publik Pada Optimisme dan Perencanaan Karir. Universitas Negeri Semarang
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergrasi).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wicaksono, Luhur. (2010). Pengaruh Informasi Karier terhadap Pengambilan Putusan Karier Siswa SMA.Jurnal Guru Membangun Vol. 23, No. 1
W.S. Winkel dan Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.