• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DOSIS AZOLLA DAN SKARIFIKASI BIJI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King.) - Repository Universitas Panca Marga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH DOSIS AZOLLA DAN SKARIFIKASI BIJI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King.) - Repository Universitas Panca Marga"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

33

Pengamatan tumbuh tunas dilakukan dengan cara melihat tunas yang muncul pada hari ke berapa penelitian. Pengamatan ini dilakukan setiap hari. Hasil analisa sidik ragam untuk parameter tumbuh tunas dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Analisa Sidik Ragam Hari Tumbuh Tunas (hari) Akibat Pengaruh Perlakuan DosisAzolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

SK db JK KT Fhit F tab

5% 1%

Ulangan 2 15,73 7,864 1,429

Perlak 11 57,32 5,211 0,947 ns 2,26 3,18

D 2 2,98 1,488 0,270 ns 3,44 5,72

S 3 12,23 4,077 0,741 ns 3,05 4,82

D x S 6 42,12 7,019 1,276 ns 2,55 3,76 Galat 22 121,05 5,502

Total 35 194,10

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata ns : berbeda tidak nyata

Berdasarkan uji F pada tabel analisa sidik ragam diatas, menujukkan bahwa faktor tunggal perlakuan dosis Azolla (D) memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter tumbuh tunas dan perlakuan skarifikasi benih (S) juga memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter tumbuh tunas.

Sedangkan interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter tumbuh tunas.

(2)

Tabel 4.2. Rerata tumbuh tunas (hari) Akibat Pengaruh Faktor Tunggal Pemberian Dosis Azolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

Perlakuan Rerata tumbuh tunas (hari)

D1 28,46 a

D2 28,88 a

D3 29,16 a

BNT 5% -

S0 29,10 a

S1 29,53 a

S2 27,94 a

S3 28,74 a

BNT 5% -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

Perlakuan pemberian dosis Azolla 4,5 gram/polybag (D1) merupakan pemberian terkecil pada penelitian ini dibandingkan dengan perlakuan 9 gram/polybag (D2) dan perlakuan 13,5 gram/polybag (D3) tetapi mampu menumbuhkan tunas lebih cepat. Diasumsikan bahwa dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Schroth dan Sinclair (2003) bahwa tanaman dapat bertahan dan berkembang dengan cara terbaik jika nutrisi diberikan kepada mereka dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat.

Jika nisbah C/N rendah maka bahan organik akan mudah terdegradasi.

Azolla memiiki C/N ratio bernilai 9, termasuk kedalam kategori yang rendah dan sehingga mudah terdekomposisi. Menurut pendapat Nusifera (2001), bahwa zat dengan rasio C/N rendah akan terurai lebih cepat daripada zat dengan rasio C/N tinggi. Rasio C/N dianggap tinggi jika lebih besar dari 15, dan rendah jika lebih rendah dari 10. Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan

(3)

berdampak signifikan terhadap kuantitas dan sumber bahan organik. Jika jumlah unsur hara yang diberikan cukup untuk kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan dan perkembangannya akan meningkat. Hari tumbuh tunas diukur untuk mengetahui laju perkecambahan. Kecepatan benih berkecambah mengacu pada seberapa cepat dan ganasnya benih itu tumbuh. (Poerwidodo, 1992 dalam Hastuti, 2016).

Berdasarkan rata – rata hari tumbuh tunas diperoleh rerata tercepat pada perlakuan tunggal dosis azolla dengan dosis 4,5 gram/polibag (D1) yang paling cepat diantara perlakuan yang lain (D2 dan D3) yaitu selama 28,46 hari. Benih mahoni yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih dengan sayap 25%

dan menurut hasil penelian Hastuti (2016) benih dengan sayap 25% mempunyai rata-rata hari berkecambah selama 25,32 hari.

Menurut Irawan dkk (2020), tanaman mahoni termasuk dalam golongan tanaman dengan kecepatan tumbuh yang lambat/slow grow. Selain termasuk dalam kategori kecepatan tumbuh yang lambat, laju perkecambahan biji mahoni juga dipengaruhi oleh adanya keberadaan sayap pada biji dan beberapa faktor antara lain yaitu faktor dalam biji berupa dormansi dan variabel eksternal benih, seperti air, suhu, oksigen, dan medium. berupa gen, suplai makanan dalam biji, hormon, ukuran biji dan kekerasan. (Purnobasuki, 2011 dalam Imamsari dan Haryati, 2017).

Biji ortodoks adalah biji yang biasanya memiliki kulit tebal, keras, kadar air rendah, dan dapat disimpan dalam waktu lama (tahunan). Misalnya, cokelat

(4)

kecil, mangium, dan sengon. Masalah dengan dormansi benih adalah kulit yang tebal dan kaku ini.

Karena kesulitan perkecambahan yang dihasilkan oleh masalah dormansi benih ini, ia bertindak sebagai penghalang mekanis untuk lewatnya udara dan gas. Sel-sel seperti polisade dengan zat kutikula berlilin yang menutupi permukaan lapisan kulit inilah yang memberikan ketebalan kulit biji (Sutopo, 2002 dalam Hamzah, 2014). Terapi fisik, termasuk skarifikasi atau penghilangan beberapa testis, perawatan mekanis yang melibatkan perendaman dalam air panas pada suhu tinggi (85 ° dan 90 ° C), dan perawatan kimia yang melibatkan perendaman dalam asam sulfat (H2SO4) untuk mendorong perkecambahan biji dan pertumbuhan vegetatif adalah semua diperlukan untuk mengatasi ini.

Pengamplasan, pengarsipan, pemotongan, dan penyisipan jarum langsung di tempat berkembang sampai embrio terlihat merupakan perawatan skarifikasi mekanis (lebar 5mm). Skarifikasi mekanis meningkatkan kadar air lebih cepat, yang mendorong benih berkecambah dengan mengurangi ketahanan mekanis kulit benih terhadap imbibisi (Purnobasuki, 2011 dalam Imamsari dan Haryati, 2017).

Karena biji mahoni membutuhkan waktu lama untuk tumbuh, skarifikasi tidak membuat perbedaan yang berarti dalam perawatan ini. Tanaman mahoni adalah tanaman yang memiliki masa dormansi relatif lama pada bijinya. Selama sesuai dengan kondisi pertumbuhan, benih akan tetap tumbuh meskipun tidak disekat.

(5)

Perlakuan tunggal skarifikasi pada dua sisi biji (S2) memberikan rerata tumbuh tunas tercepat yang diduga karena beberapa hal antara lain, proses imbibisi yang lebih cepat sehingga menyebabkan biji lebih cepat tumbuh, tingkat kemasakan fisiologi benih, dormansi, dan juga umur benih.

Variasi umur benih tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) sangatlah beragam, tapi bukan berarti bahwa benih mahoni yang telah masak akan hidup selamanya ada pengaruh faktor lain seperti, kondisi penyimpanan yang berpengaruh terhadap daya hidup benih, yang mana jika kelembabanya meningkat dapat menyebabkan biji mahoni kehilangan daya hidupnya lebih cepat. Ketika benih disimpan pada suhu sedang hingga tinggi dalam wadah terbuka, benih kehilangan udara dan akan pecah jika udara dimasukkan.

Pecahnya sel merusak embrio dan menghasilkan zat yang kondusif untuk penyebaran penyakit menular. Tingkat oksigen yang normal seringkali dapat berdampak positif atau negatif pada kehidupan benih. Selain itu, benih sulit tumbuh di lingkungan lembab pada suhu 35 °C. (Dwidjoseputro, 1994).

Menurut Juhanda (2013) agar metabolisme benih berfungsi dengan baik, benih harus memenuhi kebutuhan airnya. Perkecambahan yang baik dihasilkan dari metabolisme benih yang baik. Skarifikasi membuat kulit biji lebih permeabel, yang mengarah pada tingkat imbibisi biji yang tinggi. Pertumbuhan tunas yang cepat menunjukkan bahwa persediaan makanan dalam jumlah besar dengan cepat habis setelah tingkat konsumsi yang tinggi..

Pada seluruh permukaan kulit biji, skarifikasi manual dapat membantu, tetapi harus dihindari di daerah mikropil yang terdapat radikula. Sementara

(6)

cedera minimal pada kotiledon tidak berpengaruh pada perkecambahan, kerusakan pada area ini dapat membahayakan benih (Schmidt, 2000). Intinya, selama area radikula tidak terluka, semua benih dapat dibuat permeabel dengan risiko kerusakan minimal. Tetapi S2 memiliki hasil tercepat dari semua variabel yang diteliti. Pertumbuhan tunas paling cepat diperoleh dari biji mahoni berskarifikasi dua sisi, dan dianggap bahwa pengamplasan terjadi tepat pada saat tunas mulai tumbuh sehingga bijinya mudah ditembus air dan memungkinkan imbibisi, tahap pertama perkecambahan biji, untuk terjadi

B. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat batang tanaman telah muncul dari atas tanah dan dapat diukur., seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3. Analisa Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Azolla dan Skarifikasi biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

SK Db F Hitung F Tabel

34 HST 41 HST 48 HST 55 HST 62 HST 5% 1%

Ulangan 2 1,818 2,522 1,267 0,942 1,032

Perlak 11 1,112 ns 2,502 * 1,512 ns 1,714 ns 1,657 ns 2,26 3,18 D 2 0,776 ns 6,348 ** 2,478 ns 2,749 ns 2,520 ns 3,44 5,72 S 3 1,717 ns 0,602 ns 2,202 ns 2,702 ns 2,603 ns 3,05 4,82 D x S 6 0,921 ns 2,158 ns 0,845 ns 0,966 ns 0,896 ns 2,55 3,76

Galat 22

Total 35

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata ns : berbeda tidak nyata

(7)

SK Db F Hitung F tabel 69 HST 76 HST 83 HST 90 HST 5% 1%

Ulangan 2 0,967 0,727 0,711 1,229

Perlak 11 1,568 ns 1,477 ns 0,549 ns 1,348 ns 2,26 3,18 D 2 2,451 ns 2,592 ns 1,952 ns 2,456 ns 3,44 5,72 S 3 2,389 ns 2,268 ns 0,072 ns 1,933 ns 3,05 4,82 D x S 6 0,862 ns 0,709 ns 0,402 ns 0,686 ns 2,55 3,76

Galat 22

Total 35

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata, ns : berbeda tidak nyata Berdasarkan uji F pada tabel analisa sidik ragam diatas, menujukkan bahwa faktor tunggal perlakuan dosis azolla (D) berpengaruh tidak nyata pada umur 34 HST, 48 HST, 55 HST, 62 HST, 69 HST, 76 HST, 83 HST dan 90 HST kecuali pada umur 41 HST memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Perlakuan skrifikasi benih (S) memberikan pengaruh berbeda tidak nyata pada umur 34 HST sampai 90 HST terhadap parameter tinggi tanaman. Interaksi kedua perlakuan juga memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman.

Tabel 4.4. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Akibat Pengaruh Faktor Tunggal Pemberian Dosis Azolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

Perlakuan Rerata tinggi tanaman (cm)

34 HST 41 HST 48 HST 55 HST

D1 4,01 a 8,04 b 9,02 a 9,66 a

D2 3,90 a 7,08 a 8,64 a 9,27 a

D3 3,60 a 7,92 ab 9,19 a 9,80 a

BNT 5% - 0,6101 - -

S0 3,87 a 7,50 a 8,99 a 9,64 a

S1 3,57 a 7,74 a 8,95 a 9,56 a

S2 3,55 a 7,92 a 9,30 a 9,95 a

S3 4,34 a 7,57 a 8,55 a 9,16 a

BNT 5% - - - -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

(8)

Perlakuan Rerata tinggi tanaman (cm)

62 HST 69 HST 76 HST 83 HST 90 HST D1 10,16 a 10,57 a 11,00 a 11,36 a 11,37 a D2 9,82 a 10,25 a 10,71 a 11,09 a 11,47 a D3 10,35 a 10,75 a 12,23 a 11,61 a 11,98 a

BNT 5% - - - - -

S0 10,17 a 10,56 a 11,03 a 11,40 a 11,75 a S1 10,07 a 10,48 a 10,43 a 11,31 a 11,71 a S2 10,48 a 10,87 a 11,32 a 11,30 a 12,04 a S3 9,72 a 10,16 a 10,64 a 11,40 a 11,41 a

BNT 5% - - - - -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

Dari hasil uji BNT 5% di atas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan Dosis D3 memiliki rerata yang tertinggi untuk parameter tinggi tanaman. Hal ini di duga karena pemberian pupuk dengan dosis 13,5 gram (D3) adalah yang paling baik karena kecukupan membutuhkan unsur hara bagi pertumbuhan vegetative tanaman terpenuhi. Menurut Prasetya dkk (2009),

Tidak penting, meskipun bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, khususnya untuk pertumbuhan kembali sel-sel yang rusak dan perkembangan sel-sel baru seperti cabang dan daun. Unsur nitrogen sangat penting untuk mendorong pertumbuhan tanaman selama tahap vegetatif. Pada tumbuhan dengan banyak klorofil, warnanya akan lebih segar dan lebih zamrud. Klorofil sangat penting untuk proses fotosintesis karena membantu tanaman tumbuh (dalam hal tinggi dan jumlah cabang) dan menghasilkan lebih banyak protein.

Selain itu, cukup besar untuk meningkatkan karakteristik biologis, kimia, dan fisik lingkungan. (Mulyati dkk 2007, Simanungkalit, 2006 ; Palimbani ,2007)

(9)

Sedangkan untuk perlakuan skarifikasi untuk parameter tinggi tanaman, menujukkan bahwa perlakuan skarifikasi dua sisi (S2) memiliki nilai rerata tertinggi. Hal ini diduga pada perlakuan skarifikasi dua sisi (S2) proses imbibisinya lebih cepat karena permukaan benih yang mengalami skarifikasi akan melepaskan lignin dari kulit benih, memungkinkan udara untuk dengan mudah mengakses endosperm benih, di mana ia kemudian akan menembus embrio. Hormon dan enzim yang menyebabkan perkecambahan akan diaktifkan oleh air ini di dalam embrio (Sutopo 2004) selain itu skarifikasi dua sisi memiliki nilai tertinggi karena bagian yang diskarifikasi tepat pada titik tumbuh tunas sehingga pertumbuhannya lebih cepat. Pada penelitian ini rata-rata tinggi tanaman berada pada kisaran angka 11 cm dimana pengukurannya dimulaidari asal batang ke titik tumbuh daun, sedangkan syarat tanaman mahoni untuk dijadikan bibit antara lain Bibit memiliki batang berkayu dengan diameter minimal 2 mm, dan berukuran 25 cm dari pangkal batang hingga ujung daun, daun berkisar 4 , tanaman sehat dan segar. Walaupun tinggi tanaman masih kurang tetapi tidak berbeda jauh dengan acuan tinggi untuk bibit dan penelitian ini memenuhi beberapa syarat tersebut untuk tanaman dijadikan bibit sehingga tanaman akan tetap tumbuh baik walau sudah dipindah tanam. Hal lain yang menyebabkan tinggi tanaman kurang untuk digunakan sebagai acuan karena pertumbuhan yang lambat hal ini di duga karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang buruk disebabkan oleh energi fotosintesis yang rendah, intensitas cahaya yang rendah, metabolisme karbohidrat yang lamban atau tidak ada, dan faktor lainnya. (Salisbury dan Ross, 1995).

(10)

C. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat daun telah terbuka sempurna.

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam untuk parameter jumlah daun dapat diketahui pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5. Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Azolla dan Skarifikasi biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

SK db F.Hitung F.Tabel

41 HST 48 HST 55 HST 62 HST 5% 1%

Ulangan 2 0.256 0.204 1.431 0.165

Perlakua

n 11 0,711 ns 1,312 ns 0,986 ns 1,071 ns 2.26 3.1

8 D 2 0,308 ns 0,184 ns 0,641 ns 0,791 ns 3.44

5.7 2 S 3 0,080 ns 0,788 ns 1,109 ns 1,841 ns 3.05

4.8 2 D x S 6 1,162 ns 1,955 ns 0,993 ns 0,780 ns 2.55

3.7 6

Galat 22

Total 35

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata ns : berbeda tidak nyata

SK db F. Hitung F.Tabel

69 HST 76 HST 83 HST 90 HST 5% 1%

Ulangan 2 0,286 0,271 0,123 2,983

Perlakua

n 11 1,143 ns 0,488 ns 0,408 ns 0,621 ns 2,26 3,1

8 D 2 0,562 ns 0,155 ns 0,279 ns 2,116 ns 3,44

5,7 2 S 3 1,832 ns 0,580 ns 0,389 ns 0,074 ns 3,05

4,8 2 D x S 6 0,993 ns 0,552 ns 0,460 ns 0,397 ns 2,55

3,7 6

Galat 22

Total 35

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata ns : berbeda tidak nyata Berdasarkan uji F pada tabel analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan dosis azolla (D), perlakuan skarifikasi (S) dan interaksi kedua

(11)

perlakuan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 41, 48, 55, 62, 69, 76, 83, dan 90 HST.

Berdasarkan rata – rata jumlah daun pada umur 90 HST, diperoleh rerata jumlah daun paling banyak pada perlakuan tunggal dosis azolla dengan dosis 4,5 gram/polibag (D1) juga 13,5 gram/polibag (D3) dan perlakuan tunggal skarifikasi pada tiga sisi biji (S3) sesuai tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6. Rerata Jumlah Daun (helai) Akibat Pengaruh Faktor Tunggal Pemberian Dosis Azolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

Perlakuan Rerata

41 HST 48 HST 55 HST 62 HST

D1 2,34 a 2,88 a 3,23 a 3,35 a

D2 2,30 a 2,91 a 3,30 a 3,39 a

D3 2,41 a 2,86 a 3,23 a 3,30 a

BNT 5% - - - -

S0 2,36 a 2,88 a 3,29 a 3,42 a

S1 2,34 a 2,94 a 3,32 a 3,41 a

S2 2,39 a 2,90 a 3,20 a 3,27 a

S3 2,31 a 2,80 a 3,20 a 3,29 a

BNT 5% - - - -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan Perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

Perlakuan

Rerata

69 HST 76 HST 83 HST 90 HST

D1 3,39 a 3,51 a 3,68 a 4,09 a

D2 3,43 a 3,54 a 3,63 a 3,96 a

D3 3,36 a 3,49 a 3,62 a 4,09 a

BNT 5% - - - -

S0 3,47 a 3,54 a 3,66 a 4,06 a

S1 3,46 a 3,58 a 3,68 a 4,03 a

S2 3,31 a 3,48 a 3,58 a 4,03 a

S3 3,34 a 3,46 a 3,64 a 4,07 a

BNT 5% - - - -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan Perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

(12)

Pada parameter jumlah daun untuk dosis pupuk azolla pada dosis 4,5 gram/polybag (D1) dan 13,5 gram/polybag (D3) memiliki nilai yang sama tetapi perlakuan dengan dosis 4,5 gram/polybag lebih efektif dikarenakan dengan dosis yang kecil tersebut sudah mampu untuk memberikan hasil yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh tanaman yang cepat berkembang biak dan membutuhkan unsur hara khususnya N, sehingga penggunaan kompos Azolla dapat meningkatkan ketersediaan unsur N. Kompos dari peternakan azolla memiliki kandungan nitrogen 4,2 persen, yang sangat tinggi. Menurut Husma (2010), keberadaan bahan organik berdampak pada tanaman dalam bentuk peningkatan respirasi, pertumbuhan jumlah dan ukuran daun, dan berdampak pada aktivitas fotosintesis, yang menghasilkan produksi tanaman. Kehadiran N dalam kompos Azolla dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Lakitan (2011), nitrogen memiliki pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Kandungan N tubuh tanaman yang tinggi memungkinkannya menumbuhkan daun yang lebih banyak dan lebih besar.

Tanaman mahoni adalah tanaman dengan biji tertutup (memiliki kulit biji)

atau biasa disebut dengan Gymnospermae. Biji mahoni memiliki kulit yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan dan sarana perlindungan untuk interior. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa biji memiliki lapisan kutikula dan bahan kimia fenolik, yang membuat kulit biji tidak dapat ditembus oleh oksigen dan air. (Hidayat, 1995).

Imbibisi, atau pemberian larutan atau cairan melalui epidermis, adalah metode penyediaan benih dengan air. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan

(13)

air. Difusi osmotik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses imbibisi air menjadi biji di bawah tekanan. Ini melibatkan perjalanan air melalui membran selektif permeabel dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Celah mikropil, suatu daerah benih yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya unsur hara yang diperlukan untuk pembentukan selain kulit benih, dapat digunakan untuk mengalirkan air ke dalam benih. (Salisbury, 1992).

D. Panjang Akar (cm)

Pengamatan panjang akar diukur dari pangkal batang sampai akar terpanjang. Berdasarkan hasil analisa sidik ragam untuk parameter panjang akar dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7. Analisa Sidik Ragam Panjang Akar (cm) Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Azolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

SK Db JK KT Fhit F tab

5% 1%

Ulangan 2 1,18 0,588 1,435

Perlakuan 11 56,40 5,127 12,517 ** 2,26 3,18

D 2 5,96 2,978 7,270 ** 3,44 5,72

S 3 39,53 13,176 32,169 ** 3,05 4,82

D x S 6 10,91 1,819 4,440 ** 2,55 3,76

Galat 22 9,01 0,410

Total 35 66,58

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata, * : berbeda nyata ns : berbeda tidak nyata Berdasarkan uji F pada tabel analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuann berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar.

Berdasarkan rerata panjang akar diperoleh rerata panjang akar paling panjang pada perlakuan interaksi D3S3 (dosis 13,5 gram/polybag dan skarifikasi biji pada 3 sisi) sesuai tabel 4.8 sebagai berikut :

(14)

Tabel 4.8. Rerata Panjang Akar (cm) Akibat Pengaruh Pemberian Dosis Azolla dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

Perlakuan Rerata

D1S0 10,5 a

D1S1 10,77 a

D1S2 11,11 a

D1S3 12,06 a

D2S0 10,37 a

D2S1 11,47 a

D2S2 11,60 a

D2S3 12,78 a

D3S0 10,02 a

D3S1 11,60 a

D3S2 11,92 a

D3S3 14,71 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%.

Hal itu diduga karena dengan aplikasi pupuk azola dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Akar tanaman yang panjang merupakan tanda tersedianya unsur hara bagi tanaman. Menurut Marsono dan Sigit (2005), unsur P dan N berperan berbeda dalam perkembangan akar, pembungaan awal, dan pematangan buah. Kedua unsur tersebut sangat penting untuk pembentukan protein dan klorofil, yang mempengaruhi jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah cabang. Jumin (2005) menegaskan bahwa unsur N membantu tanaman menyerap nutrisi lain seperti P dan K dengan lebih baik dan merangsang perkembangan mikroba untuk memfasilitasi pemecahan bahan organik secara efisien

Kemampuan akar untuk masuk ke dalam tanah juga difasilitasi oleh porositas tanah, yang bekerja sama dengan kandungan hara pupuk Azolla untuk merangsang pertumbuhan akar. Pemanfaatan tanah sangat dipengaruhi oleh

(15)

porositas tanah. Karena tanah dapat ditembus dengan mudah oleh akar tanaman dengan porositas yang sangat baik untuk menemukan bahan organik, tanah dengan porositas yang baik memiliki porositas yang cukup besar. Selain itu, tanah dapat mentolerir curah hujan, mencegah kekurangan air yang konstan.

Menurut Azhari (1995) Imbibisi, atau proses memasukkan air ke benih melalui difusi osmosis, menyebabkan kadar air meningkat ke tingkat tertentu., adalah tahap pertama perkecambahan. Tindakan penghisapan mungkin mengaktifkan beberapa enzim. Hormon giberelin meningkat dengan penyerapan air, yang juga meningkatkan aksi enzim yang bekerja untuk memodifikasi cadangan makanan di kotiledon atau endosperma. Perlakuan skarifikasi benih dengan skarifikasi 3 sisi (S3) memberikan hasil terbaik untuk parameter panjang akar karena semakin luas permukaan yang diskarifikasi, semakin banyak air yang dapat diserap benih selama proses imbibisi.

E. Persentase Bibit Tumbuh

Persentase bibit tumbuh = Ʃ bibit hidup x 100%

Ʃ populasi = Ʃ 10 x 100%

Ʃ 10 = 100 %

Pada penelitian dengan judul Pengaruh Dosis Azolla Dan Skarifikasi Biji Pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Mahoni (Swietenia Macrophylla King.) Dan dengan perlakuan yaitu : dosis azolla 4,5 gram/polybag (D1), dosis azolla 9 gram/polybag (D2), dan dosis azolla 13,5 gram/polybag (D3) dan skarifikasi biji tanpa menggunakan amplas/control (S0), biji di amplas pada satu sisi (S1), biji di amplas pada dua sisi (S2), biji di amplas pada tiga sisi/keseluruhan permukaan benih (S3). Bibit yang tumbuh dalam penelitian ini yaitu 100 % tumbuh hal ini

(16)

diduga walaupun tidak diberi perlakuan seperti yang ada pada penelitian ini bibit akan tetap tumbuh hanya saja membutuhkan waktu yang lama karena tanaman mahoni termasuk tanaman dengan biji yang memiliki masa dormansi yang relatif panjang. Salah satu yang mengakibatkan dormansi adalah karena terhambatnya proses penyerapan air oleh adanya jaringan penghalang pada biji seperti eksokarp. Tetapi pada penelitian ini prosentase tumbuh yang paling cepat adalah perlakuan yaitu Dosis azolla 13,5 gram/polybag dan skarifikasi satu sisi (D3S1), hal ini dikarenakan dosis yang digunakan cukup untuk diserap oleh tanaman dalam proses pertumbuhan sedangkan skarifikasinya dengan satu sisi dikarenakan semakin luas daerah yang di skarifikasi maka semakin besar peluang air dan udara untuk masuk sehingga menghambat perkecambahan dan dapat menimbulkan jamur.

Referensi

Dokumen terkait