• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Skarifikasi terhadap Perkecambahan Benih Sentrosema Menggunakan Tray Semai

N/A
N/A
Yazky RK

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Skarifikasi terhadap Perkecambahan Benih Sentrosema Menggunakan Tray Semai"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Skarifikasi Terhadap Perkecambahan Benih Centrosema Menggunakan Tray Semai

Scarification Test on Centrosema Seed Germination Using a Seedling Tray

Nama Anggota

Pascal Adi Nugroho, Regina Diva Kartika P, Iqbal Ash Shidiqie Rivanda, Faiz Khofi, Joshua Agusto Pardamean S, Yazky Ramiza Khulkan, Cornelius Felix Ekaputra, Sesilia Tionida manulang, Adhitya Widya

Firmansyah Peternakan

Email: [email protected]

ABSTRACT

Seeds are seeds that have undergone special treatment so that they can be used as a means to reproduce plants. This study aims to determine the effect of scarification and planting depth on the emergence of shoots on forage legumes. This study used centrosema legume seeds. Environmental factors that affect are temperature, humidity, and aeration. The treatments used in this experiment were chemical scarification with concentrated acid (H2SO4), physical scarification with hot water and mechanical scarification with sandpaper. What was observed was the emergence of seeds in each treatment. The results showed that the treatment that produced the highest percentage of germination was the mechanical treatment (sanding) which showed the growth of sixteen sprouts, the seed coat became more easily penetrated by water or air after sanding so that it helps water absorption which will accelerate the emergence of shoots. Based on the experiments that have been carried out, it can be concluded that the effective treatment for forage legume seeds is mechanical treatment by sanding because it produces the highest germination percentage.

Key words:maksimal lima kata

ABSTRAK

Benih adalah biji yang telah mengalami perlakuan khusus sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dan kedalaman tanam terhadap munculnya tunas pada legum pakan. Penelitian ini menggunakan benih legum sentrosema. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah suhu, kelembapan dan aerasi.

Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini adalah skarifikasi secara kimiawi dengan asam pekat (H2SO4), skarifikasi secara fisik dengan air panas dan skarifikasi secara mekanik dengan diamplas.

Hal yang diamati adalah munculnya benih pada setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan paling banyak yakni pada perlakuan mekanik (pengamplasan) yang menunjukan tumbuhnya kecambah berjumlah enam belas kecambah, kulit biji menjadi lebih mudah ditembus oleh air atau udara setelah diamplas sehingga membantu peresapan air yang akan mempercepat munculnya tunas. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang efektif untuk benih legum pakan adalah perlakuan mekanik dengan cara mengamplas karena menghasilkan persentase perkecambahan paling tinggi.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pakan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhank hijauan meliputi rumput-rumput(gemines), kacang-kacangan dan tanaman hijaun lainya seperti daun nangka, daun waru, dll. Sebagai pakan ternak, hijauan memiliki peran yang penting dalam mencukupi kebutuhan nutrisi ternak. Hal ini didukung pendapat dari Simanjuntak et al. (2023) yang menyatakan bahwa Hijauan memegang peranan yangsangat penting, karena mengandung hampir semua zat yang diperlukan oleh ternak. Dengan berkembangnya peternakan di Indonesia, kami bertujuan untuk membudidayakan pakan terutama rumput karena merupakan bahan utama pakan ternak. Perkebunan ini harus dikelola dengan baik dan teratur untuk

memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Pengembangan nutrisi ini juga akan meningkatkan jumlah produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.

Jenis rumput yang dikembangkan cocok untuk ternak. Nutrisi utama ruminansia pada dasarnya adalah hijauan Hal ini sesuai dengan pendapat Sunandar et al. (2020) Pakan Ternak ruminansia pada dasarnya adalah hijauan. Kuantitas dan kualitas hijauan pakan sangat menentukan produktifitas ternak ruminansia. Untuk memperoleh produksi ternak ruminansia yang tinggi diperlukan kecukupan nutrisi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dan untuk produksi pakan ternak, diperlukan informasi tentang jenis-jenis tanaman pakan ternak dan cara pengolahannya.

SKARIFIKASI BIJI

Skarifikasi biji adalah melakukan sesuatu (umumnya secara fisik) terhadap benih atau biji sedemikian rupa sehingga benih atau biji menjadi lebih mudah menyerap air dan udara, yang otomatis akan mempercepat biji menjadi bertunas atau berkecambah. Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dipercaya dapat mematahkan dormansi pada biji keras karena dapat meningkatkan imbibisi benih.

Skarifikasi dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan O2. Hal ini sesuai deengan pendapat Widhityarini et al. (2013) yang menyatakan bahwa dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya kulit biji dapat dikurangi. Peresapan larutan zat perangsang pertumbuhan embrio pada benih yang diskarifikasi menjadi lebih mudah, sehingga daya pertumbuhan biji meningkat. Tujuan dari skarifikasi biji adalah untuk mengubah kondisi biji yang impermeabel menjadi permeabel.

Skarifikasi biji dapat dilakukan dengan metode fisik (air hangat dan diberi H2SO4) dan metode mekanik (diamplas). Hal ini sesuai dengan pendapat Pranata et al. (2018) yang menyatakan bahwa skarifikasi biji bertujuan untuk mengubah kondisi biji yang sebelumnya tidak dapat ditembus oleh partikel atau dirombak menjadi kondisi dimana bisa ditembus oleh partikel-partikel. Untuk mengetahui sifat biji

yang harus diberi perlakuan skarifikasi mekanik maupun kimia dan mengetahui efek dari skarifikasi pada biji yang mempengaruhi produksi tanaman.

2. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2023 di Laboraturium Ekologi dan Produksi Tanaman dan lahan Gedung A, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

2.2 Metode Pelaksanaan

Skarifikasi terhadap benih dapat dilakukan melalui beberapa metode yakni skarifikasi dengan asam pekat atau secara kimiawi, skarifikasi secara fisik dengan air panas, dan skarifikasi secara mekanis dengan cara melakukan pengamplasan pada biji.

2.3 Metode pelakasanaan ke 1 Alat yang dibutuhkan adalah tray semai untuk penanaman benih legum. Bahan yang dibutuhkan adalah benih legum pakan sebanyak 20 sebagai sampel yang diamati, H2SO4 untuk skarifikasi benih secara kimia, tanah untuk media tanam benih, dan air untuk penyiraman.

(3)

Langkah yang pertama adalah benih diskarifikasi secara kimia yaitu dengan dialiri menggunakan larutan H2SO4. Langkah berikutnya adalah benih dibilas menggunakan air. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam tray semai secara merata, lalu benih yang sudah diskarifikasi secara kimia dimasukkan ke dalam tanah. Setelah benih dimasukkan ke dalam tanah, tanah disiram menggunakan air.

Pengamatan dilakukan selama 14 hari dan pertumbuhan benihnya dicatat lalu dihitung presentase perkecambahannya.

2.4 Metode pelaksanaan ke 2 Alat yang diperlukan adalah tray semai sebagai media penanaman benih legum. Bahan yang diperlukan adalah benih legum pakan sebanyak 20 sebagai sampel yang diamati, air panas untuk skarifikasi benih secara fisik, tanah sebagai media tanam benih, dan air untuk penyiraman. Langkah yang pertama adalah benih diskarifikasi secara fisik yaitu dengan menuangkan air panas ke dalam wadah yang berisi benih. Benih yang sudah direndam disaring untuk ditanam. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam tray semai secara merata, lalu benih yang sudah diskarifikasi secara fisik dimasukkan ke dalam tanah. Setelah benih dimasukkan ke dalam tanah, tanah disiram menggunakan air. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dan pertumbuhan benihnya dicatat lalu dihitung presentase perkecambahannya.

2.5 Metode pelaksanaan ke 3 Alat diperlukan adalah amplas untuk proses pengikisan, dan tray semai untuk tempat penanaman benih legum. Bahan yang dibutuhkan adalah benih legum pakan sebanyak 20 sebagai sampel yang diamati, tanah untuk media tanam benih, dan air untuk penyiraman.

Langkah yang pertama adalah benih diskarifikasi secara fisik yaitu dengan diamplas satu per satu selama kurang lebih 30 detik.

Langkah berikutnya adalah tanah dimasukkan ke dalam tray semai secara merata. Selanjutnya benih yang sudah diamplas dimasukkan ke dalam tanah yang ada di tray semai. Setelah benih dimasukkan ke dalam tanah, tanah disiram menggunakan air. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dan pertumbuhan benihnya dicatat lalu dihitung presentase perkecambahannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Hari ke Tanpa Air

Panas H2SO4 Amplas

1 2 1 2 1 2 1 2

1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 1 0 0 0 0 0 2 1

4 0 0 1 1 0 0 3 0

5 1 1 3 2 2 3 1 5

6 0 0 0 0 1 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 1 0 0 0 2 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 1 0 0 2

11 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 1 0 1 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 2 1 5 4 4 4 8 8

%

Kecambah 20

% 10

% 50

% 40

% 40

% 40

% 80

% 80

%

Sebelum Sesudah

3.1.1 Hasil dari praktikum 1

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari, pada perlakuan skarifikasi dengan metode H2SO4 didapatkan hasil berupa perkecambahan sebanyak 4 biji pada sampel 1 dan sebanyak 4 biji pada sampel 2, skarifikasi dengan metode H2SO4 pada sampel 1 apabila dipersentase maka sampel 1 adalah 40% dan sampel 2 adalah 40%. Rata –

(4)

rata perkecambahan pada metode H2SO4 adalah 40%.

3.1.2 Hasil praktikum ke 2

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari, pada perlakuan skarifikasi dengan metode air panas didapatkan hasil berupa perkecambahan sebanyak 5 biji pada sampel 1 dan sebanyak 4 biji pada sampel 2 sarifikasi dengan metode air panas pada sampel 1 apabila dinyatakan dalam persentase adalah 50% dan pada sampel 2 sebanyak 40%.

Rata – rata perkecamahan dengan metode air panas adalah 45%.

3.1.3 Hasil praktikum 3

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari, pada perlakuan skarifikasi dengan metode amplas didapatkan hasil berupa perkecambahan masing-masing 8 biji pada ssampel A dan B. Skarifikasi dengan metode amplas tersebut memiliki presentase pertumbuhan dan perkecambahan 8/10 atau 80%. Rata-rata perkecambahan dengan metode amplas adalah 80%.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan, skarifikasi dengan metode fisik, kimia, mekanik, dan tanpa perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkecambahan benih. Skarifikai dengan metode mekanik atau dengan mengamplas benih memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkecambahan menjadi lebih cepat. Hal ini sesuai dengan tabel diatas, diperoleh hasil presentase 80% perkecambahan pada benih.

Menurut pendapat Wijayanti (2023) menyatakan bahwa skarifikasi dengan metode mekanik sesuai dengan perlakuan pematahan dormansi pada benih yang menyebabkan mudahnya imbibasi air sehingga perkecambahan terjadi

lebih cepat. Benih yang tidak mengalami perlakuan memiliki pertumbuhan dan perkecambahan paling lambat yang dikarenakan kulit biji yang keras sehingga menyebabkan air sulit masuk. Sesuai dengan pendapat Elfianis et al.

(2019) yang menyatakan proses imbibasi akan terhambat oleh kulit benih yang keras ssehingga air sulit untuk masuk.

Skarifikasi dengan perlakuan menggunakan H2SO4 difungsikan untuk melunakan lapisan kulit biji yang keras sehingga dapat terjadi imbibasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dethan et al. (2020) yang menyatakan bahwa sifat korosif dan asam panas yang dimiliki H2SO4 dapat mengikis kulit biji yang keras.

Perlakuan skarifikasi dengan menggunakan air panas difungsikan untuk melunakan biji dan memudahkan air untuk masuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap et al. (2021) yang menyatakan perendaman akan meyebabkan kulit biji melembek karena air terserap masuk ke dalam biji dan memulai perkecambahan.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan paling banyak yakni pada perlakuan mekanik yakni dengan pengamplasan menunjukan tumbuhnya kecambah berjumlah enam belas kecambah.

Kulit biji menjadi tipis sehingga lebih mudah ditembus oleh air atau udara setelah diamplas sehingga membantu peresapan air yang akan mempercepat munculnya tunas.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Demikian jurnal ini dibuat, diucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah

(5)

terlibat dan andil bagian selama proses pengamatan. Terlebih-lebih kepada para pembaca yang telah bersedia menyimak dan membaca informasi yang kami berikan. Semoga hasil pengamatan yang telah dipaparkan dapat membuka wawasan serta ilmu baru bagi para pembaca.

6. DAFTAR PUSTAKA

Dethan, I. Y., H. Solle, dan A. C. Hendrik.

2020. Pengaruh skarifikasi kimia terhadap perkecambahan benih jambu mete (Anacardium occidentale L.). J. Saintek Lahan Kering. 3(2): 47-50.

Elfianis, R., S. Hartina, I. Permanasari dan J. Handoko. 2019. Pengaruh skarifikasi dan hormon giberelin (GA3) terhadap daya kecambah dan pertumbuhan bibit palem putri ( Veitchia merillii). J. Agroteknologi.

10(1): 41-48.

Harahap, D. E., A. Mahmud, dan H. F.

Sitompul. 2021. Pematahan dormansi biji aren dengan metode skarifikasi pada berbagai suhu perendaman. J. Education and development. 9(3): 537-539.

Pranata., A. Agung dan A. Bars. 2018.

Pengaruh posisi skarifikasi benih dan perendaman air kelapa terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit sirsak (annona muricata l.). J. Pertanian Tropik. 5 (1): 104-112.

Sunandar, D. W., Yuliasti, R. S., Nurman, A. S., dan Sara, U. 2020. Evaluasi pemanfaatan fodder sebagai pakan untuk ternak ruminansia:

Evaluation of Fodder Utilization as A Feed for Ruminants. J.

Agrisistem, 16(1), 44-50.

Simanjuntak, M. E., Manurung, N., Sitorus, M. B., dan Sinabutar, D.

2023. Pptg mesin pencacah serbaguna untuk peternak kambing dan lembu di kelurahan pujidadi binjai sumatera utara. J.

pengabdian masyarakat indonesia, 3(1), 101-105.

Widhityarini, D., S. Mw, dan A.

Purwantoro. 2013. Pematahan dormansi benih tanjung (Mimusops elengi L.) dengan skarifikasi dan perendaman kalium nitrat. J.

Vegetalika. 2 (1): 22-33.

Wijayanti, P. R. 2023. Review pematahan dormansi biji dengan metode skarifikasi mekanik dan kimia. J.

Agroekoteknologi Tropika Lembab. 5(2): 109-116.

Windari, N. K., I. G. B. Priatmaka dan N. P.

D. P. Paramita. 2023. Sang penolak bala analogi upacara adat kebo- keboan dari banyuwangi, Jawa Timur dalam perancangan busana bergaya exotic dramatic. Journal of Fashion Design. 3(1): 17-26.

Referensi

Dokumen terkait

konsentrasi larutan GA3 dan lama perendaman benih terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan semai terjadi interaksi pada peubah persentase perkecambahan, nilai perkecambahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi benih berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih hingga 64% dan jumlah daun hingga 167%.. Konsentrasi

Hasil pengamatan panjang akar bibit palem botol dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 18, yang menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi bagian-bagian

Skarifikasi mekanik dengan pelukaan gunting kuku menunjukkan viabilitas benih saga manis tertinggi; daya berkecambah sebesar 100%, kecepatan perkecambahan sebesar 23,22 %/hari,

Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang sangat nyata antara perlakuan A (Skarifikasi) dengan B (komposisi media) terhadap daya

Penelitian ini bertujuan mengetahui perkecambahan biji dan pertumbuhan semai tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) asal Sulawesi yang ditanam di wilayah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran berat benih terhadap perkecambahan benih pohon kuku dan mengetahui pengaruh ukuran berat benih terbaik terhadap

Dari hasil penghitungan disimpulkan bahwa menggunakan metode perkecambahan UAK (Uji Antar Kertas) adalah yang lebih efektif untuk mendapatkan gambaran tentang viabilitas benih