• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN VIABILITAS BENIH SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMATAN VIABILITAS BENIH SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN METODE UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN VIABILITAS BENIH

SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN METODE

UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG

Oleh :

SUDARMONO PAPUTUNGAN

NIM. 110500021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(2)

PENGAMATAN VIABILITAS BENIH

SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN METODE

UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG

Oleh :

SUDARMONO PAPUTUNGAN

NIM. 110500021

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(3)

PENGAMATAN VIABILITAS BENIH

SENGON (Paraserianthes falcataria) MENGGUNAKAN METODE

UJI PERKECAMBAHAN UDK, UAK, DAN UJI LANGSUNG

Oleh :

SUDARMONO PAPUTUNGAN

NIM. 110500021

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(4)

HALAMANPENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah :

Nama : Sudarmono Paputungan NIM : 110 500 021

Program studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : ...

Pengamatan Viabilitas Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Menggunakan Metode Uji Perkecambahan UDK, UAK, dan Uji Langsung

Penguji II,

Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 19650101 199203 2 002 Pembimbing,

Ir. Gunanto

NIP. 19570905 198703 1 001

Penguji I,

Elisa Herawati, S. Hut, MP NIP. 19710305 199512 2 001

Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Hutan

Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005

(5)

ABSTRAK

SUDARMONO PAPUTUNGAN. Pengamatan Viabilitas Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Menggunakan Metode Uji Perkecambahan UDK, UAK, dan Uji Langsung (di bawah bimbingan Gunanto).

Dalam upaya peningkatan kualitas benih diperlukan teori-teori tentang perbenihan dan termasuk di dalamnya adalah perbaikan kualitas benih dan identifikasi keadaan benih sebelum ditanam di lapangan, maka dari itu diperlukan teknologi benih. Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, pengujian serta sertifikasi benih (Sutopo, 2002), dimana hal tersebut adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan tentang viabilitas benih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil viabilitas benih jenis sengon (Paraserianthes falcataria) melalui perbedaan metode pengujiannya. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat ditemukan metode pengujian benih yang paling efektif.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan waktu yang diperlukan selama 2 bulan (bulan Januari sampai bulan Februari 2014) yang meliputi persiapan alat, bahan, pengambilan dan pengolahan data. Pada pengamatan viabilitas benih sengon (Paraserianthes falcataria) metode yang digunakan adalah pengujian perkecambahan Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar kertas (UAK), dan Uji langsung. Benih hasil seleksi, sebelum ditabur, diskarifikasi dengan cara perendaman ke dalam air pada suhu awal 1000C (mendidih), didiamkan selama 10 menit, kemudian benih dimasukkan dan dibiarkan selama 12 jam. Tiap perlakuan menggunakan tiga ulangan, tiap ulangan menggunakan jumlah 100 biji. Jumlah total benih dalam penelitian ini sebanyak 900 biji. Pengambilan data dilakukan setiap hari selama 14 hari. Data yang diambil meliputi jumlah kecambah hadir harian, suhu dan kelembapan ruangan. Data perkecambahan harian tersebut diolah untuk mendapatkan nilai-nilai Persen Perkecambahan, Laju Perkecambahan, dan Daya Kecambah benih

Persentase perkecambahan untuk setiap perlakuan diperoleh data dari hasil penghitungan sebagai berikut: UDK: 63,33%, UAK: 68,33%, dan Uji Langsung: 51,33%. Laju perkecambahan untuk setiap perlakuan diperoleh data dari hasil perhitungan sebagai berikut: Laju perkecambahan pada metode UDK: 3,37 hari, UAK:1,79 hari, dan Uji Langsung: 3,81 hari. Persentase daya perkecambahan untuk setiap perlakuan diperoleh data dari hasil perhitungan sebagai berikut: UDK: 64,00%, UAK: 68,00%, dan Uji Langsung: 51,33%.

Dari hasil penghitungan disimpulkan bahwa menggunakan metode perkecambahan UAK (Uji Antar Kertas) adalah yang lebih efektif untuk mendapatkan gambaran tentang viabilitas benih sengon (Paraserianthes falcataria), jika memperhatikan nilai rataan tertinggi dari setiap perlakuan yang dilakukan, khususnya pada persentase dan daya kecambah, nilai rataan terendah khususnya pada laju perkecambahan.

Kata kunci : Benih sengon (Paraserianthes falcataria), Viabilitas Benih, Metode

(6)

RIWAYAT HIDUP

Sudarmono Paputungan, lahir pada tanggal 23 Maret 1988 di Manado, Sulawesi Utara. Merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Muchtar Paputungan dan Ibu Nuripa Mokoginta (Alm.)

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 1 Bilalang pada tahun 1995, lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTP/SMP) Negeri 1 Passi dan lulus pada Tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah SMK Cokroaminoto Kotamobagu, lulus pada tahun 2007.

Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 2011.

Pada tanggal 3 Maret 2014 sampai dengan 3 Mei 2014 telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Bhineka Wana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah juga sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Atas segala bimbingan, petunjuk dan bantuan yang tidak ternilai harganya penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Gunanto selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan petunjuk dalam pembuatan dan penyusunan Karya Ilmiah. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

3. Ibu Elisa Herawati, S. Hut, MP, selaku dosen pembimbing I 4. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP, selaku dosen penguji II

5. Bapak Ir. H. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

6. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

7. Seluruh anggota keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun material..

8. Rekan-rekan Mahasiswa Mohammad Afdal, Sapri, dan lainnya yang juga turut membantu penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, untuk itu kritik dan saran penulis terima dengan tangan terbuka. Penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan di bidang Kehutanan.

Sudarmono Paputungan Kampus sei keledang, Agustus 2014

(8)
(9)
(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, yang memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi (Sadjad dkk, 1976). Melihat dari pengertian ini maka benih merupakan komponen yang berperan sangat penting dalam konsep agronomi dan dalam pengembangan usaha tani. Benih yang baik akan menentukan kualitas produksi dan tentu pula akan berimplikasi pada pendapatan petani.

Dalam upaya peningkatan kualitas benih, maka diperlukan sebuah teknologi untuk mengembangkan teori-teori tentang perbenihan dan termasuk di dalamnya adalah perbaikan kualitas benih dan identifikasi keadaan benih sebelum ditanam di lapangan, maka dari latar belakang tersebut diperlukan teknologi benih. Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih (Feistritzer, 1975, dalam Karim, 1976). Salah satu yang menjadi cakupan dalam kegiatan teknologi benih adalah uji Viabilitas dan Vigor benih.

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993).

Mengingat hal-hal tersebut di atas penulis bermaksud melakukan pengamatan uji viabilitas benih dimana variabelnya diantaranya berupa persentase perkecambahan, daya perkecambahan, dan laju atau kecepatan

(12)

2

perkecambahan, dengan metode Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar Kertas (UAK), dan Uji secara langsung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil viabiltas benih jenis sengon (Paraserianthes falcataria)) melalui perbedaan metode pengujiannya.

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat ditemukan metode pengujian benih yang paling efektif di antara metode yang digunakan.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lab. Silvikultur Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan waktu yang diperlukan selama 2 bulan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2014 yang meliputi pengumpulan persiapan alat dan bahan, pengambilan data, dan pengolahan data.

B. Alat dan bahan

1. Alat

a. Baki Pengecambah ukuran P = 40cm, L = 34cm, T = 6cm, sebanyak 9 buah digunakan untuk tempat media perkecambahan.

b. Hand Sprayer digunakan untuk menyiram media perkecambahan. c. Kamera digunakan untuk mengambil gambar dokumentasi penelitian. d. Alat tulis digunakan untuk mencatat data pengamatan.

e. Hygro-Thermometer untuk mengukur suhu dan kelembapan udara pada ruang Laboratorium.

f. Oven untuk mensterilkan pasir

g. Petridish digunakan untuk menampung benih yang sudah berkecambah yang di pindahkan dari media kecambah.

h. Ember digunakan sebagai penampungan air untuk menyeleksi benih yang sehat dan yang busuk.

2. Bahan

a. Benih tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) b. Pasir sebagai media perkecambahan

(45)

35

c. Kertas merang sebagai media perkecambahan. d. Tusuk gigi untuk penanda kecambah yang hadir.

e. Air dingin digunakan untuk menyiram media perkecambahan dan untuk seleksi benih, air panas digunakan untuk skarifikasi benih sengon (Paraserianthes falcataria).

C. Prosedur Kerja

1. Persiapan Media

a. Perlakuan I : UDK (Uji Di atas Kertas):

1) Mempersiapkan kertas merang sebanyak 3 lembar, masing-masing berukuran 50 cm dan lebar 40 cm.

2) Mempersiapkan baki kecambah berukuran Panjang 40cm, Lebar 34 cm, Tinggi 6 cm

3) Mengisi / melapisi baki pengecambah dengan kertas merang 3 lembar.

b. Perlakuan II : UAK (Uji Antar Kertas).

1) Mempersiapkan kertas merang sebanyak 5 lembar, masing-masing berukuran 50 cm dan lebar 40 cm.

2) Mempersiapkan baki kecambah berukuran panjang 40 cm, lebar 34 cm, tinggi 6 cm.

3) Mengisi / melapisi baki pengecambah dengan kertas merang 3 lembar.

c. Perlakuan III : Uji Langsung

1) Mempersiapkan baki pengecambah dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 34 cm,dan tinggi 6 cm.

(46)

36

2) Mensterilkan media pasir dengan cara memasukkan pasir ke dalam open selama 3 hari hingga mencapai 100oc.

3) Baki diisi dengan pasir yang sudah disterilkan dan didinginkan, setebal 5 cm.

4) Membuat larikan sebagai jarak tabur 2,5 cm x 3,3 cm dengan kedalaman 0,5 cm.

2. Persiapan Benih a. Seleksi Benih

Asal benih dibeli dari Toko Kombeng Samarinda, Kalimantan Timur. Masa penguapan dan masa expired tidak diketahui. Seleksi dilakukan dengan cara merendam benih dalam air dingin.

Caranya :

1) Mempersiapkan air dalam ember 2) Benih dimasukkan ke dalamnya 3) Benih yang terapung dibuang

4) Hanya benih yang tenggelam yang akan ditabur / dikecambahkan. b. Skarifikasi Benih.

Benih hasil seleksi, sebelum ditabur, diskarifikasi dengan cara perendaman ke dalam air pada suhu awal 1000C (mendidih), didiamkan selama 10 menit, kemudian benih dimasukkan dan dibiarkan selama 12 jam.

c. Penghitungan Sampel Benih.

Menghitung dan menyiapkan benih sejumlah masing-masing 100 biji untuk setiap ulangan pada setiap perlakuan.

(47)

37

3. Penaburan Benih

Benih hasil seleksi yang telah diskarifikasi tersebut ditabur ke masing-masing baki perkecambahan :

a. Perlakuan I, UDK (Uji Diatas Kertas) :

1) Dibuat larikan pada jarak tabur 2,5 cm x 3,3 cm

2) Benih ditabur di atas lapisan kertas merang 3 lembar yang sudah disiapkan dengan jarak tabur 2,5 cm x 3,3 cm sebanyak 100 biji per ulangan.

3) Baki perkecambahan diletakkan secara mendatar (horisontal) di atas meja.

b. Perlakuan II, UAK ( Uji Antar Kertas) :

1) Penaburan dilakukan di atas baki pengecambah yang sudah dilapisi kertas merang 3 lembar.

2) Benih ditabur di atas kertas merang yang sudah disiapkan, dengan jarak 2,5 cm x 3,3 cm sebanyak 100 biji per ulangan. 3) Setelah ditabur benih ditutup kembali dengan kertas merang 2

lembar / lapis.

4) Dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan perlakuan yang sama. 5) Baki perkecambahan diletakkan secara mendatar (horisontal) di

atas meja

c. Perlakuan III, Uji langsung :

1) Menabur benih dengan kedalaman 0,5 cm ke dalam pasir yang sudah disterilisasi dengan jarak tabur 2,5 cm x 3,3 cm.

(48)

38

4. Pemeliharaan / Penyiraman.

a. Menyiram dilakukan pada jam 10.00 pagi tiap hari dengan air PDAM menggunakan hand sprayer. Penyiraman dilakukan sampai media perkecambahan ³EDVDK´.

b. Penyiraman dilakukan sampai kecambah terakhir hadir.

c. Jika sampai 5 hari setelah kecambah terakhir hadir (sebelum mencapai 100) tidak ditemukan lagi kecambah yang hadir maka pemeliharaan/penyiraman dihentikan..

5. Pengambilan Data

a. Data yang diambil berupa benih yang berkecambah pada setiap hari, dimulai dari hari pertama yaitu satu hari setelah benih ditabur.

b. Pengambilan data dilakukan terhadap semua perlakuan pada waktu yang sama.

c. Pada kecambah yang hadir harian yang telah dihitung ditandai dengan menancapkan tusuk gigi pada media untuk menghindari penghitungan ulang. Kecambah yang hadir harian pada media kertas merang, setelah di hitung, kecambah dipindahkan ke cawan petridis yang bermedia air. d. Pada saat pengamatan dihentikan, yaitu pada saat jika sampai 5 hari

setelah kecambah terakhir hadir (sebelum mencapai 100) dan tidak ditemukan lagi kecambah yang hadir, dilakukan penghitungan terhadap benih yang tidak/belum berkecambah. Dihitung jumlah benih yang tidak/belum berkecambah yang sehat (yaitu benih yang tidak dorman/masih keras tapi tidak/belum berkecambah), dan yang rusak (yaitu benih yang jika di tekan terasa lembek bahkan hancur).

(49)

39

e. Data yang telah diambil (berupa kecambah hadir yang telah terhitung harian) ditabulasikan, sebagaimana dapat dilihat tabel : 6, 7 dan 8, pada lampiran 1, 2 dan 3.

f. Data suhu dan kelembapan ruangan laboratorium diambil setiap hari selama pengamatan dengan menggunakan alat ukur suhu dan kelembapan hygro-thermometer.

D. Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data perkecambahan harian, data tersebut diolah untuk mendapatkan nilai-nilai perkecambahan, dalam hal ini antara lain : persentase perkecambahan, laju perkecambahan, dan daya perkecambahan benih, diolah untuk mencari nilai viabilitas perkecambahan. Perhitungan untuk mencari nilai-nilai tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Persentase Perkecambahan (Sutopo,2002)

Kriteria baik dapat dibagi dalam beberapa kategori menurut Stein (1978) dalam Ermansyah (1992), yaitu :

a. Perkecambahan dikatakan gagal jika persentase berkecambah berkisar antara 0% - 9%.

b. Perkecambahan dikatakan rendah jika persentase berkecambah berkisar 10% - 39%.

(50)

40

c. Perkecambahan dikatakan cukup jika persentase berkecambah berkisar 40% - 69%.

d. Perkecambahan dikatakan baik jika persentase berkecambah berkisar 70% - 100%

2. Laju Perkecambahan (Sutopo, 2002)

Dimana :

N : Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu. T : Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai

dengan akhir interval tertentu suatu pengamatan. «[ Menunjukkan hari ke 1, haULNH««GDQVHWHUXVQ\D

X : Hari terakhir pengamatan

3. Daya Perkecambahan

Daya kecambah merupakan jumlah benih yang berkecambah (%) di tambah jumlah benih yang sehat tapi tidak berkecambah hingga akhir pengamatan (%).

4. Nilai Rataan Pengamatan Viabilitas Benih (Dajan Anto, 1986)

Untuk mengetahui nilai rataan atau nilai rata-rata masing-masing variabel per perlakuan digunakan rumus umum :

X = U1 + U2 + U3 n

(51)

41

Dimana :

X = Nilai rata-rata

U1 = Variabel nilai perkecambahan pada ulangan 1 U2 = Variabel nilai perkecambahan pada ulangan 2 U3 = Variabel nilai perkecambahan pada ulangan 3

n = 3 (jumlah ulangan)

E. Analisa Data

Data yang telah diolah tersebut kemudian dianalisa untuk mengetahui metode perkecambahan terbaik antara UDK (Uji Diatas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas), dan Uji Langsung, yaitu dilihat nilai rata-rata perlakuan yang terbesar, nilai tersebut diasumsikan merupakan metode perkecambahan terbaik dari kondisi media terbaik.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil pengamatan viabilitas benih Sengon (Paraserianthes falcataria) melalui perlakuan Uji Di atas Kertas (UDK), Uji Antar Kertas (UAK), dan uji Langsung dapat dilihat pada lampiran 1 sampai 5. Sedangnkan untuk data persentase perkecambahan benih Sengon (Paraserianthes falcataria) masing - masing ulangan dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Persentase Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Per Ulangan dan Per Perlakuan

Perlakuan

Media Ulangan

Jumlah benih yang berkecambah

Persentase perkecambahan (%) Per ulangan Rata-rata perlakuan UDK 1 62 62 63,33 2 60 60 3 68 68 UAK 1 74 74 68,33 2 64 64 3 67 67 Uji Langsung 1 61 61 51,33 2 40 40 3 53 53

Hasil perhitungan Laju perkecambahan benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dari tiap ulangan dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

(53)

43

Tabel 3. Laju Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Per Ulangan dan Per Perlakuan.

Perlakuan

Media Ulangan

Jumlah benih yang berkecambah

Laju Perkecambahan (hari) Per ulangan Rata-rata

perlakuan UDK 1 62 3,97 3,37 2 60 3,17 3 68 2,96 UAK 1 74 1,14 1,79 2 64 1,72 3 67 2,18 Uji Langsung 1 61 3,91 3,81 2 40 4,53 3 53 3,00

Data hasil perhitungan persentase daya perkecambahan benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dari tiap ulangan dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Persentase Daya Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Per Ulangan dan Per Perlakuan

Perlakuan Media Ulangan Jumlah benih yang berkecambah (%) Benih yang sehat (%) Benih yang busuk (%) Daya Perkecambahan (%) Per ulangan (%) Rata-rata Perlakuan UDK 1 62 1 37 63 63,00 2 60 0 40 60 3 68 1 31 69 UAK 1 74 0 26 74 68,00 2 64 0 36 64 3 67 0 33 67 Uji Langsung 1 61 0 39 61 51,33 2 40 0 60 40 3 53 0 47 53

(54)

44

Rekapitulasi data hasil perhitungan nilai rataan viabilitas benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rataan Viabilitas Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) Perlakuan Nilai Rataan Persentase Perkecambahan (%) Laju Perkecambahan (hari) Persentase Daya Perkecambahan (%) UDK 63,33 3,37 63,00 UAK 68,33 1,79 68,00 Uji Langsung 51,33 3,81 51,33

Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata persentase perkecambahan (%), rata-rata laju perkecambahan (hari) dan rata - rata persentase daya perkecambahan (%) benih Sengon (Paraserianthes falcataria) masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Diagram Nilai Rata-rata Persentase Perkecambahan (%), Rata-rata Laju Perkecambahan (hari) Dan Rata-rata Persentase Daya Perkecambahan (%) Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 63.33 3.37 63.00 68,33 1.79 68.00 51.33 3.81 51.33 UDK UAK Uji Langsung

(55)

45

Keterangan :

1. Rata-rata Persentase Perkecambahan (%) Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

2. Rata-rata Laju Perkecambahan (hari) Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

3. Rata-rata Persentase Daya Perkecambahan (%) Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 14 hari, diperoleh hasil persentase perkecambahan pada masing-masing perlakuan sebagai berikut : UDK : 63,33%, UAK : 68,33%, dan Uji Langsung : 51,33%. Persentase perkecambahan terbesar yaitu pada metode UAK : 68,33%. Hal ini diduga oleh faktor cahaya, dimana cahaya tidak sepenuhnya terserap oleh benih karena adanya kertas merang yang menutupi benih.

Hasil laju perkecambahan dari masing ± masing perlakuan adalah sebagai berikut : UDK (Uji Di atas Kertas): 3,37 hari, UAK (Uji Antar Kertas) : 1,79 hari, dan Uji Langsung : 3,81 hari. Laju perkecambahan terkecil dicapai pada metode UAK dengan nilai: 1,79 hari. Memperhatikan nilai tersebut Uji Antar Kertas (UAK) merupakan metode terbaik untuk laju perkecambahan karena memiliki nilai terkecil, yaitu menunjukkan waktu yang paling sedikit untuk menghasilkan perkecambahan harian terbanyak. Diduga faktor mempengaruhi laju perkecambahan tersebut adalah cahaya. Dimana cahaya yang mengenai benih terhalang oleh lapisan kertas merang sehingga intensitas cahaya yang masuk lebih kecil/sedikit. Pada metode Uji Langsung, benihnya tertanam di dalam pasir sehingga cahaya yang mengenai benih juga sedikit, tetapi justru menghasilkan nilai rataan laju perkecambahan yang tertinggi (3,81 hari), nilai ini

(56)

46

menunjukkan lebih besar dari nilai yang dihasilkan pada Uji Di atas Kertas (3,37 hari). Pendugaan tersebut tidak sejalan dengan pernyataan Mulyani (2012) yang menyatakan bahwa semakin banyak intensitas cahaya yang menyinari semakin lambat laju perkecambahan biji. Hal tersebut memberi gambaran bahwa benih sengon (Paraserianthes falcataria) termasuk benih yang tidak menyukai cahaya terlalu banyak untuk proses perkecambahannya jika dilihat dari nilai laju perkecambahannya.

Adapun perlakuan yang menunjukkan nilai tertinggi tersebut, diduga juga dipengaruhi oleh sirkulasi air dan oksigen, dimana pada media pasir sirkulasi tersebut lebih lancar atau baik. Menurut Sutopo (2002) benih mempunyai kisaran air yang tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri. Menurut Kamil (1979) air memegang peranan penting dalam proses perkecambahan biji. Air merupakan faktor yang menentukan di dalam kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun dan umumnya dibutuhkan kadar air sekitar 30% - 55%.

Pada saat perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto, 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika

(57)

47

oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %. Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang mana membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses di dalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik molekul O2 atau tidak. Proses ini, secara berurutan disebut pernapasan (respiration), dan fermentasi, dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 dikeluarkan pada kedua proses di atas dan O2 diambil dari proses pernapasan, disebut pernapasan aerob (aerobic respiration). Sedangkan pernapasan tanpa molekul O2 bebas (fermentation) disebut pernapasan anaerob (anaerobic respiration) dimana oksigen diperoleh dari proses kimia (Kamil, 1979). Memperhatikan hal tersebut pendapat tersebut di atas berarti sejalan dengan perlakuan yang digunakan. Dimana perlakuan ke dua (UAK) menunjukkan baik % perkecambahan, laju perkecambahan, maupun daya perkecambahan adalah yang terbaik. Hal tersebut diduga karena kebutuhan oksigen untuk perkecambahan benih lebih sedikit karena terhalang oleh lapisan/penutup kertas merang yang basah, yang tentunya menghalangi sirkulasi oksigen dari udara.

Jika memperhatikan nilai rataan persen Daya Kecambah pada masing-masing perlakuan, maka menunjukkan hasil yang seiring sama dengan hasil persen perkecambahannya, yaitu nilai pada metode Uji Antar Kertas menunjukkan nilai yang terbesar (68,00%) dibanding nilai hasil pada Uji Di atas Kertas (63,00) dan Uji langsung (51,33). Nilai Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum (Sutopo, 2002). Memperhatikan pernyataan tersebut nilai harapan

(58)

48

terbaik pada daya kecambahnya adalah ditunjukkan pada Uji Antar kertas yaitu yang menunjukkan nilai tertinggi.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa metode Uji Antar kertas menunjukkan metode yang lebih efektif (menghemat waktu dan dana serta tenaga) dibandingkan dengan kedua metode lainnya yang dipakai dalam pengamatan ini, karena ketiga variabel menunjukkan metode tersebut yang menghasilkan nilai yang paling efektif.

Dengan hasil dan pembahasan tersebut di atas, maka dalam menentukan jumlah benih yang harus ditanam dalam skala besar untuk memenuhi target jumlah bibit yang akan ditanam, cukup dengan menggunakan metode perkecambahan Uji Antar Kertas.

Dari nilai variabel viabilitas benih sengon (Paraserianthes falcataria )yang menunjukkan bahwa persentase perkecambahan, laju perkecambahan, dan daya perkecambahan menunkjukkan bahwa nilai yang terbaik adalah perlakuan metode UAK tersebut adalah pada kondisi ruangan rata-rata temperatur harian: 27,30oC dan rata-rata kelembapan harian: 79,72 %.

Dari hasil pengamatan dan penghitungan data yang terdapat pada nilai rata-rata dari persentase perkecambahan, laju perkecambahan dan daya perkecambahan menunjukkkan bahwa kriteria ketiga perlakuan termasuk dalam kategori cukup, menurut pernyataan yang dikemukakan oleh Stein (1978) dalam Ermansyah (1992), yaitu dalam kriteria keberhasilan perkecambahannya rata-rata perkecambahan cukup bila perkecambahan mencapai : 40%-69%.

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan, pengolahan data sampai dengan pembahasan viabilitas benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari ketiga metode yang dipakai penggunaan metode Uji Antar kertas untuk meneliti viabilitas benih yang dikecambahkan sudah cukup dapat dipertanggungjawabkan.

2. Metode Uji Antar Kertas menunjukkan nilai yang paling efektif dibandingkan dengan jika menggunakan metode Uji Di atas Kertas dan Uji Langsung, 3. Penggunaan metode Uji Langsung yaitu menggunakan media pasir, yang

umum dipakai untuk mengetahui viabilitas benihnya ternyata tidak lebih efektif dan efisien.

B. Saran

Untuk mengetahui jumlah benih yang harus ditabur dalam proyek penanaman, disarankan cukup menggunakan metode perkecambahan Uji Antar Kertas karena lebih efektif dan efisien.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. IUPHHK-HAPT 2000. PT. Inhutani I UMH Segah Hulu. Bulungan. Anonim. 2012. RKUPHHK-HA Berbasis IHMB Periode Tahun 2012 s/d 2021. PT.

Inhutani I UMH Kunyit. Nunukan.

Dumanauw, 1990. Mengenal Kayu. Kanisiu. Jogjakarta.

Jem, Na. 2003. Pembiakan Vegetatif dan Implimentasinya dalam Skala

Operasional di Kehutanan. Diskusi Hasil-Hasil Litbang Pusat Penelitian dan Konservasi Alam. Bogor.

(61)

52

Lampiran 1.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Perkecambahan Harian Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan Metode Uji Di atas Kertas pada Ulangan Pertama, Kedua dan Ketiga

Perkecambahan hari ke- Ulangan I II III 1 9 16 24 2 21 28 21 3 2 3 6 4 1 0 6 5 6 2 3 6 10 1 1 7 6 1 0 8 3 2 1 9 1 3 0 10 2 3 0 11 0 0 0 12 0 0 1 13 1 1 4 14 0 0 0 Total 62 60 68 Benih sehat* 1 0 1 Benih busuk 37 40 31 Rata-rata perlakuan 63,33

Keterangan : Tanda (*) : Benih yang sehat tapi tidak berkecambah sampai akhir pengamatan

(62)

53

Lampiran 2.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan Metode Uji Antar Kertas pada Ulangan Pertama, Kedua dan Ketiga

Perkecambahan

hari ke- Ulangan I Ulangan II Ulangan III 1 49 18 24 2 20 34 24 3 2 8 13 4 1 4 3 5 2 0 1 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 2 10 0 0 0 11 0 0 0 12 0 0 0 13 0 0 0 14 0 0 0 Total 74 64 67 Benih sehat* 0 0 0 Benih busuk 26 36 33 Rata-rata perlakuan 68,33

Keterangan : Tanda (*) : Benih yang sehat tapi tidak berkecambah sampai akhir pengamatan.

(63)

54

Lampiran 3.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan Metode Uji Langsung pada Ulangan Pertama, Kedua dan Ketiga.

Perkecambahan

hari ke- Ulangan I Ulangan II Ulangan III 1 2 0 1 2 9 5 13 3 16 8 14 4 21 11 10 5 3 4 8 6 3 5 2 7 4 4 3 8 2 2 1 9 1 1 1 10 0 0 0 11 0 0 0 12 0 0 0 13 0 0 0 14 0 0 0 Total 61 40 53 Benih sehat* 0 0 0 Benih busuk 0 0 0 Rata-rata perlakuan 51,33

Keterangan : Tanda (*) : Benih yang sehat tapi tidak berkecambah sampai akhir pengamatan

(64)

55

Lampiran 4

Tabel 9. Data Suhu dan Kelembapan Harian Ruangan Laboratorium Silvilkultur Selama Pengamatan.

Hari ke Temperatur (oC) Kelembapan (%)

1 27,5 87 2 26,8 81 3 26,6 81 4 27,1 75 5 27,4 79 6 26,8 77 7 27,5 80 8 26,7 83 9 28,1 75 10 27,3 75 11 28,2 72 12 27,3 85 13 28,0 80 14 26,8 86 Rata-rata 27,30 79,72

(65)

56

Lampiran 5. Pengolahan Data untuk Persentase Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

A. Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Di atas Kertas.

1. = 62 x 100% 100 = 62 %...(ulangan 1) 2. = 60 x 100% 100 = 60 %...(ulangan 2) 3. = 68 x 100% 100 = 68 %...(ulangan 3)

B. Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Antar Kertas.

1. = 74 x 100% 100 = 74 %...(ulangan 1) 2. = 64 x 100% 100 = 64 %...(ulangan 2) 3. = 67 x 100% 100 = 67 %...(ulangan 3)

(66)

57

Lampiran 5. (Lanjutan)

C. Persentase Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Langsung 1. = 61 x 100% 100 = 61 %...(ulangan 1) 2. = 40 x 100% 100 = 40 %...(ulangan 2) 3. = 53 x 100% 100 = 53 %...(ulangan 3)

D. Rekapitulasi Nilai hasil Perhitungan nilai rataan untuk persentase perkecambahan.

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai hasil Perhitungan nilai rataan untuk persentase perkecambahan

Perlakuann Ulangan Nilai Rataan I II III

UDK 62 60 68 63,33

UAK 74 64 67 68,33

(67)

58

Lampiran 6. Pengolahan Data untuk Laju Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

A. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Di atas Kertas. 1. = 1x9+2x21+3x2+4x1+5x6+6x10+7x6+8x3+9x1+10x2 62 x 100% = 246 x 100% 62 = 3,97 %...(ulangan 1) 2. = 1x16+2x28+3x3+4x0+5x2+6x1+7x1+8x2+9x3+10x3+11x0+12x0+13x1 60 x 100% = 190 x 100% 60 = 3,17 %...(ulangan 2) 3. = 1x24+2x21+3x6+4x6+5x3+6x1+7x0+8x1+9x0+10x0+11x0+12x1+13x4 68 x 100% = 201 x 100% 68 = 2,96%...(ulangan 3)

B. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Antar Kertas.

1. = 1x49+2x20+3x2+4x1+5x2 x 100% 7

(68)

59 Lampiran 6. (Lanjutan) = 109 x 100% 74 = 1,47 %...(ulangan 1) 2. = 1x18+2x34+3x8 64 x 100% = 110 x 100% 64 = 1,72 %...(ulangan 2) 3.=1x24+2x24+3x13+4x3+5x1+6x0+7x0+8x0+9x2 67 x 100% = 146 x 100% 67 = 2,18 %...(ulangan 3)

C. Laju Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Langsung. 1. = 1x2+2x9+3x16+4x21+5x3+6x3+7x4+8x2+9x1 x 100% 61 = 238 x 100% 61 = 3,91%...(ulangan 1) 2. = 1x0+2x5+3x8+4x11+5x4+6x5+7x4+8x2+9x1 x 100% 40 = 181 x 100% 40 = 4,53 %...(ulangan 2) 3.=1x1+2x13+3x14+4x0+5x8+6x2+7x3+8x1+9x1 x 100% 53 = 159 x 100% 53 = 3,00 %...(ulangan 3)

(69)

60

Lampiran 6. (Lanjutan)

D. Rekapitulasi nilai rataan hasil perhitungan laju perkecambahan per perlakuan.

Tabel 11. Rekapitulasi nilai rataan hasil perhitungan laju perkecambahan per perlakuan

Perlakuann Ulangan Rataan

(hari) I II III

UDK 3,97 3,17 2,96 3,37

UAK 1,47 1,72 2,18 1,79

(70)

61

Lampiran 7. Pengolahan Data untuk Persentase Daya Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria).

A. Persentase Daya Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Diatas Kertas.

1. = 62 % + 1 % = 63 %...(ulangan 1) 2. = 60 % + 0 % = 60 %...(ulangan 2) 3. = 68 % + 1 % = 69 %...(ulangan 3)

B. Persentase Daya Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Antar Kertas.

1. = 74 % + 0 % = 74 %...(ulangan 1) 2. = 64 % + 0% = 64 %...(ulangan 2) 3. = 67 % + 0 % = 67 %...(ulangan 3)

C. Persentase Daya Perkecambahan Per Ulangan untuk Perlakuan dengan Metode Uji Langsung

1. = 61 % + 0 % = 61 %...(ulangan 1) 2. = 40 % + 0 % = 40 %...(ulangan 2) 3. = 53 % + 0 % = 53 %...(ulangan 3)

(71)

62

Lampiran 7. (Lanjutan)

D. Rekapitulasi nilai rataan hasil perhitungan Daya perkecambahan per perlakuan.

Table 12. Rekapitulasi nilai rataan hasil perhitungan Daya perkecambahan per Perlakuan.

Perlakuann Ulangan Rataan

I II III

UDK 63 60 66 63,00

UAK 74 64 67 68,00

(72)

63

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Benih Sengon (Paraserianthes falcataria)

(73)

64

Lampiran 10. (Lanjutan)

Gambar 5. Kegiatan Penyiapan Media Kecambah

(74)

65

Lampiran 11. (Lanjutan)

Gambar 7. Pengukuran Suhu (oC) & Kelembapan (%)

(75)

66

Lampiran 12. (Lanjutan)

Gambar 9. Metode Uji Di atas Kertas

(76)

67

Lampiran 13. (Lanjutan)

Gambar

Tabel 2. Persentase Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria)   Per Ulangan dan Per Perlakuan
Tabel 4. Persentase Daya Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes  falcataria)  Per Ulangan dan Per Perlakuan
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rataan Viabilitas Benih Sengon (Paraserianthes  falcataria)  Perlakuan  Nilai Rataan Persentase  Perkecambahan  (%)  Laju  Perkecambahan (hari)  Persentase Daya  Perkecambahan  (%)  UDK 63,33 3,37  63,00  UAK 68,33 1,79  68,00
Tabel 6. Hasil Pengamatan Perkecambahan Harian Benih Sengon  (Paraserianthes falcataria) dengan Metode Uji Di atas Kertas pada  Ulangan Pertama, Kedua dan Ketiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada Tabel 1, secara statistik menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan demineralisasi berbeda dalam proses produksi ekstrak kolagen dari limbah

Jadi dapat disimpulkan bahwa, substansi teori Karl Marx pada poin ke-8 yang menyatakan bahwa “Aturan hukum hanya berisi kekuatan muatan-muatan kepentingan pemilik

(2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan (identity values) dari sekuen nifH dan nifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6

Sesuai dengan tujuan penanaman nilai-nilai karakter yaitu untuk berhubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

Penelitian ini merupakan penelitian rekayasa atau pengembangan yaitu membangun basisdata fuzzy untuk menentukan jenis pakan ikan berdasarkan harga dan kandungan gizi

Binaan frasa adjektif terdiri daripada kata adjektif atau dikenali juga sebagai kata sifat. Kata adjektif dapat dikenalpasti dan dibezakan daripada kata nama atau kata kerja dengan

Dalam upaya untuk meningkatkan realisasi program Bantuan Belajar Mandiri dan atas dasar Kesepakatan Kerjasama (MOU) yang telah ditandatangani, dengan ini kami mohon bantuannya

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian