• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SIFAT-SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWA BIOAKTIF KOLAGEN YANG DIPRODUKSI DARI LIMBAH TULANG BELIKAT (OS Scapula) SAPI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN SIFAT-SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWA BIOAKTIF KOLAGEN YANG DIPRODUKSI DARI LIMBAH TULANG BELIKAT (OS Scapula) SAPI BALI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Sifat-Sifat Fisiko-Kimia Senyawa Bioaktif Kolagen yang Diproduksi

dari Limbah Tulang Belikat (Os Scapula) Sapi Bali

Muhammad Irfan Said

1)

, Abdul Wahid Wahab

2)

dan Farida Nur Yuliati

3)

1,3) Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Jl.Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245 Telp/Fax.(0411) 587217

2) Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin

Jl.Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245 Telp/Fax (0411) 586498 Email : irfanunhas@gmail.com

Abstrak-Tulang sapi merupakan produk limbah RPH yang kaya dengan senyawa kolagen. Senyawa kolagen banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan dan farmasi. Untuk memperoleh ekstrak kolagen dengan kuantitas dan kualitas yang maksimal dari tulang, dibutuhkan proses demineralisasi dengan kombinasi bahan dan waktu proses yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat-sifat fisik dan kimia senyawa kolagen yang diproduksi dari limbah tulang sapi bali menggunakan beberapa jenis bahan dan waktu proses demineralisasi berbeda. Materi penelitian adalah tulang belikat (os scapula) sapi bali umur potong 2,5-3 tahun. Proses demineralisasi menggunakan 2 jenis bahan, yaitu CH3COOH dan H2SO4. Penelitian dilaksanakan

secara eksperimen laboratorium Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor 1 adalah perbedaan jenis bahan demineralisasi : (1) Asam Lemah (CH3COOH 1M) dan (2) Asam Kuat (H2SO4 1M), dan faktor 2

adalah waktu proses (48 jam dan 96 jam). Data yang diperoleh dianalisis secara sidik ragam. Hasil yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil akhir menunjukkan bahwa penerapan bahan demineralisasi menggunakan H2SO4 1M menghasilkan nilai rendemen yang tertinggi, namun

penerapan bahan berupa CH3COOH 1M dengan waktu proses 48 jam menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik

khususnya yang terkait dengan sifat kekuatan gel.

Kata Kunci : fisikokimia, kolagen, tulang, sapi bali, demineralisasi

Abstract-Bone of beef cattle is slaughterhouse waste which is a product rich in collagen. The collagen was used widely in the food and pharmaceutical fields. To obtain maximum quantity and quality of collagen extract of bone was required demineralization process by the combination of materials and processing time is right. The purpose of this study was to evaluate of physical properties and chemical compound of collagen produced from bone of Bali cattle using types of materials and different time of demineralization process. The research materials was belikat bone (os scapula) of Bali cattle aged 2.5-3 years. Two kinds of materials (CH3COOH and

H2SO4) was used to demineralization process. The laboratory experiments with Completely randomized design

(CRD) factorial was used as design of research. The first factor is difference of types of materials weak acid (CH3COOH 1M) and strong acid (H2SO4 1 M), and the second factor is processing time (48 h and 96 h). The

data were analyzed by analysis of variance (ANOVA), and significant results further were tested by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The results of this study showed that the application of materials demineralization using H2SO4 1M produces the highest yields, but CH3COOH 1M with a 48h process better produces of the gel

strength.

Keywords: physicochemical, collagen, bone, Bali cattle, demineralization

1.PENDAHULUAN

Tulang sapi Bali merupakan salah satu produk limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang kaya dengan senyawa kolagen, namun sampai saat ini limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah tulang saat ini masih diarahkan sebagai bahan baku tepung tulang untuk pakan ternak, sedangkan pemanfaatan dalam bidang pangan belum banyak dikaji.

Sebagai salah satu ilustrasi sederhana, bahwa produksi limbah perhari berupa tulang yang dihasilkan oleh RPH Tamangapa di Kota Makassar ternyata cukup signifikan. Jumlah ternak sapi yang disembelih

di RPH tersebut dalam setiap harinya rata-rata mencapai 60 ekor dengan berat badan rata-rata 100 kg (90% sapi Bali) [1]. Bila diasumsikan jumlah tulang yang dihasilkan dari penyembelihan seekor ternak adalah 16,6% dari berat badan hidup [2], maka dalam setiap bulannya RPH Tamangapa menghasilkan limbah tulang sebesar, 60 ekor x 100 kg x 16,6% x 30 hari = 29.880 kg atau ekuivalen dengan 29,9 ton/bulan.

Hasil penelitian awal yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa tulang belikat (os scapula) pada sapi Bali memiliki komposisi kadar air (39,12%), kadar protein kasar (39,84%), kadar lemak kasar (0,08%), BETN (0,66%), kadar abu (28,93%),

(2)

kadar Ca (11,66%) dan kadar P(12,07%) (wet basis) [3]. Tulang sapi secara struktural kaya dengan senyawa bioaktif berupa protein kolagen yang terikat secara kuat dengan mineral kalsiumnya [4]. Senyawa bioaktif kolagen merupakan produk hidrokoloid yang diperoleh dari hasil hidrolisis protein hewani secara parsial [5]. Dalam aplikasinya, senyawa kolagen telah banyak digunakan dalam bidang pangan dan farmasi. Dalam bidang pangan, kolagen banyak dimanfaatkan sebagai agensia pengental dan stabilizer, sedangkan dalam bidang farmasi banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat cangkang kapsul. Untuk memperoleh ekstrak kolagen dengan kuantitas dan kualitas yang maksimal dari tulang, dibutuhkan proses demineralisasi dengan kombinasi bahan dan waktu proses yang tepat. Pada proses demineralisasi, terjadi proses hidrolisis dan solubilisasi komponen mineral serta denaturasi ikatan protein secara terbatas, sehingga akan sangat mempengaruhi sifat-sifat khususnya sifat-sifat fisik dan kimianya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sifat-sifat fisik dan kimia dari senyawa bioaktif kolagen yang diproduksi dari limbah tulang sapi Bali dengan menerapkan beberapa jenis bahan dan waktu proses demineralisasi yang berbeda.

2.BAHAN DAN METODE Materi Penelitian

Materi utama dari penelitian ini menggunakan bahan baku dari tulang belikat (os scapula) sapi Bali jantan dengan umur potong pada kisaran 2,5-3 tahun yang diperoleh dari RPH Tamangapa, Kota Makassar. Jenis bahan demineralisasi yang digunakan antara lain CH3COOH 1M dan H2SO4 1M. Bahan pelengkap

proses ekstraksi diantaranya aquadest dan Ca(OH). Peralatan pendukung proses produksi antara lain : water bath (Memmert), oven digital (Memmert), timbangan analitik (Henherr JCS-K), labu ukur (pyrex), beker glass (pyrex), erlemenyer (pyrex), corong gelas, gelas ukur (pyrex) dan termometer. Peralatan-peralatan pendukung untuk proses uji kualitas antara lain : universal testing machine (DIGITAL Force Gauge GY-4), viskometer (Brookfoeld LV)dan pH meter (Hanna NI 8520).

Metode Penelitian

-Prosedur produksi ekstrak kolagen

Kolagen diekstrak menurut metode [4] yang telah dimodifikasi. Potongan tulang belikat (os scapula) sapi Bali ukuran 3x3 cm sebanyak 300 dimasukkan ke dalam beker glass yang berisi larutan etanol 70% dan dilakukan perendaman selama 24 jam pada suhu ruang. Tulang selanjutnya dicuci dengan air mengalir selama 3 menit. Sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan demineralisasi (disesuaikan dengan perlakuan) menggunakan rasio tulang : larutan (1:1,5). Ossein yang dihasilkan, kemudian dicuci dengan air mengalir. Sampel tulang dinetralkan dengan Ca(OH)2 20% b/v selama 24 jam

dengan rasio tulang : larutan (1:1,5). Sampel tulang selanjutnya dimasukkan ke dalam erlemenyer berisi aquades dengan rasio tulang : aquades (1:1). Proses ekstraksi dilakukan secara bertingkat dalam water bath. Ekstraksi pertama pada suhu 70oC selama 24 jam untuk menghasilkan kolagen cair fraksi pertama yang dilanjutkan dengan esktraksi kedua pada suhu suhu 75oC selama 24 jam untuk menghasilkan fraksi 2). Hasilnya kemudian dikeringkan di dalam oven suhu 55oC selama 18-20 jam. Lapisan tipis ekstrak kolagen digiling dengan blender hingga membentuk konsistensi kering. Hasil yang diperoleh selanjutnya dikemas dengan plastik vakum untuk dilakukan uji kualitas.

-Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan dasar berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Perlakuan menggunakan dua faktor, yakni faktor pertama adalah perbedaan jenis bahan demineralisasi : CH3COOH 1M dan H2SO4 1M dan

faktor kedua adalah waktu proses (48 jam dan 96 jam).

-Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis secara sidik ragam berdasarkan rancangan acak lengkap. Hasil yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) [6].

-Cara analisis

Rendemen. Alat ukur adalah timbangan digital (Henherr JCS-K). Berat ekstrak dan sampel tulang bahan baku ditimbang bobotnya (g). Persamaan yang digunakan adalah ; Rendemen (%) = a/b x 100%, dimana a = bobot ekstrak kolagen ; b = bobot sampel tulang yang diproses.

Kekuatan gel. Alat ukur menggunakan

universal testing machine (DIGITAL Force Gauge GY-4). Larutan ekstrak kolagen dibuat dengan konsentrasi 6,67% w/v, dipanaskan suhu ±60oC hingga partikel ekstrak larut secara sempurna. Larutan dimasukkan ke dalam wadah berdiamater 5 cm dengan tinggi 6 cm kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5oC selama 16-18 jam. Sampel dalam wadah diletakkan tepat pada bagian bawah plunger (d=13mm) untuk selanjutnya dilakukan proses pengujian. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali setiap sampel pada suhu ±10oC. Hasil pembacaan adalah gaya maksimum yang diberikan

plunger pada gel. Persamaan yang digunakan adalah ; Kekuatan gel (g Bloom) = 20 + 2,86 x 10-3 x D ; D = F/G x 980, dimana F = Gaya tekan plunger (N) ; G = konstanta (0,07)

Viskositas. Alat ukur menggunakan

viskometer (Brookfoeld LV). Sebanyak 6,67% w/v larutan ekstrak kolagen dibuat konsentrasi, dipanaskan pada suhu ±60oC hingga partikel ekstrak terlarut. Larutan dimasukkan ke dalam wadah pada alat viscometer. Mesin dijalankan pada RPM 30.

(3)

Persamaan yang digunakan adalah ; Viskositas (cP) = faktor x DR, dimana faktor = hasil pembacaan alat viscometer menggunakan spindel LV1 ; DR = deal reading (hasil pembacaan RPM viscometer)

pH. Alat ukur menggunakan pH meter (Hanna NI 8520) yang sudah dikalibrasi. Larutan ekstrak kolagen dibuat pada konsentrasi 6,67% w/v, dipanaskan pada suhu ±60oC hingga partikel ekstrak terlarut. Larutan didinginkan pada suhu ruangan, kemudian pH larutan diukur.

Kadar Protein. Analisis menggunakan

metode AOAC (1995). Persamaan yang digunakan ; Kadar protein (%) = PxVxN x 14 x 6,25/bobot sampel (g) x 100%, dimana P = faktor pengenceran (100/5) ; V = volume ; N = normalitas pentitrasi = 0,0199 N

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Fisiko-Kimia Ekstrak Kolagen dari Limbah Tulang Belikat (Os Scapula) Sapi Bali pada Penerapan Jenis Bahan dan Waktu Proses Demineralisasi Berbeda

No. Parameter Uji Waktu Proses

Demineralisasi

Jenis Bahan Demineralisasi

CH3COOH 1 M H2SO4 1 M

1. Rendemen (%) 48 jam 2,26±0,39a 8,81±0,47b

96 jam 2,51±0,24a 9,37±0,23b 2. Kekuatan Gel (g Bloom) 48 jam 200,68±15,71c 147,00±36,28d

96 jam 297,57±29,48c 139,15±15,87d

3. Viskositas (cP) 48 jam 6,00±1,91 6,00±2,00

96 jam 7,50±0,64 5,10±1,01

4. pH 48 jam 5,5±0,21e 3,6±0,10f

96 jam 5,8±0,17e 3,6±0,06f

5. Kadar Protein (%) 48 jam 70,8±2,45 71,9±2,07

96 jam 73,9±5,09 74,6±5,10

Keterangan : a,b,c,d,e ; Superskrip yang sama pada baris dan atau kolom yang sama dari setiap parameter uji menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Rendemen

Rendemen pada dasarnya adalah besaran produk yang dihasilkan dari sejumlah bahan baku yang diproses [7] dan besaran rendemen sangat dipengaruhi oleh proses produksi [8].

Berdasarkan data pada Tabel 1, secara statistik menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan demineralisasi berbeda dalam proses produksi ekstrak kolagen dari limbah tulang sapi Bali berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai rendemen. Penerapan bahan demineralisasi dari golongan asam kuat (H2SO4) menghasilkan

rendemen lebih tinggi dibanding penggunaan bahan demineralisasi dari golongan asam lemah (CH3COOH). Asam kuat seperti H2SO4 memiliki

valensi 2 dalam struktur molekulnya sehingga memiliki kemampuan lebih kuat dalam memotong ikatan asam amino penyusun serabut kolagen dibanding asam lemah seperti CH3COOH yang

hanya memiliki valensi satu

Tulang belikat (os scapula) pada sapi Bali memiliki kandungan protein yang sangat tinggi yakni mencapai 39,84% dari berat basah bahan atau kurang lebih sepertiga dari komposisi kimia yang menyusun tulang belikat itu adalah protein. Dari jumlah tersebut kurang lebih 60-70% protein yang ada itu adalah potensi kolagen [3]. Jumlah kolagen yang mampu terekstrak itu sangat dipengaruhi oleh kinerja bahan demineralisasi yang digunakan, dalam

hal ini adalah asam yang digunakan. Peningkatan konsentrasi asam menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi ion H+ dalam larutan yang pada akhirnya akan mempercepat terjadinya proses hidrolisis [9]. Laju hidrolisis yang semakin cepat cenderung meningkatkan jumlah molekul kolagen yang terkonversi dan menyebabkan meningkatnya nilai rendemen [10].

Kekuatan Gel

Salah satu sifat fungsional yang dimiliki oleh ekstrak kolagen adalah kekuatan gel [11]. Kekuatan gel merupakan gaya untuk menghasilkan deformasi tertentu [12]. Data penelitian terkait nilai pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan jenis bahan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai kekuatan gel produk kolagen. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan asam kuat, terjadi pemotongan rantai asam amino pada molekul protein kolagen secara berlebihan. Aktivitas tersebut menyebabkan beberapa kolagen akan mengalami kerusakan pada struktur ikatan hidrogennya maupun pada bagian struktur triple heliks khususnya pada rantai-α [13]. Sifat kekuatan gel pada ekstrak kolagen terkait dengan kandungan protein yang terdapat pada bahan baku tulang belikat. Nilai kekuatan gel produk ekstrak kolagen terkait dengan jumlah molekul kolagen yang dapat terekstrak secara sempurna dari komponen

(4)

molekul protein tulang belikat. Sifat kekuatan gel dipengaruhi pula oleh bahan yang digunakan dalam proses dalam hal ini penggunaan asam. Penggunaan asam kuat menurunkan sifat kekuatan gel. Sifat kekuatan gel berkaitan dengan ikatan hidrogen antara molekul air dengan kelompok hidroksil bebas dari kelompok asam amino, ukuran rantai protein, konsentrasi serta distribusi berat molekul kolagen [14],[15]

Viskositas

Viskositas merupakan kemampuan menahan dari suatu cairan untuk mengalir akibat adanya adsorbsi dan pengembangan dari sebuah koloid [11]. Hasil analisis sidik ragam terhadap data pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai viskositas ekstrak kolagen yang diproduksi menggunakan bahan demineralisasi dari asam lemah dengan asam kuat tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Nilai viskositas secara rata-rata mengalami penurunan dengan penggunaan bahan demineralisasi dari bahan asam kuat. Laju konversi protein kolagen yang terdapat pada tulang belikat (os scapula) sapi Bali salah satunya dipengaruhi oleh proses (suhu, waktu dan pH) dari bahan baku maupun praperlakuan [15]. Peningkatan nilai viskositas dipengaruhi oleh struktur molekul asam amino yang menyusun protein gelatin. Susunan asam amino yang semakin panjang akan meningkatkan nilai viskositas gelatin [16]. Konformasi ikatan yang kurang stabil menyebabkan ikatan tersebut mudah mengalami transformasi menjadi molekul-molekul polipeptida pada saat proses ekstraksi dilakukan. Rantai molekul yang panjang berpengaruh langsung pada nilai viskositas gelatin [17].

pH

Berdasarkan hasil analisis ragam dari data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penerapan jenis asam yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai derajat keasaman (pH) produk ekstrak kolagen. Pada saat pemberian asam dalam proses demineralisai, maka serabut kolagen yang ada pada tulang akan mengalami proses pembengkakan (swelling), sehingga terjadi penurunan sifat kohesi internal dari serabut kolagen tersebut yang menyebabkan struktur ikatan asam amino pada molekul kolagen mengalami pembukaan dan bahan asam akan “terperangkap” diantara ikatan tersebut. Molekul asam yang terperangkap dalam struktur ikatan tersebut dan tidak larut saat proses netralisasi, secara langsung akan mempengaruhi nilai pH akhir produk dan akhirnya konsentrasi asam dapat mengubah nilai pH produk [4]. Nilai pH juga berpengaruh terhadap kerapatan muatan protein sehingga mampu memodifikasi terjadinya interaksi-interaksi elektrostatik dalam struktur asam amino penyusun protein [18].

Kadar Protein

Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat nilai kadar protein produk ekstrak kolagen yang diberi bahan demineralisasi dari golongan asam lemah secara rata-rata lebih rendah dibanding pemberian dengan asam kuat, namun secara statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Kadar protein pada tulang belikat sapi Bali menempati 1/3 dari komposisi penyusun tulang belikat. Komposisi ini sepenuhnya akan terkonversi menjadi molekul kolagen oleh karena aktivitas hidrolisis yang dilakukan molekul asam. Penggunaan bahan asam dalam proses demineralisasi tulang dapat menyebabkan fibril-fibril kolagen membengkak dan “pecah” serta terhidrolisis menjadi satuan fibril atau makromolekul tropokolagen [19]. Terjadinya peningkatan kadar protein kolagen dengan penggunaan asam pada konsentrasi berbeda berkaitan dengan perubahan jumlah struktur ikatan asam amino yang menyusun protein kolagen.

4. KESIMPULAN

Penerapan bahan demineralisasi dari jenis asam lemah (CH3COOH 1M) dengan waktu proses

48 jam menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik khususnya yang terkait dengan sifat kekuatan gel, namun untuk menghasilkan rendemen yang tinggi, penggunaan asam kuat (H2SO4 1M) akan lebih

baik.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi RI melalui skim Program SINas Insentif Riset Terapan atas dukungan pendanaan dalam penelitian ini. Juga kepada para mahasiswa (Dewi Ramadhani, A. Abd. Malik Wahid, dan Lukman Hakim) atas peran sertanya dalam kegiatan penelitian ini.

DAFTAR REFERENSI

[1] Anonim, Statistik Peternakan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Makassar, Makassar, 2001

[2] T.W.Widayati dan E.K. Suawa, Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong Melalui Perbaikan Manajemen Mikro Di Kabupaten Sarmi Papua. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2007, hal : 346-352

[3] M.I.Said, E. Abustam, A.W.Wahab dan Sartini,

Pengembangan Produk Pangan Baru Dari Bahan Baku Lokal (Tulang Sapi Potong) Untuk Kebutuhan Khusus Berupa Food Supplement Bagi Masyarakat Spesifik Lanjut Usia (Lansia), Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(5)

(LP2M), Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012

[4] H.W.Ockerman and C.L. Hansen, Animal By Product Processing and Utilization, CRC Press, USA, 2000

[5] I.Kolodziejska., K.Kaczorowski, B.Piotrowska and M.Sadowska, “Modification of the properties of gelatin from skins of Baltic cod (Gadus morhua) with transglutaminase”,

Food Chem, vol.86, no.2, 2003, pp.2003. 203-209.

[6] R.G.D Steel and J.H.Torrie, Principle and Procedure of Statistics, 2nd.ed, International Book Company, Tokyo, 1991

[7] B.Giménez, M.C. Gómez-Guillén and P. Montero, “The role of salt washing of fish skins in chemical and rheological properties of gelatin extracted”, Food Hydrocolloids, vol.19, no.6, 2005,pp.951-957.

[8] I.Kolodziejska., K.Kaczorowski, B.Piotrowska and M.Sadowska, “Modification of the properties of gelatin from skins of Baltic cod (Gadus morhua) with transglutaminase”, Food Chem, vol.86, no.2, 2003, pp.203-209. [9] P.Zhou and M.R. Joe, “Effect of alkaline and

acid pretreatments on alaska pollock skin gelatin extraction”, J. Food Sci, vol.70, 2005, pp.392-396.

[10] Anonim, Gelatin.org. Market Data 2005, Gelatine Manufacturers of Europe,

http://www.gelatine.org, 2006.

[11] R.Schrieber and H.Gareis, Gelatine Handbook, Wiley-VCH GmbH & Co, Weinhem, 2007

[12] J.M. de-Man, Kimia Makanan, Edisi Kedua, Penerjemah : Padmawinata, K. ITB Press, Bandung, 1989

[13] J.H.Muyonga, C.G.B. Cole and K.G. Duodu, “Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopic study of acid soluble collagen and gelatin from skins and bones of young and adult Nile perch (Lates niloticus)”, Food Chemistry, vol.86, no.3, 2003, pp.325-332. [14] J.A.Arnesen and A. Gildberg, “Preparation

and characterization of gelatine from the skin of harp seal (Phoca groendlandica)”,

Bioresource Technology, vol.82, 2002, pp.191-194.

[15] R.Bhat and A.A. Karim, “Ultraviolet irradiation improves gel strength of fish gelatin”. Food Chemistry. 2008. . doi:10.1016/j.foodchem.2008.08.039

[16] P.B.Leiner, The Physical and Chemical Properties of Gelatin.

http://www.pbgelatin.com, 2002.

[17] I.Jaswir, Memahami Gelatin. Artikel Iptek. www.beritaiptek.com, 2007.

[18] M.Verheul, S.P.F.M. Roefs and C.G. de Kruif, “Kinetics of heat-induced aggregation of β-lactoglobulin”, J.of Agric and Food Chem., vol.46, 1998, pp.896–903.

[19]C.R.Leeson,T.S.Leeson and A.A.Paparo,

Buku Ajar Histologi (Textbook of Histology). Penerjemah : Siswojo, S.K., J.Tambajong, S. Wonodirekso, I.A.Suryono, R.Tanzil, H.Soeharto, S.Roewijoko, I.Goeritnoko dan M. Martoprawiro, Edisi V, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1995

Gambar

Tabel 1.  Sifat Fisiko-Kimia Ekstrak Kolagen dari Limbah Tulang Belikat (Os Scapula) Sapi Bali pada  Penerapan Jenis Bahan dan Waktu Proses Demineralisasi Berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi dekok daun binahong yang tepat untuk mendapatkan kualitas tahu putih terbaik selama masa simpan adalah konsentrasi 60%3. Konsentrasi dekok daun

Masyarakat yang hanya ingin memenuhi kebutuhannya sebagai seorang manusia biasa, pada akhirnya harus dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yang beraneka ragam (atau pada

Penyelesaian sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang mengalami kerugian akibat informasi iklan barang dan jasa yang menyesatkan berdasarkan Pasal 43 ayat

Benbow (dalam Alsa 2007) juga tepat dan memberikan respon adaptif pada situasi berpendapat bahwa dampak negatif program baru, dan kapasitas untuk berpikir abstrak,

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terha- dap pengasuhan orangtua (variabel support) den- gan perfeksionisme pada remaja

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dalam kehidupannya. Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang

Tujuan dari penelitian berikut ini adalah untuk memperoleh perbandingan yang ideal antara campuran solar dan biodiesel dari crudeoil nyamplung dengan proses degumming