• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perfeksionisme dengan Depresi pada Siswa Cerdas Istimewa di Kelas Akselerasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Perfeksionisme dengan Depresi pada Siswa Cerdas Istimewa di Kelas Akselerasi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Siswa Cerdas Istimewa di Kelas Akselerasi

Nanang Rosadi

Iwan Wahyu Widayat, S.Psi., M.Psi., psikolog

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Nanang Rosadi, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: estherrialita@yahoo.co.id

Abstract.

This study aims to determine relationship between perfectionism with

depression on Gifted Student. Sample of this research 124 research samples.

Data collection tool used was questionaire form of perfectionism scale (59

items). Depression Scale (65 statements) from Aaron T. Beck (1996) the Beck

Depression Inventory - II. Analysis of the data used in this study is the

correlation technique with the help of IBM SPSS Statistics 20. Based on the

analysis of research data obtained correlation coefficient of 0.416 with a

significance level of 0.000. It can be concluded that there is a correlation

between perfectionism with Depression on gifted student who follow

accelerated program.

Key words : Perfectionism, Depression, Gifted student and Acceleration

Program

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme

dengan depresi pada Siswa Berbakat. Sampel ini sampel penelitian 124

penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner

berbentuk skala perfeksionisme (59 item). Depresi Skala (65 pernyataan) dari

Aaron T. Beck (1996) Beck Depression Inventory - II. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi dengan bantuan SPSS

Statistik IBM 20. Berdasarkan analisis data penelitian diperoleh koefisien

korelasi 0,416 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara perfeksionisme dengan Depresi pada

siswa berbakat yang mengikuti program akselerasi.

(2)

Pendahuluan kekecewaan yang luar biasa (Siswa Depresi, 2010). Anak cerdas istimewa adalah anak yang Informasi ini menunjukkan bahwa program memiliki kemampuan inteligensi diatas rata–rata, akselerasi ini juga memberikan dampak negatif memiliki kreativitas tinggi serta komitmen yang cukup signifikan bagi siswanya. Berikutnya terhadap tugas yang juga tinggi (Renzulli dalam Gunawan (2011) menyatakan program percepatan Sternberg & Davidson, 2010). Anak cerdas belajar seperti ini lazim disebut sebagi program istimewa ini dilayani dengan program yang akselerasi. Namun dalam menjalani program berbeda (Hawadi, 2004), berdasarkan data pada akselerasi ini ada berbagai dampak negatif yang tahun 2008 perkembangan jumlah sekolah bisa timbul pada siswa yang menjalaninya. Hal ini penyelenggara dan peserta didik yang mengikuti bisa disebabkan oleh aspek sosial dan emosional, program akselerasi menunjukkan adanya tekanan ini berasal dari sekolah maupun tuntutan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. tuntutan akademis dan kognitif yang berpotensi Program akselerasi adalah sebuah layanan yang untuk menimbulkan stres pada siswa program memiliki dampak positif dan negatif, bagi siswa akselerasi.

antara lain terkait dengan aspek akademis, beban

belajar yang isi dari pelajaran tersebut lebih maju Anak Cerdas Istimewa

dan ada kemungkinan terlalu jauh sehingga siswa Di Indonesia menggunakan teori dari kesulitan dalam menyesuaikan dan akhirnya Renzulli yaitu dengan karakteristik sebagai tertinggal, aspek penyesuaian emosi yaitu siswa berikut teori dari Joseph Renzulli (dalam mudah frustasi dengan tingkat tekanan dan Sternberg dan Davidson, 2010) mengatakan bahwa tuntutan yang ada serta aspek penyesuaian sosial syarat gifted membutuhkan interaksi dari tiga yaitu karena siswa ditekankan untuk bereprestasi aspek berikut yaitu kemampuan diatas rata-rata, secara akademik sehingga mengurangi waktu kreativitas serta komitmen yang tinggi terhadap melakukan hal–hal yang biasa dilakukan siswa tugas, berikut penjelasannya : 1). Kemampuan seusianya (Gunarsa, 2006). Penelitian sebelumnya diatas rata-rata dalam konsep Renzulli dapat oleh Kolesnik (dalam Alsa 2007) mengemukakan dibahas dalam dua pengertian yaitu terdiri dari kelemahan program akselerasi salah satunya traits yang diaplikasikan pada seluruh aspek (misal adalah menimbulkan masalah sosial dan kecerdasan umum) atau aspek luas (misal emosional dan bentuk dari masalah emosional kemampuan verbal umum yang diaplikasikan adalah depresi. Lebih lanjut Gibson (dalam Alsa pada beberapa dimensi seni bahasa). Kemampuan 2007) mengatakan kelemahan utama program ini terdiri dari kapasitas untuk memproses akselerasi adalah menyangkut penyesuaian sosial informasi, menggabungkan pengalaman yang siswa. Benbow (dalam Alsa 2007) juga tepat dan memberikan respon adaptif pada situasi berpendapat bahwa dampak negatif program baru, dan kapasitas untuk berpikir abstrak, 2). akselerasi adalah perkembangan sosial dan Komitmen yang tinggi terhadap tugas dapat emosional siswa. Dampak sosialnya antara lain terlihat pada beberapa karakteristik, antara lain mereka merasa waktu istirahat dan bermainnya kemampuan anak untuk mengambil energi dan kurang, temannya sedikit, dikucilkan oleh teman mengkonsentrasikannya pada tugas tertentu, lain atau dimusuhi olah kakak kelasnya, dianggap contohnya sebuah proyek kreatif, proyek sok dan tidak bisa bebas mengikuti kegiatan penelitian, konsistensi dalam meraih tujuan, e k s t ra . D a m p a k e m o s i ny a a n t a ra l a i n keinginan untuk berprestasi, anstusiasme dan kekhawatiran atau takut bila mendapatkan nilai kesungguhan dalam mencapai tujuan ketika buruk dan merasa malu jika nanti nilainya lebih individu diperbolehkan untuk bekerja dengan jelek jika dibandingkan dengan teman-temannya pilihannya sendiri. Istilah yang seringkali yang berada di kelas regular. Salah satu efek dari digunakan untuk menjelaskan tentang komitmen program akselerasi ini yaitu di NTB ditemukan terhadap tugas adalah ketekunan, daya tahan, siswa depresi bunuh diri karena tidak lulus dari bekerja keras, praktik yang berdedikasi, percaya kelas akselerasi, menurut informasi yang ada siswa diri, percaya pada kemampuan seseorang untuk ini tertekan karena terlalu giat belajar tapi ketika menyelesaikan pekerjaan penting, dan aksi yang gagal mereka merasakan sangat gagal dan diaplikasikan dalam area minat seseorang, 3).

(3)

Kreativitas kluster ketiga berhubungan dengan Indonesia) (Departemen Pendidikan Nasional, kemampuan seseorang untuk meenhasilkan 2007). Dengan siswa rentang usia 15-18 Tahun yang produk yang original, rumit, dan unik. Kelancaran, berada pada batas remaja akhir menurut tugas keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir. perkembangan Piaget yang telah memasuki dan Keterbukaan terhadap pengalaman, penerimaan menerapkan pemikiran operasional formal terhadap sesuatu yang baru dan berbeda (maupun dimana dengan proses berpikir ini maka irrasional) dalam pikiran, perilaku dan produk pemikiran mereka tidak terbatas pada seseorang. Rasa ingin tahu, spekulatif, pengalaman yang sifatnya aktual namun formal berpetualang dan mampu menyesuaikan diri dan abstrak (Piaget dalam Santrock, 2002)

secara mental, menerima resiko dalam pikiran.

Ciri-ciri ini tidak harus semuanya ada pada anak Metode Penelitian

cerdas istimewa. Renzulli berpendapat bahwa Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas kuantitatif jika dilihat dari pengolahan data yang dapat dikembangkan melalui stimulasi dan berupa angka. Pengolahan data berupa angka ini pelatihan (Hawadi, 2002). didapat dari hasil penyebaran kuesioner yang

kemudian diolah dengan metode statistik.

Perfeksionisme Ditinjau dari tujuan penelitian yang ada Teori dari Robert W. Hill (2004) yang sebelumnya maka penelitian ini menggunakan mendefinisikan perfeksionisme dalam dua hal tipe penelitian explanatori (explanatory research) yaitu adaptive dan maladaptive yang tergantung dimana peneliti berusaha untuk menjelaskan atau pada bagaimana kita melihat perfeksionisme itu. membuktikan hubungan atau pengaruh antar Perfeksionisme yang adaptive dilihat dari 4 area variable

striving for excellence, organizational skills,

tendency to plan ahead dan holding others to high Pembahasan

standards. Aspek external dipengaruhi oleh Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya maladaptive perfectionism yaitu indikator hubungan yang signifikan antara variabel concern over mistakes, need for approval, perfeksionisme dengan depresi. Hal ini diketahui rumination dan perceived parental pressure. Hill dari nilai Sig. P = 0,000 yang lebih kecil dari dengan rekannya membuat alat ukur untuk probabilitas 0,005 (p < 0,005) serta nilai koefisien m e n g u k u r p e r f e k s i o n i s m e y a i t u T h e korelasi antara kedua variabel yaitu 0.500 yang Perfectionism Inventory yang terdiri daridua2 artinya memiliki tingkat korelasi besar menurut dimensi, delapan indikator dan 59 item menjadi Cohen (dalam Pallant 2007). Hal ini mendukung high standards for other, planfulness, striving for terbuktinya hipotesis kerja (Ha) yaitu “ada excellence, organization, concern over mistakes, hubungan antara perfeksionisme dan depresi pada need for approval, rumination, perceived parental siswa akselerasi “. Nilai positif pada skor koefisien

pressure. korelasi antara 2 variabel menunjukkan bahwa jika

perfeksionisme seseorang tinggi maka depresinya

Depresi juga akan tinggi, hal ini juga berdasarkan Flett. Depresi menggunakan teori dari Becks G.L., Hewwit, P.L., Garshowitz, M. & Martin, (dalam Lubis 2009) adalah cara pandang negatif T.R.,.(1997) bahwa perfeksionisme memiliki individu terhadap dirinya sendiri yaitu hubungan yang positif dengan interaksi sosial memandang dirinya sebagai tidak berharga, serba yang negatif atau simtom depresi.

kekurangan dan cenderung memberi atribut Kekuatan korelasi antara dua variabel berada pengalaman yang tidak menyenangkan pada diri dalam kategori besar. Sesuai dengan penelitian

sendiri. dari Hewwit, Flett dan Ediger (1996) bahwa

Populasi dalam penelitian ini adalah para perfeksionisme merupakan salah satu faktor siswa kelas X dan/ atau kelas XI Sekolah Menengah penyebab depresi. Hasil penelitian ini juga Atas (SMA) yang termasuk dalam program kelas membuktikan teori dari Hamachek (dalam Rimm, akselerasi atau percepatan belajar yang memiliki 2007) terdapat enam perilaku spesifik yang saling skor IQ 130 skala TIKI (Tes Intelegensi Kolektip tumpang tindih yang diasosiasikan dengan

(4)

perfeksionisme (baik yang normal maupun istimewa ini mengalami depresi adalah program neurotis), yaitu: a) depresi, b) merasa “saya akselerasi itu sendiri. Menurut Gunawan (n,d) seharusnya”, c) perasaan malu dan bersalah, d) melaksanakan program kelas percepatan bisa saja perilaku menyelamatkan muka, e) malu dan menimbulkan efek buruk secara psikologis bagi prokrastinasi, f) mengutuk diri sendiri. Artinya siswa. Meskipun siswa akselerasi berada dikelas potensi depresi itu sendiri sudah ada dalam akselerasi masing-masing siswa memiliki karakteristik perfeksionisme dan memperkuat kemampuan yang unggul di salah satunya dan hasil penelitian ini. Selain itu Beck (dalam Lubis kurang di bagian yang lain misalnya kemampuan 2009) juga menjelaskan faktor umum penyebab di bidang numerik tetapi lemah di kemampuan depresi muncul dari aspek kepribadian yaitu bahasa. Lebih baik guru dan orang tua lebih perfeksionisme. Depresi muncul saat individu melakukan pendekatan secara lebih mendalam mengalami kegagalan atau mengalami rasa sakit, kepada siswanya agar tetap sehat secara psikis. individu ini terlebih dahulu melalui fase stres Lebih lanjut dari aspek internal Renzulli, dkk akibat dari stresor yang terjadi, kemudian berawal (2002) mengemukakan bahwa perfeksionisme ini dari hasil yang tidak sesuai harapan dan belum muncul dari karakteristik motivasional yaitu menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, keinginan untuk selalu berusaha mencapai individu tersebut mengalami depresi. Selain itu prestasi tinggi. Ini bisa menjadi hal yang positif penelitian yang dilakukan oleh Bibrings (dalam dan berkembang bagi siswa akselerasi jika Hewwit dan Flett 1991) menyebutkan bahwa terpenuhi targetnya. Jika tidak, maka akan perfeksionisme merupakan potensi yang berujung pada depresi karena adanya pengaruh mempengaruhi faktor depresi, lebih lanjut Beck, rasa kecewa akibat tidak sesuai antara apa yang Kanfer & Hagerma (dalam Hewwit dan Flett, 1991) telah diusahakan dengan hasil yang didapat. Webb memberikan gambaran bahwa standar diri yang dkk. (dalam Tiel, 2007) menyatakan bahwa te rl a l u t i n g g i m e n i n gk a t k a n f re k u e n s i harapan yang tinggi terhadap diri sendiri dan dari pengalaman untuk gagal. Standar diri yang perfek orang lain merupakan faktor kuat pada siswa serta kegagalan untuk fokus yang dikombinasikan akseleran dan muncul sebagai sikap yang tidak dengan perasaan menyalahkan diri sendiri toleran serta perfeksionis dan ini jelas menghasilkan depresi. memberikan potensi besar untuk depresi.

Depresi merupakan sebuah runtutan

psikologis, sebelum seseorang mengalami depresi Simpulan dan Saran

seseorang terlebih dulu mengalami fase stres. Stres Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukkan peran yang penting dalam adalah terdapat hubungan antara perfeksionisme hubungan antara perfeksionisme dan depresi. dan depresi pada anak cerdas istimewa di kelas Seberapa peran variabel perfeksionisme berperan akselerasi. Hubungan ini nilainya positif yang menyebab depresi Pallant (2007) mengemukakan artinya semakin tinggi perfeksionisme pada perhitungan manual untuk mengetahui seorang individu maka semakin tinggi pula prosentase varian antar dua variabel yang didapat depresinya.

dengan cara kuadrat koefisien korelasi dikalikan Bagi sekolah jika ditemukan siswa yang 100% sehingga didapatkan hasil sebesar 25%. memiliki ciri perfeksionisme yang kuat untuk Artinya perfeksionisme berperan sebesar 25% segera diberikan pelayanan khusus agar tidak menyebabkan depresi dan 75% sisanya adalah menjadi depresi yang berat. Bagi orang tua orang faktor eksternal antara lain kurikulum sekolah, tua bisa memberikan masukan bahwa melakukan harapan orang tua, ekspektasi sekolah serta kesalahan adalah sebuah kewajaran karena dibalik ekspektasi dari teman sebayanya. Hal ini itu ada sebuah pembelajaran, serta membantu diperkuat oleh Southern & Jones (dalam Gunarsa, untuk menurunkan level kesempurnaannya pada 2006) bahwa faktor eksternal lebih banyak setiap tugas yang ada. Bagi siswa sebaiknya bisa berperan untuk memicu depresi pada siswa cerdas belajar untuk mengurangi level kesempuranannya

istimewa. dan diberi pengertian bahwa perfeksionisme yang

Salah satu faktor eksternal yang cukup dimilikinya bisa mengganggu proses belajar dan dominan berperan menyebabkan siswa cerdas hasil belajar. Untuk penelitian selanjutnya

(5)

P e r f e k s i o n i s m e r u p a k a n a s p e k y a n g multidimensional dimana terdapat factor-faktor eksternal lain yang mempengaruhinya dan dipengaruhi. Oleh karena itu peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih spesif ik dalam menentukan variabel perfeksionis agar lebih terlihat aspek manakah dari perfeksionis lebih banyak berperan. Perfeksionisme hanya berperan 25% menyebabkan depresi pada siswa cerdas istimewa, pada penelitan selanjutnya diharapkan untuk lebih menggali faktor apa yang paling mempengaruhi depresi pada siswa cerdas istimewa dengan metode penelitian yang memadai.

(6)
(7)

PUSTAKA ACUAN

Sternberg, R.J. & Davidson, J.E. (2nd . eds) . (2010). Conception of Giftedness. United States Cambrige University Press

Gunarsa, S.D. (2006). Dari Anak Sampai Lanjut Usia: Bunga Rampai Psikologi Anak. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hawadi, R. (2004). Akselerasi: A-Z Informasi; program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. Jakarta. Grasindo.

Alsa, Asmadi. (2007). Keunggulan dan Kelemahan Program Akselerasi di SMA: Tinjauan Psikologi Pendidikan Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Psikologi: Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Siswa Depresi (2010, 13 Juli). Suarantb.com [on-line]. Diakses pada tanggal 22 Januari 2013 dari Gunawan, D. (n.d). Acceleration Class Program in Indonesia: is It in the Right Track? [online]. Diakses pada tanggal 1 November 2012 dari

Hill, R. W., Huelsman, T.J., Furr, R.M. Kibler, J., Vicente, B.B., & Kennedy, C. (2004). A New Measure of Perfectionism: The Perfectionism Inventory. Journal of Personality Assessment, 82(1), 80-91.

Lubis, N.L..(2009). Depresi dan Tinjauan Psikologis. Jakarta. Kencana

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Flett. G.L., Hewwit, P.L., Garshowitz, M. & Martin, T.R.,.(1997). Personality, Negative Social Interactions, and Depressive Symtoms. Canadian Journal of Behavioural Science, 1997, 29:1,28-37.

Pallant, J. (2007). SPSS Survival Manual: A Step-by-Step guide to Data Analysis Using SPSS for Windows (version 15) 3rd Edition. Sydney: Ligare book Printer.

Hewwit, P.L., Flett, G.L. & Ediger, E.,.(1996). Perfectionism and Depression: Longitudinal Assesssment of a Specific Vulnerability Hypothesis. Journal of Abnormal Psychology 1996, Vol. 105, No. 2, 276-280.

Hewwit, P.L., & Flett, G.L.,(1991). Dimension of Perfectionis in Unipolar Depression. Journal of Abnormal Psychology Vol 100, No. 1, 98-101

Rimm, S. (2007). What's Wrong with Perfect? Clinical Perspective on Perfectionism and Underachievement. Gifted Education International, 23, pp. 114-121.

Departemen Pendidikan Nasional. D. P. (2007). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa (Program Akselerasi). Jakarta: Penulis

http://www.suarantb.com/2010/07/13/Sosial/detil6%202.html

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini serupa dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sharyar Shorooshian dkk; dimana dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa mayoritas responden

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada : a. Industri furnitur dari kayu dan b.

Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi: penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan

kan kom petensi yang akan dicapai, yaitu membuat jaring-  jaring kubus dan balok  2  Kegiatan Inti   Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  Siswa mendengarkan penjelasan

E) Edebiyat Bilim Felsefe.. 1 3 KONU TESTİ 1 Yıldızlı Soru 1 TÜRK DİLİ VE EDEBİYATINA GİRİŞ Edebiyatın Güzel Sanatlar İçerisindeki Yeri, Edebiyatın Bilim

bahan utama) dan katalis enzym (sebagai produk dari mikroorganisme).. Pengaruh dari hambatan pada batch atau

pada penelitian ini adalah pengamatan jamur secara mikroskopis, gejala serangan yang terjadi pada tanaman krisan di lapangan dan pengamatan jamur penyebab