• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres dan Kecemasan pada Kualitas Tidur

N/A
N/A
Sophia Laurent

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Stres dan Kecemasan pada Kualitas Tidur"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Anxiety

Disorder

B-8

FK USU 2024

(2)

Anxiety Disorder

1. Fisiologi Tidur

(3)

TIDUR Tidur merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin Somnus yang berarti mengalami periode pemulihan, keadaan fisiologis dari istirahat untuk tubuh dan

pikiran.

Tidur merupakan kondisi dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan.

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar

mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,

mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala

dan sering menguap atau mengantuk.

(4)

TIDUR

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas tidur : Penyakit

1. Lingkungan

2. Stress dan Kecemasan

3. Obat-Obatan dan Alkohol 4. 5. Merokok

Chronotype

6.

(5)

TIDUR

Faktor kesulitan tidur :

Stress dan Kecemasan 1. Suasana ramai / berisik 2. Perubahan suhu udara

3. Perubahan lingkungan sekitar 4. 5. Masalah jadwal tidur

Efek samping pengobatan

6.

(6)

TIDUR

Variasi pola tidur menurut usia antara lain :

1) Remaja : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM.

2) Dewasa muda : tidur 6-8 jam /hari tetapi waktunya bervariasi , 20-25% adalah tidur REM.

3) Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah tidur REM.

4) Dewasa tua : tidur sekitar 6 jam/hari, sekitar 20-25% tidur REM.

(7)

TIDUR Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM-IV)

mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi.

Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah :

gangguan tidur primer

gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan tidur mental lain

gangguan tidur lain (khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum atau yang

disebabkan oleh zat)

(8)

FISIOLOGI TIDUR

Aktivasi RAS

Aktivasi Korteks Serebri

Dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter dan

beberapa hormon seperti ACTH

Efek Melatonin

Rangsangan sensoris

Arousal

Peningkatan aktivitas &

metabolisme

Akumulasi adenosin, lalu berikatan dengan

reseptornya

Inhibisi neuron kolinergik

Circadian Rhythms

<

Inaktivasi Tidur RAS

<

(9)
(10)
(11)

SIKLUS

TIDUR

(12)

SIKLUS TIDUR

NREM N1

(falling asleep)

NREM N2 (light sleep)

NREM N3

(slow wave sleep)

REM

(paradoxical sleep)

HR dan RR menurun Otot mulai relaksasi Gampang

dibangunkan

Berlangsung: 1-7 menit EEG: gelombang alpha

& theta

HR dan RR makin menurun

Suhu menurun

Berlangsung: 10-25 menit

EEG: sleep spindle dan kompleks K

Tubuh relaksasi sepenuhnya

Tidak responsif thdp lingkungan

Terjadi regenerasi sel, perbaikan jaringan, penguatan imun

Berlangsung: 20-40 menit

EEG: gelombang delta

Pergerakan bola mata (+) RR dan HR

meningkat/ireguler Terjadi mimpi (dpt diingat)

Paralisis/atonia otot sementara

Sulit dibangunkan

Berlangsung: 5-30 menit tiap 90 menit

EEG: gelombang beta (awake pattern)

(13)
(14)
(15)

MELATONIN

Proses tidur-terjaga manusia diatur oleh hormon

melatonin. Hormon melatonin secara alami akan

dihasilkan saat hari mulai gelap (intensitas cahaya

berkurang), sehingga saat hormon ini mulai

dihasilkan seseorang akan mengantuk dan

akhirnya tertidur di malam hari.

(16)

MELATONIN

(17)

Serotonin berperan juga dalam tidur, dan nafsu makan.

Neuron serotoninergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksinya ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya pada gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, namun satu transmiter saja dapat memberikan efek ke seluruh otak.

SEROTONIN

(18)

KORTISOL

Kortisol berfungsi dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting dalam kehidupan.

Kadar kortisol turum pada sat malam sebelum tidur, sedangkan pada sat bangun pagi akan meningkat sehingga kita bisa bangun dengan segar.

Peningkatan kortisol akan menyebabkan mekanisme umpan

balik ke hipotalamus untuk mengurangi sekresi

Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan ke kelenjar

hipofisis anterior untuk mengurangi sekresi

Adenocorticotrophin Hormone (ACTH).

(19)

KORTISOL

(20)

Referensi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5116/3906/

https://eprints.ums.ac.id/48956/3/BAB%20I.pdf

http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/852/3/BAB%202.pdf

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4267/3237/

http://scholar.unand.ac.id/3633/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/326656-hubungan-kegairahan- arousal-dengan-perfo-c41e3d52.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/147871-ID-fisiologi-tidur.pdf

(21)

Anxiety Disorder

2. Patofisiologi

Gangguan Tidur

(22)

Gangguan Tidur

(23)

Gangguan Tidur

(24)

Referensi

Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam hospitals. Available at:

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kelenjar-adrenal (Accessed: 28 February 2024).

Fahlevi, dr. R. Hormon melatonin Berkurang Bisa Bikin susah tidur, KlikDokter. Available at:

https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/benarkah-kurang-tidur-disebabkan- kurangnya-hormon-melatonin (Accessed: 28 February 2024).

Itekes bali. Available at: https://itekes-bali.ac.id/lecturer (Accessed: 28 February 2024).

Gischa, S. (2021) Saraf Simpatik: Pengertian, Fungsi Dan Cara Kerjanya Halaman all, KOMPAS.com.

Available at: https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/203102169/saraf-simpatik-pengertian- fungsi-dan-cara-kerjanya?page=all (Accessed: 28 February 2024).

Hi, welcome to Poltekkes Denpasar repositories. Welcome to Repository Politeknik Kesehatan Denpasar - Repository Politeknik Kesehatan Denpasar. Available at: http://repository.poltekkes- denpasar.ac.id/ (Accessed: 28 February 2024).

Politeknikpratama. Available at:

https://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/index.php/Termometer/article/download/2636/2508/7104 (Accessed: 28 February 2024).

(25)

Anxiety Disorder

3. Diagnosa Banding

Gangguan Tidur

(26)

Insomnia

Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur.

Terbangun beberapa jam lebih awal dan tidak dapat melanjutkan tidurnya.

Kesulitan tidur ini mengakibatkan rada kantuk berlebihan di siang hari-> gangguan fungsional sepanjang hari.

Insomnia kronis-> dipicu stres yang dikombinasikan dengan rasa takut tidak dapat tidur.

Narkolepsi

Ditandai dengan Kantuk di siang hari yang berlebihan dan kelemahan otot di area wajah, leher, dan lutut yang tiba-tiba (katapleksi)

Kondisi serangan tidur mendadak ini dapat terjadi saat menyetir, bekerja, atau berbicara

Disebabkan oleh rendahnya orexin

Pada penyakit ini, penderita hanya membutuhkan sekitar 15 menit untuk memasuki tahap tidur REM (Normalnya 90 menit)

Kelemahan otot disebabkan oleh emosi atau kejutan yang kuat.

https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/key_disorders.html

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders

(27)

Restless Leg Syndrome

Ditandai dengan sensasi “merayap” yang tidak menyenangkan yang berasal dari

tungkai bawah atau nyeri di seluruh tungkai.

Hal ini sering kali menyebabkan kesulitan memulai tidur sehingga os sering

menggerakan kaki, seperti berjalan atau menendang

Kelainan pada neurotransmitter dopamin sering dikaitkan dengan RLS.

https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/key_disorders.html

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders

Obstructive Sleep Apnea

Terhambatnya saluran napas karena otot tenggorokan rileks-> os berusaha mengambil napas-> mengeluarkan suara terengah-

engah atau “mendengus” secara berkala->tidur terganggu

Sering terbangun karena berusaha mengambil napas-> kantuk yang berlebihan di siang hari

Tekanan udara lembut yang diberikan saat tidur (biasanya dalam bentuk alat tekanan saluran napas positif terus menerus)

mungkin juga efektif dalam pengobatan apnea tidur.

(28)

Parasomnia

Gangguan kualitas tidur karena episode abnormal saat tidur (berjalan saat tidur, mimpi buruk, night teror, mengompol, sleep related eating disorder, dan paralisis/ketindihan) Night teror-> berteriak-teriak, menendang, menangis, dan sebagainya saat bermimpi

Penyebabnya ialah stres, PTSD, efek samping obat, drug abuse, alkoholism

Sindrom Fase Tidur Tertunda

Pergeseran jam biologis-> sulit tertidur dan bangun-> kantuk parah di siang hari dan mengubah suasana hati serta perilaku

Keterlambatan jadwal tidur dapat meleset setidaknya dua jam Kebanyakan orang dengan DSPS menggambarkan diri mereka

sebagai “orang yang suka begadang” atau orang yang suka malam, padahal sebenarnya tidak

Hal ini disebabkan oleh berkurangnya melatonin sebelum tidur https://www.sleepfoundation.org/parasomnias

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders

(29)

Anxiety Disorder

4.A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

ANXIETY

DISORDERS

(30)

DEFINISI

Normal anxiety is a natural response to stress,

involving brief feelings of apprehension, worry, or unease that help us navigate challenges and make decisions. It can improve our awareness and

performance in various situations[1][3].

Anxiety disorders, on the other hand, are

characterized by excessive, persistent worry that interferes with daily life and can manifest as panic attacks, phobias, or social anxiety. These disorders are more severe and long-lasting compared to

normal anxiety[1] [3].

Ke Halaman Agenda

(31)

DEFINISI

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM V) mendefinisikan gangguan kecemasan

(anxiety) sebagai perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang yang berdampak pada

terganggunya kegiatan sehari-hari.

Anxiety disorders include disorders that share

features of excessive fear and anxiety and related behavioral disturbances. Fear is the emotional

response to real or perceived imminent threat, whereas anxiety is anticipation of future threat.

Ke Halaman Agenda

(32)

Agorafobia

kecemasan yang timbul terbatas pada setidaknya dua dari siatuasi berikut:

banyak orang/ keramaian, tempat umum, bepergian ke luar rumah, dan bepergian sendiri. Sehingga penderita menolak untuk keluar rumah atau yang biasa disebut

dengan “house bound”.

Fobia Sosial

kecemasan harus

mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle) dan menghindar dari situasi tersebut.

Gangguan Panik

muncul pada keadaan atau situasi yang sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya dan terjadi secara tidak terduga atau tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)

Fobia Khas (terisolasi)

kecemasan terbatas pada adanya objek atau situasi tertentu (highly specific situations) dan situasi tersebut sebisa mungkin dihindarinya.

KLASIFIKASI

(33)

Gangguan Cemas Menyeluruh

biasa dikenal dengan

Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Gejalanya meliputi kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrsi, dsb.);

ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar- debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb.)

Gangguan Campuran kecemasan dan Depresi

ditemukan adanya gejala kecemasan maupun depresi, di mana masing-masing

tidak menunjukkan

rangkaian gejala yang cukup berat.

Memilih Diam

(Selective Mutism)

kondisi saat seseorang tidak mempunyai hambatan fisik apa pun yang terkait dengan pendengaran maupun

pengucapan, tetapi sulit

berbicara dengan orang lain di berbagai konteks

meskipun sebenarnya dalam seting tertentu (misalnya:

rumah) ia menunjukkan kemampuan bicara yang normal.

Gangguan kecemasan Campuran Lainnya

gejalanya yaitu serupa dengan GAD

KLASIFIKASI

(34)

https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety- disorders/what-are-anxiety-disorders

https://medlineplus.gov/anxiety.html

https://nsd.co.id/posts/gangguan-kecemasan-menurut-dsm-v.html https://www.psychologymania.com/2019/03/dsm-v-diagnostic-and- statistical-manual.html

REFERENCE:

Ke Halaman Agenda

(35)

Anxiety Disorder

4.B. Kriteria

Diagnostic &

Penegakan Diagnosis

Anxiety Disorder

(36)

Seperation Anxiety

Disorder

Ke Halaman Agenda

Kriteria dari seperation anxiety disorder menurut DSM V, antara lain : Merasakan stress yang berlebihan ketika meninggalkan rumah

atau berpisah dengann figur lekat

1.

Kecemasan yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau kecelakan figur lekat

2.

Merasa cemas yang berlebihan tentang kehilangan atau kecelkaan figur lekat

3.

Merasa cemas yang berlebihan jika hal buruk terjadi seperti tersesat atau diculik

4.

Merasa takut sendirian tanpa figur lekat

5.

Menolak tidur sendiri tanpa figur lekat

6.

Mimpi buruk yang berulang tentang berpisah dengan figur lekat

7.

Mengalami gejala fisik seperti pusing, sakit perut, mual dan muntah ketika berpisah dengan figur lekat

8.

Kriteria tersebut menetap pada anak setidaknya selama 4 minggu dan

pada dewasa setidaknya 6 bulan

(37)

Selected Mutism

Ke Halaman Agenda

Secara konsisten gagal dalam berbicara dalam kondisi sosial dimana ada ekspektasi untuk berbicara, meskipun berbicara di kondisi lain

1.

Gangguan tersebut mengganggu prestasi pendidikan atau pekerjaan atau komunikasi sosial

2.

Durasi gangguan minimal 1 bulan

3.

Kegagalan untuk berbicara bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, atau bahasa lisan yang dipakai pada situasi sosial

4.

Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh

gangguan komunikasi dan tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan autisme, gangguan spektrum, skizofrenia, atau

gangguan psikotik lainnya

5.
(38)

Specific Phobia

Ke Halaman Agenda

Kecemasan menetap dan nyata yang berlebihan atau tidak masuk aakal terhadap satu antisipasi objek spesifik atau situasi

1.

Ketika terpapar pada stimulus fobik hampir selalu mencetus

kecemasan mendadak yang dapat menjadi serangan panik yang berkaitan dengan hal itu

2.

Pasien menyadari kecemasan ini berlebihan atau tidak masuk akal. Pada anak hal ini tidak ada.

3.

Situasi fobia dihindari atau dirasakan dengan kecemasan kuat atau penderitaan

4.

Penghindaran, kecemasan antisipatif, atau penderitaan pada situasi- situasi yang ditakutkan secara bermakna pada rutinitas normal pasien, pekerjaan atau aktifitas sosial atau hubungan lainnya atau adanya penderitaan yang nyata tentang fobianya 5.

Jika berusia kurang dari 18 tahun maka durasinya minimal 6 bulan 6.

Kecemasan, serangan panik, penghindaran objek atau situasi

spesifik tidak dapat dikategorikan pada gangguan mental lainnya seperti Obsesive -Compulsive disorder, Posttraumatic Stress

Disorder, kecemasan perpisahan, fobia sosial, panik dengan agoraphobia atau agoraphoia tanpa riwayat panik

7.

(39)

Specific Phobia

Ke Halaman Agenda

(40)

Social

Anxiety Disorder

Ke Halaman Agenda

Ketakutan atau kecemasan yang ditandai mengenai satu atau lebih situasi sosial dimana individu tersebut berasda terkena kemungkinan pengawasan oleh orang lain, termasuk interaksi sosial, dimati, dan tampil di depan orang lain

1.

Note : pada anak, ansietas harus terjadi pada lingkungan teman sebaya dan bukan hanya saat interaksi dengan orang dewasa

Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara tertentu atau menunjukkan gejala kecemasan yang akan terjadi dievaluasi secara negatif

Situasi sosial hampir selalu menimbulkan ketakutan atau kecemasan

Pada anak, ansietas dapat ditunjukkan dengan menangis, tantrum, membeku, atau gagal berbicara di depan umum

Situasi sosial dihindari atau ditahan dengan ketakutan atau ansietas yang berlebih

Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi sosial dan konteks sosiokultural

(41)

Social

Anxiety Disorder

Ke Halaman Agenda

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus- menerus, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan

penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lainnya

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala gejala lain gangguan mental, seperti gangguan panik, gangguan dismorfik tubuh, atau spektrum

autisme kekacauan

Jika ada kondisi medis lain, ketakutan, kecemasan, atau

penghindaran tersebut jelas tidak berhubungan atau berlebihan Spesifik :

Performance only : jika ketakutan terbatas pada berbicara atau perform di depan public

(42)

Panic

Disorder

Ke Halaman Agenda

Serangkaian panik yang tidak terduga dan berulang. Serangan panik adalah gelombang rasa takut yang hebat secara tiba tiba atau ketidaknyamanan hebat yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit, dan dalam waktu empat menit (atau lebih) dari gejala berikut :

Palpitasi, jantung berdebar kencang, atau peningkatan HR Berkeringat

Gemetar

Merasa tercekik

Nyeri dada atau ketidaknyamanan Mual atau distres abdominal

Merasa pusing, tidak seimbang, pusing, atau pingsan Sensasi panas atau dingin

Parasthesias

Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri)

Ketakutan hilang control atau “menjadi gila”

Ketakutan akan mati

Note : gejala spesifik kultur dapat terlihat. Akan tetapi tidak dapat dimasukkan kedalam 4 gejala yang diperlukan

(43)

Panic

Disorder

Ke Halaman Agenda

Minimal salah satu serangan telah diikuti dengan selama 1 bulan atau salah satu berikut :

Kekhawatiran atau kekhawatiran yang terus menerus terhadap serangan panik tambahan atau konsekuensiknya

Perubahan perilaku maladaptif yang signifikan terkait serangan

Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lainnya

Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain (misal, serangan panik tidak terjadi hanya sebagai respons terhadap situasi sosial yang ditakuti, seperti

gangguan kecemasan sosial; sebagai respons terhadap objek atau situasi fobia yang terbatas, seperti pada fobia spesifik;sebagai

respons terhadap obsesi, seperti pada gangguan obsesif-

kompulsif; sebagai respons terhadap pengingat akan peristiwa traumatis, seperti pada gangguan stress pascatrauma; atau

sebagai respons terhadap perpisahan dari figur keterikatan, seperti pada gangguan kecemasan akan perpisahan)

(44)

Panic Attack

Specifier

Ke Halaman Agenda

Note : gejala disajikan dengan tujuan mengindetifikasi serangan panik; Namun, serangan panik bukanlah gangguan mental dan tidak dapat dikodekan. Serangan panik bisa terjadi di konteks gangguan kecemasan serta gangguan mental lainnya (misalnya gangguan depresi gangguan stres pasca trauma, gangguan

penggunaan narkoba) dan beberapa kondisi medis (misalnya jantung, pernafasan, vestibular, gastrointestinal). Saat adanya kepanikan serangan teridentifikasi, hal ini harus dicatat sebagai penentu (misalnya gangguan stres pasca trauma dengan serangan panik). Untuk gangguann panik, kehadiran serangan panik

terkandung di dalam kriteria gangguan dan serangan panik tidak digunakan sebagai penentu. Gelombang rasa takut yang hebat

atau rasa tidak nyaman yang tiba tiba mencapai puncaknya dalam hitungan menit, dan selama waktu tersebut empat gejala berikut terjadi

(45)

Panic Attack

Specifier

Ke Halaman Agenda

Palpitasi, jantung berdebar kencang, atau peningkatan HR Berkeringat

Gemetar

Merasa tercekik

Nyeri dada atau ketidaknyamanan Mual atau distres abdominal

Merasa pusing, tidak seimbang, pusing, atau pingsan Sensasi panas atau dingin

Parasthesias

Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri)

Ketakutan hilang control atau “menjadi gila”

Ketakutan akan mati

Note : gejala spesifik kultur dapat terlihat. Akan tetapi tidak dapat dimasukkan kedalam 4 gejala yang diperlukan

(46)

Agoraphobia

Ke Halaman Agenda

Merasa takut atau cemas pada 2 dari 5 situasi berikut : Menggunakan transportasi publik

Di ruangan terbuka

Pada ruangan tertutup

Berdiri pada barisan atau berasa di situasi ramai Berada di luar rumah sendiri

Individu takut atau menghindari situasi ini karena pemikiran yang mungkin bisa lolos menjadi sulit atau bantuan mungkin tidak

tersdia jika timbul gejala seperti gangguan panik atau kondisi tidak mampu atau memlakukan lainnya

Situasi agoraphobia selalu memicu rasa takut atau ansietas

Situasi agorafobia secara aktif dihindari, memerlukan kehadiran pendamping, atau dialami dengan ketakutan atau kecemasan yang hebat

Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan

bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh penderita agorafobia situasi dan konteks sosiokultural

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus menerus, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih

(47)

Agoraphobia

Ke Halaman Agenda

...Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan

penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.

Jika ada kondisi medis lain, ketakutan, kecemasan, atau penghindaran jelas dikeluarkan

Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak dapat dijelaskna lebih baik oleh gejala gangguan mental lain- misalnya, gejala

tersebut tidak terbatas pada fobia spesifik, situasional jenis; tidak hanya melibatkan situasi sosial; dan tidak terkait secara eksklusif dengan obsesi, cacat yang dirasakan atau cacat pada penampilan fisik, pengingat akan trauma peristiwa, atau ketakutan akan

perpisahan.

Notes : Agoraphobia didiagnosa terlepas dari adanya gangguan panik. Jika presentasi seseorang memenuhi kriteria gangguan panik dan agorafobia, keduanya didiagnosa harus ditugaskan

(48)

Generalized Anxiety

Disorder

Ke Halaman Agenda

A. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (apprehensive

Expectation), terjadi lebih dari beberapa hari tidak selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah acara atau aktivitas (seperti pekerjaan atau pertunjukan sekolah).

B. Individu merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

C. Kecemasan dan kekhawatiran berhubungan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut (setidaknya beberapa gejala sudah muncul lebih lama, tidak hanya selama beberapa hari, terjadi dalam 6 bulan terakhir):

1. Kegelisahan atau perasaan tegang atau gelisah.

2. Mudah lelah.

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi blank.

4. Iritabilitas.

5. Ketegangan otot.

6. Gangguan tidur (kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur, atau gelisah, tidak puas tidur

(49)

Generalized Anxiety

Disorder

Ke Halaman Agenda

D. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan

atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.

E. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat

(misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lainnya (misalnya hipertiroidisme).

F. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain

(50)

Substance/

Medication- Induced

Anxiety Disorder

Ke Halaman Agenda

A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.

B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium keduanya (1) dan (2):

1. Gejala-gejala dalam Kriteria A timbul selama atau segera setelah keracunan zat atau penarikan atau setelah terpapar obat.

2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala sesuai kriteria rion A.

C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan kecemasan yang tidak bersifat substansi/diinduksi obat. Bukti gangguan

kecemasan independen tersebut dapat mencakup pengikut:

Gejalanya mendahului permulaan penggunaan zat/obat;

gejalanya bertahan untuk jangka waktu yang lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah penghentian penarikan akut atau keracunan parah; atau ada bukti lain yang menunjukkan hal tersebut

adanya gangguan kecemasan independen yang disebabkan oleh non- zat/pengobatan (misalnya, riwayat episode berulang yang tidak

berhubungan dengan zat/pengobatan).

(51)

Ke Halaman Agenda

D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.

E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, nasional, atau bidang fungsi

penting lainnya Catatan:

Diagnosis ini harus ditegakkan daripada diagnosis keracunan zat atau

penghentian zat hanya jika gejala pada Kriteria A mendominasi secara klinis gambarannya dan cukup parah sehingga memerlukan perhatian klinis.

Substance/

Medication- Induced

Anxiety

Disorder

(52)

Ke Halaman Agenda

A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.

B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa temuan gangguan tersebut adalah konsekuensi patofisiologis

langsung dari kondisi medis lain.

C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.

D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.

E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan

nasional, atau bidang fungsi penting lainnya.

Anxiety Disorder Due to

Another Medical

Condition

(53)

Ke Halaman Agenda

Other

Specified Anxiety

Disorder

(54)

Ke Halaman Agenda

Unspecified Anxiety

Disorder

(55)

Ke Halaman Agenda

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Nafas pendek/cepat Berkeringat

Gelisah

Gangguan tidur Mudah lelah

Jantung berdebar Gangguan lambung Diare

Sakit kepala yang disertai dengan rasa cemas/ khawatir berlebihan.

Keluhan Utama

Tambahan

Adanya gejala seperti minat dalam melakukan

aktivitas/semangat yang menurun, merasa sedih/ murung, nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis.

Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan terdapat stresor kehidupan.

Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat (alkohol, tembakau, stimulan, dan lain-lain)

(56)

Ke Halaman Agenda

PENEGAKAN

DIAGNOSIS

Tanda vital : Sensorium, Frekuensi nadi dan nafas, Tekanan Darah, Suhu Pemeriksaan Psikatrik :

1) Kesan umum : pasien bisa tampak gelisah (restlegg, mondar-mandir tidak bisa duduk tenang) dapat juga tampak keluar keringat dingin,tangan gemetar , akral dingin dan pucat

2) Mood dan afek : cemas , Irritable

3) Proses berfikir : pre-okupasih terhadap kecemasan dan berbagai macam keluhan fisik yang menggambarkan kecemasan

4) Kemauan menurun

5) Psikomotor : tremor ,hiperaktivitas,stereotype movement

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder) Screening tool Tes urin

Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan EKG

GDA SCORE :

21 = severe anxiety

(57)

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder by American Psychiatric Association

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014.

Anxiety and Depression Association of America, GAD-7 Anxiety Scale

REFERENCE:

Ke Halaman Agenda

(58)

Anxiety Disorder

4.C. Tatalaksana

Farmako

(59)
(60)
(61)
(62)

Anxiety Disorder

4.D. Tatalaksana

Non Farmako

(63)

Ke Halaman Agenda

Memberikan pendidikan berulang kepada seseorang. Psikoterapi reedukasi bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan

pasien agar mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik.

Psikoterapi

reedukasi

(64)

Ke Halaman Agenda

Membantu pasien mengenali, menyadari, dan merubah disfungsi pikiran, emosi, maupun

perilaku yang menjadi bagian dari rasa takut dan penghindaran yang menunjukkan

gangguan yang mereka alami. Metode

penyampaiannya bisa melalui tatap muka, digital (dCBT) yang diakses dari komputer,

tablet atau aplikasi smartphone, atau melalui buku panduan CBT mandiri untuk pasien

Terapi

Cognitive

Behavioral Therapy

(CBT)

(65)

EDUKASI :

Mengelola stres: Belajar mengelola stres secara efektif melalui teknik relaksasi, olahraga, atau hobi yang menyenangkan dapat membantu mencegah timbulnya kecemasan berlebihan.

Mengadopsi gaya hidup sehat: Memelihara pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan rutin berolahraga dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan mengurangi risiko .

Mendapatkan dukungan sosial: Membangun jaringan sosial yang kuat dan memiliki dukungan emosional dari keluarga, teman, atau kelompok

dukungan dapat membantu mengatasi stres dan mengurangi risiko.

mengidentifikasi dan menghilangkan kemungkinan pemicunya (misalnya kafein, stimulan, nikotin, pemicu makanan, stres), dan meningkatkan

kualitas/kuantitas tidur dan aktivitas fisik.

(66)

5. Hubungan antara Drug

Abuse dengan

Anxiety Disorder

(67)

75%

(68)

repetitive exposure

tolerance

(higher dose needed to

maintain effect)

DEPENDENCE VS ADDICTION

abused drug no longer available

withdrawal sydrome

DEPENDENCE = “physical dependence”

(69)

DEPENDENCE VS ADDICTION

ADDICTION = “psychological dependence”

addictive

drugs increase dopamine

sense of reward

brain thinks drugs are super important

high motivation to obtain and use drug

despite negative consequences

(70)
(71)
(72)
(73)

Treatment Approach

should both disorders be treated simultaneously, or should one disorder be addressed initially, and the other disorder treated subsequently?

Stewart and Conrod

if the patient is significantly more ready to change one of the disorders as compared to the other, they recommend starting treatment on the disorder that the patient is ready to address while simultaneously

using motivational interviewing to improve readiness to change the concurrent problem.

expert opinion >>> experimental data

very few studies have been done to validate the need for an integrated approach

(74)

Smith, J.P. and Book, S.W., 2008. Anxiety and substance use disorders: A review. The Psychiatric Times, 25(10), p.19.

Katzung, B.G., 2012. Basic and clinical pharmacology.

Morales, M. and Barbano, M.F., 2023. Midbrain (VTA) circuits. In Neurocircuitry of Addiction (pp. 45-72). Academic Press.

REFERENCE:

(75)

6. Sexual

Physiological

Responses and

Sexual Disorders

(76)

Sexual

Physiological Responses

Ke Halaman Agenda

Arousal:

Men: Visual stimuli (nude and barely dressed woman)

Women: subjective sense ( romantic stories, lifetime commitment)

sense of excitement plays more role than physiological lubrication in readiness of sex

woman sometimes experience arousal or vaginal lubrication without being aware of them in sense of excitement.

CNS and Sexual Behavior

Cortex : involved both in controlling sexual impulses and in processing sexual stimuli that may lead to sexual activity.

Limbic System : directly involved with elements of sexual functioning.

Brainstem :exert inhibitory and excitatory control over spinal sexual reflexes.

Brain Neurotransmitters.

an increase in dopamine is presumed to increase libido.

Serotonin, produced in the upper pons and midbrain, exerts an inhibitory effect on sexual function.

Oxytocin is released with orgasm and is believed to reinforce pleasurable activities.

(77)

Paraphillic Disorders

Ke Halaman Agenda

Parafilia dapat diartikan sebagai pola khusus dari dorongan, fantasi, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan maupun gangguan pada

individu yang merugikan orang lain

Paraphilic disorder atau gangguan parafilia mencakup delapan kondisi:

gangguan eksibisionisme, gangguan fetisisme,

gangguan frotteurisme (touching and rubbing nonconsenting person) gangguan pedofilia,

gangguan masokisme seksual, (act of being humiliate, beaten, bound, make to suffer)

gangguan sadisme seksual (act on in which the psychological or physical suffering of victim is sexually exciting to the person)

gangguan transvestisme, (cross dressing)

gangguan voyeurisme (act of observing unsuspecting person who is naked, in process of disrobing or enganging sexual activity)

(78)

Paraphillic Disorders

Ke Halaman Agenda

DSM-5 ciri-ciri diagnostik pada gangguan fetish (fetishtic disorder), meliputi:

Mengalami gairah seksual terhadap benda mati atau bagian-bagian tubuh non seksual secara intens dan berulang-ulang selama kurang lebih enam bulan yang dimanifestasikan melalui dorongan seksual, imajinasi, dan perilaku tertentu ketika melihatnya.

1.

Dorongan seksual, imajinasi, dan perilaku tertentu menyebabkan kegelisahan dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

2.

Objek fetish tidak sebatas pakaian yang digunakan dalam

crossdressing (seperti pada gangguan transvestik) atau alat khusus untuk menstimulasi kelamin, seperti vibrator.

3.

Menurut DSM-5, beberapa orang dapat digolongkan memiliki fetish

namun bukan gangguan fetish karena diagnosis gangguan fetish harus menyertakan dua kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, fokus parafilik dari gangguan fetish melibatkan penggunaan atau ketergantungan pada benda mati atau bagian tubuh yang spesifik sebagai elemen utama yang terkait dengan gairah seksual (Kriteria A). Kedua, diagnosa gangguan

fetish harus menyertakan distress pribadi yang signifikan secara klinis atau gangguan peran psikososial (Kriteria B).

(79)

Paraphillic Disorders

Ke Halaman Agenda

Tatalaksana:

Physiological

psychotherapy such as cognitive behavioral therapy shows positive outcome. However, patient reluctance to seek treatment makes

psychiatrist more focused on preventing patient to commit victimization than reduce behaviour

Pharmalogical

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) synthetic steroidal analogue

antiandrogens

Limited support in literature. Therapeutic choice depends on history , medication compliance, intensity in sexual fantasy and risk of

commiting sexual violence.

Pharmacological treatment helps target diverse physiological pathways.

SSRI is particularly useful for adolescent population and milder paraphilias including exhibitionism and OCD

Antiandrogens considerably reduce frequency and intensity of sexual arousal and behavior. GnRH shows more promising management for possible sex offenders with high risk

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: ada hubungan positif dukungan suami dan kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil, tidak ada hubungan dukungan suami

Cara perawat mengurangi tingkat stres sedang yang dialami seperti mencukupi kebutuhan tidur dengan melakukan tidur yang cukup setelah pulang kerja, mencukupi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tanjung Karang Mataram dengan judul Pengaruh Tingkat Kecemasan terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah melihat gambaran stres dan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia Desa Parparean IV, Kecamatan Porsea.. Subjek

Berdasarkan uji statistik, perbedaan skor komponen durasi tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan tidur antara kelompok yang rutin dan yang tidak rutin

Berdasarkan uji statistik, perbedaan skor komponen durasi tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan tidur antara kelompok yang rutin dan yang tidak rutin

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dan pengaruh stres, depresi, kecemasan yang signifikan terhadap penurunan saliva, yaitu semakin

tabulasi data tingkat kecemasan dan kualitas tidur mahasiswa, mayoritas responden Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang sedang menyusun skripsi di masa pandemi COVID-19