Anxiety
Disorder
B-8
FK USU 2024
Anxiety Disorder
1. Fisiologi Tidur
TIDUR Tidur merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin Somnus yang berarti mengalami periode pemulihan, keadaan fisiologis dari istirahat untuk tubuh dan
pikiran.
Tidur merupakan kondisi dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala
dan sering menguap atau mengantuk.
TIDUR
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas tidur : Penyakit
1. Lingkungan
2. Stress dan Kecemasan
3. Obat-Obatan dan Alkohol 4. 5. Merokok
Chronotype
6.
TIDUR
Faktor kesulitan tidur :
Stress dan Kecemasan 1. Suasana ramai / berisik 2. Perubahan suhu udara
3. Perubahan lingkungan sekitar 4. 5. Masalah jadwal tidur
Efek samping pengobatan
6.
TIDUR
Variasi pola tidur menurut usia antara lain :
1) Remaja : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM.
2) Dewasa muda : tidur 6-8 jam /hari tetapi waktunya bervariasi , 20-25% adalah tidur REM.
3) Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah tidur REM.
4) Dewasa tua : tidur sekitar 6 jam/hari, sekitar 20-25% tidur REM.
TIDUR Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM-IV)
mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi.
Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah :
gangguan tidur primer
gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan tidur mental lain
gangguan tidur lain (khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum atau yang
disebabkan oleh zat)
FISIOLOGI TIDUR
Aktivasi RAS
Aktivasi Korteks Serebri
Dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter dan
beberapa hormon seperti ACTH
Efek Melatonin
Rangsangan sensoris
Arousal
Peningkatan aktivitas &
metabolisme
Akumulasi adenosin, lalu berikatan dengan
reseptornya
Inhibisi neuron kolinergik
Circadian Rhythms
<
Inaktivasi Tidur RAS
<
SIKLUS
TIDUR
SIKLUS TIDUR
NREM N1
(falling asleep)
NREM N2 (light sleep)
NREM N3
(slow wave sleep)
REM
(paradoxical sleep)
HR dan RR menurun Otot mulai relaksasi Gampang
dibangunkan
Berlangsung: 1-7 menit EEG: gelombang alpha
& theta
HR dan RR makin menurun
Suhu menurun
Berlangsung: 10-25 menit
EEG: sleep spindle dan kompleks K
Tubuh relaksasi sepenuhnya
Tidak responsif thdp lingkungan
Terjadi regenerasi sel, perbaikan jaringan, penguatan imun
Berlangsung: 20-40 menit
EEG: gelombang delta
Pergerakan bola mata (+) RR dan HR
meningkat/ireguler Terjadi mimpi (dpt diingat)
Paralisis/atonia otot sementara
Sulit dibangunkan
Berlangsung: 5-30 menit tiap 90 menit
EEG: gelombang beta (awake pattern)
MELATONIN
Proses tidur-terjaga manusia diatur oleh hormon
melatonin. Hormon melatonin secara alami akan
dihasilkan saat hari mulai gelap (intensitas cahaya
berkurang), sehingga saat hormon ini mulai
dihasilkan seseorang akan mengantuk dan
akhirnya tertidur di malam hari.
MELATONIN
Serotonin berperan juga dalam tidur, dan nafsu makan.
Neuron serotoninergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksinya ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya pada gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, namun satu transmiter saja dapat memberikan efek ke seluruh otak.
SEROTONIN
KORTISOL
Kortisol berfungsi dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting dalam kehidupan.
Kadar kortisol turum pada sat malam sebelum tidur, sedangkan pada sat bangun pagi akan meningkat sehingga kita bisa bangun dengan segar.
Peningkatan kortisol akan menyebabkan mekanisme umpan
balik ke hipotalamus untuk mengurangi sekresi
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan ke kelenjar
hipofisis anterior untuk mengurangi sekresi
Adenocorticotrophin Hormone (ACTH).
KORTISOL
Referensi
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5116/3906/
https://eprints.ums.ac.id/48956/3/BAB%20I.pdf
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/852/3/BAB%202.pdf
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4267/3237/
http://scholar.unand.ac.id/3633/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/326656-hubungan-kegairahan- arousal-dengan-perfo-c41e3d52.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/147871-ID-fisiologi-tidur.pdf
Anxiety Disorder
2. Patofisiologi
Gangguan Tidur
Gangguan Tidur
Gangguan Tidur
Referensi
Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam hospitals. Available at:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kelenjar-adrenal (Accessed: 28 February 2024).
Fahlevi, dr. R. Hormon melatonin Berkurang Bisa Bikin susah tidur, KlikDokter. Available at:
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/benarkah-kurang-tidur-disebabkan- kurangnya-hormon-melatonin (Accessed: 28 February 2024).
Itekes bali. Available at: https://itekes-bali.ac.id/lecturer (Accessed: 28 February 2024).
Gischa, S. (2021) Saraf Simpatik: Pengertian, Fungsi Dan Cara Kerjanya Halaman all, KOMPAS.com.
Available at: https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/203102169/saraf-simpatik-pengertian- fungsi-dan-cara-kerjanya?page=all (Accessed: 28 February 2024).
Hi, welcome to Poltekkes Denpasar repositories. Welcome to Repository Politeknik Kesehatan Denpasar - Repository Politeknik Kesehatan Denpasar. Available at: http://repository.poltekkes- denpasar.ac.id/ (Accessed: 28 February 2024).
Politeknikpratama. Available at:
https://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/index.php/Termometer/article/download/2636/2508/7104 (Accessed: 28 February 2024).
Anxiety Disorder
3. Diagnosa Banding
Gangguan Tidur
Insomnia
Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
Terbangun beberapa jam lebih awal dan tidak dapat melanjutkan tidurnya.
Kesulitan tidur ini mengakibatkan rada kantuk berlebihan di siang hari-> gangguan fungsional sepanjang hari.
Insomnia kronis-> dipicu stres yang dikombinasikan dengan rasa takut tidak dapat tidur.
Narkolepsi
Ditandai dengan Kantuk di siang hari yang berlebihan dan kelemahan otot di area wajah, leher, dan lutut yang tiba-tiba (katapleksi)
Kondisi serangan tidur mendadak ini dapat terjadi saat menyetir, bekerja, atau berbicara
Disebabkan oleh rendahnya orexin
Pada penyakit ini, penderita hanya membutuhkan sekitar 15 menit untuk memasuki tahap tidur REM (Normalnya 90 menit)
Kelemahan otot disebabkan oleh emosi atau kejutan yang kuat.
https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/key_disorders.html
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders
Restless Leg Syndrome
Ditandai dengan sensasi “merayap” yang tidak menyenangkan yang berasal dari
tungkai bawah atau nyeri di seluruh tungkai.
Hal ini sering kali menyebabkan kesulitan memulai tidur sehingga os sering
menggerakan kaki, seperti berjalan atau menendang
Kelainan pada neurotransmitter dopamin sering dikaitkan dengan RLS.
https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/key_disorders.html
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders
Obstructive Sleep Apnea
Terhambatnya saluran napas karena otot tenggorokan rileks-> os berusaha mengambil napas-> mengeluarkan suara terengah-
engah atau “mendengus” secara berkala->tidur terganggu
Sering terbangun karena berusaha mengambil napas-> kantuk yang berlebihan di siang hari
Tekanan udara lembut yang diberikan saat tidur (biasanya dalam bentuk alat tekanan saluran napas positif terus menerus)
mungkin juga efektif dalam pengobatan apnea tidur.
Parasomnia
Gangguan kualitas tidur karena episode abnormal saat tidur (berjalan saat tidur, mimpi buruk, night teror, mengompol, sleep related eating disorder, dan paralisis/ketindihan) Night teror-> berteriak-teriak, menendang, menangis, dan sebagainya saat bermimpi
Penyebabnya ialah stres, PTSD, efek samping obat, drug abuse, alkoholism
Sindrom Fase Tidur Tertunda
Pergeseran jam biologis-> sulit tertidur dan bangun-> kantuk parah di siang hari dan mengubah suasana hati serta perilaku
Keterlambatan jadwal tidur dapat meleset setidaknya dua jam Kebanyakan orang dengan DSPS menggambarkan diri mereka
sebagai “orang yang suka begadang” atau orang yang suka malam, padahal sebenarnya tidak
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya melatonin sebelum tidur https://www.sleepfoundation.org/parasomnias
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11429-sleep-disorders
Anxiety Disorder
4.A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
ANXIETY
DISORDERS
DEFINISI
Normal anxiety is a natural response to stress,
involving brief feelings of apprehension, worry, or unease that help us navigate challenges and make decisions. It can improve our awareness and
performance in various situations[1][3].
Anxiety disorders, on the other hand, are
characterized by excessive, persistent worry that interferes with daily life and can manifest as panic attacks, phobias, or social anxiety. These disorders are more severe and long-lasting compared to
normal anxiety[1] [3].
Ke Halaman Agenda
DEFINISI
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM V) mendefinisikan gangguan kecemasan
(anxiety) sebagai perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang yang berdampak pada
terganggunya kegiatan sehari-hari.
Anxiety disorders include disorders that share
features of excessive fear and anxiety and related behavioral disturbances. Fear is the emotional
response to real or perceived imminent threat, whereas anxiety is anticipation of future threat.
Ke Halaman Agenda
Agorafobia
kecemasan yang timbul terbatas pada setidaknya dua dari siatuasi berikut:
banyak orang/ keramaian, tempat umum, bepergian ke luar rumah, dan bepergian sendiri. Sehingga penderita menolak untuk keluar rumah atau yang biasa disebut
dengan “house bound”.
Fobia Sosial
kecemasan harus
mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle) dan menghindar dari situasi tersebut.
Gangguan Panik
muncul pada keadaan atau situasi yang sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya dan terjadi secara tidak terduga atau tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)
Fobia Khas (terisolasi)
kecemasan terbatas pada adanya objek atau situasi tertentu (highly specific situations) dan situasi tersebut sebisa mungkin dihindarinya.
KLASIFIKASI
Gangguan Cemas Menyeluruh
biasa dikenal dengan
Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Gejalanya meliputi kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrsi, dsb.);
ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar- debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb.)
Gangguan Campuran kecemasan dan Depresi
ditemukan adanya gejala kecemasan maupun depresi, di mana masing-masing
tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat.
Memilih Diam
(Selective Mutism)
kondisi saat seseorang tidak mempunyai hambatan fisik apa pun yang terkait dengan pendengaran maupun
pengucapan, tetapi sulit
berbicara dengan orang lain di berbagai konteks
meskipun sebenarnya dalam seting tertentu (misalnya:
rumah) ia menunjukkan kemampuan bicara yang normal.
Gangguan kecemasan Campuran Lainnya
gejalanya yaitu serupa dengan GAD
KLASIFIKASI
https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety- disorders/what-are-anxiety-disorders
https://medlineplus.gov/anxiety.html
https://nsd.co.id/posts/gangguan-kecemasan-menurut-dsm-v.html https://www.psychologymania.com/2019/03/dsm-v-diagnostic-and- statistical-manual.html
REFERENCE:
Ke Halaman Agenda
Anxiety Disorder
4.B. Kriteria
Diagnostic &
Penegakan Diagnosis
Anxiety Disorder
Seperation Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
Kriteria dari seperation anxiety disorder menurut DSM V, antara lain : Merasakan stress yang berlebihan ketika meninggalkan rumah
atau berpisah dengann figur lekat
1.Kecemasan yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau kecelakan figur lekat
2.
Merasa cemas yang berlebihan tentang kehilangan atau kecelkaan figur lekat
3.
Merasa cemas yang berlebihan jika hal buruk terjadi seperti tersesat atau diculik
4.
Merasa takut sendirian tanpa figur lekat
5.Menolak tidur sendiri tanpa figur lekat
6.Mimpi buruk yang berulang tentang berpisah dengan figur lekat
7.Mengalami gejala fisik seperti pusing, sakit perut, mual dan muntah ketika berpisah dengan figur lekat
8.
Kriteria tersebut menetap pada anak setidaknya selama 4 minggu dan
pada dewasa setidaknya 6 bulan
Selected Mutism
Ke Halaman Agenda
Secara konsisten gagal dalam berbicara dalam kondisi sosial dimana ada ekspektasi untuk berbicara, meskipun berbicara di kondisi lain
1.
Gangguan tersebut mengganggu prestasi pendidikan atau pekerjaan atau komunikasi sosial
2.
Durasi gangguan minimal 1 bulan
3.Kegagalan untuk berbicara bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, atau bahasa lisan yang dipakai pada situasi sosial
4.Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
gangguan komunikasi dan tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan autisme, gangguan spektrum, skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya
5.Specific Phobia
Ke Halaman Agenda
Kecemasan menetap dan nyata yang berlebihan atau tidak masuk aakal terhadap satu antisipasi objek spesifik atau situasi
1.
Ketika terpapar pada stimulus fobik hampir selalu mencetus
kecemasan mendadak yang dapat menjadi serangan panik yang berkaitan dengan hal itu
2.
Pasien menyadari kecemasan ini berlebihan atau tidak masuk akal. Pada anak hal ini tidak ada.
3.
Situasi fobia dihindari atau dirasakan dengan kecemasan kuat atau penderitaan
4.
Penghindaran, kecemasan antisipatif, atau penderitaan pada situasi- situasi yang ditakutkan secara bermakna pada rutinitas normal pasien, pekerjaan atau aktifitas sosial atau hubungan lainnya atau adanya penderitaan yang nyata tentang fobianya 5.
Jika berusia kurang dari 18 tahun maka durasinya minimal 6 bulan 6.
Kecemasan, serangan panik, penghindaran objek atau situasi
spesifik tidak dapat dikategorikan pada gangguan mental lainnya seperti Obsesive -Compulsive disorder, Posttraumatic Stress
Disorder, kecemasan perpisahan, fobia sosial, panik dengan agoraphobia atau agoraphoia tanpa riwayat panik
7.
Specific Phobia
Ke Halaman Agenda
Social
Anxiety Disorder
Ke Halaman Agenda
Ketakutan atau kecemasan yang ditandai mengenai satu atau lebih situasi sosial dimana individu tersebut berasda terkena kemungkinan pengawasan oleh orang lain, termasuk interaksi sosial, dimati, dan tampil di depan orang lain
1.
Note : pada anak, ansietas harus terjadi pada lingkungan teman sebaya dan bukan hanya saat interaksi dengan orang dewasa
Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara tertentu atau menunjukkan gejala kecemasan yang akan terjadi dievaluasi secara negatif
Situasi sosial hampir selalu menimbulkan ketakutan atau kecemasan
Pada anak, ansietas dapat ditunjukkan dengan menangis, tantrum, membeku, atau gagal berbicara di depan umum
Situasi sosial dihindari atau ditahan dengan ketakutan atau ansietas yang berlebih
Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi sosial dan konteks sosiokultural
Social
Anxiety Disorder
Ke Halaman Agenda
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus- menerus, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan
penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lainnya
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gejala gejala lain gangguan mental, seperti gangguan panik, gangguan dismorfik tubuh, atau spektrum
autisme kekacauan
Jika ada kondisi medis lain, ketakutan, kecemasan, atau
penghindaran tersebut jelas tidak berhubungan atau berlebihan Spesifik :
Performance only : jika ketakutan terbatas pada berbicara atau perform di depan public
Panic
Disorder
Ke Halaman Agenda
Serangkaian panik yang tidak terduga dan berulang. Serangan panik adalah gelombang rasa takut yang hebat secara tiba tiba atau ketidaknyamanan hebat yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit, dan dalam waktu empat menit (atau lebih) dari gejala berikut :
Palpitasi, jantung berdebar kencang, atau peningkatan HR Berkeringat
Gemetar
Merasa tercekik
Nyeri dada atau ketidaknyamanan Mual atau distres abdominal
Merasa pusing, tidak seimbang, pusing, atau pingsan Sensasi panas atau dingin
Parasthesias
Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri)
Ketakutan hilang control atau “menjadi gila”
Ketakutan akan mati
Note : gejala spesifik kultur dapat terlihat. Akan tetapi tidak dapat dimasukkan kedalam 4 gejala yang diperlukan
Panic
Disorder
Ke Halaman Agenda
Minimal salah satu serangan telah diikuti dengan selama 1 bulan atau salah satu berikut :
Kekhawatiran atau kekhawatiran yang terus menerus terhadap serangan panik tambahan atau konsekuensiknya
Perubahan perilaku maladaptif yang signifikan terkait serangan
Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lainnya
Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain (misal, serangan panik tidak terjadi hanya sebagai respons terhadap situasi sosial yang ditakuti, seperti
gangguan kecemasan sosial; sebagai respons terhadap objek atau situasi fobia yang terbatas, seperti pada fobia spesifik;sebagai
respons terhadap obsesi, seperti pada gangguan obsesif-
kompulsif; sebagai respons terhadap pengingat akan peristiwa traumatis, seperti pada gangguan stress pascatrauma; atau
sebagai respons terhadap perpisahan dari figur keterikatan, seperti pada gangguan kecemasan akan perpisahan)
Panic Attack
Specifier
Ke Halaman Agenda
Note : gejala disajikan dengan tujuan mengindetifikasi serangan panik; Namun, serangan panik bukanlah gangguan mental dan tidak dapat dikodekan. Serangan panik bisa terjadi di konteks gangguan kecemasan serta gangguan mental lainnya (misalnya gangguan depresi gangguan stres pasca trauma, gangguan
penggunaan narkoba) dan beberapa kondisi medis (misalnya jantung, pernafasan, vestibular, gastrointestinal). Saat adanya kepanikan serangan teridentifikasi, hal ini harus dicatat sebagai penentu (misalnya gangguan stres pasca trauma dengan serangan panik). Untuk gangguann panik, kehadiran serangan panik
terkandung di dalam kriteria gangguan dan serangan panik tidak digunakan sebagai penentu. Gelombang rasa takut yang hebat
atau rasa tidak nyaman yang tiba tiba mencapai puncaknya dalam hitungan menit, dan selama waktu tersebut empat gejala berikut terjadi
Panic Attack
Specifier
Ke Halaman Agenda
Palpitasi, jantung berdebar kencang, atau peningkatan HR Berkeringat
Gemetar
Merasa tercekik
Nyeri dada atau ketidaknyamanan Mual atau distres abdominal
Merasa pusing, tidak seimbang, pusing, atau pingsan Sensasi panas atau dingin
Parasthesias
Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri)
Ketakutan hilang control atau “menjadi gila”
Ketakutan akan mati
Note : gejala spesifik kultur dapat terlihat. Akan tetapi tidak dapat dimasukkan kedalam 4 gejala yang diperlukan
Agoraphobia
Ke Halaman Agenda
Merasa takut atau cemas pada 2 dari 5 situasi berikut : Menggunakan transportasi publik
Di ruangan terbuka
Pada ruangan tertutup
Berdiri pada barisan atau berasa di situasi ramai Berada di luar rumah sendiri
Individu takut atau menghindari situasi ini karena pemikiran yang mungkin bisa lolos menjadi sulit atau bantuan mungkin tidak
tersdia jika timbul gejala seperti gangguan panik atau kondisi tidak mampu atau memlakukan lainnya
Situasi agoraphobia selalu memicu rasa takut atau ansietas
Situasi agorafobia secara aktif dihindari, memerlukan kehadiran pendamping, atau dialami dengan ketakutan atau kecemasan yang hebat
Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak sebanding dengan
bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh penderita agorafobia situasi dan konteks sosiokultural
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran bersifat terus menerus, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih
Agoraphobia
Ke Halaman Agenda
...Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan
penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
Jika ada kondisi medis lain, ketakutan, kecemasan, atau penghindaran jelas dikeluarkan
Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak dapat dijelaskna lebih baik oleh gejala gangguan mental lain- misalnya, gejala
tersebut tidak terbatas pada fobia spesifik, situasional jenis; tidak hanya melibatkan situasi sosial; dan tidak terkait secara eksklusif dengan obsesi, cacat yang dirasakan atau cacat pada penampilan fisik, pengingat akan trauma peristiwa, atau ketakutan akan
perpisahan.
Notes : Agoraphobia didiagnosa terlepas dari adanya gangguan panik. Jika presentasi seseorang memenuhi kriteria gangguan panik dan agorafobia, keduanya didiagnosa harus ditugaskan
Generalized Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
A. Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (apprehensive
Expectation), terjadi lebih dari beberapa hari tidak selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah acara atau aktivitas (seperti pekerjaan atau pertunjukan sekolah).
B. Individu merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Kecemasan dan kekhawatiran berhubungan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut (setidaknya beberapa gejala sudah muncul lebih lama, tidak hanya selama beberapa hari, terjadi dalam 6 bulan terakhir):
1. Kegelisahan atau perasaan tegang atau gelisah.
2. Mudah lelah.
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi blank.
4. Iritabilitas.
5. Ketegangan otot.
6. Gangguan tidur (kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur, atau gelisah, tidak puas tidur
Generalized Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
D. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
E. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lainnya (misalnya hipertiroidisme).
F. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain
Substance/
Medication- Induced
Anxiety Disorder
Ke Halaman Agenda
A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium keduanya (1) dan (2):
1. Gejala-gejala dalam Kriteria A timbul selama atau segera setelah keracunan zat atau penarikan atau setelah terpapar obat.
2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala sesuai kriteria rion A.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan kecemasan yang tidak bersifat substansi/diinduksi obat. Bukti gangguan
kecemasan independen tersebut dapat mencakup pengikut:
Gejalanya mendahului permulaan penggunaan zat/obat;
gejalanya bertahan untuk jangka waktu yang lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah penghentian penarikan akut atau keracunan parah; atau ada bukti lain yang menunjukkan hal tersebut
adanya gangguan kecemasan independen yang disebabkan oleh non- zat/pengobatan (misalnya, riwayat episode berulang yang tidak
berhubungan dengan zat/pengobatan).
Ke Halaman Agenda
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, nasional, atau bidang fungsi
penting lainnya Catatan:
Diagnosis ini harus ditegakkan daripada diagnosis keracunan zat atau
penghentian zat hanya jika gejala pada Kriteria A mendominasi secara klinis gambarannya dan cukup parah sehingga memerlukan perhatian klinis.
Substance/
Medication- Induced
Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
A. Serangan panik atau kecemasan mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa temuan gangguan tersebut adalah konsekuensi patofisiologis
langsung dari kondisi medis lain.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.
D. Gangguan tidak hanya terjadi selama delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan
nasional, atau bidang fungsi penting lainnya.
Anxiety Disorder Due to
Another Medical
Condition
Ke Halaman Agenda
Other
Specified Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
Unspecified Anxiety
Disorder
Ke Halaman Agenda
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Nafas pendek/cepat Berkeringat
Gelisah
Gangguan tidur Mudah lelah
Jantung berdebar Gangguan lambung Diare
Sakit kepala yang disertai dengan rasa cemas/ khawatir berlebihan.
Keluhan Utama
Tambahan
Adanya gejala seperti minat dalam melakukan
aktivitas/semangat yang menurun, merasa sedih/ murung, nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis.
Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan terdapat stresor kehidupan.
Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat (alkohol, tembakau, stimulan, dan lain-lain)
Ke Halaman Agenda
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Tanda vital : Sensorium, Frekuensi nadi dan nafas, Tekanan Darah, Suhu Pemeriksaan Psikatrik :1) Kesan umum : pasien bisa tampak gelisah (restlegg, mondar-mandir tidak bisa duduk tenang) dapat juga tampak keluar keringat dingin,tangan gemetar , akral dingin dan pucat
2) Mood dan afek : cemas , Irritable
3) Proses berfikir : pre-okupasih terhadap kecemasan dan berbagai macam keluhan fisik yang menggambarkan kecemasan
4) Kemauan menurun
5) Psikomotor : tremor ,hiperaktivitas,stereotype movement
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder) Screening tool Tes urin
Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan EKG
GDA SCORE :
21 = severe anxiety
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder by American Psychiatric Association
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014.
Anxiety and Depression Association of America, GAD-7 Anxiety Scale
REFERENCE:
Ke Halaman Agenda
Anxiety Disorder
4.C. Tatalaksana
Farmako
Anxiety Disorder
4.D. Tatalaksana
Non Farmako
Ke Halaman Agenda
Memberikan pendidikan berulang kepada seseorang. Psikoterapi reedukasi bertujuan untuk mengubah pikiran atau perasaan
pasien agar mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik.
Psikoterapi
reedukasi
Ke Halaman Agenda
Membantu pasien mengenali, menyadari, dan merubah disfungsi pikiran, emosi, maupun
perilaku yang menjadi bagian dari rasa takut dan penghindaran yang menunjukkan
gangguan yang mereka alami. Metode
penyampaiannya bisa melalui tatap muka, digital (dCBT) yang diakses dari komputer,
tablet atau aplikasi smartphone, atau melalui buku panduan CBT mandiri untuk pasien
Terapi
Cognitive
Behavioral Therapy
(CBT)
EDUKASI :
Mengelola stres: Belajar mengelola stres secara efektif melalui teknik relaksasi, olahraga, atau hobi yang menyenangkan dapat membantu mencegah timbulnya kecemasan berlebihan.
Mengadopsi gaya hidup sehat: Memelihara pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan rutin berolahraga dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan mengurangi risiko .
Mendapatkan dukungan sosial: Membangun jaringan sosial yang kuat dan memiliki dukungan emosional dari keluarga, teman, atau kelompok
dukungan dapat membantu mengatasi stres dan mengurangi risiko.
mengidentifikasi dan menghilangkan kemungkinan pemicunya (misalnya kafein, stimulan, nikotin, pemicu makanan, stres), dan meningkatkan
kualitas/kuantitas tidur dan aktivitas fisik.
5. Hubungan antara Drug
Abuse dengan
Anxiety Disorder
75%
repetitive exposure
tolerance
(higher dose needed to
maintain effect)
DEPENDENCE VS ADDICTION
abused drug no longer available
withdrawal sydrome
DEPENDENCE = “physical dependence”
DEPENDENCE VS ADDICTION
ADDICTION = “psychological dependence”
addictive
drugs increase dopamine
sense of reward
brain thinks drugs are super important
high motivation to obtain and use drug
despite negative consequences
Treatment Approach
should both disorders be treated simultaneously, or should one disorder be addressed initially, and the other disorder treated subsequently?
Stewart and Conrod
if the patient is significantly more ready to change one of the disorders as compared to the other, they recommend starting treatment on the disorder that the patient is ready to address while simultaneously
using motivational interviewing to improve readiness to change the concurrent problem.
expert opinion >>> experimental data
very few studies have been done to validate the need for an integrated approach
Smith, J.P. and Book, S.W., 2008. Anxiety and substance use disorders: A review. The Psychiatric Times, 25(10), p.19.
Katzung, B.G., 2012. Basic and clinical pharmacology.
Morales, M. and Barbano, M.F., 2023. Midbrain (VTA) circuits. In Neurocircuitry of Addiction (pp. 45-72). Academic Press.
REFERENCE:
6. Sexual
Physiological
Responses and
Sexual Disorders
Sexual
Physiological Responses
Ke Halaman Agenda
Arousal:
Men: Visual stimuli (nude and barely dressed woman)
Women: subjective sense ( romantic stories, lifetime commitment)
sense of excitement plays more role than physiological lubrication in readiness of sex
woman sometimes experience arousal or vaginal lubrication without being aware of them in sense of excitement.
CNS and Sexual Behavior
Cortex : involved both in controlling sexual impulses and in processing sexual stimuli that may lead to sexual activity.
Limbic System : directly involved with elements of sexual functioning.
Brainstem :exert inhibitory and excitatory control over spinal sexual reflexes.
Brain Neurotransmitters.
an increase in dopamine is presumed to increase libido.
Serotonin, produced in the upper pons and midbrain, exerts an inhibitory effect on sexual function.
Oxytocin is released with orgasm and is believed to reinforce pleasurable activities.
Paraphillic Disorders
Ke Halaman Agenda
Parafilia dapat diartikan sebagai pola khusus dari dorongan, fantasi, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan maupun gangguan pada
individu yang merugikan orang lain
Paraphilic disorder atau gangguan parafilia mencakup delapan kondisi:
gangguan eksibisionisme, gangguan fetisisme,
gangguan frotteurisme (touching and rubbing nonconsenting person) gangguan pedofilia,
gangguan masokisme seksual, (act of being humiliate, beaten, bound, make to suffer)
gangguan sadisme seksual (act on in which the psychological or physical suffering of victim is sexually exciting to the person)
gangguan transvestisme, (cross dressing)
gangguan voyeurisme (act of observing unsuspecting person who is naked, in process of disrobing or enganging sexual activity)
Paraphillic Disorders
Ke Halaman Agenda
DSM-5 ciri-ciri diagnostik pada gangguan fetish (fetishtic disorder), meliputi:
Mengalami gairah seksual terhadap benda mati atau bagian-bagian tubuh non seksual secara intens dan berulang-ulang selama kurang lebih enam bulan yang dimanifestasikan melalui dorongan seksual, imajinasi, dan perilaku tertentu ketika melihatnya.
1.
Dorongan seksual, imajinasi, dan perilaku tertentu menyebabkan kegelisahan dan terganggunya aktivitas sehari-hari.
2.
Objek fetish tidak sebatas pakaian yang digunakan dalam
crossdressing (seperti pada gangguan transvestik) atau alat khusus untuk menstimulasi kelamin, seperti vibrator.
3.
Menurut DSM-5, beberapa orang dapat digolongkan memiliki fetish
namun bukan gangguan fetish karena diagnosis gangguan fetish harus menyertakan dua kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, fokus parafilik dari gangguan fetish melibatkan penggunaan atau ketergantungan pada benda mati atau bagian tubuh yang spesifik sebagai elemen utama yang terkait dengan gairah seksual (Kriteria A). Kedua, diagnosa gangguan
fetish harus menyertakan distress pribadi yang signifikan secara klinis atau gangguan peran psikososial (Kriteria B).
Paraphillic Disorders
Ke Halaman Agenda
Tatalaksana:
Physiological
psychotherapy such as cognitive behavioral therapy shows positive outcome. However, patient reluctance to seek treatment makes
psychiatrist more focused on preventing patient to commit victimization than reduce behaviour
Pharmalogical
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) synthetic steroidal analogue
antiandrogens
Limited support in literature. Therapeutic choice depends on history , medication compliance, intensity in sexual fantasy and risk of
commiting sexual violence.
Pharmacological treatment helps target diverse physiological pathways.
SSRI is particularly useful for adolescent population and milder paraphilias including exhibitionism and OCD
Antiandrogens considerably reduce frequency and intensity of sexual arousal and behavior. GnRH shows more promising management for possible sex offenders with high risk