• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh suhu dan konsentrasi klp.4 (A5)

N/A
N/A
Mimi Rachel Faelsa Pasaribu

Academic year: 2025

Membagikan "pengaruh suhu dan konsentrasi klp.4 (A5)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Fisika

Disusun Oleh : Kelompok IV (A5)

Fadhil Nashrullah NIM.230140112

Rizkika Dwi Putri NIM.230140113

Nazla Aulia Farhani S. NIM.230140116

Nurul Hidayah NIM.230140118

Muhammad Isma Ritonga NIM.230140123

LABORATORIUM DASAR EKSAKTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2024

(2)

2O. Pada percobaan bagian A ini dilakukan dengan larutan yang berbeda volumenya untuk setiap tabung. Dimasukkan Na2S2O3 0,25 M + H2O + HCl 1 M ke dalam beaker glass, kemudian diletakkan diatas kertas yang bertanda silang hitam. Pada tabung I menggunakan 25 ml Na2S2O3 0,25 M memerlukan waktu 27,22 detik untuk bereaksi dan menyebabkan perubahan warna yang semakin keruh pada larutan.

Pada tabung II menggunakan 20 ml Na2S2O3 0,25 M memerlukan waktu 31,58 detik untuk bereaksi. Pada tabung III menggunakan 15 ml Na2S2O3 0,25 M memerlukan waktu 45,30 detik untuk bereaksi. Pada tabung IV menggunakan 10 ml Na2S2O3

0,25 M memerlukan waktu 64,64 detik untuk bereaksi. Pada tabung V menggunakan 5 ml Na2S2O3 0,25 M memerlukan waktu 68,08 detik. Pada percobaan bagian B, larutan dipanaskan terlebih dahulu. Suhu yang digunakan adalah 40oC, 45ºC, 50ºC, 55ºC, dan 60ºC. Pada suhu 40ºC memerlukan waktu 62,60detik untuk bereaksi dan menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi keruh. Pada suhu 45ºC memerlukan waktu 60,14 detik untuk bereaksi. Pada suhu 50ºC memerlukan waktu 58,49 detik untuk bereaksi. Pada suhu 55ºC memerlukan waktu 55,00 detik untuk bereaksi. Pada suhu 60ºC memerlukan waktu 52,30 detik untuk bereaksi. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dan suhu larutan maka akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Kata kunci : Kecepatan Reaksi, Konsentrasi, Pengadukan, Suhu, Waktu.

(3)

Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk terhadap satuan waktu. Laju ini menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berrlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Pada umumnya laju reaksi akan berhubungan dengan konsentrasi. Tetapi perlu diperhatikan bahwa beberapa reaksi memilih kelajuan yang tidak bergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai ordel nol.

Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya suatu pereaksi atau laju terbentuknya produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu. Laju reaksi pada reaksi sederhanaberbanding lurus dengan hasil konsentrasi. Konsentrasi reaktan yang dipangkatkan koefisien reaksinya, sehingga dapat lebih mudah dihitung secara matematis. Tetapi untuk beberapa reaksi kompleks akan sangat sulit ditentukan orde reaksinya. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat pereaksi yang mempengaruhi kecepatan reaksi (Sunarya, 2021).

2.2 Hubungan molaritas dengan laju reaksi

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dari setiap satuan volume zat pelarut. Hubungan molaritas dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian, pada molaritas yang rendah, suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dan molaritas adalah sebagai berikut :

V= K [Α]ⁿ [B]m ...(2.1) Dengan:

V = Laju reaksi

2

(4)

3

(5)

m = Orde reaksi zat A n = Orde reaksi zat B

Adapun rumus dari laju reaksi adalah sebagai berikut:

V = K [Α]ⁿ [B]m ...(2.2) Dengan:

V = Laju reaksi

K = Konstanta laju reaksi m = Orde reaksi zat A n = Orde reaksi zat B

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Menurut teori tumbukan, reaksi akan berlangsung jika terjadi tumbukan- tumbukan antara partikel. Semakin banyak terjadi tumbukan maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Namun tidak semuа tumbukan dapat menghasilkan reaksi, hanya partikel-partikel yang mempunyai energi cukup dan posisi yang baik yang dapat menghasilkan tumbukan tersebut. Selain itu, masih terdapat beberapa faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu:

a. Pengaruh konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi dapat diterangkan melalui pendekatan teori tumbukan. Semakin besar konsentrasi zat terlibat dalam suatu reaksi berarti semakin banyak partikel atau molekul yang bertumbukan. Akibatnya, jumlah tumbukan per satuan luas, per satuan waktu juga mengalami kenaikan.

b. Pengaruh suhu

Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan. Karena kalor (panas) yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Dengan kata lain, suhu semakin tinggi maka energi kinetika zat akan naik dan gerakan partikel semakin cepat akan mengakibatkan kemungkinan terjadi tumbukan sehingga laju reksi meningkat.

c. Pengaruh katalis

Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksidan setelah reaksi selesai zat tersebut akan kebentuk kembali. Katalis dapat memperkecil

(6)

energi aktivitas, sehingga banyak partikel yang mempunyai energi kinetik diatas energi aktivitas, maka akan semakin cepat reaksi berlangsung. Energi aktivitas adalah energi minal yang harus dimiliki partikel agar tumbukannya menghasilkan reaksi. Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan homogen. Didalam reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaksi.

d. Pengaruh luas permukaan

Luas permukaan, ukuran materi atau luas permukaan disentuh sangat mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak pula partikel yang saling bertumbukan.

e. Sifat zat yang bereaksi

Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat dan reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lama (Suyatno, 2007).

2.4 Orde Reaksi

Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui percobaan. Menentukan orde reaksi merupakan salah satu cara untuk memperkirakan sejauh mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu. Orde reaksi selalu ditentukan dengan melakukan eksperimen. Orde reaksi ditentukan dengan melihat persamaan reaksi, yang terjadi pada laju reaksi dengan satuan laju reaksi sebagai perubahan konsentrasi satu zat pereaksi. Hal yang kemungkinan besar akan ditemukan adalah :

a. Kemungkinan pertama yaitu laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Brarti jika mengendalikan konsentrasi A, laju reaksi akan dua kali lebih besar juga. Jika meningkatkan konsentrasi A dengan kelipatan 4.

b. Kemungkinan kedua yaitu laju reaksi sebanding dengan kuadrat dari konsentrasi A, maka laju reaksi akan 4 kalinya. Jika kamu lipat tigakan dan konsentrasi A, maka laju akan menjadi 9 kalinya. Konsentrasi A dan B penentu dari laju reaksi tersebut, jadi merupakan variabel bebas yang menentukan besarnya laju reaksi, sedangkan laju reaksi sendiri menjadi variabel berikut.

(7)

Jika dalam reaksi, orde reaksi A bernilai nol (0), itu berarti maka konsentrasi A tidak mempengaruhi reaksi, jika orde reaksi mol maka kenyataannya akan menghilang dan mempercepat dari persamaan laju. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju teaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat. zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Reaksi yang hanya terlibat suatu partikel mekanismenya sederhana dan kita tidak perlu memikirkan tentang orientasi dan tumbukan Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua atau lebih purtikel akan ikut membuat membuat mekanismenya reaksi menjadi lebih rumit. Menentukan orde reaksi ditentukan dengan menentukan seberapa besar pengah perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya (Sunarya, 2021).

2.4.1 Orde nol

Suatu reaksi dikabarkan berorde nol terhadap salah satu pereaksi apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksinya, artinya seberapapun peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi. Secara grafik, reaksi yang mempunyai orde nol dapat dilihat pada Gambar 2.4.1 berikut ini.

2.4.2 Orde satu

Suatu orde reaksi dikabarkan dan dikatakan berorde satu terhadap salah satu dari pereaksinya. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.

Jika konsentrasi pereaksi dilipat tigakan maka laju reaksi akan menjadi 3’ atau tiga kali besar orde satu. Secara grafik yang mempunyai reaksi orde satu dapat dilihat pada Gambar 2.4.2 berikut ini.

Gambar 2.4.1 Reaksi Orde Nol

(8)

2.4.3 Orde dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksinya. Jika laju reaksi reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi pereaksi itu dilipat 3 maka laju reaksi akan menjadi 3² atau 9 kali lebih besar secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.4.3 berikut ini.

2.4.4 Orde tiga

Suatu reaksi dikatakan berorde tiga terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat tiga dari konsentrasi perekasi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat tigakan, maka laju reaksi menjadi 33 atau 27 lebih besar.

2.4.5 Orde negatif

Suatu pereaksi berorde negatif, jika laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi perekasi diperbesar, maka laju reaksi akan semakin kecil. Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikel-partikel sehingga menghasilkan tumbukan yang efektif disebut dengan energi aktivasi. Pada umumnya, reaksi kimia dapat berlangsung cepat jika

Gambar 2.4.2 Reaksi Orde Satu

Gambar 2.4.3 Reaksi Orde Dua

(9)

konsentrasi zat yang bereaksi diperbesar. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.4.5 berikut.

2.5 Kegiatan dan Kejadian yang Melibatkan katalis

Katalis banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa reaksi kimia di alam juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja katalis bergantung pada jenis katalisnya. Katalis dapat dikelompokkan menjadi katalis homogen, katalis heterogen, dan biokatalis (enzim). Selain itu, dikenal juga istilah autokatalis.

a. Katalis Homogen

Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-zat pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai pengantara (fasilitator).

b. Katalis Heterogen

Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi.

Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan katalis tersebut.

c. Enzim

Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam makhluk hidup sehingga enzim dikenal pula dengan istilah biokatalis.

d. Autokatalis

Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis, artinya zat hasil reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia. Contohnya, reaksi

Gambar 2.4. 4 Reaksi Orde Negatif

(10)

antara kalium permanganat dengan asam oksalat Terjadinya perubahan warna (Sukardjo, 2021).

2.6 Energi aktivasi

Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi (dalam kimia, disebut juga sebagai energi minimum). Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif karena keadaan transit kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a disebut mentasikan aktiva. Kata aktiva memiliki makna bahwa satu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung (Castellan, 2017).

Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Fraksi molekul-molekul mampu untuk beraksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu yaitu sebesar 10°C. Hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda. Meningkatkan suhu juga dapat meningkatkan energi kinetik partikel, sehingga lebih banyak partikel memiliki energi yang cukup untuk mencapai energi aktivasi. Dengan demikian, kenaikan suhu biasanya meningkatkan laju reaksi.

2. Faktor Frekuensi

Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi. Wujud atau keadaan fisik reaktan (padat, cair, atau gas) memengaruhi frekuensi dan efisiensi tumbukan antar partikel.

Misalnya, reaksi antar gas atau larutan lebih mudah berlangsung karena partikel lebih bebas bergerak dibandingkan pada zat padat.

3. Katalis

Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi dengan menyediakan jalur reaksi alternatif yang membutuhkan energi

(11)

lebih rendah. Ini memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat tanpa mempengaruhi hasil akhir reaksi.

Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm yang membebaskan energi ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut (Atkins, 2019).

2.7 Variabel Berpengaruh Terhadap Reaksi Hidrolisis

Berikut variabel - variabel yang berpengaruh terhadap reaksi hidrolisis:

1. Katalisator

Hampir semua raku hidrolisa memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim ata asam, karena kerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka ragam malar dari anam klorida asam sulfat, sampai nitrat Yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi adalah konsentrasi ion H, bakan jenis mamnya. Meskipun demikian di dalam industri umumnya dipakai asam klorida. Umumnya dipergunakan larutan asam yang mempunyai konsentrasi asam lebih tinggi.

2. Suhu

Pengaruh suho terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arbenius:

semakin tinggi suhu, semakin cepat jalannya reaksi. Kecepatan reaks hidrolisis akan meningkat hampir 2 kali untuk setiap kenaikan suhu 10°C.

3. Pencampuran (pengadukan)

Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya pencampuran. Untuk proses butch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok.

4. Perbandingan zat percaksi

Hidrolisa adalah satu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau terurai. Reaksi ini merupakan reaksi cede satu, karena air yang digunakan berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Asam yang biasa digunakan adalah asam asetat, asam fosfat, asam klorida dan asam sulfat.

(12)

BAB III

METOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat – alat

Adapun alat yang digunakan sebagai berikut:

1. Batang Pengaduk 1 Unit

2. Beaker glass 250 ml 6 Unit

3. Erlenmeyer 1 Unit

4. Gelas ukur 25 ml 1 Unit

5. Gelas ukur 5 ml 1 Unit

6. Hot Plate 1 Unit

7. Pipet tetes 1 Unit

8. Stopwatch 1 Unit

9. Thermometer 1 Unit

3.1.2 Bahan – bahan

Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:

1. H2O Secukupnya

2. Larutan HCl 1 M 55 ml

3. Larutan Na2S2O3 0,25 M 125 ml

3.2 Prosedur kerja A. Bagian A

1. Ditempatkan 25 ml Na2S2O3 0,25 M dalam beaker glass 250 ml, dan letakkan diatas kertas yang diberi tanda silang hitam sehingga jelas dari atas.

2. Ditambahkan 5 ml HCl 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan dihidupkan stopwatch, larutan diaduk agar homogen, dilakukan pengamatan dari atas.

3. Dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur.

4. Suhu larutan diukur dan dicatat

5. Diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan sebagai berikut :

11

(13)

No Volume Na2S2O3 (ml)

Volume H2O (ml)

Volume HCl (ml)

1 25 0 5

2 20 5 5

3 15 10 5

4 10 15 5

5 5 20 5

6 0 25 5

B Bagian B

1. Dimasukkan 10 ml Na2S2O3 0,25 M di dalam beaker glass 250 ml, lalu encerkan volumenya menjadi 50 ml.

2. Diukur 5 ml HCl 1M masukkan ke dalam erlenmeyer, tempatkan erlenmeyer tersebut di penangas air pada suhu 40oC. Dibiarkan kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu kesetimbangan, diukur suhu dengan thermometer dan dicatat.

3. Ditambahkan HCl kedalam larutan Na2S2O3 tersebut, pada saat yang bersamaan dihidupkan stopwatch. Larutan diaduk lalu ditempatkan gelas ukur diatas kertas bertanda silang hitam, dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang menjadi kabur bila dilihat dari atas.

4. Diulangi langkah kerja diatas untuk berbagai variasi suhu (45oC-60oC).

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil percobaan yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Hasil data percobaan bagian A

No. Volume

Na2S2O3 (ml)

Volume H2O (ml)

Volume HCl (ml)

Waktu (detik)

1/waktu (detik-1)

1. 25 0 5 27,22 0,036

2. 20 5 5 31,58 0,031

3. 15 10 5 45,30 0,022

4. 10 15 5 64,64 0,015

5. 5 20 5 68,08 0,014

6. 0 25 5 -

(Sumber: Praktikum Kimia Fisika, 2024)

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Bagian B No. Volume

Na2S2O3 (ml) Volume HCl (ml)

Suhu

(oC) Waktu

(detik) 1/waktu

(detik-1) Log 1/waktu

1. 10 ml + 40 ml H

2O

5 40 62,60 0,015 -1,823

2. 10 ml + 40 ml H

2O

5 45 60,14 0,016 -1,795

3. 10 ml + 40 ml H

2O

5 50 58,49 0,017 -1,769

4. 10 ml +40 ml H2O

5 55 55,00 0,018 -1,744

5. 10 ml + 40 ml H

2O

5 60 52,30 0,019 -1,721

(Sumber: Praktikum Kimia Fisika, 2024)

13

(15)

4.2 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan dengan penambahan konsentrasi yaitu tiosulfat, pada konsentrasi Na2S2O3 25 ml, H2O sebanyak 0 ml dan HCl sebanyak 5 ml membutuhkan waktu 27,22 detik sampai tanda silang hitam kabur. Untuk konsentrasi reaksi Na2S2O3 sebanyak 20 ml, H2O sebanyak 5 ml dan HCl 5 ml membutuhkan waktu 31,58 detik. Pada konsentrasi Na2S2O3 sebanyak 15 ml ditambah dengan H2O 10 ml dan HCl sebanyak 5 ml dibutuhkan waktu 45,30 detik dengan laju reaksi 0,022 detik.1. Pada konsentrasi Na2S2O3 10 ml ditambah H

2O 15 ml dan HCl 5 ml dengan dibutuhkan waktu 64,64 detik dengan laju reaksi yaitu 0,015 detik-1. Untuk konsentrasi Na2S2O3 5 ml ditambah dengan H2O 20 ml dan HCl 5 ml dibutuhkan waktu 68,08 detik dan laju reaksinya 0,014 detik-1 . Untuk konsentrasi Na2S2O3 0,25M sebanyak 0 ml ditambah 25 ml konsentrasi H2

O dan 5 ml HCl 1 M dibutuhkan waktu tak terhingga sehingga laju reaksinya juga tak hingga. Reaksi yang terjadi antara larutan Na2S2O3 dan HCl adalah:

Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(I) ...(4.1) Terjadinya perubahan kimia warna menjadi keruh yaitu karena adanya reaksi pengendapan koloid dari campuran antara Na2S2O3 danHCl. Kandungan pada Na2S2O3

dalam campuran lebih banyak dari pada komposisi H2O dan HCl. Semakin banyak volume larutan Na2S2O3 maka warna larutan semakin keruh (Khikmah, 2015).

Grafik laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

25 20 15 10 5 0

0 0.0050.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.0350.04

f(x) = − 0.0068 x + 0.0434666666666667 R² = 0.961806656101426

Konsentrasi Na2S2O3 0,25M

1/t(s)

Gambar 4. 1 Grafik Laju Reaksi Sebagai Fungsi Konsentrasi

(16)

Dapat dilihat pada gambar grafik di atas semakin tinggi konsentrasi suatu zat, maka jumlah molekulnya semakin banyak dan dapat mengakibatkan besarnya kemungkinan setiap molekulnya saling bertumbukan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan laju reaksi.

B. Bagian B

Dari percobaan bagian B, telah dilakukan dengan 10 ml yang diencerkan hingga volume 50 ml dan ditambah 5 ml HCl 1 M kedalam beaker gelas lalu campurkan dan dimasukkan H2O. Setelah itu panaskan sampai mendidih dengan suhu yang berbeda. Lalu catat waktu yang diperlukan sampai larutan menjadi penuh. Suhu yang digunakan pada percobaan ini ialah 40oC, 45oC, 50oC, 55oC, dan 60oC. Pada suhu 40oC waktu yang diperlukan 62,60 detik dan laju reaksinya 0,015 detik-1. Pada suhu 45oC memerlukan waktu 60,14 detik dan laju reaksinya 0,016 detik-1. Pada suhu 50oC waktu yang didapat 58,49 detik dengan laju reaksinya 0,017 detik-1. Pada suhu 55oC waktu yang diperlukan yaitu 55,00 detik dengan laju reaksinya 0,018 detik-1. Pada suhu 60oC waktu yang diperlukan 52,30 detik dengan laju reaksinya 0,019 detik-1 . Dan terjadi perubahan warna pada larutan menjadi keruh. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh suhu. Semakin tinggi suhu maka semakin pekat warna suatu larutan, dan semakin tinggi suhu maka akan semakin sedikit waktu yang akan dibutuhkan untuk bereaksi.

Pemanasan pada percobaan ini bertujuan apabila suhu tersebut naik maka akan membuat laju reaksi menjadi cepat dan tujuan daro dilakukannya pemanasan terlebih dahulu yaitu untuk menaikkan suhu agar dapat dibandingkan mana yang lebih cepat bereaksi antara suhu yang dinaikkan dengan suhu yang tidak dinaikkan. Pada saat pencampuran atau homogen agar diperoleh hasil yang maksimal. Perubahan warna pada larutan menjadi keruh disebabkan kandungan larutan HCl.

Untuk grafik hubungan antara suhu (oC) dengan 1/waktu dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

(17)

G ambar

4. 2 Grafik

Hubungan Antara Suhu (oC) Terhadap Kecepatan Reaksi.

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat energi yang cukup untuk membebaskan diri dari semua molekul yang selanjutnya berubah menjadi uap. Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan dari zat tersebut akan menjadi partikel-partikel, yang nantinya partikel ini akan mengikat partikel air dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendidih. Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada larutan berbeda-beda tergantung besarnya jenis zat terlatut dan konsentrasinya.

Semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan maka akan semakin tinggi pulak titik didih larutannya. Jadi semakin besar konsentrasi larutan maka energi yang digunakan juga semakin besar maka waktu yang diperlukan juga semakin kecil.

Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi juga dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

313.15 318.15 323.15 328.15 333.15

-1,850 -1,800 -1,750 -1,700 -1,650

f(x) = 25.5 x − 1846.9 R² = 0.998663840766679

Suhu K

log 1/t

Gambar 4. 3 Grafik Hubungan Antara Suhu (oK) dengan log 1/waktu Terhadap Kecepatan Reaksi

40 45 50 55 60

0 0.005 0.01 0.015 0.02

f(x) = 0.001 x + 0.014 R² = 1

Suhu ℃

1/t=V

(18)

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu larutan maka akan semakin sedikit waktu yang akan dibutuhkan untuk bereaksi. Ini membuktikan bahwa suhu berpengaruh terhadap kecepatan reaksi dan perubahan wujud. Suhu yang tinggi dan konsentrasi larutan pekat maka akan menyebabkan terjadinya tumbukan antara partikel-partikel yang menyebab reaksi cepat bereaksi. Untuk dapat meningkatkan kecepatan reaksi diperlukan kolaborasi antara faktor yang mempengaruhi reaksi kimia seperti suhu reaksi dan konsentrasi. Suhu reaksi akan mempengaruhi laju reaksi yang terjadi yang mana jika dapat mempengaruhi pada persamaan Arrhenius, besarnya peningkatan laju reaksi yang dihasilkan akan berbanding secara eksponensial satu persatuan reaksi. Sementara itu, konsentrasi yang diberikan pada jumlah tertentu akan memaksimalkan interaksi antara reaktan-sisi aktif, sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat sehingga hasil reaksi yang akan dihasilkan maksimal (Nuryoto.W.S, 2021).

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:

1. Semakin tinggi volume larutan (Na2S2O3) maka semakin pekat larutan dan menyebabkan semakin cepat reaksi berlangsung.

2. Semakin tinggi suhu larutan, maka semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk bereksi.

3. Perubahan warna pada larutan menjadi keruh disebabkan karena kandungan Na2S2O3 dalam campuran lebih banyak dari pada komposisi H2O dan HCl.

4. Pada percobaan A pada volume 25 ml, diperoleh selama waktu 27,22 detik pada volume 5 ml, diperoleh waktu selama 68,08 detik.

5. Pada percobaan B pada suhu 40oC, diperoleh waktu selama 62,60 detik dan pada suhu 60oC, diperoleh waktu selama 52,30 detik.

5.2 Saran

Saat praktikum dilakukan, sebaiknya teliti saat menghentikan stopwatch ketika larutan menguap habis. Penentuan energi aktivasi dapat dilakukan menggunakan senyawa volatil seperti alkohol yang mana sifat alkohol itu mudah menguap.

18

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Krisbiyanto, 2018. Panduan Kimia Praktik SMA. Yogyakarta, Pustaka Widyatana.

Aris Puwardi, Henang Widyanto, 2019. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta:

Grasindo.

Atkins, 2019. Kimia Fisika Edisi ke-2. Erlangga: Jakarta.

Castellan, GW, 1982. Physchal Chemistry. Third Edition. General Graphic Services.

New York.

Khikmah, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi Dalam Urin Secara Sequential Injection Analisys. Kimia Student: Bandung.

Nuryoto, W. S. 2021. Pengaruh Suhu Reaksi dan Konsentrasi Katalisato r Zeolit Alam Bayah Termodifikasi Pada Reaksi Eksterifikasi. Jurnal Intergrasi Proses Vol. 10. No. 1, 21-26.

Sunarya, Y. Agus.2021. Mudah Aktif Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sukardjo. 2021. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Suyatno. 2007. Kimia untuk SMA/MA kelas IX. Jakarta: Grasindo.

19

(21)

LAMPIRAN D GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi Alat

1. Batang pengaduk

Sebagai alat ntuk mencampurkan bahan kimia dan memecakan emulsi pada suatu ekstraksi.

2. Beaker glass 250 ml Sebagai wadah penampung yang

digunakan untuk mengadu,

mencampurkan dan memanaskan cairan yang biasanya digunakan dilaboratorium.

3. Erlenmeyer Sebagai tempat memanaskan bahan.

4. Gelas ukur 25 ml Sebagai alat ukur volume cairan.

20

(22)

5. Gelas ukur 5 ml

Sebagai alat ukur volume cairan.

6. Hotplate Digunakan untuk memanaskan suatu cairan yang akan direaksikan.

7. Pipet tetes

Untuk mengambil cairan dengan volume tertentu dan ketelitian yang lebih tinggi.

7. Stopwatch Digunakan untuk mengukur waktu

yang diperlukan dalam satuan waktu.

8. Thermometer Sebagai alat untuk mengukur suhu.

(23)
(24)
(25)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pemanasan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap organoleptik warna, viskositas dan kestabilan relatif larutan kitosan larut

Instrumen ini berupa angket dan disusun untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan yaitu instrumen asesmen kinerja pada praktikum pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju alir reaktan dan suhu reaksi pada proses sulfonasi terhadap sifat fisiko kimia methyl ester sulfonates acid (MESA)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH SUHU AKHIR DAN LAJU PEMANASAN PADA PROSES PIROLISIS BAHAN SEKAM PADI (RICE HUSK) “ adalah benar

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil laju peruraian oksitosin dalam dapar malonat yang bergantung pada pH dan suhu mengikuti reaksi orde nol dan reaksi orde satu..

didapatkan terlihat hubungan antara kenaikan suhu dengan laju korosi merupakan hubungan yang linear, semakin tinggi suhu semakin besar laju korosi material. Kecilnya laju korosi

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui laju degradasi antosianin akibat pengaruh pemanasan dengan variasi suhu terhadap konsentrasi total dan kestabilan

Pati tinggi amilosa yang dihasilkan dari perlakuan suhu pemanasan suspensi pati 60°C, lama pemanasan 40 menit, dan konsentrasi butanol 10% (S1W1B2) memiliki nilai persen