• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAN LAMA PEMANASAN TERHADAP STABILITAS PIGMEN ANTOSIANIN DAN KARATENOID

N/A
N/A
Fadhil Fajar Fauzan

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAN LAMA PEMANASAN TERHADAP STABILITAS PIGMEN ANTOSIANIN DAN KARATENOID "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

35 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAN LAMA PEMANASAN

TERHADAP STABILITAS PIGMEN ANTOSIANIN DAN KARATENOID

(THE EFFECT OF EXTRACTION TEMPERATURE AND WARMING TIME AGAINSTS THE STABILITY ON ANTHOCYANIN AND CARATENOID PIGMENTS)

Fitriani dan Nurdianti Awaliyah

Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Muhammadiyah Pontianak Correspondence e-mail : bungafi3ani@yahoo.com

ABSTRACT

The research aimed to find the optimum conditions anthocyanin of purple sweet potato and caratenoid of carrot with ratio of solvent, ethanol 96% and citrid acid with 15 : 3 mL, respectively.

In addition, the research was also aimed to know the extracted colour stability towards of environment effect by spectrophotometric analysis. The extraction was conducted by various of temperature consisted of three levels (50 °C, 70 °C, 90 °C) and various of warming time including three levels such as 30 minutes, 1 hour and 2 hours. The result showed extraction temperature effect on anthocyanin of purple sweet potato was obtained from the extraction temperature at 70 °C for 2 hours with the highest absorbance value at 0,646 and the wave length of 540 nm. Meanwhile, the extraction temperature on caratenoid of carrot with the highest absorbance value at 1.185 and the wave length of 480 nm occured at 70 °C for 2 hours.

Keywords: pigment, extraction, anthocyanin, caratenoid ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum untuk mengekstraksi zat pewarna antosianin dari ubi jalar ungu dan zat pewarna karatenoid dari wortel dengan perbandingan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % masing – masing sebanyak 15 mL : 3 mL. Selain itu, untuk mengetahui stabilitas pigmen antosianin dan karatenoid yang dihasilkan terhadap pengaruh lingkungan. Ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC untuk mendapatkan suhu optimum dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2 jam. Suhu ekstraksi antosianin ubi jalar ungu pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 0,646 dengan panjang gelombang 540 nm. Suhu ekstraksi karatenoid wortel pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 1,185 dengan panjang gelombang 480 nm.

Kata kunci : zat pewarna, ekstraksi, antosianin, karatenoid

PENDAHULUAN

Berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah serta kualitas zat pewarna alami menyebabkan pemakaian zat pewarna sintetik semakin meningkat. Namun terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna sintetik untuk berbagai bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini mengakibatkan makanan menjadi kurang aman untuk dikonsumsi oleh konsumen karena adanya

(2)

36 residu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan seperti timbal (Pb), tembaga (Cu) dan seng (Zn).

Di samping itu, beberapa pewarna sintetikpun ternyata tidak aman digunakan untuk pangan karena sifatnya yang toksik, bahkan beberapa di antaranya bersifat karsinogenik [1].

Adanya batasan-batasan pada penggunaan beberapa macam zat pewarna sintetik mengakibatkan pentingnya penelitian terhadap zat pewarna alami. Untuk itu perlu dicari alternatif zat pewarna yang lebih sehat dan aman, yaitu dengan meningkatkan pemakaian zat pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan seperti bunga, buah, kulit, kayu, daun, akar dan biji [2]. Adapun zat pewarna alami yang berpotensi untuk diekstrak di antaranya adalah senyawa antosianin [3] dan karotenoid [4].

Zat warna dari tumbuhan dapat diambil dengan menggunakan teknik ekstraksi, di antaranya adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air atau etanol. Rujukan [5] telah melakukan ekstraksi pigmen antosianin dari tumbuhan berberies menggunakan alkohol yang diasamkan berdasarkan pengaruh cahaya, pH dan suhu ekstraksi. Selain itu, ekstraksi juga yang dapat dilakukan untuk mengekstrak karotenoid menggunakan metode gelombang ultrasonik pada labu kuning (Cucurbita moschata) berdasarkan pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi [6]. Teknik ekstraksi dipilih berdasarkan kemudahannya dan banyaknya zat pewarna yang berhasil terekstrak.

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang mengandung senyawa antosianin cukup tinggi yaitu berkisar antara 110 – 210 mg/100 g [7]. Semakin ungu warna ungu pada ubi jalar, semakin tinggi kandungan antosianinnya. Antosianin merupakan pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar. Beberapa pelarut yang bersifat polar di antaranya adalah etanol, air dan etil asetat. Pigmen antosianin berperan terhadap timbulnya warna merah, biru dan ungu pada beberapa bunga, buah dan daun [8].

Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang produk utamanya berupa umbi yang memiliki sedikit rasa manis, bertekstur renyah serta berwarna kuning kemerahan atau orange kekuningan. Umbi wortel berpotensi untuk dikembangkan karena mengandung karatenoid yaitu beta karoten. Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar antara 6000 – 54800 µg/100 g [9]. Karatenoid yang tinggi tersebut dapat dikeluarkan melalui cara ekstraksi. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, merah dan orange pada tumbuhan. Dengan kandungan karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pangan alami [10].

Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi senyawa antosianin dan karatenoid dengan pelarut campuran air, asam asetat dan etanol dengan perbandingan tertentu guna mengetahui stabilitas antosianin dan karatenoid yang dihasilkan sebagai zat pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi antosianin dari ubi jalar ungu dan karatenoid dari wortel. Selain itu, dilakukan juga uji stabilitas zat pewarna berdasarkan pengaruh suhu ekstraksi dan lama pemanasan. Analisis kadar zat pewarna dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kreatifitas dalam mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang terdapat di sekitarnya yang mudah diperoleh untuk dapat digunakan sebagai zat pewarna alami.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat untuk preparasi dan ekstraksi: beaker glass, blender, water bath, pisau, termometer, kompor, corong, erlenmeyer, kertas saring, pengaduk, timbangan, penangas air, kain saring, gelas ukur. Alat untuk analisa: tabung reaksi, corong, Spektrofotometer Spectronic 21D, pH indikator.

Bahan baku yang digunakan adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dan wortel (Daucus carota L.). Bahan kimia yang diperlukan adalah aquades, etanol (C2H5OH) 96 % dan asam sitrat (C6H8O7).

(3)

37 Cara Kerja

Penelitian ini terdiri dari dua tahap penelitian. Tahap I bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum untuk mengekstraksi zat warna antosianin dari ubi jalar ungu dan zat warna karatenoid dari wortel dengan perbandingan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % masing – masing sebanyak 15 mL : 3 mL.

Penelitian Tahap II adalah karakterisasi pigmen antosianin dari ubi jalar ungu dan pigmen karatenoid dari wortel. Tujuan penelitian tahap kedua adalah uji stabilitas pigmen antosianin dari ubi jalar ungu dan pigmen karatenoid dari wortel terhadap pengaruh suhu ekstraksi dan lama pemanasan.

Ekstraksi zat warna ubi jalar ungu dan wortel

a. Ubi jalar ungu disortasi kemudian dikupas kulitnya sehingga yang digunakan hanya dagingnya saja.

b. Dilanjutkan dengan pencucian dan penirisan.

c. Diiris dan diparut kemudian ditimbang sebesar 3,0 gram.

d. Irisan daging ubi jalar ungu ditambahkan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % dengan perbandingan 15 mL : 3 mL, diekstraksi secara soxhlet dengan suhu dan lama ekstraksi sesuai perlakuan.

e. Campuran diekstraksi dengan variasi suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC untuk mendapatkan suhu optimum dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2 jam.

g. Ekstrak disaring dengan kertas saring untuk memisahkan endapan yang terbentuk sehingga didapatkan pewarna ubi jalar ungu.

h. Hasil ekstraksi tersebut selanjutnya diuji absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.

i. Tahap akhir adalah uji stabilitas warna terhadap pengaruh lingkungan.

j. Melakukan langkah yang sama untuk ekstraksi zat warna wortel.

Uji Stabilitas Warna a. Pengaruh suhu ekstraksi

Pekatan pigmen cair (konsentrat) diekstraksi pada suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC selama 30 menit.

Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm untuk ekstraksi antosianin ubi jalar ungu dan 480 nm untuk ekstraksi karatenoid wortel.

b. Pengaruh lama pemanasan

Konsentrat diekstraksi pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2 jam. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm untuk ekstraksi antosianin ubi jalar ungu dan 480 nm untuk ekstraksi karatenoid wortel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap 1 : Ekstraksi Antosianin dan Karatenoid

Pembuatan pigmen antosianin dari ubi jalar ungu dengan menggunakan perbandingan pelarut etanol 96% dan asam sitrat 5 % masing – masing sebesar 15 ml : 3 ml dengan pH 3,5 yang dilakukan dengan beberapa tahap. Pembuatan pewarna alami ini dilakukan dengan cara ekstraksi yaitu proses pemisahan yang mengikuti dua fase atau merupakan proses pemisahan komponen- komponen terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dengan kata lain ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk memproduksi konsentrat, ekstrak, absolut atau minyak atsiri dari bunga, daun, biji, akar, dan bagian lain dari tanaman adalah etil asetat, heksana, petroleum eter, benzena, toluena, etanol, isopropanol,

(4)

38 aseton, dan juga air. Dalam ektraksi pewarna ini pelarut yang digunakan adalah etanol 96% dan asam sitrat 5 %.

Faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah oksigen, pH, temperatur, dan cahaya.

Pigmen antosianin stabil pada pH 1-3 [11]. Antosianin adalah zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan baik pada pelarut polar [12]. Widarta dan Nocianitri (2011) melaporkan bahwa pelarut etanol yang diasamkan pada pH 1 mampu menghasilkan total fenolik dan antosianin yang lebih tinggi pada bekatul beras merah dan beras hitam dibandingkan pelarut metanol dan aquades [13]. Pelarut etanol dipilih karena tidak toksik dengan tujuan: a) tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan bila nantinya diaplikasikan pada produk pangan, b) memudahkan dalam produksi dan aplikasi bahan pewarna alami, serta c) mencegah terjadinya hidrolisis (parsial atau total) pada antosianin yang terasilasi [14].

Proses ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan cara: Ubi jalar ungu dikupas dan dipotong-potong, pemotongan ini dilakukan karena semakin kecil luas permukaan, maka zat yang terekstrak akan semakin banyak. Kemudian ubi jalar ungu diparut/dapat juga diblender agar permukaannya semakin halus. Setelah itu hasil parutan ubi jalar ungu tersebut ditimbang sebesar 3.028 gram. Penimbangan dilakukan setelah proses pemotongan/parut ubi jalar ungu agar tidak terjadi penyusutan filtrat saat diparut. Tahapan selanjutnya, ubi jalar ungu yang sudah ditimbang ditambahkan dengan pelarut etanol dan asam sitrat dengan perbandingan 15 ml : 3 ml kemudian diaduk hingga tercampur. Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan antosianin ubi jalar ungu sedangkan penambahan asam sitrat berguna untuk mencegah proses fermentasi, sehingga sampel tidak mudah rusak. Kemudian campuran tersebut diekstraksi dengan metode soxhlet agar etanol dalam cairan tersebut menguap. Proses ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu (50 oC; 70 oC ; 90

oC) dan lama pemanasan (30 menit; 1 jam; 2 jam). Selanjutnya dilakukan proses penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan filtrat yang mengandung senyawa hasil ekstraksi wortel dengan residu yang berupa daging ubi jalar ungu, penyaringan dilakukan dengan kertas saring. Hasil penyaringan diperoleh cairan yang berwarna ungu violet dengan aroma dari asam sitrat.

Untuk pembuatan pigmen karatenoid dari wortel dilakukan prosedur yang sama seperti pembuatan pigmen antosianin dari ubi jalar ungu. Hasil penyaringan ekstraksi karatenoid dari wortel diperoleh cairan yang berwarna kuning dengan pH 4. Selanjutnya hasil penyaringan ekstraksi antosianin dari ubi jalar ungu dan ekstraksi karatenoid dari wortel dilakukan uji stabilitas zat warna terhadap pengaruh suhu ekstraksi dan waktu pemanasan. Hasil ekstraksi diuji absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yaitu pada 530 nm untuk ekstrak ubi jalar ungu dan 480 nm untuk ekstrak wortel.

Tahap 2 : Uji Stabilitas Zat Warna Antosianin dan Karatenoid Pengaruh Suhu Ekstraksi dari Ubi Jalar Ungu

Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap pengaruh suhu ekstraksi (50 oC; 70

oC ; 90 oC) selama 30 menit memiliki absorbansi masing – masing 0,533; 0,606 dan 0,551 pada λ = 540 nm.

Tabel 1. Rata - rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh suhu ekstraksi Perlakuan Rata-rata Absorbansi

(λ = 540 nm)

50 oC 0,533

70 oC 0,606

90 oC 0,551

(5)

39 Gambar 2. Spektrum Absorbansi Warna Ungu Violet Antosianin Ubi Jalar Ungu Terhadap Pengaruh Suhu Ekstraksi

Gambar 2. menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka absorbansi atau stabilitas warna mengalami kenaikan dan penurunan absorbansi. Terlihat menurunnya nilai peak absorbansi stabilitas warna dengan makin meningkatnya suhu yang digunakan. Ekstrak zat warna ungu violet yang diperoleh dari ubi jalar ungu bersifat tidak stabil terhadap suhu yang lebih tingi.

Penurunan absorbansi ini disebabkan karena terjadinya kerusakan gugus kromofor pigmen yang menyebabkan pemucatan warna.

Berdasarkan rujukan [15] yang telah meneliti efek pemanasan pada sari buah anggur menyatakan bahwa pemanasan sangat berpengaruh pada stabilitas warna dan dapat menyebabkan menjadi pucat. Menurut Markakis (1982) dalam rujukan [16], menyatakan bahwa menurunnya stabilitas warna karena suhu yang tinggi diduga disebabkan karena terjadinya dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna). Sifat antosianin sendiri tidak stabil pada suhu yang lebih tinggi. Oleh karenanya pada proses ekstraksi zat warna dari ubi jalar ungu, suhu 70 oC adalah suhu yang paling baik, di mana nilai absorbansinya paling tinggi di antara ketiga suhu lainnya.

Pengaruh Lama Pemanasan dari Ubi Jalar Ungu

Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap waktu pemanasan dilakukan pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan 30 menit; 1 jam dan 2 jam memiliki absorbansi masing – masing 0,606; 0,546 dan 0,646 pada panjang gelombang 540 nm.

Tabel 2. Rata-rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh lama pemanasan Perlakuan Rata-rata Absorbansi

(λ = 540 nm)

30 menit 0,606

1 jam 0,546

2 jam 0,646

(6)

40 Gambar 3. Spektrum Absorbansi Warna Ungu Violet Antosianin Ubi Jalar Ungu terhadap Pengaruh Lama Pemanasan

Gambar 3. menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan maka nilai absorbansi mengalami penurunan dan kenaikan. Hal ini diduga bahwa pada lama pemanasan selama 1 jam pigmen antosianin mengalami dekomposisi dan nilai absorbansinya menurun. Namun terjadi kenaikan nilai absorbansi pada lama pemanasan selama 2 jam. Hal ini dimungkinkan terjadinya pemekatan warna yang menyebabkan naiknya nilai absorbansi akibat proses pemanasan yang lebih lama. Sehingga, absorbansi pada suhu 70 °C selama 2 jam menjadi lebih tinggi.

Pengaruh Suhu Ekstraksi dari Wortel

Hasil pengamatan stabilitas pigmen karatenoid terhadap pengaruh suhu ekstraksi (50 oC; 70

oC ; 90 oC) selama 30 menit memiliki absorbansi masing – masing 0,558; 0,802 dan 2,501 pada λ = 480 nm.

Tabel 3. Rata - rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh suhu ekstraksi Perlakuan Rata-rata Absorbansi

(λ = 480 nm)

50 oC 0,558

70 oC 0,802

90 oC 2,501

(7)

41 Gambar 4. Spektrum Absorbansi Warna Kuning Karatenoid Wortel Terhadap Pengaruh Suhu Ekstraksi

Gambar 4. menunjukkan bahwa absorbansi karotenoid pada panjang gelombang 480 nm mengalami kenaikan seiring dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi. Kenaikan absorbansi ini menandakan bahwa terjadi pemekatan pigmen karotenoid karena panas. Pada pemanasan suhu 60ºC kenaikan nilai absorbansi tidak terlalu signifikan, namun pada suhu 90 ºC selama 30 menit, kenaikan nilai absorbansi terjadi cukup tinggi. Jika melihat hasil tersebut, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh rujukan [17], dengan membandingkan suhu ekstraksi antara suhu kamar dengan suhu 60 °C didapatkan hasil ekstrak terbaik pada suhu 60 °C, karena semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen.

Pengaruh Lama Pemanasan dari Wortel

Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap waktu pemanasan dilakukan pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan 30 menit; 1 jam dan 2 jam memiliki absorbansi masing – masing 0,802; 1,031 dan 1,185 pada panjang gelombang 480 nm.

Tabel 4. Rata-rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh lama pemanasan Perlakuan Rata-rata Absorbansi

(λ = 480 nm)

30 menit 0,802

1 jam 1,031

2 jam 1,185

(8)

42 Gambar 5. Spektrum Absorbansi Warna Warna Kuning Karatenoid Wortel terhadap Pengaruh Lama Pemanasan

Gambar 5. menunjukkan bahwa pengaruh waktu dalam ekstraksi adalah semakin lama ekstraksi maka semakin banyak pula karotenoid yang terekstrak sehingga nilai absorbansi yang dihasilkan semakin naik. Semakin lamanya waktu ekstraksi maka terjadinya kontak antara pelarut dengan bahan akan semakin lama. Ekstraksi pada suhu 70 oC selama 2 jam memberikan nilai absorbansi tertinggi. Hal ini dikarenakan ekstraksi selama 2 jam memberikan waktu yang cukup banyak bagi pelarut untuk menembus dinding sel dan menarik keluar senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan, sehingga dihasilkan nilai absorbansi dengan hasil yang paling tinggi.

SIMPULAN

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dan Wortel (Daucus carota L.) dapat terekstrasi dengan baik melalui metode soxhlet menggunakan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % dengan perbandingan masing – masing 15 mL : 3 mL. Zat warna dari ubi jalar ungu dan wortel yang diekstrak dengan pelarut etanol 96 % dipengaruhi oleh suhu ekstraksi dan lama pemanasan dengan uji stabilitas warna :

a. Suhu ekstraksi antosianin ubi jalar ungu pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 0,646 dengan panjang gelombang 540 nm.

b. Suhu ekstraksi karatenoid wortel pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 1,185 dengan panjang gelombang 480 nm.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dibiayai oleh LPPM UM Pontianak melalui program hibah dana bantuan penelitian Dosen tahun anggaran 2015. Kepada pemberi dana kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Tensiska., Sukarminah, E dan Natalia, D. (2007). Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben (Rubus Idaeus Linn.) dan Aplikasinya Pada Sistem Pangan. J. Teknol. dan Industri Pangan 18 (1): 25 – 31.

[2]. Soesila dan Kuntari. (1998). Aplikasi Penggunaan Pewarna Alam Hasil Litbang Depperindag.

Tesis. Fakultas Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

(9)

43 [3]. Lydia, S., Wijaya,1., Simon, B., Widjanarko dan Tri Susanto. (2001). Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum). Var. Binjai Biosains. Vol. 1 No. 2, hal. 42-53.

[4]. Ikawati, R. (2005). Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus Carota L.) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 No.

1, hal 14-22.

[5]. Laleh, G. H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R., and Zare, S. 2006. The Effect of Light, Temperatur, pH, and Species on Stability of Anthocyanin Pigment in Four Berberies Species.

Pakistan Journal of Nutrition. Vol. 5, No. 1: pp. 90-92.

[6]. Wahyuni, DT dan Widjanarko, SB. (2014). Pengaruh Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi Terhadap Ekstrak Karotenoid Labu Kuning Dengan Metode Gelombang Ultrasonik. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 2 p. 390-401.

[7]. Jawi, I.M, Suprapta, D.N dan Sutirtayasa, IWP. (2007). Efek antioksidan ekstrak umbi ubi jalar ungu (Ipomoiea batatas L.) terhadap hati setelah aktivitas fisik maksimal dengan melihat kadar AST dan ALT darah pada mencit. Dexa Media. No. 3,Vol 20, Juli-September 2007.

[8]. Oktiarni, D., Ratnawati, D dan Sari, B. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

[9]. Kotecha, PM., Desai, BB dan Madhavi, DL. (1998). Carrot. Dalam: Handbook of Vegetable Science and Technology: Production, Cornposition, Storage and Processing. Salunkhe DK, Kadam SS (ed), Marcel Dekker Inc New York.

[10]. Cahyono, B. (2002). Wortel: Teknik, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

[11]. Kumalaningsih, Sri. (2006). Antioksidan Alami. Trubus Agrisana, Surabaya.

[12]. Hanum T. (2000). Ekstraksi dan stabilitas zat pewarna dari katul beras ketan hitam (Oryza sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol XI. No. 1.

[13]. Widarta I.W.R. dan K.A. Nocianitri. (2011). Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul dalam Upaya Pemanfaatan Limbah Gabah di Bali Sebagai Pangan Fungsional. Laporan Penelitian Dosen Muda Universitas Udayana. Tidak dipublikasikan.

[14]. Sari P, A Fitriyah, K Mukhamad, Unus, F Mukhamad dan L Triana. (2005). Ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit buah duwet (Syzigium cumini). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XVI No. 2.

[15]. Ponting J, .D., SanshuckD,. W., and BrekkeJ, .E. (1960). Color Measurement and Deterioration in Grape and Berry Juice and Concentrates. Food Res 25 :471.

[16]. Wijaya, L. S., S. B. Widjanarko., dan T. Susanto. (2001). Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var. BINJAI. BIOSAIN. Vol. 1. No. 2.

Agustus 2001 : 42-53. Rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai Biosains. Vol. I No. 2.

[17]. Mardiah. (2010). Ekstraksi Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai Pewarna Alami. Fakultas Agribisnis. Universitas Juanda.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh berbagai kombinasi pH media dan suhu pasteurisasi, serta mengetahui kombinasi paling baik terhadap stabilitas warna ekstrak pigmen

1) Ubi jalar ungu yang ditanam di lokasi yang berbeda memiliki jumlah antosianin monomerik berbeda. 2) Warna, spektra warna, aktivitas antioksidan, dan stabilitas

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kodisi optimal proses ekstraksi senyawa antosianin kelopak bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa L) yaitu pada suhu 85°C

Ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas var Ayamurasaki ) merupakan salah satu makanan yang mengandung antosianin sebagai pewarna alami1. Ubi jalar ungu banyak mengandung antosianin

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi terbaik dari kue bolu ubi jalar ungu dan dilakukan evaluasi stabilitas antosianin selama proses pembuatan

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada metode pemanasan secara kukus, penurunan nilai pH jam ke-24 proses fermentasi pada substrat ubi jalar putih dan ubi jalar ungu

Ubi jalar ungu memiliki kulit dan daging yang berwarna ungu sehingga kaya akan pigmen antosianin yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain.. Brownies Ubi

Analisis secara statitistik menunjukkan bahwa, pemberian panas pada suhu 70˚C, 100˚C dan 121˚C dengan waktu kontak 15, 30, dan 45 menit tidak mempengaruhi stabilitas pigmen merah