• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus Rubellus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus Rubellus)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEPUNG CACING TANAH ( Lumbricus Rubellus ) SEBAGAI ADDITIF PAKAN TERHADAP KONSUMSI PAKAN

HARIAN, PERTAMBAHAN BERAT BADAN (PBB) HARIAN DAN KONVERSI PAKAN AYAM BROILER

SKRIPSI

RAHMAT REZA 4515035020

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2019

(2)

PENGARUH TEPUNG CACING TANAH ( Lumbricus Rubellus ) SEBAGAI ADDITIF PAKAN TERHADAP KONSUMSI PAKAN

HARIAN, PERTAMBAHAN BERAT BADAN (PBB) HARIAN DAN KONVERSI PAKAN AYAM BROILER

RAHMAT REZA 45 15 035 020

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertaniann Universitas Bosowa Makassar

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR 2019

(3)
(4)

rubellus) Sebagai Additif Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Harian, Pertambahan Berat Badan (PBB Harian), dan Konversi Pakan Ayam Broiler (Dibawah bimbingan Asmawati dan Ahmad Muchlis)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2019, menggunakan 80 ekor ayam broiler umur 1 hari, diuji statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini antara lain: P0: menggunakan pakan basal 100% , P1: Pakan basal 99,5 % + TCT 0,5%, P2: Pakan basal 99 % + TCT 1%, P3: Pakan basal 98,5% + TCT 1,5%, P4: Pakan basal 98 % + TCT 2% .

Hasil penelitian menunjukkan pakan cacing tanah (TCT) yang diberikan 0,5%, 1%, 1,5% dan 2% tidak memberi pengaruh nyata pada konsumsi pakan, konversi pakan dan pertambahan berat bada (kg/ekor/selama penelitian). Rataan konsumsi pakan P0 99,5 kg. P1 98,3 kg. P2 99,1 kg. P3 99,2 kg dan P4 99,5. Rataan konversi pakan P0 1,82, P1 1,68. P2 1,60. P3 1,64 dan P4 1,68. Rataan P0 55,1. P1 58,4. P2 68,0. P3 60,8 dan P4 59,2. Perlu penelitian lebih mendalam terhadap penggunaan TCT untuk mencapai tingkat performans ayam broiler yang lebih baik lagi.

Kata Kunci: Ayam Broiler,Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus), Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan, Konversi Pakan

(5)

KATA PENGANTAR ﻲﺣﺭﻟﺍ ﻥﻣﺣﺭﻟﺍ ﷲ ﻡﺳﺑ

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin, karunia, dan hidayah- Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini:

1. Rektor universitas Bosowa berseta jajarannya

2. Bapak Dr. Ir. Syarifuddin, S.Pt. MP selaku Dekan Fakultas Pertanian yang senangtiasa memperhatikan sarana dan prasarana belajar Mahasiswa di lingkungan Fakultas Pertanian umumnya dan khususnya Jurusan Peternakan.

3. Ibu Dr. Ir. Asmawati Mudarsep, MP selaku Ketua Jurusan Peternakan yang memberikan petunjuk dan motivasi serta saran kepada penulis.

4. Kepada Dr. Ir. Asmawati, MP. Sebagai Pembimbing Utama dan bapak Ahmad Muchlis S.Pt, M.Si. sebagai Pembimbing Anggota dengan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan masukan-masukan yang sangat berguna bagi penulis selama penyelesaian Skripsi.

5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta yang telah memberikan curahan hati, nasihat, motivasi dan yang terpenting adalah do’a kepada penulis sehingga penulis tabah dan tegar dalam menghadapi segala hambatan selama penulisan Skripsi ini.

(6)

6. Seluruh dosen dan staf yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu dalam lingkungan Jurusan Peternakan khususnya dan Fakultas Pertanian pada umumnya.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian yang bergelut di HMJ terkhusus Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET), yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu-persatu yang banyak membantu Penulis dari awal hingga selesainya Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan terutama bidang peternakan. Amin Ya Rabbal alamin.

Makassar, Agustus 2019

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian .... ………… ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler ... 5

B. Pakan ... 7

C. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) ... 9

D. Konsumsi Pakan ... 10

E. Pertambahan Berat Badan ... 11

F. Konversi Pakan ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 14

B. Materi Penelitian ... 14

C. Desain Penelitian ... 16

D. Prosedur Penelitian ... 16

E. Parameter Yang Diukur ... 17

F. Analisa Data ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN A. Konsumsi Pakan Harian ... 20

B. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian ... 22

(8)

C. Konversi Pakan ... 23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 25 B. Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTARTABEL

No Teks Halaman

1 Komposisi Pakan harian dan mingguan pada ayam broiler

8

2 Komposisi Gizi setiap Bahan Pakan yang Digunakan Selama Penelitian

15

3 Susunan Komposisi Gizi (Protein dan Energi Metabolisme) dalam Pakan Perlakuan selama Penelitian

15

4 Rata-rata Konsumsi Psssakan Ayam Broiler (gram/ekor/hari) yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda

20

5 Rata-rata Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian Ayam Broiler (gram/ekor/hari) yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda

22

6 Rata-rata Konversi Pakan Ayam Broiler yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda.

23

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks

1 Perhitungan SPSS Konsumsi Pakan Harian.

2 Perhitungan SPSS Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian.

3 Perhitungan SPSS Konversi Pakan Harian.

(11)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dan seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk, maka kebutuhan akan protein hewani bagi masyarakat yang meningkat. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang memberikan kontribusi dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya mengalami peningkatan, karena harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu. Keunggulan broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi pakan, temperatur lingkungan, dan manajemen pemeliharaan yang baik.

Pakan broiler yang berkualitas umumnya menggunakan bahan- bahan aditif seperti enzim, vitamin dan antibiotik dalam susunan ransumnya (Wahyu, 2004), dan salah satu aditif untuk memacu petumbuhan pada ayam broiler adalah antibiotik atau yang biasa disebut Antibiotics Growth Promoters (selanjutnya disebut AGP). Selanjutnya disebutkan fungsi antibiotik dalam pakan broiler sangat penting karena antibiotik menurut Booggard dan Stobberigh, (1999), dapat meningkatkan

(12)

sistem immun, juga dapat meningkatkan etistensi penggunaan pakan (Wahyu, 2004).

AGP memiliki mekanisme kerja membantu menjaga nutrisi dari destruksi bakteri patogen dengan cara membuat barier di dinding usus, menurunkan produksi racun dari bakteri di saluran pencernaan dan menurunkan kejadian infeksi saluran pencernaan (Feligner dan Dashkevics, 1987), hal ini menyebabkan absorbsi nutrien dalam saluran cerna ayam dapat maksimal dilakukan, sehingga memacu pertumbuhan dan mengefisienkan konsumsi pakan.

Masalah yang muncul kemudian adalah AGP yang dipergunakan di dalam pakan saat ini adalah produk semi sistensis yang kurang dapat tercerna dengan baik dalam tubuh ternak (Hakim, 2012), sehingga penggunaannya dalam waktu lama akan menimbulkan efek residu dalam tubuh ternak ayam dan secara otomatis juga akan menimbulkan dampak kesehatan bagi manusia yang mengkonsumsi daging ayam secara terus menerus (Donoghue, 2003).

Penggunaan aditif pakan dari bahan alami merupakan cara alternatif untuk mencegah penyakit dan meningkatkan performa ternak. Tepung cacing tanah (selanjutnya disebut TCT), Lumbricus rubellus merupakan salah satu bahan alami yang berpotensi untuk dijadikan AGP alami dalam pakan basal ayam broiler. Hal ini disebabkan oleh karena jenis cacing tanah ini telah dilaporkan mempunyai senyawa bioaktif dan terbukti dapat berfungsi sebagai antibiotik alami dalam tubuh (Hasyim, 2017) dan juga

(13)

mudah terurai sehingga tidak menimbulkan efek residu berlebihan dalam tubuh ayam.

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah hewan tanah yang memiliki banyak manfaat. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) biasanya dimanfaatkan menjadi sumber pakan kaya protein yang dibutuhkan bagi hewan ternak seperti unggas, ikan dan udang (Febrita, 2015). Hal ini dikarenakan cacing tanah (Lumbricus rubellus) memiliki kandungan mengandung protein, yaitu 63,65% dari bahan kering (BK) (Damayanti, dkk,. 2008), protein sebesar 60-70%, lemak kasar 7%, kalsium 0,55%, fosfor 1%, dan serat kasar 1,08% (Aziz, 2015).

Selain memiliki daya hambat terhadap bakteri patogen, tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) juga banyak mengandung asam amino prolin sekitar 15% dari 62 asam amino (Cho, dkk., 1998)

Berdasarkan uraian tersebut maka merasa perlu adanya penelitian mengenai pengaruh penambahan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan terhadap konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan (PBB) harian, dan konversi pakan ayam broiler.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan terhadap konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan (PBB) harian, dan konversi pakan ayam broiler.

(14)

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh penambahan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan khususnya terhadap konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan (PBB) harian, dan konversi pakan ayam broiler.

D. Hipotesis

Diduga bahwa dengan penambahan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan dapat berpengaruh secara positif terhadap konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan (PBB) harian, dan konversi pakan ayam broiler.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler

Ayam pedaging baru dikenal pada tahun 1960-an ketika peternak mulai meliharanya. Akan tetapi, ayam pedaging komersil seperti sekarang ini baru populer pada priode 1980-an. Ayam pedaging dipasarkan pada bobot hidup antara 13-16 kg per ekor dipelihara selama 5–6 minggu, karena ayam pedaging yang terlalu berat sulit terjual (Rasyaf, 2003).

Secara umumnya, ayam dapat dibedakan berdasarkan anatomi, morfologi dan klasifikasi menurut dari jurnal penelitian Rose, (2001), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Divisi : Carinathae Kelas : Aves

Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp.

(16)

Ayam Broiler telah mengalami seleksi untuk dikondisikan tumbuh cepat dan efisien dalam pemakaian ransum demikian dijelaskan Cravener (1987) dalam Maulidya (2011). Ayam Broiler dipelihara untuk memproduksi daging sehingga perlu menunjukkan kemampuan pertumbuhan yang baik dan dapat mencapai bobot pasar dengan cepat.

Selanjutnya dijelaskan kemampuan pertumbuhan yang baik tersebut dihasilkan dari pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tinggi dan manajemen pemeliharaan yang baik.

Priyatno (2000), menyatakan bahwa broiler adalah istilah untuk menyebut hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi ransum rendah dan siap dipotong pada usia relatif muda. Broiler biasanya dikenal masyarakat dengan sebutan ayam negeri, memiliki penampilan yang sangat baik dengan karakteristik khusus seperti pertumbuhan cepat, perdagingan yang tebal serta masa pemeliharaan yang relatif singkat (Tamalluddin, 2012)

Ayam broiler juga mempunyai kekurangan, yang pertama adalah rendahnya efisiensi produksi broiler yang disebabkan oleh tingginya harga pakan broiler, sehingga sering dilakukannya upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dengan pemberian pakan lemak tinggi dan meningkatkan feed convertion rate (FCR) dengan memaksimalkan penyerapan pakan oleh organ pencernaan. Masalah kedua adalah tuntutan konsumen yang menghendaki daging broiler yang rendah lemak

(17)

seperti kolesterol, tetapi tinggi protein, dan bebas mikroba patogen serta bebas antibiotika. Wuryaningsih (2005), menyatakan bahwa isu keamanan pangan asal ternak yang meresahkan masyarakat antara lain cemaran mikroba pathogen dan residu antibiotik dalam daging sebagai efek samping dari pemberian antibiotik dalam pakan yang berfungsi sebagai antibiotik growth promoter (AGP).

B. Pakan

Biaya pakan dalam usaha budidaya ternak unggas (ayam pedaging) merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi (Hakim, 2012). Selain itu, Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Rudi, 2013). Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna, dkk. 2008). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem adlibitum (selalu tersedia/tidak dibatasi) (Rudi, 2013).

Ransum sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum disebut seimbang apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan ayam dengan pertumbuhan yang cepat dan produksi yang

(18)

efisien, maka penyusunan ranssum perlu diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta keseimbangannya (Zulfanita, 2011).

Tabel.1 Komposisi Pakan harian dan mingguan pada ayam broiler.

Umur (hari)

Komposisi Pakan (g/ekor) AWB

(g⁄ekor) FCR Angka kematian

per hari Kumulatif (%)

0 42

1 15 15 57 0,26 0,15

2 18 33 72 0,46 0,25

3 21 54 92 0,59 0,35

4 25 79 115 0,69 0,44

5 29 108 140 0,77 0,53

6 34 142 168 0,85 0,61

7 39 181 200 0,91 0,70

8 44 225 238 0,95 0,79

9 50 275 279 0,99 0,89

10 56 331 322 1,03 0,99

11 62 933 367 1,07 1,10

12 67 460 415 1,11 1,21

13 72 532 466 1,14 1,31

14 77 609 520 1,17 1,40

15 82 691 577 1,20 1,49

16 87 778 638 1,22 1,58

17 92 870 703 1,24 1,68

18 96 966 772 1,25 1,78

19 101 1067 845 1,26 1,89

20 106 1173 921 1,27 2,00

21 111 1284 1000 1,28 2,10

22 116 1400 1079 1,30 2,20

23 122 1522 1158 1,31 2,30

24 128 1650 1238 1,33 2,45

25 135 1785 1318 1,35 2,60

26 142 1927 1398 1,38 2,75

27 150 2077 1479 1,40 2,85

28 158 2235 1560 1,43 2,95

29 167 2402 1646 1,46 3,10

30 177 2579 1737 1,48 3,20

Sumber: Japfacomfeed, 2019

(19)

C. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

Cacing tanah yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah cacing tanah jenis Lumbricus rubellus, atau biasanya masyarakat menyebutnya dengan julukan cacing merah atau cacing Eropa. Cacing jenis ini banyak dan mudah kita jumpai di tempat-tempat sampah dan merupakan cacing lokal Indonesia (Palungkun, 2010).

Tepung cacing tanah efektif dipilih sebagai immunostimulan yang diberikan pada udang karena zat aktif yang dimiliki oleh cacing tanah bersifat anti bakteri patogen (Julendra dan Sofyan, 2007).

Cacing tanah merupakan hewan invertebrata yang memiliki keunggulan diantaranya mudah dibudidayakan dan dapat mengurai bahan organik sehingga dapat menjaga keseimbangan lingkungan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti tepung ikan, sebagai sumber protein hewani sehingga cacing dapat dipertimbangkan sebagai pakan untuk ikan maupun udang (Mubarok dan Zalizar, 2003).

Cacing tanah merupakan sumber protein hewani untuk pakan ikan.

Cacing tanah mengandung kadar protein sangat tinggi yaitu sekitar 76%, kandungan karbohidrat sebanyak 17%, kandungan lemak sebanyak 4,5%

dan kandungan abu sebanyak 1,5%. Tepung cacing juga mempunyai indeks asam amino esensial sebesar 58,67% yang lebih tinggi dibanding dengan nilai Indeks Asam Amino Essensial (EAAI) dari cacing segar itu sendiri (Istiqomah,dkk. 2009).

Cacing merupakan sumber protein dan energi metabolisme yang sangat tinggi, yaitu Protein Kasar sekitar 61,0% dan Energi Metabolik

(20)

sekitar 3674,1 kalsium/kg (Palungkun, 2008). Hal itu berarti kandungan protein pada cacing lebih tinggi dibandingkan dengan daging yang hanya 51,0% dan ikan 60,0% (Soenanto, 2000).

TCT diketahui memberi efek terhadap peningkatan imunitas ternak (Damayanti,dkk., 2009) dan dapat menstimulasi sistem kekebalan (Liu,dkk., 2004). Penelitian ini mencoba mempelajari penggunaan tepung cacing tanah dalam bentuk aditif terhadap performa, profil darah (eritrosit, leukosit dan limfosit) dan kecernaan protein. Sehingga dapat menjawab apakah penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aditif mampu meningkatkan penampilan produksi, profil darah dan kecernaan protein.

D. Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkomsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara adlibitum. Konsumsi merupakan faktor dasar untuk hidup dan menentukan produksi, beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah ternak itu sendiri, makanan yang diberikan (palatabilitas), dan lingkungan tempat ternak dipelihara. Kebutuhan ternak terhadap konsumsi ransum setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (starter dan finisher), kondisi tubuh (normal atau sakit), lingkungan tempat hidupnya (musim, temperature dan kelembaban udara) serta bobot badan(Rasyaf, 2003).

Seperti yang diketahui bahwa imbangan protein energi sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan dengan demikian imbangan protein-energi yang sama di dalam pakan perlakuan akan

(21)

menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Negoro dan Muharlien (2013), menyatakan bahwa tingkat energi dalam pakan akan menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi, selain faktor energi dalam pakan kecenderungan serat kasar pada pakan juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. Ayam pedaging cenderung meningkat konsumsinya bila kandungan energi metabolis dalam pakan rendah. Kandungan energi dan protein pakan yang berada dalam keadaan seimbang pada setiap pakan perlakuan maka akan dihasilkan konsumsi pakan yang identik.

Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan dan penggemukan.prinsip penyusunan ransum ayam adalah membuat ransum dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam pada fase tertentu. Pemberian ransum untuk ayam pedaging atau petelur harus disesuaikan dengan tujuan dari fase perkembanganya (Rasyaf, 2003).

E. Pertambahan Berat Badan

Pertambahan bobot badan mempunyai definisi yang sangat sederhana yaitu peningkatan ukuran tubuh (Hunton, 1995). Pertambahan bobot badan juga dapat diartikan sebagai perubahan ukuran yang meliputi pertambahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk komponen-komponen tubuh seperti otak, lemak, tulang, dan organ-organ serta komponen-komponen kimia terutama air dan abu pada karkas (Soeparno, 2005).

(22)

Ayam harus memperoleh ransum yang banyak mengandung protein pada masa pertumbuhan, zat ini berfungsi sebagai zat pembangun, pengganti sel yang rusak dan berguna untuk pembentukan telur.

Kebutuhan protein perhari ayam kampung sedang tumbuh dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk kebutuhan yaitu Protein, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok dan protein untuk pertumbuhan bulu (Wahju, 1992).

Tingkat pertumbuhan pada ayam pedaging telah mengalami perkembangan pesat selama 30 tahun terakhir, terutama karena kemajuan seleksi genetik, perbaikan kualitas pakan, dan pengaturan kondisi lingkungan kandang yang sesuai, sehingga berat badan akhir seberat 2kg telah dapat dicapai hanya dalam waktu 33 hari (Sahraei, 2012).

F. Konversi Pakan

Konversi ransum diperoleh dari perbandingan ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam waktu pemeliharaan tertentu. Konversi ransum adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu. Bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan (Rasyaf, 2008).

(23)

Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi khususnya biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum, maka biiaya ransum akan meningkat karena jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai konversi ransum yang tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi ransum semakin rendah (Card and Neishem, 1972)

(24)

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2019 di kandang ayam broiler Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Bosowa.

B. Materi Penelitian

Bahan yang di gunakan pada penelitian ini antara lain Day old chicken (selanjutnya disebut DOC) strain Cobb dengan merek dagang CP 707 sebanyak 80 ekor, pakan basal yang diberikan pada hari ke 1 – 10 adalah BP11, sedangkan pakan basal campuran yang diberikan pada hari ke 11 – 30 adalah campuran konsentrat CAB Parama + jagung giling, tepung cacing tanah, vaksin, vitamin, obat dan bahan kimia lainnya.

Sedangkan peralatan yang dipergunakan selama penelitian antara lain sekat kandang, peralatan makan dan minum, timbangan digital skala 5kg, lampu pijar, dan alat vaksinasi ayam.

Kandungan gizi pakan yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut:

(25)

Tabel 2. Komposisi Gizi setiap Bahan Pakan yang Digunakan Selama Penelitian.

Jenis Pakan PK (%)

LK (%)

SK (%)

CA (%)

P (%)

EM (kkal/kg) BP 11 * 21.0 – 23.0 5.0 5.0 0.90 0.6 - CAB Parama

(konsentrat) ** 38,5 (min) Min 3 Max 7 2,7- 3,0

Min

1,0 2100 Jagung *** 8,40 3,60 2,20 0,02 0,10 3258,3

TCT **** 61 18,57 0,19 2,9 0,35 3674,1

Sumber:

*Leaflet PT.Charoend Phokphand,Tbk., 2019.

**Japfacomfeed (2009)

***Suharyono, dkk., (2005)

****Palungkun, (2010).

Tabel 3. Susunan Komposisi Gizi (Protein dan Energi Metabolisme) dalam Pakan Perlakuan selama Penelitian.

Perlakuan Bahan Pakan Komposisi Pakan (%)

Kandungan Protein (%)

Kandungan Energi Metabolisme

(kkal/kg) P0

Jagung 55 4,6 1792,1

Konsentrat 45 17,3 945,0

TCT 0 0 0

Total 100 21,9 2737,1

P1

Jagung 55 4,6 1792,1

Konsentrat 44,5 17,1 934,5

TCT 0,5 0,3 18,4

Total 100 22 2744,9

P2

Jagung 55 4,6 1792,1

Konsentrat 44 16,9 924,0

TCT 1 0,6 36,7

Total 100 22,1 2752,8

P3

Jagung 55 4,6 1792,1

Konsentrat 43,5 16,7 913,5

TCT 1,5 0,9 55,1

Total 100 22,2 2760,7

P4

Jagung 55 4,6 1792,1

Konsentrat 43 16,6 903,0

TCT 2 1,2 73,5

Total 100 22,4 2768,5

(26)

C. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler dengan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Pakan basal 100%

P1 = Pakan basal 99,5 % + TCT 0,5%

P2 = Pakan basal 99 % + TCT 1%

P3 = Pakan basal 98,5% + TCT 1,5%

P4 = Pakan basal 98 % + TCT 2%

Penentuan dosis perlakuan pakan mengacu pada hasil penelitian Julendra, dkk., (2010) yang menunjukkan bahwa penggunaan tepung cacing tanah 0,5%, 1%, 1,5%, dalam pakan masih berpengaruh positif terhadap peningkatan performan ayam broiler.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:

1. Kandang terlebih dahulu disterilkan dengan desinfektan sebelum DOC tiba.

2. Brooder dibuat dengan mengukur suhu hingga 40-41⁰C

3. Ayam diberikan pakan aklimasi menggunakan pakan komplit BP 11 selama 10 hari.

4. Hari ke 4 dilakukan vaksinasi melalui tetes mata.

(27)

5. Hari ke 10 ayam kemudian di bagi ke dalam petak kandang dengan perlakuan penelitian setelah sebelumnya ditimbang sebagai berat badan awal.

6. Ayam diberikan pakan campuran pada hari ke 11 hingga hari ke 30 sesuai dengan komposisi pakan perlakuan.

7. Selama penelitian, pakan yang diberikan akan dihitung sisa pakan pada hari berikutnya untuk memperoleh data konsumsi pakan.

8. Hari ke 30 ayam ditimbang untuk mendapatkan berat badan akhir.

E. Parameter yang Diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah 1. Konsumsi Pakan Harian (gram/ekor/hari).

= ℎ −

2. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian (gram/ekor/hari).

= ℎ −

3. Konversi Pakan

= ℎ

F. Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dianalisis menggunakan analisis of variance (ANOVA) dengan rancangan penelitian

(28)

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan (Gazpers, 1991) dengan model matematika sebagai berikut:

Yij = μ + Τi + εij

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke i, ulangan ke j μ = nilai tengah umum

Τi = pengaruh perlakuan ke i

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke i dan ulangan ke j

Jika perlakuan memperlihatkan pengaruh maka akan dilanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS ver. 16.

(29)

Berikut ini skema alur penelitian yang telah dilakukan:

Gambar 1. Skema Alur Perlakuan Penelitan

Hari ke 11

Pengukuran awal Berat badan Awal Hari 11 – 30 perhitungan konsumsi pakan

Kelompok P0

Pakan Basal 100%

Hari ke 30 Pengukuran berat badan akhir dan konversi pakan

ANALISIS DATA (SPSS ver 16.) Pemeliharaan DOC 1 – 10 hari

720 anak

Kelompok P1

Pakan 99,5% + 0,5% TCT

Kelompok P2

Pakan 99% + 1%

TCT

Kelompok P3

Pakan 98,5% + 1,5% TCT

Kelompok P4

Pakan 98% + 2%

TCT

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Pakan Harian

Rata-rata konsumsi harian ayam broiler yang diberikan TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan dengan komposisi berbeda, dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Pakan harian Ayam Broiler (gram/ekor/hari) yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda.

Ulangan P0 P1 P2 P3 P4

1 100,4 99,3 96,5 99,2 100,1

2 97,8 97,3 100,0 99,4 100,2

3 99,3 96,4 99,6 99,1 98,3

4 100,3 100,2 100,5 99,0 99,4

Total 397,9 393,1 396,6 396,8 398,0

Rata-rata 99,5 98,3 99,1 99,2 99,5

Sumber: Data Primer yang Telah Diolah, 2019.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan harian seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 4.

Hasil yang diperoleh pada penelitian tidak memberikan pengaruh nyata diduga karena imbangan protein energi dalam pakan perlakuan rata-rata sama, seperti imbangan protein energi yang terlihat pada Tabel 3. Diketahui TCT memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu sekitar 61%

(Palungkun 2019), tapi pada perlakuan hanya diberikan pada jumlah yang sedikit maka tidak memberikan pengaruh imbangan protein yang cukup signifikan pada pakan ayam perlakuan. Oleh karena imbangan protein

(31)

energi sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan, maka dengan demikian imbangan protein-energi yang sama di dalam pakan perlakuan akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Negoro dan Muharlien (2017), yang menyatakan bahwa tingkat energi dalam pakan akan menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi. Ayam pedaging cenderung meningkat konsumsinya bila kandungan energi metabolis dalam pakan rendah. Kandungan energi dan protein pakan yang berada dalam keadaan seimbang pada setiap pakan perlakuan maka akan dihasilkan konsumsi pakan yang identik.

Meskipun tidak memberikan efek yang nyata terhadap konsumsi pakan harian, akan tetapi berdasarkan tabel 4. Konsumsi tertinggi pada perlakuan pemberian TCT terlihat pada penambahan 2% tepung cacing tanah (P4) yaitu sebesar 99,5 gram/ekor/hari dibandingkan dengan perlakuan P1,P2, dan P3. Hal ini diduga disebabkan adanya kandungan lumbricine pada TCT yang berfungsi sebagai antibiotik yang diduga dapat meningkatkan konsumsi pakan. Tepung cacing tanah dengan zat bioaktif lumbricine ini menurut Cho, dkk., (1998), memiliki cara kerja mengurangi perkembangan bakteri patogen dalam dinding usus, berkurangnya bakteri patogen tersebut secara langsung akan meningkatkan absorbsi zat makanan dan menyebabkan kurangnya energi pakan karena tingginya aktivitas dalam usus. Kekurangan energi dalam pakan inilah yang akan meningkatkan konsumsi pada ternak. Senada dengan pendapat Bintang,

(32)

dkk., (1985), yang menyatakan bahwa penambahan antibiotik dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi.

B. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian

Rata-rata pertambahan berat badan (PBB) harian ayam broiler yang diberikan TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan dengan komposisi berbeda, dapat dilihat pada tabel 5. sebagai berikut:

Tabel 5. Rata-rata Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian Ayam Broiler (gram/ekor/hari) yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda.

Ulangan P0 P1 P2 P3 P4

1 51,4 55,4 59,4 58,7 62,5

2 48,6 56,6 59,4 62,3 58,5

3 59,3 59,9 66,0 55,6 55,6

4 61,0 61,9 63,4 66,5 60,1

Total 220,3 233,7 248,1 243,1 236,7

Rata-rata 55,1 58,4 62,0 60,8 59,2

Sumber: Data Primer yang Telah Diolah, 2019.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan (PBB) harian seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5. Hal ini diduga karena perbedaan nilai protein pakan perlakuan (Tabel 3) masih dalam kisaran kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh ayam broiler yaitu sekitar 19 – 23%. Hal ini sesuai dengan pendapat Colin, dkk., (2004), yang menyatakan bahwa batasan protein dalam pakan pada broiler adalah 23% pada usia starter (1 – 15 hari) dan 18,5% pada usia finisher (15 – 45 hari). Hasil pada penelitian ini juga senada dengan hasil yang diperoleh Resnawati (2004), yang menyatakan bahwa penambahan TCT dalam pakan sampai level 5% tidak

(33)

memberikan pengaruh nyata terhadap berat badan broiler. Sehingga protein yang disediakan oleh pakan basal telah cukup untuk memenuhi kebutuhan protein dalam bentuk asam amino yang berperan sebagai penyusun jaringan tubuh dan pertumbuhan (Setiyawan, dkk., 2007).

Berdasarkan data pada tabel 5. meskipun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, rata-rata pertambahan berat badan tertinggi pada perlakuan dengan penambahan TCT sebanyak 1% (P2), yaitu 62 gram/ekor/hari dibandingkan dengan yang tidak diberikan perlakuan penambahan TCT (P0), yaitu 55,1 gram/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan TCT sebanyak 1% sebagai aditif dalam pakan dengan diduga mampu memaksimalkan metabolisme protein untuk hidup pokok dan pertumbuhannya.

C. Konversi Pakan

Rata-rata konversi pakan ayam broiler yang diberikan TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan dengan komposisi berbeda, dapat dilihat pada tabel 6. sebagai berikut:

Tabel 6. Rata-rata Konversi Pakan Ayam Broiler yang Diberikan Perlakuan Penambahan TCT (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda.

Ulangan P0 P1 P2 P3 P4

1 1,95 1,79 1,63 1,69 1,60

2 2,01 1,72 1,68 1,59 1,71

3 1,68 1,61 1,51 1,78 1,77

4 1,65 1,62 1,58 1,49 1,65

Total 7,29 6,74 6,40 6,56 6,74

Rerata 1,82 1,68 1,60 1,64 1,68

Sumber: Data Primer yang Telah Diolah, 2019.

(34)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian TCT (Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 6. Akan tetapi jika ditinjau lebih lanjut dengan menggunakan analisis beda nyata terkecil (BNT), pengaruh pemberian TCT sebagai aditif pakan terhadap konversi pakan berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol, khususnya pada perlakuan penambahan TCT dengan level 1%

(P2) dan penambahan TCT dengan level 2% (P3). Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan jumlah konsumsi harian (pada tabel 4.) dan jumlah pertambahan berat badan harian (pada tabel 5.). Tingkat efisiansi konsumsi pakan dan pertambahan berat badan bermuara pada tingkat kecernaan makanan, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan penambahan TCT sebagai aditif dalam pakan basal dapat membantu tingkat kecernaan pakan menjadi daging.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Cho, dkk., (1998), bahwa kandungan lumbricine dalam tepung cacing tanah mampu berperan sebagai anti bakteri kadar rendah yang dapat dimanfaatkan sebagai pemicu pertumbuhan (growth promoters) dalam tubuh ternak. Mekanisme kerja dari antibiotics growth promoters (AGP’s) menurut Feigher dan Dashkevich, (1987), diantaranya adalah membantu dalam proteksi makanan dari destruksi bakteri patogen, antibiotik juga dapat meningkatkan absorpsi nutrisi dengan cara membuat barier di dinding usus dan membantu menurunkan produksi toksin dari bakteri saluran

(35)

pencernaan dan menurunkan infeksi saluran pencernaan. Akibatnya efisiensi pakan akan meningkat karena absorpsi zat makanan yang meningkat untuk pertumbuhan. Senada dengan penelitian Wiyana (2006), bahwa pemberian antibiotik dengan level berbeda dapat menurunkan konversi pakan dibandingkan dengan ayam yang tidak diberikan antibiotik.

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian TCT sebagai aditif dalam pakan basal tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan harian dan konversi pakan ayam broiler penelitian.

B. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan level penggunaan TCT untuk mencapai tingkat performans ayam broiler yang lebih baik lagi.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. 2015. Budidaya Cacing Tanah Unggul ala Adam. Jakarta:

AgroMedia Pustaka.

Bintang, K.,G. N. Made dan N. Supardjata. 1985. Pengaruh Anti Biotika Kadaluarsa Tetrasiklin dan Ampisilin terhadap Pertumbuhan Broiler.

Prosiding Seminar Peternakan Unggas dan Aneka Ternak. Ciawi.

Bogor.

Bogaard, Van De. and E.E. Stobberingh. 1999. Antibiotic usage in animals: impact on bacterial resistance and public health. Drugs.

58(4):589-607.

Card L. E and M. C. Nesheim. 1972. Poultry production, lea and Febiger, Philandelphia.

Cho, J.H., C.B. Park, Y.G. Yoon and S.C. KIM. 1998. Lumbricin I, a novel proline-rich antimicrobial peptide from the earthworm: purification, cDNA cloning and molecular characterization.Biochim. Biophys.

Acta. 1408: 67-76.

Colin, G.S., G. Brant, and M.E. Ensminger. 2014. Poultry Science ed.

Pearson education, Inc, New Jersey.

Colin, G. S.,Brant, and M. E. Ensiminger. 2004. Poultry Science. 4 th . Person education, Inc, New Jersey.

Donoghue, dan J. 2003. Antibiotics residues in poultry tissues and eggs:

human health concerns. Poultry Science, J. 82:618-621.

Damayanti, E., H. Julendra dan A. Sofyan. 2008. Aktivitas antibakteri tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dengan metode pembuatan yang berbeda terhadap Escherichia coli. Prosiding Seminar Nasional Pangan. Yogyakarta, 17 Januari 2008.

Yogyakarta. hlm. 54–60.

Damayanti, E., A. Sofian, H. Julendra dan T. Untari. 2009. Pemanfaatan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai agensia Antipolrumdalam imbuhan pakan ayam broiler. Jurnal ilmu ternak veteriner 14(2):

Febrita, E., Darmadi, & Siswanto, E. 2015. Pertumbuhan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dengan Pemberian Pakan Buatan untuk Mendukung Proses Pembelajaran pada Konsep Pertumbuhan dan

(38)

Perkembangan Invertebrata. Jurnal Biogenesis Vol. 11(2): 169-176.

ISSN : 1829-5460.

Feighner, S.D., and M.P. Dashkevicz. 1987. Subtherapeutic levels of antibiotics in poultry feeds and their effects on weight gain, feed efficiency, and bacterial cholyltaurine hydrolase activity. Appl.

Environ. Microbiol. 53:331-336.

Gaspersz, V. 1991. Metode perancangan percobaan. CV. ARMICO.

Hunton, P 1995. Poultry Production. Elsevier, Amsterdam.

Hakim. 2012. Pengaruh Penambahan Jahe Terhadap Konversi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Dan Konsumsi Pakan Terhadap Ayam Broiler. https:// harihakim14.wordpress.com/. (10 November 2018).

Istiqomah, A. L., Sofyan, A., Damayanti, & Julendra, H. (2009). Amino Acid Profile Of Earthworm And Earthworm Meal for Animal Feedstuff. J.Indonesian Trop. Anim. Agric, 34 (4), 253-257.

Japfacomfeed. 2019. Brosur pakan Japfacomfeed indonesia. Peterbit Pt.

Japfacomfeed indonesia, TBK., Jakarta.

Jaelani, A. 2011. Performans Ayam Pedaging yang diberi Enzim Beta Mannanase dalam Ransum yang Berbasis Bungkil Inti Sawit.

Skripsi Peternakan. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan.

Universitas Islam Kalimantan. Kalimantan.

Julendra, H. dan A. Sofyan. 2007. Uji in vitro penghambatan aktivitas Escherichia coli dengan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus).

Media Peternakan, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30(1):1-70.

Juledra, H, Zuprisal dan Supadmo. 2010. Penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagaiadiftif pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging, profit darah dan kecernaan protein, Buletin peternakan vol. 34(1) 21-29,februari 2010

Liu, Y-Q., Z-J Sun., C. Wang., S-J. Li., and Y-Z. Liu. 2004. Purification of a novel anti-bacterial short peptide in earthworm Eisenia foetida. Acta Biochimica et Biophysica Sinica 36(4):297-302

Maulidya, Ria. 2011. Skripsi. Kajian Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Konsumsi dan Konversi Ransum Broiler. Unkhair Ternate.

(39)

Mubarok, A., & Zalizar, L. 2003. Budidaya Cacing Tanah Sebagai Usaha Alternatif Di Masa Krisis Ekonomi. Jurnal Dedikasi, 1 (1),129-135.

Muharlein, Sudjarwo, E., Hamyati, A dan Setyo, H. 2017. Ilmu Produksi Ternak Unggas. Malang: UB Press. Hal: 42.

Negoro, A.S, dan Muharlien. 2013.Pengaruh Penggunaan Tepung Kemangi dalam Pakan Penampilan Produksi Ayam Pedaging.

Skripsi Peternakan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kalimantan.

Palungkun, R. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah. Jakarta: Swadaya.

Priyatno, 2000. Ayam Broiler Siap Panen 22 hari. PT Penebar Swadaya.Jakarta.

Rasyaf. 2008. Panduan beternak ayam pedaging. Edisi ke 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Resnawati, S.H. 2004. Bobot Potongan Karkas dan Lemak Abdomen Ayam Ras Pedaging yang diberi Langsung Mengadung Tepung Cacing Tanah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pp. 473-478.

Rose, S.P. 2001. Principles of poulrtry science. CAB International

Rudi. 2013. Kebutuhan Nutrisi pada Ayam Broiler.

http://rudinunhalu.blogspot. com/2013/10/kebutuhan-nutrisi-pada- ayam-broiler.html. (10 November 2018).

Sahraei, M. 2012. Feed restriction in broiler chickens production. A.

Review Global Veterinaria 8 (5): 449-458.

Setiyawan, H.,G.Piliang.,D. T. H. Sihombing., W. Manalu N. A. Anang.

2007. Suplementasi Fitase, Seng, dan Tembaga dalam Ransum Sebagai Stimulan Pertumbuhan Ayam Broiler. Media Peternakan, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peterenakan 30(2): 139- 145.

Soenanto, H. 2000. Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). CV.

Aneka. Solo.

Suharyono, S.U., Nurdin, R.W. Arief dan Murhadi. 2005. Protein quality of indonesia common maize does not less superior to quality protein maize. Makalah pada 9thASEAN food conference. Jakarta 8-10 agustus 2005.

(40)

Soeparno. 2015. Ilmu dan tehnologi daging, cetakan III. Gajah Mada University Pess. Yogyakarta.

Suprijatna, E. 2008.ilmu dasar ternak unggas. Penebas swadaya. Jakarta.

Tamalluddin F. 2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. PT Penebar swadaya. Jakarta.

Wuryaningsih, E. 2005. Kebijakan pemerintah dalam pengamanan pangan asal hewan. Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 9−13.

Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke- 5, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wiyana, I. K. A. 2006. Pengaruh Oxitetrasiklin dan Amopsisilin Sebagai Aditif Pakan Terhadap Performa Residu Dalam Jaringan dan Eskreta Broiler. Tesis. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Zulfanita. Roisu, E.M. Dyah P.U. 2011. Pembatasan Ransum Berpengaruh terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler pada Periode Pertumbuhan. Skripsi Peternakan. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo.

(41)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan SPSS Konsumsi Pakan Harian.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 1 P0 4

2 P1 4

3 P2 4

4 P3 4

5 P4 4

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Konsumsi Perlakua

n Mean Std. Deviation N

P0 99.4500 1.20692 4

P1 98.3000 1.75309 4

P2 99.1500 1.80462 4

P3 99.1750 .17078 4

P4 99.5000 .87560 4

Total 99.1150 1.24532 20

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konsumsi

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.718a 4 .929 .542 .708

Intercept 196475.665 1 196475.665 1.145E5 .000

Perlakuan 3.718 4 .930 .542 .708

Error 25.748 15 1.717

Total 196505.130 20

Corrected Total 29.465 19

a. R Squared = ,126 (Adjusted R Squared = -,107)

(42)

Estimated Marginal Means

Grand Mean Dependent Variable:Konsumsi

Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

99.115 .293 98.491 99.739

(43)

Lampiran 2. Perhitungan SPSS Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 1 P0 4

2 P1 4

3 P2 4

4 P3 4

5 P4 4

Descriptive Statistics

Dependent Variable:PBB Perlakua

n Mean Std. Deviation N

P0 55.0750 6.01075 4

P1 58.4500 2.98496 4

P2 62.0500 3.23883 4

P3 60.7750 4.69707 4

P4 59.1750 2.89525 4

Total 59.1050 4.41570 20

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:PBB

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 112.547a 4 28.137 1.636 .217

Intercept 69868.021 1 69868.021 4.063E3 .000

Perlakuan 112.547 4 28.137 1.636 .217

Error 257.922 15 17.195

Total 70238.490 20

Corrected Total 370.470 19

a. R Squared = ,304 (Adjusted R Squared = ,118)

(44)

Estimated Marginal Means

Grand Mean Dependent Variable:PBB

Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

59.105 .927 57.129 61.081

(45)

Lampiran 3. Perhitungan SPSS Konversi Pakan Harian.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 1 P0 4

2 P1 4

3 P2 4

4 P3 4

5 P4 4

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Konversi_Pakan Perlakua

n Mean Std. Deviation N

P0 1.8225 .18392 4

P1 1.6850 .08583 4

P2 1.6000 .07257 4

P3 1.6375 .12527 4

P4 1.6825 .07365 4

Total 1.6855 .12902 20

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konversi_Pakan

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .114a 4 .028 2.101 .131

Intercept 56.818 1 56.818 4.204E3 .000

Perlakuan .114 4 .028 2.101 .131

Error .203 15 .014

Total 57.134 20

Corrected Total .316 19

a. R Squared = ,359 (Adjusted R Squared = ,188)

(46)

Estimated Marginal Means

Grand Mean Dependent Variable:Konversi_Pakan

Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

1.686 .026 1.630 1.741

Post Hoc Tests Perlakuan

Multiple Comparisons Konversi_Pakan

LSD (I) Perlakua n

(J) Perlakua n

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 P1 .1375 .08220 .115 -.0377 .3127

P2 .2225* .08220 .016 .0473 .3977

P3 .1850* .08220 .040 .0098 .3602

P4 .1400 .08220 .109 -.0352 .3152

P1 P0 -.1375 .08220 .115 -.3127 .0377

P2 .0850 .08220 .318 -.0902 .2602

P3 .0475 .08220 .572 -.1277 .2227

P4 .0025 .08220 .976 -.1727 .1777

P2 P0 -.2225* .08220 .016 -.3977 -.0473

P1 -.0850 .08220 .318 -.2602 .0902

P3 -.0375 .08220 .655 -.2127 .1377

P4 -.0825 .08220 .331 -.2577 .0927

P3 P0 -.1850* .08220 .040 -.3602 -.0098

P1 -.0475 .08220 .572 -.2227 .1277

P2 .0375 .08220 .655 -.1377 .2127

P4 -.0450 .08220 .592 -.2202 .1302

(47)

P4 P0 -.1400 .08220 .109 -.3152 .0352

P1 -.0025 .08220 .976 -.1777 .1727

P2 .0825 .08220 .331 -.0927 .2577

P3 .0450 .08220 .592 -.1302 .2202

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,014.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

(48)

Merupakan anak pertama dari pasangan ayah Uncu Mashur dan Ibu Hatija. Penulis menempuh pendidikan formal untuk yang pertama kali di SDN No. 22 PUCAK MAROS pada tahun 2002-2008, Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP NEGERI 1 TOMPOBULU MAROS pada tahun 2008- 2011, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA NEGERI 13 TOMPOBULU MAROS pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2015 penulis resmi terdaftar di salah satu Perguruan Tinggi Swasta sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa Makassar.

Gambar

Tabel 2.  Komposisi  Gizi  setiap  Bahan  Pakan  yang  Digunakan  Selama  Penelitian.
Gambar  1.   Skema Alur Perlakuan Penelitan
Tabel 4.   Rata-rata  Konsumsi  Pakan  harian  Ayam  Broiler  (gram/ekor/hari)  yang  Diberikan  Perlakuan  Penambahan  TCT  (Lumbricus rubellus) dengan Komposisi Berbeda
Tabel 6.   Rata-rata  Konversi  Pakan  Ayam  Broiler  yang  Diberikan  Perlakuan  Penambahan  TCT  (Lumbricus  rubellus)  dengan  Komposisi Berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan cacing tanah Lumbricus rubellus dan alga Euchema cottonii dalam pakan ayam Ras dapat meningkatkan kandungan omega 3 pada telur

leusin yang sama pada pakan B dengan kandungan leusin pada tubuh udang diduga memberikan laju pertumbuhan relatif tertinggi (Astawan, 2008), Nilai asam amino pakan uji C

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung cacing tanah yang ditambahkan ke pakan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah total hemosit dan

Pengaruh penggunan feses sapi dan campuran limbah organik sebagai pakan atau media terhadap produksi kokon dan biomasa cacing tanah Eisenia foetida

Pada hari ketiga ditemui bahwa penambahan TCT 0% tidak berbeda nyata dengan 100% TCT, penambahan TCT 25% juga tidak berbeda nyata dengan penambahan TCT 75%, tetapi penambahan 50%

Penggunaan tepung cacing tanah sebagai aditif sampai level 1,5% pada pakan ayam broiler dapat memperbaiki performa ayam, mampu mem- perbaiki kesehatan ternak dilihat dari profil

Pada penelitian ini ditemukan bahwa tepung cacing tanah Lumbricus rubellus dan tepung rumput laut Euchema cottonii dengan level penggunaan dalam pakan masing-masing 10% P3 dalam

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan tepung cacing tanah Lumbricus rubellus dan tepung rumput laut Eucheuma cottonii pada campuran pakan