Aset yang paling berharga yang dimiliki organisasi adalah sumber daya manusia, karena sumber daya ini yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya di dalam organisasi. Untuk itu keberadaannya harus senantiasa dipertahankan dan dikembangkan agar sejalan dengan tuntutan organisasi dalam menjawab setiap tantangan yang ada, karena jika tidak ada sumber daya manusia yang mumpuni dan memadai, pastinya secara otomatis organisasi akan gagal dalam meraih tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu salah satu upaya organisasi dalam membentuk sumber daya yang dimilikinya agar berkualitas dan memiliki dedikasi tinggi di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, maka strategi yang tepat adalah mengembangkan SDM tersebut.
Sejalan dengan hal dimaksud, Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang (Disperkim) mempunyai tugas membantu Walikota dalam melaksanakan kewenangan daerah yang tertuang dalam Peraturan Walikota No. 62 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja. Disperkim ini memiliki tugas pokok terutama berkaitan dengan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang, pertanahan dan sebagian pendidikan, kesehatan, urusan kepemudaan dan olahraga, serta urusan lainnya yang ditugaskan untuk mendukung program kerja walikota.
Dalam mendukung program kerja sebagaimana dimaksud, maka dibutuhkan aparatur yang handal terutama dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar berjalan efektif, terlebih peran pegawai sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah pelayan publik dan abdi Negara yang mempunyai peran penting, keberhasilan instansi pemerintah belum lepas dari kinerja, kompetensi dan peran pegawai. Dalam mencapai tujuan tersebut pegawai diharapkan memiliki kapasitas yang baik, sehingga dapat menjalankan peran pentingnya di dalam mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan instansi.
Masalah yang sering terjadi pada instansi dalam pencapain tujuan kurangnya kinerja para pegawai dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh kepala Dinas. Oleh karenanya, langkah strategis yang dapat ditempuh untuk mengembangkan kemampuan organisasi khususnya dalam kaitan ini yang ada di Pemerintah Daerah, yakni dengan cara mengupayakan membina perilaku sumber daya manusia yang ada di dalamnya karena memegang peranan penting di dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Jika itu dapat ditingkatkan maka semua tugas yang ada pada instansi tersebut akan dapat dicapai secara efektif dan efisien sekaligus meningkatnya produktifitas hasil kerja yang diharapkan.
Kinerja adalah suatu hasil dari serangkaian proses menurut kriteria tertentu yang berlaku dalam suatu pekerjaan baik itu yang dihasilkan secara individu ataupun kelompok di dalam organisasi. Oleh karenanya, kinerja yang baik akan dapat menjadi faktor penentu keberhasilan organisasi, akan tetapi keberhasilan organisasi ini sangat bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas.
Anwar Prabu Mangkunegara (2011:87).
Dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan keberhasilan organisasi. Untuk itu peningkatan kualitas SDM dapat dijadikan sebagai sebuah solusi sebagai wujud dari pencapaian tujuan organisasi seperti di lingkungan instansi pemerintah yaitu Disperkim Kota Tagnerang sebagaimana disebutkan ulasan di atas.
Di dalam suatu instansi seorang pemimpin pasti akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang terkait dengan adanya stres kerja para bawahannya.
Oleh karena itu, agar efektivitas organisasi tetap berjalan sesuai dengan harapan, maka seorang pemimpin harus dapat mengatasi dan mengelola stres kerja yang dialami oleh para pegawainya. Hal ini dilakukan agar dapat mengidentifikasi faktor penyebab stres yang potensial dan berupaya untuk mencarikan solusi pemecahannya karena stres kerja adalah masalah serius dan seringkali timbul di setiap aktivitas kegiatan khususnya yang ada di dalam organisasi.
Stres kerja dalam lingkungan organisasi dapat menyebabkan dampak yang positif dan negatif, akan tetapi hal ini tergantung dalam pengelolaannya atau cara mengatasi stres. Begitu pula dnegan konflik yang terjadi. Konfli ini juga dapat berperan positif (fungsional), namun dapat juga membawa dampak perubahan
negative (disfungsional). Ini berarti stres dan konflik tentunya harus dapat dikelola sebaik-baiknya.
Hasil pengamatan di lapangan, adanya permasalahan terkait dengan rendahnya kinerja pegawai di objek penelitian (Disperkimtan Kota Tangerang).
Fenomena ini dapat dilihat dari kuantitas kerja. Dimana kuantitas kerja adalah bagian dari penilaian yang terdapat dalam SKP (Sasaran Kerja Pegawai) sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang Nomor 52 tahun 2015, rencana kinerja yang harus dicapai oleh pegawai setidaknya dapat memberikan informasi nyata dari sebuah pekerjaan sekaligus sebagai feed back penilaian yang disepakati oleh pegawai dan atasannya, dengan skala penilaian, yaitu sangat baik (90 – 100), baik (76 – 90), cukup (61 – 75), kurang baik (51 – 60) dan buruk (>50). Ketentuan standar penilaian sudah ditetapkan oleh instansi Pemerintah Darah Kota Tangerang. Adapun data penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP) Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Tahun 2020 dapat dilihat pada frekuensi grafik di bawah ini :
84.25%
84.30%
84.35%
84.40%
84.45%
84.50%
84.55%
84.60%
84.65%
84.70%
84.75%
84.80%
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian
Gambar 1 1 Data Penilaian SKP di
Gambar 1.2 Data Penilaian SKP di Dinas Perkimtan Kota Tangerang Tahun 2020
Pada gambar 1.1 di atas, menunjukkan pada Triwulan I bulan Januari s/d Maret mengalami penurunan yaitu sebesar 0,02%. Begitu juga di bulan Februari s/d Maret mengalami penurunan sebesar 0,11%. Pada Twirulan II mengalami kenaikan di bulan April hingga Mei dan mengalami penurunan di bulan Juni, di bulan April-Mei mengalami kenaikan sebesar 0,11% sedangkan pada bulan Mei- Juni mengalami penurunan 0,04%. Pada Triwulan III pada bulan Juli-Agustus
mengalami kenaikan sebesar 0,10%, sedangkan pada bulan Agustus hingga September mengalami fluktuasi 0,19%. Pada Tiriwulan IV di bulan Oktober- November mengalami kenaikan 0,08%, pada bulan Oktober-Desember tidak mengalami perubahan. Nilai tersebut sebenarnya sudah masuk dalam dalam kategori “baik”, tetapi hasil tersebut belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 86,00% atau dalam kategori “sangat baik”. Sementara itu data hasil wawancara dengan narasumber di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Tangerang frekuensinya, yaitu :
02 46 108 1214 16
0%5%
10%15%
20%25%
30%35%
40%
Jumlah Jawaban Presentase
Sumber : Data yang diolah peneliti
Gambar 1 3 Data Hasil Wawancara awal pada 20 Pegawai Intansi Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang tahun 2020
Berdasarkan gambar di atas penulis melakukan wawancara dengan responden 20 pegawai, responden dibagikan pertanyaan terkait hal-hal yang dapat menurunkan kinerja. Para responden menyampaikan 2 jawaban yang menyebabkan kinerja pegawai menurun, hasil survery tersebut menunjukan bahwa stres dan konflik kerja memiliki frekuensi tertinggi sehingga menyebabkan kinerja pegawai menurun. Berdasarkan grafik hasil wawancara. Faktor stres kerja ada menjadi factor tertinggi pemicu terjadinya penurunan kinerja yaitu sebesar 35
%, konflik kerja sebesar 28%, beban kerja sebesar 13%, jenis pekerjaan sebesar 10%, pembagian unit kerja (rekan kerja) sebesar 10% dan faktor terkecil yaitu lingkungan kerja sebesar 5%. Dengan demikian, data ini memberikan bukti
bahwa permasalahan yang dihadapi umumnya di instansi yang menjadi objek diteliti stres dan konflik kerja menjadi masalah serius yang selalu timbul di kalangan pegawai.
Menurut Szilagyi dalam Indriyo (2012:50) menjelaskan: “Stres kerja semestinya dapat ditangani secara serius dan sesegera mungkin diatasi oleh organisasi. Jika ini terus dibiarkan, maka akan membawa dampak buruk menurunnya kinerja karyawan” karena stres adalah pengalaman internal sebagai akibat dari adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis seseorang, sehingga dirinya tidak mampu mengendalikan emosi atau tekanan-tekanan kerja yang bersumber dari faktor lingkungan eksternal organisasi atau dari sumber lainnya”.
Begitu juga konflik kerja, hal ini sangat mengganggu aktivitas kegiatan organisasi yang secara langsung dapat menurunkan kinerja karyawan dan organisasi secara keseluruhan.
“Konflik kerja seringkali timbul dikarenakan faktor penyebabnya adalah umpan balik komunikasi yang buruk diantara pegawai, sehingga pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman satu sama lain, atau dengan kata lain konflk ini timbul karena adanya perbedaan persepsi atau pendapat diantara seluruh personil/anggota baik secara individu atau kelompok atas kegiatan kerja atau sebagai akibat perbedaan status, tujuan dan nilai-nilai yang dianut diantara para pihak yang berkonflik”. (Veithzal, 2014:718)
Sejalan dengan hal dimaksud, jika permasalahan di lingkungan organisai dapat diselesaikan secara baik, maka akan berkontribusi meningkatnya kinerja pegawai dan memberikan citra positif bagi instansi dalam mengembangkan usahanya. Namun, jika setiap permasalahan yang dihadapi tidak segera diatasi dan diselesaikan akan menurunkan kinerja organisasi secara keseluruhan, karena masalah yang timbul berkelanjutan akan berdampak negatif bagi organisas, terutama stres dan konflik kerja diantara para individu atau kelompok yang tidak tertangani akan menurunkan kinerja pegawai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, yaitu Kasubag Disperkimtan Kota Tangerang Bapak H. Abdul Basit, S.Ag pada tanggal 06 April 2021 menjelaskan bahwa stres dan konflik kerja yang dihadapi pegawai di lingkungan disebabkan oleh volume beban pekerjaan yang padat, situasi dan kondisi dikarenakan tekanan pekerjaan dari atasan, sarana prasarana kerja yang
tidak memadai sehingga kurang mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, tidak stabilnya kondisi fisik pegawai, adanya perbedaan pendapat antar pegawai yang sering menimbulkan perselisihan.
Di sisi lain menurut Ibu Ika Heri Septiyanti selaku Pengelola Bahan Perencanaan pada tangal 06 April 2021, menjelaskan bahwa stres dan konflik kerja yang timbul di instansi ini faktor penyebabnya dikarenakan beban pekerjaan yang mesti dikejar target untuk diselesaikan, efektivitas kerja yang tinggi mengakibatkan menurunnya mentalitas dan kebosanan kerja, selain itu secara sosial minimnya dukungan dari rekan kerja, bahkan diantara sebagian pegawai masih ada yang cenderung menunda-nunda tugas yang menjadi tanggung jawabnya ataupun faktor lelah dalam menyelesaikan volume pekerjaan yang bertumpuk. Dengan banyaknya tuntutan ini maka semakin tinggi hal ini jelas akan memberikan tekanan emosional terhadap pegawai yang bersangkutan.
Adapun penelitian terdahulu yang sejenis (Saina, 2013) hasil penelitiannya membuktikan bahwa stres dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Sedangkan secara parsial konflik kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Penelitian lainnya dari Ria Puspita Sari (2015) yang mana hipotesis pertamanya secara parsial menunjukkan stres kerja berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan dan konflik kerja berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan, sedangkan hipotesis secara simultan stres kerja dan konflik kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sementara itu penelitian Yebi Hardilabogi (2011) dimana konflk kerja dan stres kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan fenomena permasalahan yang dihadapi di atas, jika tidak ditangani secara serius tentunya akan berdampak pada kinerja pegawai yang ada di instansi tesebut. Atas dasar ini, peneliti mengambil judul: “Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang”.
1.2 Batasan Permasalahan
Permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada stres kerja dan konflik kerja sebagai variabel bebas, dan kinerja pegawai sebagai variabel terikat yang bersumber dari manajemen sumber daya manusia di lingkungan instansi Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah penelitian yang dirumuskan, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang ? 2. Bagaimana pengaruh konflik kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Perumahan, Pemukiman dan Pertanahan Kota Tangerang ?
3. Bagaimana pengaruh stres kerja dan konflik kerja secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang ?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, diantaranya untuk:
1. Menganalisis seberapa berpengaruh stres kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang.
2. Menganalisis seberapa berpengaruh konflik kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang.
3. Menganalisis secara simultan seberapa berpengaruh stres kerja dan konflik kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kota Tangerang.
1.5 Manfaat Riset
Manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, yaitu
1. Teoritis
Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi keilmuan khususnya yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia sekaligus untuk mendukung kegiatan akademisi serta sebagai sumber bahan referensi tambahan untuk penelitian yang akan datang, sehingga dapat mengembangkan teori yang sebelumnya.
2. Praktis
Diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangsih pemikiran terhadap instansi pemerintahan Kota Tangerang khususnya di Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan terutama dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai melalui pengelolaan stres kerja dan konflk kerja para pegawainya.