• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh variasi penambahan dosis vitamin c pada urine

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh variasi penambahan dosis vitamin c pada urine"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Urine
  • Glukosa Urine
  • Metode Pemeriksaan Glukosa Urine
  • Vitamin C
  • Pengaruh Vitamin C terhadap Kadar Glukosa Urine
  • Kerangka Teori
  • Hipotesis

Urin umumnya terdiri dari urea dan bahan kimia organik dan anorganik yang terlarut dalam air. Pada beberapa kondisi patologis, zat tertentu, seperti keton, protein, glukosa, porfirin, dan bilirubin, terdapat dalam jumlah besar.(4) Hormon, vitamin, dan obat-obatan juga sering ditemukan dalam urin. Istilah glikosuria biasanya mengacu pada suatu kondisi patologis di mana jumlah glukosa dalam urin melebihi 25 mg/dl dalam urin segar acak.

Saat ginjal bekerja, glukosa hanya dikeluarkan melalui urin ketika terdapat terlalu banyak gula dalam darah. Tes Benedict merupakan tes glukosa yang tidak spesifik karena zat pereduksi yang terdapat dalam urin selain glukosa dapat direduksi dengan cara ini, seperti galaktosa, laktosa, formalin (6) Sehingga tes reduksi Benedict dapat digunakan sebagai screening. untuk gula. Reaksi ini menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi hijau menjadi oranye tergantung pada jumlah zat pereduksi yang ada dalam urin (4).

Bakteri yang terdapat pada sampel akan menggunakan glukosa dalam urin sebagai sumber energi, sehingga kandungan glukosa akan hilang dari urin (6). Vitamin C mudah larut dalam air dengan kelarutan (300 g/L pada 20°C), dalam larutan alkohol agak sulit larut dengan kelarutan (20 g/L pada 20°C) dan vitamin C tidak dapat larut dalam a larutan kloroform, eter dan benzena. Untuk memenuhi beberapa fungsi fisiologis dalam tubuh, beberapa fungsinya meliputi unsur-unsur yang bersifat redoks, seperti asam askorbat.

ASC diangkut secara efisien melintasi membran apikal sel epitel usus melalui transpor aktif, namun pelepasannya ke dalam aliran darah belum diketahui secara pasti transporter mana yang berperan.(13) Ditampilkan proses penyerapan vitamin C yang terjadi di dalam tubuh pada Gambar 1. Setelah berada di dalam sel, DHA secara efisien diubah menjadi ASC atau diangkut ke dalam aliran darah oleh GLUT1 dan GLUT2 di membran basolateral, sehingga mempertahankan konsentrasi intraseluler yang rendah dan memfasilitasi penyerapan DHA lebih lanjut (13). Distribusi vitamin C terbagi menjadi dan otak merupakan salah satu organ dengan konsentrasi vitamin C tertinggi dalam tubuh.

Untuk dosis yang lebih besar kira-kira. 500 mg/hari (yaitu, ketika konsentrasi asam askorbat darah melebihi 1,2-1,8 mg/dL), hampir semua asam askorbat di atas tingkat ini diekskresikan melalui urin (13). Jumlah asupan vitamin C juga harus dioptimalkan agar vitamin C dapat bekerja dengan baik di dalam tubuh dan tidak berlebihan yang nantinya dapat menimbulkan risiko kerusakan pada tubuh. Vitamin C berperan sebagai reduktor kuat dalam tubuh melalui proses transfer elektron Vitamin C akan mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas yang terjadi akibat stres oksidatif.

Proses ini akan menstabilkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh sehingga radikal bebas tidak merusak sel, jaringan atau organ. Pada metode Benedict vitamin C dibaca sebagai glukosa urin dan dapat memberikan hasil positif palsu.Metode ini digunakan untuk menyatakan reduksi, dalam hal ini glukosa, sehingga jika terdapat zat pereduksi selain glukosa dalam urin maka akan memberikan hasil positif. .

Gambar  1. Absorpsi Vitamin C (13)
Gambar 1. Absorpsi Vitamin C (13)

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Desain Penelitian
  • Tempat dan Waktu penelitian
  • Populasi dan Sampel Penelitian
  • Kerangka Konsep
  • Definisi Operasional
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Pengolahan Data
  • Analisis Data

Setelah intervensi vitamin C, sampel urin dianalisis kembali menggunakan metode Benedict dan metode dipstick untuk melihat kadar glukosa urin pasca intervensi. Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kadar glukosa urin sebelum penambahan vitamin C dengan metode Benedict terdapat 15 sampel urin negatif glukosa. Begitu pula dengan hasil pemeriksaan kadar glukosa urin sebelum penambahan vitamin C dengan metode dipstick, 15 sampel urin negatif glukosa.

Data pada Tabel 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar glukosa urin setelah penambahan 250 mg vitamin C dengan metode Benedict terdapat 15 sampel urin positif (1+) glukosa. Sedangkan hasil pemeriksaan kadar glukosa urin setelah penambahan 250 mg vitamin C dengan metode dipstick terdapat 15 sampel urin negatif glukosa. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan perbedaan dosis vitamin C terhadap kadar glukosa puasa menggunakan metode Benedict.

Artinya tidak terdapat pengaruh variasi dosis vitamin C terhadap kadar glukosa urin menggunakan metode dipstick. Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa urin metode Benedict dan metode dipstick setelah penambahan Vitamin C. Data pada Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengujian perbedaan kadar glukosa urin metode Benedict dan metode dipstick setelah penambahan Vitamin C. penambahan vitamin C. Hasil uji Wilcoxon diperoleh dengan nilai sigmoid.

Artinya terdapat perbedaan konsentrasi glukosa urin metode Benedict dengan metode dipstick setelah mendapat suplementasi vitamin C. Hasil pemeriksaan kadar glukosa urin sebelum intervensi vitamin C menunjukkan bahwa seluruh sampel negatif glukosa. menggunakan metode Benedict dan metode dipstick. Hasil tes glukosa urin setelah mendapat suplemen vitamin C dengan metode Benedict menunjukkan hasil positif pada semua kadar dosis vitamin C.

Hasil pemeriksaan kadar glukosa urin sebelum penambahan vitamin C dengan metode Benedict dan metode dipstick adalah negatif. Hasil pemeriksaan kadar glukosa urin menggunakan metode Benedict setelah ditambahkan vitamin C dosis 250 mg menunjukkan 15 sampel urin positif (1+) glukosa. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil pemeriksaan kadar glukosa urin menggunakan metode Benedict dan metode dipstick setelah penambahan vitamin C dengan nilai sig 0,000 < 0,05.

Gambar  5 Kerangka Konsep
Gambar 5 Kerangka Konsep

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh dosis vitamin C yang berbeda terhadap kadar glukosa urin menggunakan metode Benedict dan metode test stick pada mahasiswa Universitas Binawan telah dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2022. Penelitian tersebut dilakukan di laboratorium mikrobiologi Universitas Binawan dengan penelitian sampel sebanyak 15 sampel urin mahasiswa dengan intervensi dosis vitamin C yang berbeda yaitu pada dosis 250 mg, 500 mg dan 1000 mg. Sampel urin yang diberi suplemen vitamin C dosis 500 mg menurut metode Benedict, 15 sampel urin positif (2+) glukosa.

Sampel urin dengan penambahan vitamin C dosis 1000 mg menurut metode Benedict, diperoleh 15 sampel urin positif (3+) glukosa. Data pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji hipotesis yaitu pengaruh dosis vitamin C yang berbeda terhadap kadar glukosa urin diperoleh hasil uji Kruskall Wallis menggunakan metode Benedict dengan nilai Asymp.

Tabel 4.3  Uji Hipotesis
Tabel 4.3 Uji Hipotesis

Pembahasan

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Febrian dkk. 2018) yang menyatakan bahwa penambahan dosis vitamin C sebesar 1000 mg dapat mempengaruhi kadar glukosa urin pada metode Benedict. (10) Diketahui bahwa urin yang mengandung vitamin C akan memberikan hasil positif palsu pada analisis glukosa dalam urin, karena vitamin C merupakan senyawa enam karbon yang secara struktural berkaitan erat dengan glukosa dan dapat berpartisipasi dalam banyak reaksi biokimia, terutama dalam oksidasi (6,24). Hasil analisis uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil kadar glukosa urin metode Benedict dan metode dipstick setelah mendapat suplementasi vitamin C. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan prinsip pengukuran glukosa urin antara metode Benedict dengan metode dipstick.

Prinsip metode Benedict untuk menguji glukosa didasarkan pada kenyataan bahwa dalam larutan yang sangat asam dan dengan adanya panas, gula pereduksi atau zat pereduksi akan mereduksi ion kupri menjadi oksida tembaga (kupro). Namun, reaksi positif palsu dapat terjadi jika wadah terkontaminasi dengan peroksida atau bahan pembersih pengoksidasi kuat.(5) Pengujian dengan metode Benedict atau penggunaan tongkat celup dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengganggu keakuratan hasil urin. yaitu suhu, reaktivitas glukosa dapat bervariasi terhadap suhu karena suhu dapat mempengaruhi reaksi enzimatik. Peningkatan berat jenis dan pH yang tinggi (basa) juga dapat menurunkan reaktivitas terhadap glukosa (4) Konsentrasi vitamin C atau asam askorbat yang lebih tinggi dari 1,4 mmol/L atau konsentrasi keton yang tinggi (8 mmol/L) dapat menyebabkan negatif palsu pada sampel yang mengandung sejumlah kecil glukosa. glukosa (5,5 mmol/L) (26) Keterlambatan tes urin juga mempengaruhi kadar glukosa urin karena urin terlalu lama terkena cahaya dan terjadi pertumbuhan bakteri sehingga mengakibatkan penurunan hasil tes glukosa urin. (6).

Kualitas tingkat kesalahan pada metode Benedict lebih tinggi dibandingkan dengan dipstick, hal ini terlihat dari hasil penelitian pada tabel 4.2 yang menunjukkan hasil positif palsu untuk glukosa yang ditunjukkan pada metode Benedict setelah mengonsumsi vitamin C. Hasil tersebut didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indranila KS dan Lukitaning Puspito (27). Hasil pengujian menggunakan pooled sample menunjukkan bahwa sampel dengan kadar glukosa 100, 250, atau 500 mg/dL menunjukkan negatif palsu ketika ditambahkan vitamin C 500 mg/dL.

Metode reduksi Benedict dan metode dipstick merupakan metode yang dirancang untuk mendeteksi dan menganalisis glukosa urin dengan cara yang sederhana. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian vitamin C urin yang berbeda terhadap kadar glukosa urin dengan metode Benedict dan metode dipstick pada 15 sampel urin mahasiswa Universitas Binawan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Hasil pemeriksaan kadar glukosa urin dengan metode dipstick setelah penambahan vitamin C dosis 250 mg, 500 mg, dan 1000 mg menunjukkan 15 sampel urin negatif.

Terdapat pengaruh yang signifikan variasi dosis tambahan vitamin C terhadap kadar glukosa urin menggunakan metode benedict dengan nilai sig 0,000<0,05 dan tidak ada pengaruh variasi peningkatan dosis vitamin C terhadap kadar glukosa urin menggunakan metode dipstick dengan nilai sig sebesar 1,000>0,05. Disarankan juga untuk pengendalian glukosa urin dengan menggunakan tongkat celup, perlu memilih tongkat celup yang lebih sensitif terhadap vitamin C sebagai faktor yang berperan penting dalam hasil analisis. Pengaruh kadar glukosa urin dengan metode Benedict, Fehling dan Stick setelah penambahan vitamin C dosis tinggi/1000 mg.

PENUTUP

Simpulan

Saran

Clinical and genetic analysis in a patient with primary renal glucosuria: Identification of a novel mutation in the SLC5A2 gene. Vitamin C supplementation reduces blood glucose and improves glycosylated hemoglobin in type 2 diabetes mellitus: A randomized, double-blind study. Effect of vitamin C on urine dipstick tests in clinical samples: a multicenter study.

Gambar

Tabel 2. 1  Angka Kecukupan  Vitamin C yang Dianjurkan ...............................
Gambar  1. Absorpsi Vitamin C (13)
Gambar  2. Distribusi Vitamin C (13)
Gambar  3. Eliminasi Vitamin C (13)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wedltatama, this essay argues that the issue of Fiqh Indonesia (&#34;Indonesian Fiqh') or Islamic law which is based on Indonesian identity (Itukum Islam yang