• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Kelas oleh Guru - Jurnal Ilmiah Peuradeun

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengelolaan Kelas oleh Guru - Jurnal Ilmiah Peuradeun"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU RAHMADON

Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi suatu hal-hal yang dapat mengganggu suasana kenyamanan kelas. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu utuk mengelola kelas yaitu menciptakan dan mampu mempertahankan kondisi ruang belajar yang optimal. Pengelola kelas merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi pada kelas yang baik. Tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas diantaranya melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dan anak secara timbal balik dan juga efektif. tujuan pengelolaan di dalam kelas adalah mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenang kan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan segala kemampuannya dan menghilangkan hambatan yang dapat mengganggu akan hal proses pembelajaran sehingga dapat tecapainya efektifitas atau keberhasilan dari suatu pembelajaran. Guru tidak hanya terpacu pada hal transfer of knowledge saja melainkan guru harus mampu memberi motivasi, dorongan dan fasilitas kepada siswanya untuk lebih giat belajar dan juga memahami etika dalam hal kehidupan sehari-hari peserta didik. Karena, seorang guru yang telah berhasil membawa perubahan dan pencerahan pada peserta didiknya.

Kata Kunci: Pengelolaan Kelas, Guru

(2)

A. Pendahuluan

Pendidikan hendaknya dapat di lakukan sejak dini yang dapat di lakukan dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.

Anak merupakan generasi penerus bangsa dan agama, maka baik buruknya bangsa dan agama di masa mendatang sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.1 Upaya untuk pembinaan yang dilakukan melalui pemberian stimulus agar membantu dalam perkembangan dan pertumbuhan anak.2 Oleh karena hal tersebut di atas, suasana ruang dapat mempengaruhi akan pengguna dan kemajuan aktivitas, suasana pendidikan yang tidak sehat juga dapat menghilangkan semangat belajar anak. Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku, minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan dari pada bila mereka merasa bosan.3

Pengelolaan kelas merupakan suatu kemampuan guru dalam rangka untuk mempersiapkan, menerapkan, dan ini mengevaluasi pengelolaan kelas secara fisik maupun peserta didik untuk mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ketika pembelajaran dilakukan dengan pengaturan peserta didik, penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar, pengembalian kondisi belajar, serta pemecahan masalah.

1Mikyal Oktarina & Rahmadon, Pendidikan Anak Dalam Kandungan, (Jurnal Serambi Tarbawi, Vol. 7, No. 2, 2019 ), hal.193

2 Martunis Yamin, Panduan PAUD, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), hal.11.

3 Hadriani Lingga Wasito, Peranan Desain Interior dalam Taman Kanak-Kanak, (Jurnal Cendikia, Vol. 1, No. 1, Juni), hal.31

(3)

Terlebih lagi kita baru saja mendapati siswa hari ini yang tidak lepas dari dampak Covid-19, sebagian dari mereka ada yang terpaksa berhenti sekolah, dan pembelajaran harus dilakukan dari rumah sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan belajar mereka. Namun hal ini juga memberi efek positif bagi peserta didik, di antara lain yang paling penting adalah kemampuan adaptasi generasi yang akan datang terhadap budaya teleworking, generasi tersebut akan lebih familiar dan ulet dalam sistem kerja fleksibel yang sama sekali tidak memerlukan kehadiran pribadi ke tempat pendidikan seperti sekolah, kampus atau bahkan untuk bekerja di kantor, dan budaya ini akan menciptakan peluang kerja baru dan pekerjaan dapat diwujudkan antarbenua secara global yang berbeda dari hari-hari biasa.

Pemanfaatan kecanggihan Teknologi dan Komunikasi dengan maksimal sangat mampu mendorong penyesuaian ke arah new normal, aplikasi Zoom, Webinar, Google Meet dan sebagainya banyak membantu mereka untuk belajar dan bekerja dari rumah.4 Dengan demikian dalam memasuki Era New Normal ini system pengelolaa kelas yang kondusif sangat da harus lebih diperhatikan lagi.

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi suatu hal-hal yang dapat mengganggu suasana kenyamanan kelas. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu utuk mengelola kelas yaitu menciptakan dan mampu mempertahankan kondisi ruang belajar yang optimal. Pengelola kelas merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam

4 Rahmadon, Kurikulum Pendidikan denga Skema PJJ di Era New Normal, (Jurnal Serambi Tarbawi, Vol. 8, No. 1, 2020 ), hal. 3

(4)

upaya menciptakan kondisi pada kelas yang baik. Tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas diantaranya melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dan anak secara timbal balik dan juga efektif. 5

B. Pembahasan 1. Pengertian Guru

Guru diambil dari pepatah bahasa Jawa yang kata guru itu diperpanjangkan dari isi kata “gu” digugu yaitu dipercaya, dianut, dan dipegang kata-katanya, “ru” ditiru artinya dicontoh, diteladani, ditiru, diteladani segala tingkah lakunya.6

Guru adalah orang yang mendidik yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk bisa mencapai pendidikan. Semula kata guru mengacu pada seseorang yang selalu memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain.7

Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam suatu hal perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkatan kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugas-tugas sebagai hamba Allah dan khalifah Allah Swt dan mampu melakukan

5Sutanti, Gambaran Pengelolaan kelas Oleh Guru TK, (Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5, No. 2, 2016), hal.141-142.

6 Kasiram, Kapita Selekta Pendidikan, (Malang: Biro Ilmiah, 1999), hal.199.

7 Unggur Muliawan, Pendidikan Islam Dimensi Integratif, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005), hal.142.

(5)

tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.8

Guru merupakan bapak rohani dan (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan ia meluruskan perilaku buruk. Jadi guru mempunyai suatu kedudukan tinggi dalam Islam, dan hal ini sesuai dengan pembahasan dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din yang menyatakan bahwa: Seorang yang diberikan ilmu, dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang mencahayai orang lain, sedangkan ia sendiripun bercahaya ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendirinyapun harum.9

Dengan demikian guru adalah profesi yang sangat mulia, karena secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh orang. Dan hal ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mulia, sehingga profesinya sebagai pengajar ialah memberikan banyak kemuliaan. Dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan adanya tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.10

Menurut Binti Maunah dalam bukunya berjudul landasan

8 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hal.87.

9 Abi Hamid bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, (Mesir:

Dar Saad, 1985),hal.51.

10 Tim Penulis, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra umbara,2014), hal.3

(6)

pendidikan, guru yang profesional adalah guru mengenal tentang dirinya sendiri. Dalam arti bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk bisa belajar. Guru dituntut untuk terus mengetahui bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk dapat menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau menyalahkannya.

Guru tidak hanya terpacu pada hal transfer of knowledge saja melainkan guru harus mampu memberi motivasi, dorongan dan fasilitas kepada siswanya untuk lebih giat belajar dan juga memahami etika dalam hal kehidupan sehari-hari peserta didik. Karena, seorang guru yang telah berhasil membawa perubahan dan pencerahan pada peserta didiknya.11

2. Tugas Pokok dan Fungsi Guru

Suparlan mengatakan guru memiliki kesatuan tugas dan fungsi yang tak terpisahkan, yaitu sebagai :12

a. Pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa.

b. Pengajar, diharapkan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang hal disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa.

c. Pembimbing, memberikan dorongan psikologi agar siswa dapat dalam mengesampingkan faktor internal dan eksternal

11 Rafy Sapori, Konsep Islam tentang Jiwa Manusia Modern, (Jakarta:

Raja GrafindoPersada, 2006), hal.220.

12 Suparlan, Menjadi Guru Efektif dalam Menunjang Tugas serta Fungsi Guru Taman Kanak-Kanak, Yogyakarta: Hikayat, 2005), hal.25-26.

(7)

yang menghambat.

d. Pelatih, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk ia dapat menerapkan konsep atau teori dalam praktek lengsung dalam hal kehidupan yang tengah berlangsung ini.

Selain dari pada itu, kadangkala seseorang terjebak dengan sebutan guru, misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan banyak ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada orang lain sudah ada dikatakan sebagai guru.

Sesungguhnya seorang guru bukanlah bertugas itu saja, tetapi guru juga bertanggung jawab pada pengelolaan (manager of learning), pengarah hal (director of learning), fasilitator dan perencana (the planner of future society) didalam proses belajar.13Seorang guru profesional yang diharapkan sebagai pendidik pengubah anak menjadi lebih baik, adalah :

1. Guru memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan.

2. Guru yang dapat mewujudkan dalam tuntutan perkembangan IPTEK.

3. Guru yang mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi yang lain.

4. Guru yang memiliki etos kerja yang kuat

5. Guru memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan karir.

Dan

6. Guru yang berjiwa profesional tinggi.

13 Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hal.84-85.

(8)

Khoiron Rosyadi menyatakan tentang sisi persyaratan tugas pendidik yang dapat disebutkan adalah:14 1) Mengetahui karakter peserta didik, 2) Guru haruslah selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya, dan 3) Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat sebaliknya.

3. Kompetensi Guru dan Tindakan-Tindakan Guru

Menurut Littrell dalam bukunya Hamzah kompetensi adalah satu kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik. Kompetensi adalah kemampuan-kemampuan dapat mencapai tujuan organisasi mencapai tujuan organisasi. Kemampuan merupakan hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa keterampilan, kepemimpinan kecerdasan dan lain sebagainya yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.15

Gordon dalam Mulyasa dikutip oleh Kunandar merinci di berbagai aspek atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding), yaitu ke dalam kognitif dan efektif yang dimiliki ileh individu.

3. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

14 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.180.

15 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.62.

(9)

4. Nilai, yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan disatukan.

5. Sikap, yaitu perasaan (senang tidak senang, suka tidak suka) ataupun reaksi trehadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

6. Minat (interesti), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan hal sesuau perbuatan.16

Terdapat beberapa tindakan utama mengenai pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan guru, diantaranya ialah:

1. Tindakan yang bersifat preventif, yakni tindakan menciptakan dengan memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari terjadinya akan situasi yang tidak menguntungkan ataupun juga merusak proses belajar mengajar di TK. Dan dalam mengembangkan tindakan guru mengelola kelas bersifat preventif, guru bisa menggunakan tindakan dengan:17

a) Menunjukan sikap tanggap. Dalam tugasnya mengajarnya, guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam artian guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik.

b) Membagi perhatian. Guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta didik, dan perhatian itu dapat bersifat visual maupun bersifat verbal.

16 Kusnandar,Guru Implementasi KTSP,( Jakarta: Grafindo Persada, 2008).hal.53

17 Samsih, Peran Guru Kelas dalam Menangani Problematika Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Konseling, (Surakarta: FKIP UTP Surakarta, 2014), hal.166.

(10)

c) Memusatkan perhatian kelompok. Mempertahankan dan meningkat kan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu.

d) Memberi petunjuk petunjuk yang jelas. Petunjuk ini dapat bila di lakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lain yang bisa berhubungan baik.

e) Menegur. Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukan perilaku yang mengganggu atau menyimpang, dan juga sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku yang mengganggu.

f) Memberi penguatan hati. Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh penguatan, pada perilaku positif diberikan penguatan agar perilaku tersebut muncul kembali.

2. Keterampilan yang bersifat represif, yakni keterampilan mengembali- kan kondisi belajar mengajar yang tidak menentu ke dalam kondisi belajar yang efektif. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang represif, guru menggunakan kemampuannya dengan cara: 18

a) Modifikasi tingkah laku. Perilaku peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian ditentukan langkah- langkah untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara Conselor.

18 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dalam ProsesPendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal.133.

(11)

b) Pengelolaan kelompok. Dalam menangani hal masalah pengelolaan kelas, guru dapat memanfaatkan pendekatan pemecahan masalah kelompok, dilakukan dengan cara memperlancar tugas-tugas.

c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan isi masalah. Guru dapat melaksanakan beberapa cara untuk mampu mengendalikan tingkah laku mengganggu yang muncul.

4. Pengertian Pengelolaan Kelas dan Tujunnya

Secara Etimologi pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu Pengelolaan dan Kelas. Pengelolaan memiliki akar kata kelola yang kemudian di tambah pada awalan Pe dan akhiran an. Menurut Rusydi Salman dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas mendefenisikan pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat memotivasi sang anak untuk belajar dengan untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan mereka.19

Lebih lanjut menurut L. Wilt dalam buku Ambrita mendefenisikan bahwa mengelola kelas sebagai penggunaan tata cara untuk memastikan sebuah keadaan yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan sarana dan prasarana, akan tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di

19 Rusydi Salman, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, (Yogyakarta:

DIVA Press, 2011), hal.25-26.

(12)

dalamyan.20 Dan keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar mengajar dan Pengeloaan kelas diperlukan karena tingkah laku anak yang berubah-ubah.21

Dalam mengelola kelas mempunyai beberapa tujuan, dan tujuan tersebut adalah: Pertama, mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Kedua, menghilangkan akan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. Ketiga, menyediakan dan mengatur fasilitas serta sisi perabot belajar yang mampu mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. Keempat, membina dan juga dapat membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta hal sifat- sifat individunya.22

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan di dalam kelas adalah mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenang kan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan segala kemampuannya dan menghilangkan hambatan yang dapat mengganggu akan hal proses pembelajaran sehingga dapat tecapainya efektifitas atau

20Alben Ambarita, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: DPND Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006), hal. 35.

21 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas dalam Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.59.

22 Mudasir, Manajemen Kelas, (Riau: Zanafa Publishing, 2011), hal.18.

(13)

keberhasilan dari suatu pembelajaran.

5. Pengelolaan Kelas Yang Efektif

Pengelolaan kelas yang efektif adalah salah satu keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan juga keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal dengan cara yang efektif.23 Dan menurut Maria L Martens dalam bukunya Kunandar yang terdapat beberapalangkah untuk bisa mewujudkan kelas yang efektif, diantaranya:24

6. Penataan ruang kelas

Penataan ruang bertumpu pada penetapan tempat duduk siswa, dengan format memudahkan siswa dalam memandang gurunya. Biasanya hal ini dipengaruhi jumlah siswa di dalam satu kelas. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak akan memudahkan siswa untuk menata meja dan kursi, agar di mana pun siswa duduk, mereka tetap bisa untuk mampu memperhatikan guru saat ia mengajar. Berbeda bila kelas terlalu padat dan banyak siswa biasanya siswa yang duduknya paling belakang dan pojok akan kesulitan memandang guru.

7. Mengantisipasi kondisi kelas

Kondisikan semua siswa dengan baik secara fisik maupun psikis, yang termasuk siswa yang terlambat masuk ke dalam kelas.

Sebelum siswa benar-benar siap jangan memulai mengajar, dan ada kalanya saat kita masuk kelas, suasana di kelas sangat gaduh atau

23 Gandha Kurniawan, Mengelola Perilaku Siswa, (Jakarta: UNJ Press, 2013), hal.289.

24 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hal.170.

(14)

anak berjalan ke sana kemari dari tempat duduk mereka, ini sebagai pendidik kita tidak boleh menoleransi hal ini. Sejak awal tahun ajaran, seorang pengajar harus menetapkan suatu aturan, bahwa setiap ada guru yang masuk kelas dan hendak mengajar, dan siswa harus langsung memberikan salam.

8. Tetapkan aturan tegas namun bersahabat

Saat ada siswa melakukan pelanggaran, harus tegas dalam memberikan konsekuensi, sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Alangkah lebih baik bila aturan dibuat bersama siswa sejak di awal tahun ajaran. Saat membuat suatu aturan dan metode pemberian konsekuensi, kita perlu mengajak siswa untuk bekerja sama. Sehingga saat mereka itu melakukan pelanggaran dan dapat menerima konsekuensi, mereka bisa menerimanya dengan baik, kalau ada murid yang terlambat, berhenti sejenak mengajar.

9. Pastikan siswa tetap focus

Beberapa siswa mungkin tidak fokus dengan materi yang kita berikan. Ada banyak sebab mengapa siswa bisa tidak fokus pada pelajaran, bisa karena ngantuk, bosan, capek, dan ini sebab lainnya.

Sebagai pendidik kita harus memiliki banyak cara agar siswa tetap fokus memperhatikan saat pembelajaran. Beberapa cara yang bisa praktekkan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa dengan cara menunjuk siswa (terutama yang terlihat kurang fokus), mengajak siswa melakukan ice breaking, selalu membuat hati mereka gembiran dan terus memberikan kejutan-kejutan menarik lainnya.

10. Serius tapi santa

Mulailah mengajar dengan serius. Bila sudah berhasil menggiring para siswa dalam suasana demikian, atur irama

(15)

pembelajaran menjadi santai kemudian serius lagi, dan begitu seterusnya. Kalau serius melulu siswa akan ngantuk ataupun bosan mengikuti pelajaran. Makanya perlu juga pembelajaran diselingi dengan homor dan hal intermezo sebagai suatu penyegaran bagi siswa. Ada kalanya kita mengajak siswa untuk serius dalam memperhatikan dan mengikuti pelajaran, namun tidak ada salah nya juga bila kita mengajak siswa untuk tertawa dengan humor segar.

11. Bersemangat sejak awal pembelajaran

Sejak awal pembelajaran kita perlu menunjukkan semangat yang baik. Jangan sampai kita terlihat lelah, mengantuk, sedih, dan keadaan hati yang tidak baik lainnya. Perasaan negatif dapat membuat siswa yang kehilangan semangat, sebagai pendidik perlu belajar mengelola emosi. Keterampilan pendidik dalam mengelola emosi bisa membuat siswa merasa nyaman dan juga lebih bersemangat dalam belajar. Kalau ada murid yang terlambat, berhenti sejenak mengajar, dan perhatikan siswa yang terlambat.

12. Posisi berdiri ketika mengajar

Ketika mengajar, guru perlu mengatur posisi berdiri. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan diri siswa keseluruhan, dan jangan berdiri hanya pada satu posisi saja, dan cara ini bertujuan agar supaya siswa yang menjadi pusat perhatian guru. Selain itu juga guru jangan terlalu sering membelakangi siswa karena menulis di papan tulis, sebaliknya guru itu mampu menulis dengan posisi yang menyamping sehingga siswa dapat untuk selalu terpantau.

(16)

C. Penutup

Dapat kita disimpulkan yang bahwasanya dalam pengelolaan kelas merupakan suatu upaya guru dalam menciptakan dan mampu mempertahankan suasana kelas yang menunjang program pengajaran yang sudah meliputi penciptaan iklim belajar yang tepat, pengaturan ruang belajar dan usaha mengelola interaksi belajar mengajar. Juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat, produktif, efektif dan menyenangkan, serta dapat memotivasi anaknya untuk belajar dengan baik yang sesuai dengan kemampuan mereka. Guru tidak hanya terpacu pada hal transfer of knowledge saja melainkan guru harus mampu memberi motivasi, dorongan dan fasilitas kepada siswanya untuk lebih giat belajar dan juga memahami etika dalam hal kehidupan sehari-hari peserta didik. Karena, seorang guru yang telah berhasil membawa perubahan dan pencerahan pada peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006)

TAbi Hamid bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, (Mesir:

Dar Saad, 1985)

Alben Ambarita, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006)

Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003)

Gandha Kurniawan, Mengelola Perilaku Siswa, (Jakarta: UNJ Press, 2013)

Hadriani Lingga Wasito, Peranan Desain Interior dalam Taman Kanak- Kanak,( JurnalCendikia, Vol. 1, No. 1, Juni)

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

(17)

Kasiram, Kapita Selekta Pendidikan, (Malang: Biro Ilmiah, 1999)

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)

Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016)

Kusnandar,Guru Implementasi KTSP,( Jakarta: Grafindo Persada, 2008) Martunis Yamin, Panduan PAUD, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012) Mikyal Oktarina & Rahmadon, Pendidikan Anak Dalam

Kandungan, Jurnal Serambi Tarbawi, Vol. 7, No. 2, 2019 ) Mudasir, Manajemen Kelas, (Riau: Zanafa Publishing, 2011) Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas dalam Teori dan Aplikasi untuk

Menciptakan Kelas yang Kondusif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)

Rafy Sapori, Konsep Islam tentang Jiwa Manusia Modern, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006.

Rahmadon, Kurikulum Pendidikan denga Skema PJJ di Era New Normal, Jurnal Serambi Tarbawi, Vol. 8, No. 1, 2020.

Rusydi Salman, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011)

Samsih, Peran Guru Kelas dalam Menangani Problematika Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Konseling, (Surakarta: FKIP UTP Surakarta, 2014)

Suparlan, Menjadi Guru Efektif dalam Menunjang Tugas serta Fungsi Guru Taman Kanak-Kanak, Yogyakarta: Hikayat, 2005)

Sutanti, Gambaran Pengelolaan kelas Oleh Guru TK, (Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5, No. 2, 2016)

Tim Penulis, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra umbara,2014.

Unggur Muliawan, Pendidikan Islam Dimensi Integratif, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,2005.

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dalam ProsesPendidikan,Jakarta: Kencana, 2006.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Kondusif. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk memperlancar ataupun memperbaiki suasana kelas agar kondusif dan efektif. Salah

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat. 3) Mengelola interaksi belajar mengajar. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 1) Menilai prestasi

Pelaksanaan supervisi ditujukan pada usaha-usaha menciptakan pengajaran yang berkualitas yang didukung dengan kinerja yang baik dan situasi mengajar yang kondusif dari seorang

pengembangan kondisi belajar yang optimal, 3) Kegiatan menciptakan iklim belajar mengajar yang baik, 4) Kegiatan evaluasi pembelajaran. Kegiatan latihan dan

Iklim kelas yang kondusif mendukung peserta didik untuk berperilaku disiplin dan terlebih lagi menentukan keberhasilan dalam penerapan sikap disiplin peserta didik di

mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif, memotivasi guru, dan memberikan inovator pada guru, dan (6) Mutu pendidik masih rendah merupakan salah satu indikator bahwa

dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif di kelas dapat.. dilakukan melalui prinsip kehangatan

Strategi bertanya adalah salah satu keterampilan dasar mengajar yang penting sebab keterampilan ini digunakan oleh yang bersangkutan dalam keseluruhan interaksi belajar- mengajar