PENGELOLAAN PERSAMPAHAN BERBASIS BANK SAMPAH SEBAGAI SOLUSI PENGELOLAAN
SAMPAH
(Studi kasus Kelurahan Balaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar)
SKRIPSI
Oleh
ASWIN WIJAYA STAMBUK. 45 12 042 010
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
ii :
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN BERBASIS BANK SAMPAH SEBAGAI SOLUSI PENGELOLAAN
SAMPAH
(Studi kasus Kelurahan Balaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar)
SKRIPSI
Oleh
ASWIN WIJAYA STAMBUK. 45 12 042 010
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN BERBASIS BANK SAMPAH SEBAGAI SOLUSI PENGELOLAAN SAMPAH
Disusun dan diajukan oleh
ASWIN WIJAYA STAMBUK. 45 12 042 010
Menyetujui : Menyetujui : Pembimbing I
Dr. Ir. Fuad Azis, DM, ST, M.si NIP. 19691019 200701 1 018
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Hamsina, ST.. M.Si NIDN. 0924067601
Ketua Prodi
Perencanaan Wilayah dan Kota
Jufriadi, ST., M.SP NIDN. 0931016802
Pembimbing II
Perencanaan Wilayah dan Kota
Jufriadi, ST., M.SP NIDN. 0931016802
iv
HALAMAN PENERIMAAN
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa, Nomor : A. 026 / SK / FT / UNIBOS / I / 2018 pada tanggal 19 Januari 2018 tentang PANITIA dan PENGUJI TUGAS AKHIR MAHASISWA JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, maka :
Pada Hari/Tanggal : Rabu / 24 Januari 2018.
Skripsi Atas Nama : ASWIN WIJAYA Nomor Pokok : 4512042010
Telah diterima dan disahkan oleh panitia Ujian Skripsi Sarjana Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar setelah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Sarjana dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Jenjang Strata Satu (S-1), pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.
TIM PENGUJI TUGAS AKHIR
Ketua : Dr. Ir. Syahriar Tato, MS., M.Hum ………
Sekertaris : S. Kamran Aksa, ST., MT ………
Anggota : Dr. Ir. Fuad Azis, DM, ST., M.Si ………
: Jufriadi, ST., MSP ………
Mengetahui,
Dekan Ketua Program Studi Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Hamsina, ST., M.Si Jufriadi, ST., MSP
NIDN 09-240676-01 NIDN 09-310168-02
v PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ASWIN WIJAYA
NIM : 45 12 042 010
Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 20 April 2018.
Yang Menyatakan
ASWIN WIJAYA
vi ABSTRAK
Aswin Wijaya, 2017 “Pengelolaan bank sampah berbasis bank sampah sebagai solusi pengelolaan sampah di kelurahan Balaparang Kecamatan Rappocini kota Makassar”. Dibimbing oleh Fuad Azis dan Jufriadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Teknik pengelolaan persampahan berbasis bank sampah sebagai solusi pengelolaan sampah dan mengetahui Arahan dan konsep pengelolaan bank sampah pada Bank sampah. serta mengetahui Efektifitas dari adanya bank sampah tersebut di ukur berdasarkan tingkat partisipasi apakah sesuai untuk menjadi solusi pengelolaan sampah.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis Swot dan analisis Chi Kuadrat untuk menghasilkan kesimpulan.
Kesimpulan utama dari penelitian ini berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat pada Lokasi penelitian adalah dinilai Efektif sebagai solusi pengelolaan sampah dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat, dan peran pengurus bank sampah juga diharapkan terus melakukan sosialisasi tentang bank sampah sebagai pengelolaan sampah yang baik sehingga jumlah sampah dapat tereduksi. Selain itu diharapkan juga peran pemerintah dalam memberikan perhatian pada kegiatan kegiatan pengelolaan sampah, sehingga pengelolaan sampah dikota Makassar dapat tereduksi dalam hal mengurangi laju pertumbuhan sampah khususnya dikota Makassar.
Kata Kunci : Bank Sampah, Pengelolaan Sampah.
vii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengelolaan Persampahan Berbasis Bank Sampah Sebagai Solusi Pengelolaan Sampah, Kelurahan Balaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana teknik bagi mahasiswa program S1 pada program studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Planologi Fakultas Teknik Universitas BOSOWA Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati :
 Bapak Dr. Ir. Fuad Azis, DM, ST, M.si sebagai pembimbing I,
 Bapak Jufriadi, ST, M.sp selaku pembimbing II, dan juga Selaku ketua prodi Prencanaan Wilayah dan Kota;
serta teman-teman planologi 2012 yang tak pernah berhenti memberi dukungan dan turut membantu yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.
Makassar, 20 April 2018.
Penulis
Aswin Wijaya
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PENERIMAAN……….. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR PUSTAKA... xv
DAFTAR RIWAYAR HIDUP ... ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Maksud penelitian ... 8
D. Tujuan penelitian ... 8
E. Ruang Lingkup Pembahasan ... 8
F. Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sampah ... 11
B. Pengertian sampah berbasis komunitas ... 14
C. Analisis kelayakan pengelolaan sampah ... 15
D. Sumber Sampah ... 18
1. Permukiman penduduk ... 19
2. Sampah dari daerah komersial ... 19
3. Sampah dari perkantoran ... 20
ix
E. Metode Penggolongan sampah ... 21
1. Reduce ... 21
2. Reuse... 22
3. Recycle ... 23
4. Replace/Residu ... 24
F. Pengolahan sampah ... 24
G. Karakteristik Sampah ... 32
H. Komposisi Sampah ... 34
I. Alur kebiasaan masyarakat membuang sampah ... 38
1. Sebelum ada bank sampah ... 38
2. Sesudah ada bank sampah ... 38
J. Bank sampah ... 39
1. Mekanisme kerja bank sampah ... 42
2. Keputusan pemerintah mengenai bank sampah... 43
3. Tujuan bank sampah ... 45
4. Manfaat bank sampah ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
B. Lokasi Penelitian ... 48
C. Populasi dan Sampel ... 48
D. Variabel Penelitian ... 49
E. Jenis dan sumber data ... 50
1. Data primer ... 50
2. Data sekunder ... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
G. Teknik Analisa Data ... 53
1. Analisis SWOT ... 53
2. Analisis Chi Kuadrat ... 66
H. Kerangka Pikir Pembahasan ... 70
x BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 71
1. Aspek Fisik dasar ... 71
2. Jumlah Penduduk kota makassar ... 73
3. Kebijakan pemerintah kota makassar ... 75
4. Aspek penduduk kota makassar ... 76
5. Penggunaan Lahan ... 77
6. Kebijakan pola tata ruang ... 79
7. Persampahan ... 80
B. Gambaran umum kecamatan Rappocini Kota Makassar ... 81
1..Letak Geografis ... 81
a. Letak Geografis ... 81
b. Topografi ... 82
c. Geologi ... 83
d. Hidrologi ... 83
e. Penggunaan Lahan ... 84
2. Keadaan penduduk kota makassar ... 85
a. Distribusi jumlah penduduk ... 85
b. Kepadatan penduduk ... 86
c. Jumlah penduduk menurut kelompok Umur ... 86
d. Jumlah penduduk menurut pendidikan ... 87
3. Aspek perekonomian ... 88
4. Kondisi Sarana ... 88
a. Perumahan ... 88
5. Kondisi PraSarana ... 89
b.. Persampahan ... 89
C. Gambaran Umum wilayah Studi Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Kota Makassar ... 92
1. Persampahan ... 93
a. Pemilihan dan pengumpulan ... 99
xi
b. Penimbangan dan Pencatatan ... 104
c. Penjualan sampah ... 106
d. Daur Ulang ... 111
e. Ekonomi yang dihasilkan... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132
B. Saran ... 133
.
xii DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Model Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS) Tahun...59
Tabel 3.2 Model Analisis Faktor strategis (EFAS) Tahun 2016………...61
Tabel 3.3 Model Matriks Analisis Swot Tahun 2001...63
Tabel 3.4 Patokan Interpresentase nilai presentase yang digunakan tahun 1998……….. 63
Tabel 4.1 Luas wilayah dan presentase luas wilayah dikecamatan Rappocini Tahun 2016...73
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2016………... 74
Tabel 4.3 Persebaran Kepadatan menurut kecamatan di kota Makassar Tahun 2016...76
Tabel 4.4 Penggunaan Lahan di Kota Makassar tahun 2016……… 79
Tabel 4.5 Jumlah Sampah Kota Makassar 2016...80
Tabel 4.6 Luas wilayah Berdasarkan Kecamatan Rappocini 2016...81
Tabel 4.7 Distribusi jumlah penduduk Kecamatan Rappocini Tahun 2016………...85
Tabel 4.8 Jum;ah penduduk menurut kelompok umur Tahun 2016...86
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2016....87
Tabel 4.10 Sumber Sampah di kecamatan Rappocini Tahun 2016……..89
Tabel 4.11 Sumber Sampah di kelurahan Balaparang tahun 2017...94
4.12 Data Timbulan Sampah pertahun Tahun 2017...101
4.13 Jumlah Nasabah yang menjual Sampah dibank sampah Tahun 2017………...102
4.14 Alasan Responden menjadi nasabah bank sampah Tahun 2017...104
4.15 Daftar kode Sampah dan nilai jual pada bank sampah Hasil Analisis, Tahun 2017...105
4.16 Jumlah nasabah yang menjual sampah 2 bulan terakhir. Hasil Analisis Tahun 2017...108
4.17 Alasan menjadi nasabah dari pendapatan ekonomis. Hasil Analisis Tahun 2017...113
xiii 4.18 Rigkasan Faktor Analisis Internal (IFAS). Hasil Analisis Tahun
2017...116 4.19 Rigkasan Faktor Analisis Eksternal (EFAS). Hasil Analisis Tahun
2017...117 4.20 Matriks Swot Hasil Analisis Tahun
2017...119 4.21 Jumlah Responden Banks sampah berdasarkan RT. Hasil Analisis
Tahun 2017...120 4.22 Jumlah persepsi Responden terhadap efektifitas bank sampah. Hasil
Analisis Tahun 2017...121 4.23 Analisis penilaian Responden terhadap efektifitas bank sampah.
Hasil Analisis Tahun 2017...122 4.24 Uji chi kuadrat hubungan partisipasi dengan efektifitas bank sampah.
Hasil Analisis Tahun 2017……...123 4.25 Pelaksanaan Teknis bank sampah. Hasil Analisis Tahun 2017... 126
xiv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3 R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Residu)
2016...21
Gambar 3.1 Gambar Variabel Kuadran 2016...66
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makasssar 2016...72
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2016...78
Gambar 4.3 Peta Administrasi Kecamatan Rappocini Tahun 2017...82
Gambar 4.4 Peta Distribusi Persampahan Kec. Rappocini Tahun 2017..90
Gambar 4.5 Peta Persebaran Persampahan kec. Rappocini Tahun 2017...91
Gambar 4.6 Peta Kelurahan Ballaparang tahun 2017...95
Gambar 4.7 Peta Distribusi Persampahan Kelurahan Balaparang Tahun 2017...96
Gambar 4.8 Peta Persebaran Persampahan Kelurahan Balaparang Tahun 2017………...97
Gambar 4.9 Manejemen Operasional Prosedur Bank Sampah Tahun 2017...98
Gambar 4.10 Proses pemilihan dan pengumpulan sampah di bank sampah Tahun 2017...99
Gambar 4.11 Presentase jumlah nasabah yang menjual sampah pada bank sampah Tahun 2017...102
Gambar 4.12 Buku Besar nasabah pada bank sampah pelita, Tahun 2017...103
Gambar 4.13 presentase jumah nasabah yang menjual sampah di bank sampah pelita, Tahun 2017... ...108
Gambar 4.14 Buku Tabungan Sampah pada bank sampah pelita, Tahun 2017...109
Gambar 4.15 proses daur ulang Sampah pada bank sampah pelita, Tahun 2017...110
Gambar 4.16 Hasil daur ulang Sampah pada bank sampah pelita, Tahun 2017...111
Gambar 4.17 Proses pengolahan pupuk kompos pada bank sampah pelita, Tahun 2017...112
xv Gambar 4.18 Tingkat partisipasi masyarakat dikelurahan balaparang,
Tahun 2017...122 Gambar 4.19 Peta lokasi penelitian dikelurahan balaparang, Tahun
2017...125 Gambar 4.20 Peta Master Plan Pengelolaan Bank Sampah, Tahun
2017...129
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.
Seiring peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, saat ini pengelolaan sampah sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Masyarakat hanya melakukan pengumpulan sampah di rumah masing-masing, kemudian sampah di ambil oleh tukang pengumpul sampah (petugas sampah) sesudah itu tukang pengempul sampah membawa sampah tersebut ke TPS (Tempat Penyimpanan Sementara), dari TPS sampah di angkut oleh mobil sampah kemudian dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menjelaskan tentang perlunya perubahan pola pengelolaan sampah konvensional menjadi pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan kegiatan pembatasan timbulan sampah, mendaur ulang dan memanfaatkan kembali sampah atau dikenal dengan 3R (reduce, reuse, dan reycle).
Penerapan kegiatan 3R di masyarakat masih terkendala terutama oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Utami (2008) mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga tanpa adanya upaya mengurangi volume sampah menimbulkan pemborosan
2 sumber daya karena untuk proses pengangkutan dan pembuangan membutuhkan biaya yang besar. Lebih lanjut Bhat dalam Utami (2008) menyebutkan bahwa biaya pengangkutan dan pembuangan sampah mencapai 70-80% dari total biaya pengelolaan sampah kota.
Suatu usaha yang bisa dilakukan setiap rumah agar kapasitas TPA di Piyungan tidak melebihi, antara lain : pertama, mengurangi bakal sampah.
Artinya ketika kita berbelanja mungkin setiap hari kita mendapatkan plastik yang digunakan untuk membungkus. Barang plastik tersebut sebenarnya bisa diminamalisir dengan cara mengurangi berbelanja yang menggunakan plastik. Kedua, memilih dan memisah sampah. Artinya ketika kita akan membuang sampah kita harus memisahkan antara sampah organik dan anorganik atau yang tidak mudah diurai.
Pemerintah menetapkan aturan terkait ekosistem atau lingkungan hidup yang tertuang dalam UU Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 4 yang berbunyi bahwa ekosistem merupakan unsur lingkungan hidup yang merupakan satu kesatuan secara menyeluruh dan saling terkait dalam menciptakan keseimbangan, keberlanjutan dan produktivitas untuk lingkungan hidup sekitarnya. Kehidupan yang berlangsung dengan berbagai realitas menurut tatanan dan ekologi seperti keseimbangan, evolusi, kompetisi dan lain sebagainya. Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan dengan berbagai jenis makhluk hidup baik yang hidup maupun yang mati sehingga bisa mempengaruhi kesejahteraan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
3 Pengertian sampah yakni suatu bahan yang hanya dibuang dari sumber yang dihasilkan kegiatan individu yang belum bisa menghasilkan nilai ekonomis. Sampah juga bisa dibagi menjadi dua, yakni sampah organik atau sampah basah dan sampah anorganik atau sampah kering.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup, antara lain : daun-daun, sampah berasal dapur, sampah ini bisa membusuk secara alami. Sampah anorganik contohnya antara lain : botol, plastik, kertas, kaleng, sampah jenis ini tidak bisa hancur secara alami serta memerlukan pengelolaan dari individu. Pengelolaan sampah merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menangani sampah yang menimbun sampai dengan tempat pembuangan akhir.
Bank sampah adalah tempat mengumpulkan berbagai macam sampah yang telah dipisah pisahkan sesuai dengan jenisnya untuk disetorkan ketempat bengkel kerja kesehatan lingkungan atau yang lebih akrabnya disebut, Bank sampah, hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat diambil atau dicairkan sekitar tiga bulan sekali. Sampah sampah yang disetorkan kebank sampah dibedakan atas beberapa jenis, seperti sampah organic maupun sampah non organic, misalnya : plastic, besi, potongan sayur, dan lain lain. Dengan begitu sampah yang masih bisa didaur uang seperti samah organic tetap bisa digunakan menjadi bahan pelapis sandal, tas, dan perabot lainnya.
Bank sampah pertama diindonesia adalah bank sampah yang didirikan oleh masyarakat Dusun bandengan, Bantul di Yogyakarta dengan nama gemah ripah menjadi pelopor bank sampah diindonesia.
4 Bank sampah bekerjasama dengan pengepul plastic, kardus dan lain lain, untuk bisa merupiahkan tabungan sampah masyarakat. Juga dengan pengolahan pupuk organic untuk menyalurkan sampah organic yang ditabungkan. Konsep Bank sampah mulai banyak dilakukan diindonesia, dimana masyarakt dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi barang bermanfaat, hal tersebut disampaikan direktur jendral pegendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (PP dan PL), tjandra Yoga Aditama.
Bank sampah merupakan system pengolahan berbasis rumah tangga, dengan memberikan sejumlah upah dengan uang tunai atau kupon gratis kepada mereka yang berhasl memillah dan menyetor sejumlah sampah.
Bank sampah dibuat dengan mengikuti undang undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah bahwa prinsipnya dalam mengolah sampah reduce, reuse, dan recycle yang artinya dalah mengurangi menggunakan kembali, dan mengolah. Undang undang tersebut merupakan upaya pemerintah dalam memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik dan sehat kepada masyarakat indonsia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945. Selain itu penyusunan undang undang ini bertujuan untuk meningkatkkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta wujud upaya pemerintah dalam menyediakan landasan hukum bagi hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dengan begitu volume sampah yang ada dimasyarakat dan di TPA dapat berkurang atau yang biasa disebut dengan reduce (pengurangan volume atau jumlahnya). Bank
5 sampah dalam Suatu kota kota juga mempunyai peranan penting karena penilaian tersebut melihat sejauh mana masyarakat kotanya dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri.
Manfaat dari Program bank sampah adalah mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mampu mengurangi angka pengangguran. Pembangunan bank sampah merupakan momentum awal membina kesadaran masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru di Indonesia, sehingga tidak digunakan lagi system angkut buang. pengelolaan sampah melalui bank sampah selain menabung sampah juga berupaya untuk memberdayakan masyarakat dalam mengurangi sampah yang ditimbulkan yang semakin meningkat, memanfaatkan sampah, dan melakukan daur ulang sampah untuk menambah pendapatan ekonomi. Selain itu hasil yang diberikan oleh adanya program bank sampah yaitu jumlah reduksi sampah mengalami peningkatan sebanyak 858.824 kg/20.508 PCS, sesuai data dibawah ini.
Bank Sampah dikota Makassar pada tahun 2016 jumlah bank sampah dikota Makassar sebanyak 368 unit, dan memiliki jumlah nasabah sebanyak 12.350 orang, jumlah sampah perhari dikota Makassar adalah 400 Ton atau sekitar 3.251,74 m³/hari, dan menghasilkan reduksi sampah sebanyak 858.824 KG/20.508 PCS. Bank sampah di Kota Makassar mulai beroperasi sejak tahun 2011 sebanyak 9 unit bank sampah. Jumlah
6 sampah yang dikelola melalui bank sampah di Kota Makassar sebesar 3814,5 kg/bulan dari total timbulan sampah per bulan di Kota Makassar.
Kelurahan ballaparang RW 04 merupakan daerah padat penduduk yang tentu saja akan meningkatkan jumlah sampah di daerah ini. Sampah yang banyak di daerah ini diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang tidak terlayani dengan baik. Masyarakat secara umum menganggap bahwa sampah adalah benda dianggap sudah tidak dapat berguna lagi sehingga semua jenis benda yang sudah dipakai akan dibuang ke tempat pembuangan sampah, dan mengakibatkan laju pertumbuhan sampah semakin meningkat. Maka dari itu untuk menangani hal ini dalam penanganan sampah maka dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan pengelolaan sampah berbasis bank sampah melalui tingkat partisipasi masyarakat. Salah satu upaya penanganan sampah di masyarakat adalah melalui bank sampah. Bank sampah merupakan cara untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap sampah serta manfaat lainnya yaitu lingkungan menjadi bersih dan manfaat ekonomi langsung dari sampah.
Bank sampah Pelita Harapan yang terletak di RW 04 Kelurahan Ballaparang memulai kegiatan bank sampah pada bulan Oktober 2011.
Bank sampah ini menerima sampah organik dan non organik, seperti kertas, plastik dan besi. Pengadaan bank sampah menjadi salah satu solusi pengelolaan yang tepat untuk mewujudkan kemandirian dalam menegakkan budaya membuang sampah pada tempatnya. Menyimpan sampah mungkin terdengar tidak lazim sebab sampah adalah sesuatu
7 yang biasanya kita buang. Tapi inilah yang dilakukan warga Rapocini, Kelurahan Ballaparang, Makassar. Mereka mengumpulkan, menyimpan lalu bahkan menabung sampahnya. Dengan banyaknya kasus yang timbul akibat pengeloaan sampah yang tidak efektif mengakibatkan masalah sampah tidak terkelolah dengan baik, sehingga sampah dapat menjadi masalah masyarakat pada masa yang akan datang, oleh sebab itu pegelolaan sampah melaui bank sampah mulai dari tahap pewadahan sampai pembuangan akhir dan tingkat efektifnya harus di tingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah tugas akhir ini dengan judul :
“Pengelolaan persampahan berbasis Bank sampah sebagai solusi pengelolaan sampah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraiannya, sehubungan dengan persampahan Kota Makassar yang akan diselesaikan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik pengelolaan sampah melalui Bank Sampah di Kelurahan Balaparamg Kec. Rappocini Kota Makassar.
2. Bagaimana Efektifitas terhadap bank sampah di kel. Balaparang Kec. Rappocini Kota Makassar.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Teknik Pengelolaan Persampahan melalui bank sampah dan efektivitas pengelolaan sampah melalui bank sampah.
8 2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Mengetahui Bagaimana Teknik Pengelolaan persampahan melalui Bank Sampah.
b) Mengetahui efektivitas pelaksanaan Bank Sampah dalam sistem pengelolaan sampah.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mengarahkan penulis pada penelitian ini, maka diberikan batasan masalah dengan tanpa mengurangi bobot penelitian agar penulis dapat lebih fokus dan terarah pada suatu batasan tertentu. Adapun batasan masalah dalam studi ini adalah Lokasi penelitian di Kecamatan Rappocini, Kelurahan Ballaparrang, Bagaimana Teknik pengelolaan Bank Sampah, serta Perhitungan besaran timbangan sampah dan pengukuran volume sampah perhari dan jenis sampling yang digunakan sesuai standar SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan Sampah Perkotaan. Dan mengetahui efektifitas dari adanya bank sampah khususnya dikelurahan. Balaparang.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diterangkan mengenai latar belakang studi yang mendasari pengangkatan tema pada tugas akhir ini, permasalahan
9 yang berisi tentang masalah yang hendak dipecahkan oleh penulis, tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang diharapkan, batasan masalah untuk mempersempit ruang lingkup,dan sistematika penulisan laporan yang dipakai dalam tugas akhir ini sehingga bisa dipahami secara sistematis.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penyelesaian tugas akhir ini penulis berpedoman pada beberapa penelitian tentang pengelolaan sampah perkotaan serta Standar Nasional Indonesia tentang persampahan. Serta pengertian pengertian, konsep dan teori persyaratan.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang urutan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian yang berupa survey dan investigasi langsung di lapangan.
BAB IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas tentang bagaimana memecahkan masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini dengan metode teknik sampling sampah dan bantuan perhitungan lainnya.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi menjelaskan hasil penelitian dan kesimpulan dari penyelesaian masalah yang diangkat dan memberi
10 saran bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan lokasi di masa mendatang.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sampah dan Permasalahannya
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investigasi pembangunan.
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota (SNI 19-2454- 2002).
Sampah adalah bahan sisa baik bahan-bahan yang tidak berguna lagi (barang bekas) maupun barang yang sudah tidak diambil bagian utamanya lagi. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan (Nur Aini Ulin Hikmah, 1999).
Menurut Kamus Istilah Lingkungan, 1994; sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.
Pengertian sampah menurut SNI 13-1990-F tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah yang
12 merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia telah menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks, antara lain (Tchobagnolous, 1993) :
 Masalah estetika dan kenyamanan.
 Merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor penyakit.
 Menyebabkan terjadinya polusi udara, air dan tanah.
 Menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran-saluran air buangan dan drainase.
Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan munculnya permasalahan sampah di perkotaan. Permasalahan sampah umumnya terjadi pada setiap kota di Indonesia, diantaranya adalah (Tchobanoglous, 1993) :
1. Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi logis dari pertambahan penduduk kota.
2. Peningkatan kepadatan penduduk memerlukan peningkatan metode/pola pengelolaan sampah yang lebih baik.
3. Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota.
4. Situasi dana serta prioritas penanganan relatif rendah dari pemerintah daerah.
5. Pergeseran teknik penanganan makanan.
6. Keterbatasan sumber daya manusia untuk menangani masalah sampah.
7. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang sangat lambat.
13 8. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang terarah dan
terorganisasi secara baik.
9. Konsep pengelolaan persampahan yang kadangkala tidak cocok untuk diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut di lapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Selamet Hartanto dengan judul Pengelolaan Sampah Berbasis Masalah, Perilaku Terencana Terhadap Niat dan Pengelolaan Sampah Secara Berkelanjutan.ini menyatakan bahwa terdapat beberapa aspek terkait pengelolaan sampah, pertama, konsep niat dalam mengelola sampah dibentuk oleh variabel sikap, norma subyektif, wirausaha dan spiritualitas pihak pengelola sampah. Kedua, konsep prilaku ekonomi yang berkelanjutan dibentuk dari keyakinan dan sudut pandang dari pihak internal pengelola Bank Sampah. Ketiga, konsep prilaku pengelolaan lingkunga yang berkelanjutan membutuhkan pendidikan bagi masyarakat yang berkelanjutan.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau dibuang (Hendargo 1994). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Murtadho (1988) membedakan sampah atas sampah organik yang mudah lapuk (garbage) dan sampah anorganik yang tidak mudah lapuk (rubbish). Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari pertanian.Sampah ini mempunyai sifat mudah terurai oleh mikroorganisma
14 dan mudah membusuk karena mempunyai rantai karbon yang pendek.
Sampah anorganik adalah sampah padat bersifat kering dan sulit terurai oleh mikroorganisma karena memiliki rantai karbon yang panjang dan komplek seperti kaca, besi, plastik dan sebagainya.
B. penggolongan Sampah Berbasis Komunitas
Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu (Prajudi, 1980). Umumnya di Indonesia, pengelolaan sampah masih dilakukan secara konvensional yaitu dengan pengumpulan sampah, pemisahan, pembakaran dan pembuangan sampah atau penimbunan sampah. Utami et al. (2008) telah melakukan kajian tentang pengelolaan sampah berbasis komunitas studi kasus pengelolaan sampah di Widomartani (Sleman, Yogyakarta) dan Banjarsari (Jakarta Selatan) yaitu melihat aspek kelayakan berdasarkan aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial budaya, kebijakan dan kelembagaan.
Penelitian serupa dilakukan oleh Sitohang (2008) yaitu analisis financial dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan dana untuk biaya- biaya operasional serta mengidentifikasi laba rugi usaha baik selama beroperasi dengan subsidi pemerintah maupun tanpa subsidi pemerintah.
Layak tidaknya subsidi untuk diinvestasikan pada usaha pengelolaan sampah Rumah kompos ini tergantung pada hasil analisis NPV, IRR, Net B/C ratio dan sensitivitas.
C. Analisis Kelayakan dalam Pengelolaan Sampah
15 Pemanfaatan sampah adalah usaha untuk mengubah sampah dari barang yang bersifat economic bad menjadi economic good sehingga dapat masuk kembali dalam kegiatan produksi dan konsumsi sekaligus mengurangi limbah yang akan mencemari lingkungan. Sudarmanto (2010) membuat skema pemanfaatan sampah mulai dari pemisahan sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya sampah organic dikumpulkan dan melalui proses composting (pengomposan). Sedangkan untuk sampah anorganik didaur ulang dengan melalui proses penggilingan.
Sampah anorganik yang telah digiling selanjutnya disalurkan sebagai bahan baku industri. Guna mewujudkan terciptanya pengelolan sampah yang baik dan valueble, maka diperlukan sentuhan tektologi. Skema pemanfaatan sampah dengan asumsi 1000 KK (2 ton/hari) menunjukkan jumlah kompos yang dihasilkan dari sampah organik yaitu sebanyak 0.4 ton (20%) dari 1.6 ton sampah oraganik.
Fatimah (2009) menggali aspek kelayakan pengelolaan sampah sebagai pembangkit tenaga listrik. Hasil analisis deskriptif untuk aspek teknis diketahui PLTSa berlokasi di TPA Galuga, input 250 ton sampah kota dengan output listrik 1600 kwh per-hari. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa untuk membuat PLTSa membutuhkan sumber daya yang sangat banyak mulai dari kebutuhan tenaga kerja sebanyak 347 orang dengan total biaya investasi mencapai Rp50 347 703 000. pada penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2010). Sudarmanto menyebutkan bahwa selain membutuhkan tidak terlalu banyak tenaga kerja, investasi yang dibutuhkan relatif kecil yaitu sebanyak Rp77450 000. Sementara itu,
16 jika dibandingkan berdasarkan faktor teknis, pengelolan sampah dengan teknik pembuatan kompos dan penggilingan plastic lebih aplikatif dibandingkan dengan PLTSa yang tentusaja membutuhkan kemampuan serta pengetahuan khusus.
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima sipanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau dikenal sebagai banknote. Sedangkan menurut undang Republik Indonesia no.21 tahun 2008 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak digunakan lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak berguna lagi. Sedangkan pengertian sampah menurut word health organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan atau tidak dipakai. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) peran berarti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat. Sedangkan makna peran dijelaskan dalam status, kedudukan, dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas denan lakon tertentu.
17 Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Atau peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi formal yang diberikan baik secar formal maupun informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyaangkut peran peran tersebut. (Friedman, M, 1998 : 286).
Menurut Sarlito Wirawan, bahwa harapan tentang peran adalah harapan harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.
Secara istilah, bank sampah terdiri atas dua kata yaitu kata bank dan sampah. Kata bank berasal dari bahasa latin italia yaitu banque yang berarti tempat penukaran uang. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa jasa ban lainnya. Kemudian menurut undang no. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank sampah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk lsin dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
18 Sedangkan pengertian sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat akibat aktifitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Sampah pengertian diatas adalah benda yang sudah tidak memiliki manfaat apapun bagi kehidupan manusia sehungga benda tersebut dibuang, dan keberadaanya benda tersebut tidak bisa dihindari selama masih ada aktifitas manusia.
Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan peraturan pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga yang juga merupakan peraturan pelaksana dari undang undang no.18 tahun 2008 tentang pengelolan sampah sekaligus memperkuat landasan hukum bagi penyelenggaraan sampah di Indonesia.
D. Sumber Sampah
Sampah dapat dijumpai dibanyak tempat dan hampir semua kegiatan.
Pada dasarnya sumber sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori sebagai berikut :
1. Pemukiman penduduk
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton / dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadang sampah berukuran besar seperti dahan pohon.
Praktis tidak terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara industri,
19 seperti mebel, TV bekas, kasur dll. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok rumah yang berada dalam suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah tinggal yang berupa rumah susun. Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterei, lampu TL (tubular lamp), sisa obat-obatan, oli bekas, dll.
2. Sampah dari daerah komersial
Sumber sampah dari kelompok ini berasal dari pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah, makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini adalah mirip dengan sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.
3. Sampah dari perkantoran / institusi
Sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar.
4. Sampah dari jalan / taman dan tempat umum
Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase kota, dll. Dari daerah
20 ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun / dahan pohon, pasir / lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dll.
5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota
Kegiatan umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana agar sampah yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem pengelolaan sampah kota.
6. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Dari daerah pertanian ini misalkan sampah dari kebun, kandang, ladang, dan sawah. Sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan yang membusuk, sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
E. Metode Penggolongan Sampah
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat
21 perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.
Gambar 2.1. 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Residu) 1. Reduce (mengurangi penggunaan)
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reduce :
 Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar
 Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain,
 Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
 Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
22
 Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan).
 Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet) .
 Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain)
 Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
 Tolak penggunaan kantong plastik
 Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan
 Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu
 Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu.
2. Reuse (menggunakan ulang)
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reuse:
 Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
 Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
 Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
23
 Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah
 Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan
 Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
 Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem
 Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
 Majalah atau buku untuk perpustakaan
 Kertas koran digunakan untuk pembungkus.
3. Reycle (daur ulang)
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang- barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program recycle:
 Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
 Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
 Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniature.
4. Replace/Residu
Artinya, mengganti, adapun maksudnya yaitu dengan cara mengganti barang yang ramah lingkungan. Contoh mengganti
24 pemakaian kantong plastic yang biodegradable, sebab kantong plastic yang satu ini lebih ramah lingkungan sebab mudah diuraikan. Selain itu juga bisa mengubah botol minuman menjadi botol yang bisa dimanfaatkan berulang kali, seperti botol yang terbuat dari aluminium.
F. Pengolahan Sampah
Sampah yang ada disekitar kita cukup beraneka ragam. Ada beberapa macam penggolongan sampah, yang didasarkan atas beberapa kriteria seperti sumber asal, karakteristik, bentuk, lokasi, komposisi, proses terjadinya, sifat, atau jenisnya.
1. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
a) Sampah seragam. Sampah hasil kegiatan industri umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon dan semacamnya yang masih tergolong seragam atau sejenis.
b) Sampah Campuran. Misalnya, sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan bercampur menjadi satu.
2. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
a) Sampah padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik dan logam.
b) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bekas cairan yang tumpah, tetes tebu, dan limbah industri yang cair.
25 c) Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, amonia, H2S
dan lainnya.
3. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
a) Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar.
b) Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan.
4. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya
a) Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami. Misalnya rontokan dedaunan.
b) Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan manusia. Misalnya plastik dan kertas.
 Konsep pengelolaan Sampah.
Konsep pengelolaan Sampah yang dilakukan dibank sampah adalah penerapan konsep (zero waste) yakni pendekatan serta penerapan system teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi sampah sesedikit mungkin. Dan juga konsep ini merupakan konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam undang nomor 18 tahun 2008, yaitu pengelolaan sampah melalui pendekatan reduce, reuse dan recycle atau sering dikenal dengan 3R.
Sistem pengelolan sampah berbasis masyarakat (PSBM) dicirikan oleh adanya keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan perencanaan dan pengoperasian system tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat menut (Yuwono, 2008: 3) yaitu,
26
 Keterlibatan masyarakat
 Kejelasan batasan wilayah
 Strategi pengelolaan sampah yang terpadu
 Pemanfaatan sampah yang optimal
 Fasilitas persampahan yang memadai
 Kelompok penggerak yang mumpuni
 Optimalisasi pendanaan sendiri
 Pola kemitraan yang menguntungkan
Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan. Menjangkau sumber sumber produktif yang memungkinkan barang barang dan jasa jasa yang mereka perlukan, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan keputusaan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Selanjunya, kartasasmita dalam buku isu isu temtik pembanguna sosial yang ditulis Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi potensi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat.
Dengan kata lain menjadikan masyarakat menjadi sejahterah.
27
 Konsep pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masayarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai nilai sosial. Konsep ini membangun paradigma baru dalam pembangunan, yakni bersifat people-centered, participatory, empowering, and sustainable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata mata mempengaruhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya untuk mencari alternative terhadap pertumbuhan pertumbuhan di masa lalu.
Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakt memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yag sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat(empowering). Dalam rangka inidiperlukan langkah langkah positif, selain dari hanya mencuptakan iklim dan suasana.
Perekrutan ini juga meliputi langkah langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai macam masukan (input), serta
28 pembukaan akses kedalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat makin berdaya.
Dalam upaya pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena itu kekurang berdayaan menghadapi yang kuat.
Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan stimulant sampai ambang batas tercapainya keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan semua segmen yang diperintah. Menurut Ndraha, diperluakn program pemeberdayaan antara lain :
1. Pemberdayaan politik, yang bertujuan meningkatkan daya tawar yang diperintah terhadap pemerintah. Bargaining ini dimaksudkan agar yang diperintah mendapat apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jaa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan orang lain. Utomo menyatakan bahwa birokrasi yang berdaya dan tangguh adalah yang memiliki kualitas kehidupan kerja (quality of work life) yang tinggi dan berorientasi pada : Patisipasi dalam pengembilan keputusan, (Participation in decision making), program pengembangan karir ( career development program), gaya kepemimpinan (leadership style), derajat tekanan yang dialami oleh
29 karyawan (the degrees of stress experience by employees), dan budaya organisasi (the culture of the organization).
2. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukkan dalam upaya meningkatkan kemampuan seseorang sebagai konsumen agar dapat berfungsi sebagai penanggung jawab dari dampak negatif pertumbuhan, pembangunan, kegagalan proram, dan akibat kerusakan lingkungan.
3. Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui human investment guna meningkatkan nilai manusia, penggunaan, dan perlakuan yang adil terhadap manusia.
4. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan, agar pihak yang diperintah dan lingkungannya mampu beradaptasi secara kondusif dan saling menguntungkan.
Menurut mangantas tampubolon sebagaimana yang dikutip oleh zubaidi, bahwa pemberdayaan dikaji dalam prosesnya, maka proses pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :
a. Mengenal masyarakat setempat, mengetahui karakteristik masyarakat setempat yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbale balik antara petugas dengan masyarakat.
30 b. Mengumpulkan pengetahuan tentang masyarakat setempat.
Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat.
c. Merangsang masyarakat untuk menyadari bahwa ia memiliki masalah. Di dalam masyarakat yang terikat adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar, mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan dan juga kebutuhan yang perlu dipenuhi.
d. Menetukan proram aksi. Masyaraat perlu diberdayakan untuk menentukan suatu program yang akan dilakukan, program aksi tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas.
Pengelolaan Sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulak sampai dengan pembuangan akhir.
Diantaranya kegiatan sampai meliputi suatu penanganan yang diadakan ditempat, pengumpulan sampah, transfer, dan transport, dan pengolahan.
a. Penanganan di tempat (on place handling)
Penanganan sampah ditempat adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan dilokasi tempat pembuangan, penanganan sampah ditempatkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap tahap yang meliputi pemilihan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang, dengan tujuan untuk mereduksi besarnya timbunan sampah.
b. Pengumpulan (collection)
31 Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah ddari subernya menuju ketempat pembuangan sementara, ddan pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2, yaitu pola individual dan pola komunal.
c. Pengangkutan (transfer/transport)
Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah.
d. Pengolahan (processing)
Sampah dapat diolah tergantung komposisinya, berbagai alternative yang tersedia dalam proses pengolahan sampah diantaranya :
1) Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan.
2) Pembuatan kerajinan daur ulang, yaitu mengubah sampah kering (An-organik) menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis.
3) Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses mikrobologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.
G. Karakteristik Fisik Sampah
Sampah yang berasal dari pemukiman / rumah tangga dan daerah komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat
32 berkategori B3. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi, sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu. Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat.
Menurut Damanhuri, 2006 ; karakteristik sampah pemukiman / rumah tangga dibedakan atas beberapa kelompok, antara lain :
1. Sampah kertas, merupakan sampah anorganik yang sangat sulit diuraikan dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai.
Buku, koran, dan karton termasuk didalamnya.
2. Sampah kaca, terdiri atas botol kaca, cermin, keramik, balon lampu, dan lain-lain.
3. Sampah logam, dapat berupa besi, kaleng, seng, pelat tipis dan sejenisnya.
4. Sampah plastik, terdiri atas botol minuman, kemasan makanan, botol obat, botol shampoo atau handbody, pipa air, kabel listrik, jergen, ember, piring dan gelas berbahan plastik lainnya.
5. Sampah kulit, merupakan sampah yang berbahan dasar kulit seperti sepatu. Juga termasuk didalamnya sampah berbahan dasar karet, seperti karet gelang, balon, ban, dan sejenisnya.
33 NO Komposisi Sampah Persentase
1 Kertas dan Karton 35%
5 Kayu 3%
6 Plastik, Karet, dan Kulit 7%
7 Lain-lain 6%
4 Sampah Halaman dan
Dapur 37%
2 Logam 3 Gelas
6. Sampah kayu, terdiri atas tusuk sate, ranting dan cabang pohon, serpihan kayu, dan sejenisnya.
7. Sampah tekstil, misalnya kain, popok, karpet, gorden, taplak, selimut, dan sejenisnya.
8. Sisa makanan, umumnya berasal dari sampah dapur seperti sayuran, bubuk dan saringan kopi atau teh, tulang, dan sejenisnya.
9. Dan lain-lain, seperti tanah, pasir, batu, bahan kimia, obat-obatan.
H. Komposisi Sampah
Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah disetiap kota bahkan Negara hampir sama, yaitu :
Tabel 2.1 Komposisi Sampah
Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.
Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, keramik).
Sumber : Achmadi, 2004
34 Komposisi sampah mencakup persentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, plastik, logam dan lain-lain. Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang dan pembuatan kompos serta kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi alternatif (Darmasetiawan, 2004). Komposisi sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi.
2. Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi.
3. Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.
4. Tingkat sosial ekonomi: daerah ekonomi tinggi pada umunya menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya.
5. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.
35 6. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas,sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
Komposisi sampah dibagi ke dalam kategori sampah yang terdekomposisi dan sampah yang tidak terdekomposisi. Sampah yang membusuk (garbage), terutama yang berasal dari sisa makanan adalah sampah yang mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme.
Sampah kelompok ini dikenal sebagai sampah basah atau sampah organik. Sampah basah berpotensi untuk diproses dengan pengomposan.
Sedangkan sampah yang tidak membusuk (refuse) yang terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dll. Sampah kering atau anorganik sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya seperti pembakaran.
 JENIS JENIS SAMPAH :
Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.
 Organik. Misalnya : sisa makanan, daun, sayur, dan buah
 Anorganik. Misalnya : kertas, plastic, daun kering, kayu.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
 Mudah terbakar. Missal : kertas plastic, dau kering, dan kayu.
 Tidak mudah terbakar. Misalnya : kaleng, besi, gelas, dll.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
36
 Mudah membusuk. Misalnya : sisa makanan, potongan daging dll
 Sulit membusuk. Misalnya : plastic, karet dll 4. Berdasarkan cirri atau karakteristik sampah.
 Garbage, terdiri atas zat zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan ditempat permukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar dll.
 Rubbish, terbagi menjadi dua :
 Rubbish mudah terbakar atas zat zat organic, misalnya : kertas, kayu, karet, daun kering dll.
 Rubbish tidak mudah terbakar terdiri dari zat zat anorganik, missal : kaca, kaleng besi, dll.
 Ashes, semua sisa pembakaran dari industry.
 Sweet sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktifitas mesin atau manusia.
 Dead Animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan
sebagainya) yang mati akibat kecelakaan secara alami.
I. Alur Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah
Dengan adanya bank sampah alur kebiasaan masyarakat membuang sampah menjadi lebih baik, berikut gambaran alur kebiasaan membuang sampah masyarakat sebelum ada bank sampah dan sesudah ada bank sampah :
37 1. Sebelum Ada Bank Sampah
 Pola individu
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber (rumah masyarakat) sampai TPA. Pertama sampah-sampah yang berada di rumah dikumpulkan oleh masyarakat di rumah masing-masing, kemudian sampah di ambil oleh tukang pengumpul sampah (petugas sampah) sesudah itu tukang pengumpul sampah membawa sampah tersebut ke TPS (Tempat Penyimpanan Sementara), dari TPS sampah di angkut oleh mobil sampah kemudian dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
2. Sesudah Ada Bank Sampah
 Pola individu
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber (rumah masyarakat) sampai masyarakat luas. Pertama sampah-sampah yang berada di rumah dikumpulkan oleh masyarakat di rumah masing-masing, kemudian disimpan di tempat memilah sampah organik dan anorganik, setelah itu masyarakat menyetorkan sampa ke Bank Sampah, kemudian Bank Sampah mengolah sampah sesuai jenisnya (organik dan anorganik), dan hasil pengolahaan di jual lagi kemasyarakat luas.
J. Bank Sampah
Konsep bank sampah mulai banyak dilakukan di Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi bahan bermanfaat (Tjandra Yoga Aditama).
Bank Sampah merupakan salah satu alternatif mengajak warga peduli dengan sampah, yang kosepnya mungkin dapat dikembangkan di daerah-
38 daerah lainnya. Sistem pengelolaan bank sampah sendiri berbasis rumah tangga, dengan memberikan upah berupa uang tunai atau kupon gratis kepada mereka yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Menurut Arikunto (2002:9) variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan variable tunggal yaitu pengelolaan bank sampah. Dan akan dipaparkan indikator indikator dan variabel tunggal tersebut, yaitu, pemilihan dan pengumpulan, penimbangan dan pencatatan, penjualan sampah, daur ulang dan ekonomi. Seperti halnya juga dalam dunia perbankan, untuk memasukkan data maupun mengolah data transaksi, nasabah maupun data lainnya yang menggunakan sistem yang belum terkomputerisasi kerap sekali terjadi kesalahan. Apabila terjadi ketidak akuratan data, maka akan mempengaruhi terhadap proses laporan terutama pada saat perhitungan profit dan pembukuan setiap tahunnya. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya kegiatan manusia yang begitu beragam.
Setiap kegiatan manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah berbanding lurus dengan tingkat konsumsi barang yang kita gunakan sehari-hari, dan jenis sampah juga sangat tergantung dari material yang kita konsumsi. Penanganan sampah dengan sistem lama yang menekankan pada unsure penimbunan sampah kemudian dilakukan pembuangan/pemusnahan dengan dibakar atau dibuang di sembarang tempat seharusnya mulai diubah. Demikian pula penanganan dengan sistem “kumpul-angkut-buang” yang menimbulkan masalah di wilayah lain perlu segera dibenahi. Salah satu upaya perbaikan sistem pengelolaan