PENGELOLAAN TANAMAN OBAT
TUTI SETYANINGRUM
d. Kegiatan penanganan pascapanen yang berbeda dari
bagian-bagian tanaman obat yang dimanfaatkan
Tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional/ obat alam harus mengalami beberapa tahap penanganan sebelum menjadi simplisia, diantaranya: budidaya, panen dan penanganan pascapanen.
Tanaman budidaya sebagai sumber bahan baku memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tumbuhan liar (kejelasan asal-usul bahan, kemurnian spesies, umur dan saat panen, cara panen, dan iklim yang mendukung/kondisi tempat tumbuh).
Budidaya yang baik tanpa diikuti penanganan pascapanen yang sesuai akan menurunkan mutu bahan baku secara kualitas dan kuantitas.
Pengelolaan pascapanen tanaman obat:
suatu perlakuan yang diberikan pada hasil panen tanaman obat hingga
produk siap dikonsumsi atau menjadi simplisia sebagai bahan baku obat alam.
Tujuan: memproteksi bahan baku dari kerusakan fisik dan kimiawi sehingga dapat mempertahankan mutu bahan baku/simplisia tersebut.
Tahap pengelolaan pascapanen tanaman obat: pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
Berdasarkan asalnya simplisia dibedakan menjadi tiga:
a. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang keluar secara spontan dari tanaman atau dg cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lain yang dipisahkan dari tanamannya secara tertentu).
b. Simplisia hewani: simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat- zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni c. Simplisia pelikan/mineral: adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia:
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga (berupa bahan yang telah dikeringkan).
Prosedur standar pengolahan tanaman obat menjadi simplisia bertujuan untuk memenuhi persyaratan simplisia sebagai bahan baku obat tradisional, terutama untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan dan khasiat sediaan akhir (produk).
Pengelolaan pasca panen dimulai
sesaat sejak bahan tanaman dipanen sampai siap dikonsumsi.
Dengan melakukan pengelolaan pascapanen tanaman obat secara seksama (cermat, tepat dan benar) diharapkan dapat bermanfaat untuk menjaga kestabilan mutu simplisia nabati.
Secara umum pengelolaan pascapanen tanaman obat bertujuan:
a) Mencegah terjadinya perubahan fisiologi bahan b) Mencegah timbulnya gangguan mikroba patogen
c) Mencegah kerusakan penyimpanan akibat gangguan hama
d) Mengurangi kehilangan atau kerusakan fisik akibat proses panen dan pengangkutan.
Pustaka
Pedoman Umum Panen Dan Pascapanen Tanaman Obat.
Kementerian Kesehatan RI Badan Litbang Kesehatan Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional 2011
e. Faktor-faktor yang memperngaruhi sifat hasil tanaman
obat
FAKTOR INTERNAL
Gen: substansi pembawa sifat, diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya.
mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup (pada tanaman: bentuk tubuh, warna
bunga, rasa buah).
menentukan kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman yang memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan periodenya.
1. Gen
Hormon: zat yang berperan dalam
mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.
Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh.
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada
beragam jenisnya.
2. Hormon
• Auksin: memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel.
• Giberlin: berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan perkecambahan embrio.
• Etilen: berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun.
• Sitokinin: berperan untuk pembelahan sel atau
sitokenesis, seperti merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman.
• Asam absisat: berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
• Kaolin: berperan untuk proses organogenesis tanaman.
• Asam traumalin: berperan untuk regenerasi sel apabila
FAKTOR EKSTERNAL
merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme tubuh.• Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air.
• Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida diubah menjadi zat makanan.
• Zat hara tidak berperan langsung dalam
proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
1. Nutrisi
• Cahaya berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
• Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis, namun
keberadaan cahaya juga dapat
menghambat pertumbuhan tumbuhan karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.
2. Cahaya Matahari
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Air
• sangat dibutuhkan makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
• merupakan tempat berlangsungnya reaksi-2 kimia di dalam tubuh.
Kelembaban
• mempengaruhi keberadaan air yang dapat diserap oleh tanaman, mengurangi penguapan → kondisi ini sangat mempengaruhi pemanjangan sel.
• juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
3. Air dan Kelembaban
• memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
pada padi yang ditanam pada awal
musim kemarau (suhu rata-rata tinggi) akan lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan (suhu rata-rata lebih rendah).
semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu.
4. Suhu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan
nutrisi dan unsur hara.
Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain (suhu, kandungan
mineral, air, dan derajat keasaman atau pH).