i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKHLAK
BERBASIS NILAI-NILAI KARAKTER KEBANGSAAN
TESIS
Oleh:
SUHARTATIK NIM. 0849317050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA IAIN JEMBER
JANUARI 2020
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Oleh:
SUHARTATIK NIM. 0849317050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA IAIN JEMBER
JANUARI 2020
v ABSTRAK
Suhartatik, 2019. Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan. Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Jember.
Pembimbing I: Dr. Hj. St. Mislikhah, M.Ag., Pembimbing II: Dr. H. Moh.
Sahlan, M.Ag.
Kata Kunci: Pengembangan Bahan Ajar, Akhlak, Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan.
Pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa sangat terbatasnya bahan ajar mata pelajaran Akhlak tersebut dan belum tersedianya bahan ajar yang memiliki kriteria sebagai bahan ajar yang mempunyai spesifikasi berbasis nilai- nilai karakter kebangsaan.
Spesifikasi produk bahan ajar ini berupa material printed yaitu sebuah buku ajar “Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan” untuk peserta didik. Adapun materi/content buku ajar mengacu pada Keputusan Menteri Agama RI No.165 tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, dengan memasukkan nilai- nilai karakter kebangsaan yang telah dirumuskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pasal 3.
Model pengembangan yang digunakan dalam metode penelitian dan pengembangan bahan ajar ini adalah model R&D Borg and Gall (1983) yang telah disederhanakan, yaitu: (1) Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) Mengembangkan produk awal, (3) Uji coba tim ahli dan revisi, (4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, (5) Uji coba lapangan skala besar dan revisi produk akhir. Sedangkan subyek uji cobanya terdiri atas:
ahli materi/isi mata pelajaran Akhlak, ahli media pembelajaran, ahli bahasa, guru bidang studi Akhlak, peserta didik kelas X program keagamaan MAN 3 Jember.
Hasil penelitian dan pengembangan diawali dari hasil validasi tim ahli yang menilai kelayakan bahan ajar, terdiri dari: (1) validasi ahli materi/isi 81,4%
dengan tingkat kualifikasi baik dan tidak memerlukan revisi, (2) validasi ahli media pembelajaran 79% dengan tingkat kualifikasi cukup baik, produk dapat dilanjutkan dengan revisi tidak mendasar, (3) validasi ahli bahasa 95% dengan tingkat kualifikasi sangat baik. Uji coba kelompok kecil menilai kemenarikan bahan ajar diperoleh 86% dengan kualifikasi baik. Uji coba lapangan terdiri dari:
(1) uji coba guru bidang studi Akhlak 96,6% dengan tingkat kemenarikan sangat baik, (2) uji coba kelas X Program Keagamaan terhadap efektifitas penggunaan bahan ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan dengan menggunakan analisis statistik SPSS versi 17 dengan hasil t hitung > t table (14,912 > 2,039), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa bahan ajar efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran Akhlak.
Postgraduate of Jember State Islamic Institute. Supervisor I: Dr. Hj. St.
Mislikhah, M.Ag., Supervisor II: Dr. H. Moh. Sahlan, M.Ag.
Key words: developing material, morals, the values of nation characters
Developing morals subject teaching material based on the values of nation character is due to the unavailability of teaching material which has specification based on the values of nation character.
The specification of this teaching material product is a textbook entitle
“Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan” for students. The material/
the content of this textbook refers to The Decree of The Minister of Religion of The Republic of Indonesia, Number 165 of 2014 concerning the 2013 Madrasah Curriculum Guidelines for Islamic Religious Education and Arabic subject, by combining the values of nation character which has been formulated in Presidential Regulation Number 87 of 2017 concerning Strengthening Character Education article 3.
The development model used in the research and development method of this teaching material is simplified R&D Borg and Gall (1983), namely: (1) Analyzing to the product to be developed, (2) Developing the initial product, (3) Having trials and revisions by experts, (4) Having small-group trials and product revision, and (5) Having large-group trials and final product revision. While the test subjects are consisted of: the content expert of the subject, the media expert, the linguist, the teacher of Akhlak, thetenth grade students of religious program of MAN 3 Jember.
The results of experts validation of this research showed that (1) the contents can be categorized as having good quality as indicated by score 81.4%, (2) the media can be categorized as having good enough quality as indicated by score 79%, it means that the product can be continued with some revision, (3) the language can be categorized as having very good quality as indicated by score 95%. Furthermore, small-group trials assessed the attractiveness of teaching materials with score 86% categorized as good quality. The field trials consisted of: (1) the trials of the teacher of Akhlak subject obtained the score 96.6%
categorized as very good quality, (2) trials of class X (ten) religious program on the effectiveness of the use of Morals teaching material based on the values of nation character using statistical analysis of SPSS version 17 got the results of t arithmetic > t table (14.912 > 2.039), Ho was rejected andHa was accepted, which means that teaching material was effective in improving students’ learning outcomes so that it can be used in the Morals learning process.
vii
صخلملا
كيتاتراهوس .
9102 .
ريوطت ىلاادانتسا قلاخلأا ةدامل ةيميلعتلا داوملا
ميق
لا ةيعباط ةينطولا
. ةحورطأ .
ةبعش ةينيدلا ةيبرتلا
ةيموكحلا ةيملاسلإا ةعماجلا يف ايلعلا تاساردلاةيملاسلإا ربمج . لا ةفرشم لولأا
ى : روتكدلا ةكلسم يتس ةجاحلا
ريتسجاملا لا،
فرشم يناثلا
: نلاهس دمحم جاحلا روتكدلا
ريتسجاملا .
تاملكلا ةيسيئرلا
: ةيصخشلا ميق ، قلاخلأا ، ةيميلعتلا داوملا ريوطت
ةينطولا .
ريوطت ىلاادانتسا قلاخلأا ةدامل ةيميلعتلا داوملا
لا ميق ةيعباط
ةيميلعتلا داوملا نأ ةقيقح ىلعدمتعيةينطولا م قلاخلأا ةدامل
ةياغلل ةدودح
تافصاوم اهل ةيميلعت داومك ريياعم اهل يتلا ةيميلعتلا داوملا رفوت مدعو ةينطولا تايصخشلا ميق ىلإ دنتست .
داوملا هذهل جاتنلا باتك وهو ةعوبطم داوم يه
يسردم
"
طولا ةيصخشلا ميق ساسأ ىلع قلاخلأا ةين
"
بلاطلل ىوتحم ريشت .
ل ةنايدلا ريزو نع رداصلا موسرملا ىلإ ةيسردملا بتكلا ل
ةيروهمج
لإا يسينودن ة
مقر 061 ماع
9102 جهانمل ةيهيجوتلا ئدابملا نأشب
ماعل ةيملاسلإا سرادملا 9102
، ةيبرعلا ةغللاو ةيملاسلإا ةينيدلا ةيبرتلل
تغيص يتلا ةينطولا تايصخشلا ميق جمد للاخ نم ةيسائرلا ةحئلالا يف
ل ةيروهمجل لإا
يسينودن ة
مقر 78 ماعل 9108 ةيصخشلا ميلعت زيزعت نأشب
(PPK) ةداملا
2
.
( 0 ) ليلحت جاتنلا
، هريوطت دارملا (
9 ) ريوطت لولاا جاتنلا
، ( 2 )
او ءاربخلا قيرفلا براجت تاحلاصلا
، ( 2 ) ةريغصلا ةيناديملا براجتلا
جاتنلا حلاصاو ،
( 1 ) ةيناديملا براجتلا لا
ةعساو جاتنلا حلاصاو
يئاهنلا مه يبيرجتلا عوضوملا .
: تايوتحم ءاربخ قلاخلأا ةدام
،
، نييوغللاو ، ةيميلعتلا ملاعلإا لئاسو ءاربخو دم
قلاخلاا ةدام يسر ،
نيدلا جمانربلا بلاطو ةي
لل ةيملاسلإا ةيلاعلا ةسردملا يف رشاعلا لصف
ةيموكحلا ةثلاثلا
ربمج .
ريوطتلاو ثحبلا جئاتن تأدب اتنب
قيرف ةحص نم ققحتلا جئ
يذلا ءاربخلا ن
ماق او نم نوكتت يتلا ، ةيميلعتلا داوملا ىودج مييقتب ( :
0 )
داوملا ءاربخ ةحص نم ققحتلا /
ىوتحملا 70.2
٪ ديج لهؤم ىوتسمب
، ةعجارم بلطتي لاو (
9 ) ةيميلعتلا لئاسولا ءاربخ ةحص نم ققحتلا
82
٪ ديج ليهأتلا ىوتسم عم ةياغلل
عم جتنملا ةعباتم نكميو ،
، ةيساسلأا ريغ تاعجارملا (
2 ) وه نييوغللا ةحص نم ققحتلا 21
٪
ةياغلل ديج ليهأتلا ىوتسم عم لا براجت مِّ يقُت .
ةيبذاج ةريغصلا تاعومجم
ةبسنب اهيلع تلصح يتلا ةيميلعتلا داوملا 76
٪ ةديج تلاهؤم عم .
تفلأت
نم ةيناديملا براجتلا ( :
0 ) ملعملا براجت قلاخلأا ةدامل
26.6
٪ عم
، ةياغلل ةديج ةيبذاج (
9 ) ينيدلا جمانربلل ةرشاعلا ةجردلا نم ةبرجت
ا ةيقلاخلأا تاعوضوملا مادختسا ةيلاعف لوح ةيصخشلا ميق ىلع ةمئاقل
يئاصحلإا ليلحتلا مادختساب ةينطولا SPSS
رادصلإا ، 08
جئاتن عم
ix
لودجلا T>
باسحلا ي
( 02،209
> 2
، 039) ضفر متي مث ،
Ho متيو
لوبق ملعت جئاتن نيسحت يف ةلاعف ةيميلعتلا داوملا نأ ينعي امم ، Ha
ةيلمع يف اهمادختسا نكمي ثيحب بلاطلا قلاخلأا ةدام ميلعت
.
bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.).
Terselesaikannya tesis ini tidaklah semata-mata karena usaha penulis sendiri, namun juga tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, M.M. selaku Rektor IAIN Jember yang telah memfasilitasi semua kegiatan akademik.
2. Ibu Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang membantu dengan memberikan support yang maksimal.
3. Ibu Dr. Hj. Mislikhah, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. H.
Moh. Sahlan, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk dan saran agar tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan layak untuk diujikan.
4. Ibu Siti Nur Saidah, S.Pd.I., M.Pd. selaku Ahli Materi/Isi Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. H. Mundir, M.Pd. selaku Ahli Desain dan Media Pembelajaran, Ibu Anisatul Fauziah, S.Pd., M.Pd. selaku Ahli Bahasa yang telah menilai serta memberikan kritik dan saran terhadap produk yang dikembangkan yaitu Buku Ajar Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan.
5. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Jember yang telah banyak memberikan ilmu dan membimbing selama penulis menempuh pendidikan Pascasarjana.
6. Kepala MAN 3 Jember yang telah memberi ijin penelitian.
7. Seluruh warga MAN 3 Jember yang menjadi subyek penelitian dan memberikan data serta informasi berkaitan yang dengan penelitian.
8. Teman-teman seperjuangan di Pascasarjana IAIN Jember yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya tesis ini.
9. Dan tak lupa yang paling utama suamiku Samsul Huda dan kedua orang tuaku Bapak Wakijo dan Ibu Sukarti yang telah mendukung dengan segala daya dan upaya, hingga terselesaikannya seluruh tugas dalam menempuh program Pascasarjana di IAIN Jember ini.
Semoga penyusunan tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jember, 1 Januari 2020
Suhartatik
NIM. 0849317050
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN SAMPUL ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan ... 6
C. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 6
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan ... 7
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ... 8
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Pengembangan Bahan Ajar ... 12
B. Mata Pelajaran Akhlak ... 21
C. Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan ... 26
D. Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan ... 33
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 38
A. Model Penelitian dan Pengembangan... 38
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 44
C. Uji Coba Produk ... 51
1. Desain Uji Coba ... 52
2. Subjek Uji Coba ... 53
A. Analisis Produk yang Dikembangkan ... 66
1. Studi Pendahuluan ... 66
2. Studi Literatur ... 68
3. Observasi ... 70
B. Pengembangan Produk Awal... 71
1. Merumuskan Tujuan ... 72
2. Merumuskan Butir-Butir Materi ... 73
3. Mengembangkan Alat Ukur Keberhasilan ... 74
4. Penulisan Naskah ... 74
5. Validasi Tim Ahli dan Revisi ... 74
6. Uji Coba Kelompok Kecil ... 83
7. Uji Coba Lapangan dan Produk Akhir ... 85
BAB V KAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 97
A. Produk Hasil Pengembangan Bahan Ajar ... 97
B. Karakteristik Bahan Ajar ... 100
1. Karakteristik Bahan Ajar dari Aspek Materi/Isi ... 101
2. Karakteristik Bahan Ajar dari Aspek Desain dan Media Pembelajaran ... 102
BAB VI PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR RUJUKAN ... 128
LAMPIRAN ... 131
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. SKL Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah ... 23
Tabel 2.2. KI-KD Mata Pelajaran Akhlak Semester Ganjil di MA ... 24
Tabel 3.1. Skala Interval dalam Penelitian Pengembangan Bahan Ajar ... 58
Tabel 3.2. Pedoman dan Kriteria Skoring ... 59
Tabel 3.3. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 ... 62
Tabel 4.1. Identifikasi Buku Ajar Akhlak Kelas X Program Keagamaan ... 70
Tabel 4.2. Hasil Validasi Ahli Materi/Isi ... 75
Tabel 4.3. Hasil Validasi Ahli Desain dan Media Pembelajaran ... 78
Tabel 4.4. Hasil Validasi Ahli Bahasa ... 82
Tabel 4.5. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 84
Tabel 4.6. Hasil Uji Coba Guru Bidang Studi Akhlak ... 86
Tabel 4.7. Hasil Nilai Pre-Test dan Post-Test Hasil Uji Coba Lapangan ... 88
Tabel 4.8. Tests of Normality ... 90
Tabel 4.9. Paired Samples Statistics ... 91
Tabel 4.10. Paired Samples Correlations ... 92
Tabel 4.11. Paired Samples Test ... 92
Tabel 4.12. Paired Samples Test ... 94
Pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan ... 45
Gambar 3.3. Desain Uji Coba Produk ... 53
Gambar 5.1. Halaman Sampul Depan (Cover) Buku Ajar Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan ... 110
Gambar 5.2. Identitas Buku Ajar ... 112
Gambar 5.3. Petunjuk Penggunaan Buku ... 113
Gambar 5.4. KI-KD dan IPK ... 114
Gambar 5.5. Dasar Pengembangan Karakter ... 115
Gambar 5.6. Cover Bab dan Mukadimah (Pendahuluan) ... 116
Gambar 5.7. Tilawah dan Mulāĥažah (Mengamati) ... 117
Gambar 5.8. Peta Konsep dan Materi ... 118
Gambar 5.9. Khulāșah/Rangkuman & Maĥfūžāt/Mutiara Hikmah ... 119
Gambar 5.10. Wažīfah (Tugas) dan Ayo Bermain ... 120
Gambar 5.11. Tamrīnāt (Latihan Soal) dan Hikmah (Mengambil Keteladanan) . 121 Gambar 5.12. Latihan Soal PAS dan Daftar Rujukan ... 122
Gambar 5.13. Glosarium dan Indeks... 123
Gambar 5.14. Profil Penulis dan Profil Tim Ahli (Validator)... 124
xiv
DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
No. Arab Indonesia Keterangan No. Arab Indonesia Keterangan
1. ا ’ koma di atas 16. ط ṭ te dengan
titik di bawah
2. ب b be 17. ظ z zed
3. ت t te 18. ع ‘ koma diatas
terbalik
4. ث th te ha 19. غ gh ge ha
5. ج j je 20. ف f ef
6. ح ḥ ha dengan titik
di bawah
21. ق q qi
7. خ kh ka ha 22. ك k ka
8. د d de 23. ل l el
9. ذ dh de ha 24. م m em
10. ر r er 25. ن n en
11. ز z zed 26. و w we
12. س s es 27. ه h ha
13. ش sh es ha 28. ء ’ koma di atas
14. ص ṣ es dengan titik di bawah
29. ي y ye
15. ض ḍ de dengan titik di bawah
- - tanda strip di tengah
A. Latar Belakang Masalah
Penentu keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpahnya sumber daya alam, akan tetapi lebih didominasi oleh seberapa besar kualitas dari sumber daya manusia. Bahkan secara nyata kebesaran suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas dan karakter manusia pada bangsa itu sendiri.
Sejak 25 abad silam, Socrates telah mengatakan bahwasannya tujuan yang paling fundamental dari pendidikan yaitu membuat seseorang menjadi smart and good (pandai dan baik). Sejak 14 abad yang lalu dalam sejarah peradaban Islam, Nabi Muhammad SAW. dalam misi utama dakwahnya guna mendidik umat manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan mengusahakan pembentukan good caracter (karakter yang baik).1
هاور( ِق َلَْخَ ْلِا َم ِراَكَم َمِ مَتُ ِلِ ُتْثِعُب اَمَّنِإ اخبلا
ىر )
“Bahwasanya aku (Muhammad) diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (HR. Bukhari).2
1Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), 2.
2Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Adabul Mufrad, 273.
2
Fungsi pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Bunyi dari Undang-Undang tersebut sangat bertolak belakang dengan fakta yang banyak terjadi di kalangan para remaja sekarang ini, juga realita yang ada.
Tingkat kriminalitas di kalangan anak-anak dan remaja sangat tinggi, selain itu banyak pula peserta didik yang melakukan kebohongan, menyontek, memalak, membolos, mengonsumsi obat-obatan terlarang, bahkan rasa hormatnya kepada orang tua dan guru sangat rendah, juga berbagai penyimpangan asusila yang semakin marak terjadi di kalangan remaja.
Kondisi ini akhirnya menyebabkan banyak pihak menyimpulkan perlunya internalisasi nilai-nilai karakter secara intensif di sekolah-sekolah. Hingga pada 14 Januari 2010 dideklarasikan tentang "Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" sebagai gerakan nasional. Selain itu juga terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
3Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Perlu diakui, mengajarkan karakter atau akhlak di sekolah tidaklah mudah.
Banyak pendidik yang mengeluh karena kesulitan membuat desain pembelajarannya, minimnya penguasaan terhadap aneka pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik dalam mengajarkannya, dan bahkan ada diantara pendidik yang kesulitan mencari bahan ajar yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter.4
Terkait dengan internalisasi karakter dan perilaku peserta didik, maka salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku peserta didik dalam lingkup Madrasah Aliyah adalah mata pelajaran Akhlak. Mata palajaran Akhlak memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus-menerus. Kelemahan lain, materi Akhlak lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan dan minim dalam pembentukan sikap serta keterampilan (pembiasaan). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai- nilai akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Serta lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya sarana, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
4Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta: Kencana,2011), vi.
4
Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama Islam khususnya pendidikan Akhlak sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang akhlak, akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas akhlak mulia yang kesemuanya itu tercakup dalam penguatan pendidikan karakter (PPK).
Namun pada saat ini, hal yang paling mendesak adalah usaha yang harus dilakukan guru mata pelajaran Akhlak untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperlus pemahaman peserta didik mengenai akhlak, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus membentuk akhlak serta karakternya sebagai bangsa Indonesia.
Berdasarkan beberapa buku ajar Akhlak yang telah dianalisis, diantaranya buku yang berjudul Meneladani Akhlak 1 untuk kelas X Madrasah Aliyah Program Keagamaan karya Handono dan buku yang berjudul Akhlak untuk Madrasah Aliyah Peminatan Ilmu-Ilmu Agama karya Mohammad Ilyas ditemukan beberapa kelemahan antara lain, buku ajar tersebut masih menekankan pada aspek pengetahuan, materi-materinya masih bersifat normatif dan juga masih belum ada yang berbasis nilai-nilai karakter kebangsaan. Selain itu buku ajar Akhlak jumlahnya sangat terbatas. Bahkan di perpustakaan madrasah sama sekali tidak ditemukan bahan ajar Akhlak untuk kelas X Program Keagamaan.
Terkait dengan bahan ajar mata pelajaran Akhlak berbasis nilai-nilai karakter kebangsaan, bahan ajar ini dirancang untuk mendidik peserta didik agar
memiliki akhlak yang Islami serta mencintai agamanya, juga diajak untuk mencintai bangsanya dan berakhlak sesuai dengan ajaran Islam dan juga berperilaku sebagai manusia Indonesia. Hal ini sebagai bentuk usaha pencegahan dan antisipasi terhadap munculnya aliran-aliran yang cenderung radikal yang ingin memecah belah bangsa Indonesia, serta ingin memupuk kembali nilai-nilai luhur budaya ketimuran bangsa Indonesia sebagaimana yang tercermin dalam ideologi Pancasila.
Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah terbatasnya bahan ajar mata pelajaran Akhlak, serta belum adanya bahan ajar mata pelajaran Akhlak yang Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan bagi Madrasah Aliyah kelas X Program Keagamaan MAN 3 Jember.5 Hal ini sangat penting, karena proses penanaman nilai-nilai karakter bangsa bukan melalui suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan dilakukan dengan pembudayaan dan pemberdayaan semua mata pelajaran, dan semua aspek yang terkait dengan budaya madrasah.
Melihat berbagai fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengembangkan produk bahan ajar yang berbasis nilai-nilai karakter kebangsaan, adapun judulnya adalah Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan.
5Budi Santosa, wawancara, Jember, 4 April 2019. Sholihah, angket, Jember, 5 April 2019.
6
B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan yang layak, menarik dan efektif bagi peserta didik kelas X program keagamaan MAN 3 Jember.
C. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk bahan ajar yang dihasilkan berupa material printed yaitu buku ajar Akhlak dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah bahan ajar cetak (material printed) berupa buku ajar mata pelajaran Akhlak kelas X program keagamaan MAN 3 Jember untuk satu semester ganjil.
2. Penyajian isi bahan ajar mata pelajaran Akhlak didesain dengan memasukkan nilai-nilai karakter kebangsaan yang telah dirumuskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pasal 3.
3. Bahan ajar Akhlak ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus (indikator pencapaian kompetensi) yang dikembangkan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang ada dalam kurikulum Akhlak untuk Madrasah Aliyah sebagaimana termaktub dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah Tahun 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
4. Bentuk fisik bahan ajar dalam penelitian ini berupa media cetak dibuat dengan menggunakan variasi tata letak, pilihan warna, variasi huruf yang sesuai dengan kebutuhan sehingga nyaman untuk dibaca dan menarik untuk dipelajari. Deskripsi bentuk buku ajar adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan kertas ukuran A4.
b. Menggunakan jenis huruf Segoe UI ukuran 11pt.
c. Pada bagian berbahasa Arab dipakai Arabic Typesetting ukuran 20pt.
d. Tata letak teks gambar dan motif dibuat beragam, gambar lebih diutamakan dengan foto riil. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan tekanan sebagai point of interest (poin kemenarikan).
e. Bahasa yang digunakan bersifat dialogis dan komunikatif sehingga diupayakan terjadi interaksi yang aktif antara bahan ajar dan peserta didik.
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
1. Bahan ajar mata pelajaran Akhlak untuk kelas X program keagamaan Madrasah Aliyah sangat terbatas, baik yang berupa bahan ajar cetak (material printed) maupun yang berupa e-book.
2. Dewasa ini dirasa semakin menurunnya kualitas akhlak (degradasi moral) dan kepribadian yang positif dari peserta didik, serta semakin beragamnya penyimpangan-penyimpangan moral khususnya di kalangan remaja yang seusia dengan peserta didik di tingkat kelas X Madrasah Aliyah.
8
3. Akhir-akhir ini sering kali menyebar di media sosial isu-isu SARA yang mengatasnamakan kepentingan serta membela agama Islam, tetapi pada hakikatnya cenderung untuk mengadu domba dan memecah belah persatuan bangsa Indonesia, sehingga dirasa sangat perlu untuk menumbuhkan kesadaran bagi peserta didik guna menjadi muslim sejati yang mencintai agama sekaligus bangsanya.
4. Semakin menurun pula kesadaran di kalangan remaja untuk membina dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, jiwa nasionalisme, jiwa pancasila, dan yang sangat menonjol dari generasi muda saat ini adalah kepribadian yang individualis sebagai pengaruh dari perkembangan teknologi dan media sosial yang sangat pesat.
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pengembangan bahan ajar ini mempunyai beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Belum tersedianya bahan ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan bagi peserta didik kelas X program keagamaan MAN 3 Jember.
2. Produk yang dihasilkan dari pengembangan bahan ajar diasumsikan oleh peneliti dapat menarik motivasi belajar peserta didik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu pengembangan bahan ajar ini dapat menggugah rasa cinta dan bangga sebagai
pemeluk agama Islam dan dapat menggugah rasa nasionalisme atau kebangsaan In d o n esi a p ad a diri peserta didik.
Dalam penelitian pengembangan ini, ada beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh pengembang. Keterbatasan tersebut terkait waktu, biaya dan tempat. Adapun lebih detailnya, keterbatasan dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan bahan ajar ini hanya menghasilkan satu bahan ajar berupa buku ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan.
2. Bahan ajar yang dikembangkan hanya untuk satu semester saja yaitu semester ganjil.
3. Bahan ajar dalam penelitian ini tidak dapat digunakan untuk proses pembelajaran sepanjang masa, mengingat perkembangan kurikulum yang cukup pesat, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang tidak sama dari masa ke masa.
4. Obyek penelitian terbatas pada uji coba bahan ajar Akhlak di kelas X program keagamaan Madrasah Aliyah Negeri 3 Jember.
5. Pengembangan bahan ajar ini hanya sampai pada fase uji coba dan revisi produk akhir saja, sehingga tidak sampai pada tahap implementasi dan diseminasi.
6. Bahan ajar Akhlak ini bukan satu-satunya faktor pendukung peningkatan kemampuan pengetahuan dan pengamalan akhlak peserta didik.
10
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian dan pengembangan bahan ajar ini adalah:
1. Pengembangan Bahan Ajar merupakan kegiatan untuk merancang, mengembangkan dan menghasilkan bahan ajar yang baru, guna memudahkan serta mengefektifkan proses pembelajaran.6 Adapun bahan ajar yang dimaksud dalam tesis ini adalah buku ajar mata pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan bagi kelas X program keagamaan Madrasah Aliyah Negeri 3 Jember.
2. Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah yaitu mata pelajaran yang diberikan dalam kurikulum MA berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No.165 tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran PAI pada kelas Program Keagamaan yang merupakan peningkatan dan pendalaman dari Akidah Akhlak atau PAI yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs/SMP dan MI/SD.
3. Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan dimaknai sebagai ciri-ciri kepribadian yang relatif tetap, gaya hidup yang khas, cara berpikir, bersikap, dan berprilaku yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain, yang di dasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dalam hal ini, nilai-nilai karakter kebangsaan yang dikembangkan dalam bahan
6Tian Belawati, Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke Satu (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), 150.
ajar adalah yang telah dirumuskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan 5 nilai prioritas yaitu: (1) Religius, (2) Nasionalis, (3) Mandiri, (4) Gotong- royong, dan (5) Integritas.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengembangan Bahan Ajar
Kata pengembangan memiliki arti, diantaranya: perubahan, pembaharuan, perluaasan dan sebagainya. Dalam arti yang lazim, pengembangan berarti menunjuk pada suatu kegiatan yang menghasilkan cara baru setelah diadakan penilaian serta penyempurnaan seperlunya.1 Jadi yang dimaksud dengan pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan.
Menurut Borg & Gall, penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.2 Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.3 Penelitian pengembangan menutut Seel
& Richey, didefinisikan sebagai berikut:
”Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program,
1Winarno Surakhmad, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 15.
2W.R. Borg & M.D. Gall, Educational Research an Introduction, Fourth Edition (New York &
London: Longman, 1983), 772.
3Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 164.
proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal”.4
1. Definisi Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Dick & Carey merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.5
Dalam buku “Prinsip Desain Pembelajaran” dinyatakan bahwa bahan ajar adalah format materi yang diberikan kepada pebelajar. Format tersebut dapat dikaitkan dengan media tertentu, handouts atau buku teks, permainan dan sebagainya.6
Muhaimin dalam modul “Wawasan Tentang Pengembangan Bahan Ajar” mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.7 Bahan ajar atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami peserta didik dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
4B. B. Seels & R. C. Richey, Instructional Technology; The Definitions and Domains of the Fields (Washington, DC: AECT, 1994).
5Walter Dick dan Lou Carey, The Systematic Design of instruction, (New York: Longman, 1996), 229.
6Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2007), 38.
7Sebagaimana dikutip oleh Muhaimin dalam Modul Wawasan tentang Pengembangan Bahan Ajar, Bab V (Malang: LKP2-I, 25 Mei 2008), Bahan perkuliahan Pengembangan Bahan Ajar, UIN Maliki Malang.
14
2. Landasan Pengembangan Bahan Ajar
Dalam mengembangkan bahan ajar perlu diperhatikan juga tentang pengembangan kurikulum, agar pengembangan bahan ajar yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Landasan utama pengembangan kurikulum diantaranya:
a. Landasan Filosofis
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.8
Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tujuan pendidikan.
Pengembangan bahan ajar hendaklah mampu membangun interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga suasana pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
8Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 38.
b. Landasan Psikologis
Psikologis juga merupakan asas yang penting yang harus diperhitungkan karena setiap peserta didik memiliki potensi-potensi dasar yang perlu diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi. Setiap peserta didik memiliki bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan treatment yang berbeda-beda pula.9
Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan bahan ajar, yaitu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Belajar. Keduanya sangat diperlukan baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
c. Landasan Sosiologis
Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan produktif. Hal ini merefleksikan konsep adanya tuntutan individual (pribadi) dan sosial dari orang dewasa kepada generasi muda. Tuntutan individual merupakan harapan orang dewasa agar generasi muda dapat mengembangkan pribadinya sendiri mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Tuntutan sosial adalah harapan orang
9Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 226.
16
dewasa agar anak mampu bertingkah laku, berbuat dan hidup dengan baik dalam berbagai situasi dan lingkungan masyarakat.10
Pendidikan Indonesia tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat tersebut.
3. Tujuan dan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Diantara tujuan dilaksanakannya pengembangan bahan ajar adalah:
a. Diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.
b. Tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan karakteristiknya masing-masing.
c. Tersintesakan dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran sistematis dan logis.
d. Terbukanya peluang pengembangan bahan ajar secara kontinyu mengacu pada perkembangan IPTEK.11
Mengingat pengembangan bahan ajar merupakan bagian integral dari kegiatan pengembangan kurikulum sekaligus pengembangan sistem pembelajaran, maka prinsip-prinsip pengembangan juga berlaku untuk
10Nana Syaodih Sukmadinata, 59.
11Joseph Mbulu dan Suhartono, Pengembangan Bahan Ajar (Malang: Laboratorium TEP FKIP UM, t.t.), 7.
pengembangan bahan ajar. Hal ini tertuang dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, yaitu:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kemampuan peserta didik di sesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama suku, budaya dan adat istiadat serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) utuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thinking skill), kreatifitas sosial, kemampuan akademik dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan serta berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, informal dan nonformal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
18
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan global, nasional dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.12
4. Fungsi dan Karakteristik Bahan Ajar
Bahan ajar mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
a. Memberikan petunjuk yang jelas bagi pembelajar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
b. Menyediakan bahan/alat yang lengkap yang diperlukan untuk setiap kegiatan.
c. Merupakan media penghubung antara pembelajar dan pebelajar.
d. Dapat dipakai oleh pebelajar sendiri dalam mencapai kemampuan yang telah ditetapkan.
e. Dapat dipakai sebagai program perbaikan.13
Agar bahan ajar dapat memudahkan pembelajaran, maka setiap bahan ajar harus memenuhi komponen-komponen yang relevan dengan kebutuhan pebelajar. Komponen-komponen tersebut juga harus dapat memberikan motivasi, mudah dipelajari dan dipahami pebelajar. Lebih penting lagi adalah relevan dengan sifat mata pelajaran yang disajikan. Selain itu, bahan ajar juga harus memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
12Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 5-6.
13R.T. Joni, Pengembangan Paket Belajar (Jakarta: Depdikbud. P2LPTK, 1984), 4.
buku-buku yang lainnya. Karakteristik bahan ajar yang khas yang membedakan dengan kegiatan belajar mengajar lain, yaitu:
a. Menganut pendekatan sistem.
b. Mencakup satu satuan bahasan yang utuh sebagai pendukung tercapainya kompetensi tertentu.
c. Merupakan perangkat utuh yang menyediakan segala alat, bahan, dan cara untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Menyediakan alternatif-alternatif kegiatan belajar mengajar yang kaya dengan variasi, yang dapat dipilih pebelajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
e. Dapat digunakan pebelajar dengan atau tanpa bantuan pembelajar.
f. Menyediakan seperangkat petunjuk penggunaan bagi pebelajar dan pembelajar.
g. Mencantumkan rasional dari setiap tindakan instruksional yang disarankan.14 Menurut Degeng, bahan ajar harus memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
a. Isi pesannya harus dianalisis dan diklasifikasi ke dalam katagori- katagori tertentu.
b. Setiap katagori harus dibagi menjadi beberapa penggalan teks.
c. Perlu memberikan kemenarikan isi, dan
d. Kategori format judul yang berisi bahan yang harus diseleksi.15
14R.T. Joni, Pengembangan Paket…., 4.
20
5. Komponen-Komponen Bahan Ajar
Bahan ajar yang dapat memudahkan belajar adalah bahan ajar yang memiliki komponen-komponen yang jelas berupa:
a. Tujuan umum pembelajaran (KI dan KD).
b. Tujuan khusus pembelajaran (IPK).
c. Petunjuk khusus pemakaian buku ajar.
d. Uraian isi pelajaran yang disusun secara sistematis.
e. Gambar/ilustrasi untuk memperjelas isi pelajaran.
f. Rangkuman.
g. Evaluasi formatif dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar berikutnya.
h. Daftar rujukan.
6. Jenis Bahan Ajar
Secara garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Bahan ajar cetak (printed) yang meliputi handout, buku, modul, lembar kerja siswa (LKS), brosur, leaflet (selebaran), wallchart, foto/gambar, model/maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dan compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video campact disk, film.
15Degeng, Pengaruh Penstrukturan Isi Teks Ajar dan Strategi Belajar Terhadap Perolehan Belajar Mengingat Fakta dan Memahami Konsep. Forum Penelitian Pendidikan, 74-91.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif.16
B. Mata Pelajaran Akhlak
Dijelaskan dalam Keputusan Menteri Agama RI No.165 tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengembangkan potensi peserta didik menuju kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat. Adapun tujuannya adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Aliyah adalah Pendidikan Agama Islam (PAI), yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.17 Sedangkan salah satu dari komponen mata pelajaran PAI di Madrasah Aliyah adalah mata pelajaran Akhlak.
Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari Akidah Akhlak yang telah dipelajari oleh peserta
16Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 174.
17Keputusan Menteri Agama RI No.165 tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, 2.
22
didik di M T s / S M P d a n MI/SD. Materi pembelajaran Akhlak adalah salah satu materi PAI yang lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan, yang hendak ditanamkan dan ditumbuh- kembangkan ke dalam diri peserta didik, sehingga melekat kepada dirinya dan menjadi kepribadian.18
1. Tujuan Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah
Mata pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk:
a. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial.
b. Meningkatkan kemampuan pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang tasawuf sehingga menjadi muslim yang penuh tanggung jawab dan bijaksana dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.19
2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah
Ruang lingkup mata pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah peminatan Ilmu- Ilmu Keagamaan sebagai mata pelajaran peminatan adalah sebagai berikut:
a. Aspek akhlak terpuji terdiri atas: tobat, wara’, qanaah, zuhud, amanah, Hak Asasi Manusia, mujahadah an-nafsi, musabaqah bil-khairat, etos kerja, dinamis, inovatif, dan kreatif, syukur, dermawan, tawakal dan ikhlas,
18Wahid Murni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian (Malang: UM Press, 2008), 33.
19Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, 54.
kewajiban manusia terhadap Allah, Rasul-Nya, diri sendiri, kedua orang tua, keluarga, pemaaf, jujur, ukhuwah, tasamuh, sabar, rida, dan istiqamah (disiplin).
b. Akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israf, tabzir, fitnah, riya, takabur, nifaq, fasik, dan hasad, serakah, tamak, bakhil, gadab, namimah dan ghibah.
c. Adab terdiri dari: adab membesuk orang sakit, takziah dan ziarah kubur, menuntut ilmu, mengundang dan memenuhi undangan, musyawarah dan adab salam, bergaul dengan orang yang lebih tua, teman sebaya, orang yang lebih muda, dan dengan lawan jenis, adab di masjid, membaca Al-Qur’an, berdoa, berpakaian, berhias, musafir, bertamu dan menerima tamu.
d. Kisah teladan meliputi: kisah Abu Lahab dan istrinya, istri Nabi Luth a.s., Luqman Hakim, Ashabul Kahfi, dan Maryam, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., Umar bin Khattab ra., Usman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra., Umar bin Abdul Aziz dan Salahuddin Al-Ayyubi.
e. Pengertian, sumber tasawuf dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hubungan tasawuf dengan akhlak dan syariat, pengertian maqamat dan al-ahwal dalam tasawuf serta membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta tokoh-tokohnya, pokok ajaran tasawuf dari Hasan Basri, Rabi’ah al- Adawiyah, Dzun Nun al-Misri, Al-Ghazali, Abu Yazid al-Bustami, Al- Hallaj dan Muhy ad-Din Ibnu ‘Araby, sejarah dan pokok-pokok ajaran tarikat mu’tabarah (Qadiriyah, Rifa’iyah, Syaziliyah, Maulawiyah, Syatariyah, Naqsabandiyah dan Suhrawardiyah), problematika masyarakat modern, relevansi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern. 20
3. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah
Tabel 2.1. SKL Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
20Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 Tentang …., 57.
24
Madrasah Aliyah
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. 21
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah
Tabel 2.2. KI-KD Mata Pelajaran Akhlak Semester Ganjil di MA Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) 1.Menghayati dan menga-
malkan ajaran agama yang dianutnya.
1.1.Menyadari pentingnya berakhlakul karimah dalam pergaulan remaja.
1.2.Menghayati nilai-nilai sifat tobat, wara’, qana’ah, zuhud dan amanah.
1.3.Menyadari kewajiban menghindari perilaku dosa besar (mauk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan bebas dan mencuri).
1.4.Menghayati nilai-nilai membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah kubur.
1.5.Menyadari pentingnya menghindari perilaku tercela seperti yang dilakukan oleh Abu Lahab dan istrinya dan istri Nabi Luth.
2.Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
2.1. Membiasakan akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
2.2. Membiasakan perilaku tobat, wara’, qana’ah, zuhud dan amanah.
2.3. Menghindari perilaku dosa besar (mabuk-mabukan, mengkonsumsi
21Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 Tentang, 36.
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
narkoba, berjudi, zina, pergaulan bebas dan mencuri).
2.4. Membiasakan membesuk orang sakit, takziyah da ziarah kubur dengan adab yang baik.
2.5. Menghindari perilaku tercela seperti perilaku Abu Lahab dan istrinya dan istri Nabi Luth.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis penge- tahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab phenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1. Memahami akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
3.2. Menganalisis sifat tobat, wara’, qana’ah, zuhud dan amanah serta cara membiasakannya.
3.3. Memahami pengertian dan bahaya dosa besar (mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan bebas dan mencuri) serta cara menghindarinya.
3.4. Memahami adab membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah kubur serta hikmahnya.
3.5. Menganalisis perilaku tercela Abu Lahab dan istrinya dan istri Nabi Luth.
4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
4.1. Menunjukkan contoh akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
4.2. Menunjukkan contoh sifat tobat,wara’, qana’ah, zuhud, dan amanah.
4.3. Mempresentasikan cara meng-hindari dosa besar (mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan bebas dan mencuri)
4.4. Mempraktikkan adab membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah
26
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) kubur.
4.5. Menceritakan kisah Abu Lahab dan istrinya dan istri Nabi Luth. 22
C. Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan
Karakter bersifat memancar dari dalam ke luar (inside out). Artinnya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Dengan kata lain, karakter adalah apa yang anda lakukan ketika tak seorang pun melihat atau memperhatikan anda.23
Peterson dan Seligman mengaitkan secara langsung character strenght dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama character strenght adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan bangsanya.24
Istilah ”karakter bangsa” yang dalam literatur Barat identik dengan national character sangat erat kaitannya dengan masalah kepribadian dalam psikologi sosial. Dalam penelitian ini, karakter bangsa dimaknai sebagai ciri-ciri kepribadian yang relatif tetap, gaya hidup yang khas, cara berpikir, bersikap, dan
22Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 Tentang, 265-267.
23Thomas Lickona, Charakter Matters (New York: Published by Simon & Scutherm, 2004),14.
24Christopher Paterson & Martin E.P. Seligman, Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification (London: Oxford University Press, 2004), 29.
berprilaku yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Ciri kepribadian bangsa Indonesia yang bersifat abstrak tersebut dapat muncul dalam konteks perilaku yang terikat oleh aspek budaya bangsa Indonesia yang dijiwai oleh nilai- nilai Pancasila dan norma yang berlandaskan pada UUD 1945.
Karakter bangsa merupakan karakter yang harus ada untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar negara. Dari karakter bangsa ini harus dapat diturunkan untuk membangun karakter individu yang diterapkan di berbagai macam komunitas atas masyarakat, antara lain masyarakat sekolah.
Butir-butir nilai karakter yang patut untuk di teladani dan di kembangkan pada peserta didik dalam rangka membangun peradaban bangsa antara lain: adil, amanah, pengampunan, antisipatif, arif, baik sangka, kebajikan, keberanian, bijaksana, cekatan, cerdas, cerdik, cermat, pendaya guna, demokratis, dermawan, dinamis, disiplin, efisien, empan papan, empati, fair play (bertindak kesatria), gigih, gotong-royong, hemat, hormat, kehormatan, ikhlas, inisiatif, inovatif, kejujuran, pengendalian diri, kooperatif, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, kemurahan hati, pakewuh, peduli, penuh perhatian, produktif, rajin, ramah, sabar, saleh, santun, setia, sopan, susila, ketaatan, tabah, tangguh, tanggap, tanggung jawab, bertaqwa, tegar, tegas, tekad, komitmen, tekun, tertib, ketertiban, tahu
28
berterima kasih, trengginas, ketulusan, tepat waktu, toleran, ulet, berwawasan jauh kedepan.25
Lembaga pendidikan atau sekolah juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membangun karakter peserta didiknya terkait dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam membangun peradaban sebuah bangsa, hal ini dirasa penting sebab manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan atau melibatkan orang lain dalam hidupnya. Karakter bangsa tersebut antara lain: kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain, demokratis, saling memahami, saling menghormati atau toleransi, berusaha berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain, bisa menghargai karya atau prestasi serta keberhasilan orang lain, berkata maupun berperilaku dengan santun, serta patuh pada aturan sosial.26
Dijelaskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), pasal 3 bahwa:
PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab.27
1. Dasar Hukum Penanaman Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan Dasar hukum dalam penanaman nilai-nilai karakter antara lain:
25M. Furqon Hidayatullah. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 79-89.
26Akhmad Muhaimin Azzet. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 93-96.
27Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter, 4.
a. Pancasila.
b. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen.
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
g. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
h. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
i. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidik Dasar dan Menengah.
j. Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2015-2019. 28
2. Tujuan Mata Pelajaran Akhlak Berbasis Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan
Sebagaimana yang termaktub dalam grand design, penanaman nilai-nilai karakter bangsa berfungsi untuk:
28Direktorat Pembinaan Pendidikan Dasar dan Menengah, 10.
30
a. Pengembangan potensi peserta didik menjadi perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
b. Perbaikan guna memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
c. Penyaring budaya-budaya bangsa sendiri dari budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa. 29
Adapun tujuan penanaman nilai-nilai karakter dalam seting sekolah adalah untuk:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang diangap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab penanaman nilai-nilai karakter secara bersama. 30
29Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa (Bogor: Yayasan Ngali Aksara, 2011), 274.
30Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 9.
3. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Karakter
Strategi yang dapat dilakukan pendidik untuk menanamkan nilai-nilai karkater sebagai berikut:
a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran konkret, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupanya (student active learning, contextual learning, inquiry based learning, and integrated learning).
b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga peserta didik dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan tanpa ancaman serta memberikan semangat.
c. Menerapkan nilai-nilai karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good dan acting the good.
d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga sembilan aspek kecerdasan manusia.
e. Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip developmentally appropriate practices.
32
f. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. Yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat dan perhatian pada kesejahteraan lainya.
g. Model (contoh) dalam berperilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkuangan yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam interaksinya dengan peserta didik.
h. Menciptakan peluang bagi peserta didik untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan demokratis sekalig