BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pondasi pendukung kemajuan negara salah satunya adalah pendidikan, semakin baik kualitas pendidikan yang dimiliki maka semakin bagus pula kualitas suatu bangsa dan negara. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat menentukan kualitas pendidikan. Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan peserta didik terutama dalam meningkatkan keaktifan komunikasi, kolaborasi dan kemampuan berpikir kritis. Kerampilan berfikir krtitis yang baik tentunya akan berbanding lurus dengan hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
Pendidik dalam pembelajaran diwajibkan menciptakan pembelajaran yang lebih melibatkan peserta didik. Upaya yang dapat dilakukan berkaitan dengan peningkatan kualitas di sekolah adalah mengembangkan sistem pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan kebutuhan peserta didik (Husein, 2022:22). Ada aspek-aspek yang dapat mendukung pendidikan dapat berkualitas seperti pada bagian isi, pengalaman dan cara peserta didik dalam belajar dengan kelompok sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Hasil Prasurvei yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Metro pada Hari Senin 13 Maret 2023 dapat dilihat di Lampiran 1 diketahui bahwa sekolah tersebut proses pembelajarannya sudah menggunakan Kurikulum Merdeka.
Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut menggunakan buku paket yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran biologi kelas X bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas masih tergolong rendah hal ini sesuai dengan pernyataan guru pengampu yaitu Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih tergolong rendah karena dari 30 peserta didik biasanya yang mampu memberikan pertanyaan dari materi yg diberikan hanya beberapa peserta didik saja.
Kemampuan komunikasi peserta didik sudah cukup baik hal ini sesuai dengan Lampiran 1 pernyataan guru pengampu bahwa kemampuan komunikasi peserta didik di kelas cukup baik hanya memang belum sebagian besar peserta didik mampu menyampaikan pendapat dengan
1
berani dan masih menggunakan kalimat sendiri. Kemampuan kolaborasi peserta didik juga sudah cukup baik sesuai dengan pernyataan guru pengampu yaitu untuk kemampuan kolaborasi peserta didik cukup baik walaupun dari beberapa peserta didik hanya peserta didik tertentu saja yang mengerjakan tugas kelompoknya. Beberapa senang dengan tugas kelompok tetapi ada juga yang tidak senang.
Antusias belajar peserta didik kelas X masih belum bisa sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapakan oleh guru, guru mengharapakan peserta didik kelas X dapat berkomunikasi, berkolaborasi dengan teman kelompok dan dapat bertukar pikiran satu sama lain dalam menyelesaian masalah pembelajaran. Proses pembelajaran tatap muka di kelas guru hanya menggunakan bahan ajar buku paket, menjadikan peserta didik malas untuk membaca dan kurang terlihat semangat saat belajar. Hasil wawancara Lampiran 1 menyatakan bahwa guru sangat membutuhkan bahan ajar yang menarik, bahan ajar yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dan dapat menumbuhkan semangat dan antusias peserta didik dalam belajar.
Hasil angket mengenai kemampuan komunikasi peserta didik pada Lampiran 1 menyatakan bahwa peserta didik senang mengajukan gagasan baru dalam menyelesaikan tugas namun itu hanya sebagian peserta didik saja. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan guru pengampu kelas bahwa kemampuan komunikasi peserta didik sudah cukup baik. Kemampuan kolaborasi peserta didik sudah cukup baik, dikarenakan peserta didik senang melakukan diskusi bersama kelompok dan sudah mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok, namun ada beberapa peserta didik yang tidak senang jika pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Kegiatan berkelompok dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya dari hasil diskusi kelompok. Kerjasama dapat menciptakan suasana pelajaran yang lebih efektif dan efisien. Peserta didik mampu melakukan lebih banyak hal secara berkelompok daripada bekerja secara individu (Hapsari dan Berta, 2014:183).
Hasil angket peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis pada Lampiran 1 yaitu peserta didik sudah berani mengemukakan pendapat dan bertanya jika ada materi yang belum mereka pahami walaupun hanya bebarapa peserta didik saja yang aktif bertanya. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan guru bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik dikelas masih
tergolong rendah, dikarenakan hanya beberapa peserta didik saja yang berani untuk mengemukakan pendapatanya.
Guru disekolah sebelumnya pernah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran lain, namun peserta didik belum bisa aktif dalam proses pembelajaran. Hal-hal tersebut diduga menyebabkan kemampuan komunikasi, kolaborasi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik belum maksimal. Sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai, maka diperlukan adanya model lain seperti model pembelajaran berbasis POGIL. POGIL merupakan model pembelajaran yang menggabungkan Guided Inquiry dan pendekatan kooperatif.Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan menerapkan pemahaman yang dimiliki mereka sebelumnya melalui kelompok (Oktapiyah, dkk 2018:04).
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehinggga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar (Tafonao, 2018:103). Media pembelajaran berfungsi dalam memberikan informasi atau pesan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan serta meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.
Adanya media dalam pelaksanaan pembelajaran, maka dapat meningkatkan kualitas belajar dengan membuat peserta didik lebih terlibat secara aktif didalam kelas sehingga peserta didik akan lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Media pembelajaran adalah alat yang berfungsi yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan pembelajaran. Banyak sekali jenis media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah salah satunya Booklet.
Booklet merupakan bahan ajar pembelajaran yang termasuk kedalam media
cetak, Booklet juga disebut dengan buku kecil yang didalamnya berisi informasi dengan topik tertentu (Mahendrani dan Sudarmin, 2015:866).
Booklet juga menjadi salah satu media yang menyajikan materi dalam bentuk
ringkasan dan memiliki Gambar yang menarik, sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar agar siswa lebih memahami materi pembelajaran.
Sifat Booklet informatif dan juga desainnya yang menarik dapat memicu rasa ingin tahu pada peserta didik, oleh karena itu peserta didik dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah.
Saat ini peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu permasalahan, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang mumpuni seperti model pembelajaran POGIL yang merupakan model pembelajaran aktif yang lebih mengedapankan pendekatan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan mendorong partisipasi peserta didik agar lebih aktif didalam kelas (Andani,2020:234).
Kemampuan berpikir kritis peserta didik mencakup kecenderungan perilaku dan keterampilan kognitif untuk memecahkan masalah, menarik kesimpulan, mempertimbangkan berbagai kemungkinan serta membuat suatu keputusan.
Melakukan kegiatan berpikir kritis akan sangat berperan dalam membangun dan mengembangkan pikiran untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Melihat permasalahan yang ada peneliti merasa kemampuan komunikasi, kolaborasi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu ditingkatkan dengan media cetak yaitu Booklet berbasis POGILyang dibuat secara menarik. Booklet merupakan buku berukuran kecil dan tipis berisi informasi yang dilengkapi dengan Gambar (Rahmatih, dkk 2017:163). Booklet ini dapat menambah referensi selain buku paket yang digunakan, sehingga Booklet dapat digunakan sebagai suplemen bahan ajar. Model POGIL dipilih
karena pembahasan materi keanekargaman hayati yang luas, sehingga dibutuhkan bimbingan (guided) dalam pembelajarannya. Melalui penggunaan model POGIL diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan kemampuannya dalam kerjasama kelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini yaitu apakah Booklet berbasis model pembelajaran POGIL pada materi keanekaragaman
hayati dapat meningkatkan keaktifan, kolaborasi dan berpikir kritis peserta didik dan layak digunakan sebagai bahan ajar di SMA kelas X?
C. Tujuan Pengembangan Produk
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk pembelajaran berupa Booklet yang berbasis model POGIL bahan ajar materi keanekaragaman hayati di SMA kelas X. Produk ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada disekolah dan dapat menambah jenis bahan ajar baru yang layak digunakan sebagai bahan ajar yang digunakan di sekolah.
D. Kegunaan Produk
Sesuai dengan tujuan pengembangan produk, kegunaan pengembangan produk adalah menghasilkan Booklet sebagai bahan ajar berbasis POGIL yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran dengan tujuan memperluas pengetahuan peserta didik dengan ringkas dan jelas serta keaktifan, kolaborasi dan berfikir kritis peserta didik dapat berkembang.
E. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berbentuk Booklet berbasis POGILpada materi keanekaragaman hayati.
Booklet ini berupa Booklet cetak berukuran A5. Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Judul Booklet : Booklet berbasis POGIL 2. Isi Booklet : Keanekaragaman hayati
3. Sasaran : Peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Metro
4. Komponen produk : Halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, tujuan pembelajaran, isi Booklet materi keanekargaman hayati berbasis POGIL, QR Barcode, latihan soal dan halaman sampul
belakang
5. Sintaks POGIL : Orientasi, Eksplorasi, Penemuan Konsep, Aplikasi dan Penutup.
F. Urgensi Pengembangan
Pembelajaran biologi khususnya materi keanekaragaman hayati merupakan materi yang penting, karena pada materi keanekaragaman hayati memiliki keterkaitan antara manusia dan lingkungan terhubung satu sama lain. Proses pembelajaran biologi, pembentukan konsep yang akan diajarkan sangatlah penting, karena berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik pada materi pelajaran. Apabila pembentukan konsep ini tidak sesuai dengan konsep yang benar maka akan menghambat proses belajar.
Booklet ini dikembangkan sebagai bahan ajar yang dapat memfasilitasi pada saat proses pembelajaran siswa untuk melakukan kegiatan.
Pengamatan dan diskusi merupakan skill dari keterampilan berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi sehingga perlu adanya fasilitas dalam bentuk
Booklet berbasis POGIL sebagai panduan belajar aktif agar sesuai dengan karakteristik pembelajaran.
G. Keterbatasan Pengembangan
Keterbatasan pengembangan produk Booklet ini adalah hanya mengembangkan materi biologi khususnya materi keanekaragaman hayati.
Selain itu karena ada beberapa scan barcode yang perlu di akses oleh siswa maka untuk mengakses barcode tersebut diperlukan kualitas jaringan internet yang baik. Jika tidak maka akses untuk membuka barcode tersebut terbatas, sehingga perlu adanya jaringan internet yang memadai untuk dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengakses barcode tersebut.