• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Evaluasi Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

N/A
N/A
Hana Fauziah

Academic year: 2024

Membagikan " Pengembangan Evaluasi Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EVALUASI KURIKULUM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

Dosen Pengampu: Al-Ustadzah Halimah As Sa’diah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Hana Fauziah (422021128056) Neneng Rahmasari Ando (422021128092)

Zahroh Anisatul Latifah (422021128127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR 2023 M / 1445 H

(2)

DAFTAR IS

BAB I...2

A. Latar Belakang...2

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Pembahasan...4

BAB II...5

A. EVALUASI...5

B. PENGEMBANGAN EVALUASI KURIKULUM...7

C. PENGEMBANGAN EVALUASI KURIKULUM BAHASA ARAB...9

BAB III...12

A. Kesimpulan...12

DAFTAR PUSTAKA...14

BAB I PENDAHULUAN

(3)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa, karena makna literal dari pendidikan mengacu pada proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dengan tujuan pertumbuhan manusia melalui usaha pendidikan dan pelatihan.1 Pendidikan yang baik untuk memimpin mobilisasi sosial masyarakat untuk hal-hal yang bernilai positif . Dewasa ini, potret pendidikan di Indonesia dibilang masih rendah dan memprihatinkan.

Beberapa permasalahan yang paling mendasar adalah kualitas dalam pendidikan.

Badan pusat Statistik RI, menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (HPI) - pada periode tersebut selama 4 tahun terakhir, tidak ada perubahan yang signifikan. Pada tahun 2010, IPM adalah 66,53 dan pada tahun 2014 IPM hanya meningkat tipis menjadi 68,90. Sampai tahun 2013 masih ditemukan orang tidak bersekolah sebesar 5,77%, tidak tamat SD sebesar 14,13% dan tamat SD sebesar 28,18%. Sedangkan yang telah menyelesaikan pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan dasar adalah sederajat SMP 20,51% Setara SMA 31,41% Ada beberapa faktor distorsi yang dapat memberikan dampak buruk secara langsung.2 Selain memakai kurikulum lama, pendidikan di Indonesia terbilang masih lemah dalam mengembangkan metode dan strategi dalam bahan ajar maupun pembelajaran.

Dalam proses kemajuan pendidikan, evaluasi pembelajaran merupakan komponen penting dalam keberhasilan pendidikan yang diadakan. Untuk meningkatkan kualitas dan keberhasilan dari kegiatan belajar perlu dilihat dari sudut pandang perubahan perilaku peserta didik. Hal ini yang dinamakan evaluasi.

Evaluasi pembelajaran untuk menentukan tingkat siswa menguasai keterampilan yang telah ditetapkan, mengalami kesulitan siswa dan mengetahui efektivitas dan efisiensi strategi pembelajaran digunakan oleh pendidik.

Metode pembelajaran di Indonesia masih banyak orang yang menggunakan cara konvensional dan masih sangat sedikit untuk memulainya

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2007

2 Almawadi, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007)

(4)

menggunakan metode inovatif dengan mengembangkan multimedia interaktif, siswa masih banyak mendapatkan informasi dari buku atau media cetak dan bahan lainnya diajarkan langsung oleh guru. Tapi sekarang pemerintah mulai mencoba menyediakan komunitas pembelajaran multimedia. itu diharapkan mendorong munculnya inovasi dalam proses pembelajaran yang menarik dan memungkinkan belajar dengan cara yang mandiri, praktis dan mudah diakses.3

Kurikulum adalah rencana pendidikan yang seharusnya digunakan sebagai acuan oleh sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum 2006 atau biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berfokus pada keterampilan yang harus dimiliki siswa. Penilaian harus dirancang untuk menentukan kompetensi atau hasil belajar. Siswa melacak pembelajaran mereka. Jadi, jika standar keluaran mencakup ketiganya yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, seharusnya penilaian mencakup ketiga bidang tersebut.

Program itu sendiri juga menekankan hasil belajar siswa harus mengunduh refleksi keterampilan lengkap pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga guru dapat menganalisis dan menjelaskan data sejauh mana proses dan hasil pembelajaran dapat dicapai oleh peserta pendidikan.4

Evaluasi dalam pembelajaran sudah banyak dibuktikan dengan mengembangkan media digital untuk melakukan evaluasi. Diantaranya google forms, situs-situs permainan interaktif; quizlet atau kahoot, maupun media youtube itu sendiri. Maka dari beberapa pemaparan diatas, perlunya pendidik dalam memperhatikan pengembangkan evaluasi kurikulum pembelajaran. Tidak terkecuali kurikulum bahasa Arab. Disini penulis akan membahas secara singkat mengenai “Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab”

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud evaluasi pembelajaran?

2. Apa yang di maksud pengembangan evaluasi kurikulum pembelajaran?

3 Maria Dewati, “Pengembangan Instrumen Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013 Berbasis Multimedia pada Materi Fisika SMA Kelas X”, Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya), Universitas Inddrapasta PGRI Jakarta, hal 110, 2017.

4 Suyatmini. “Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Akuntansi Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Kejuruan”, Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal.

101, 2017

(5)

3. Apa saja pengembangan evaluasi kurikulum pembelajaran Bahasa Arab?

C. Tujuan Pembahasan

1. Agar mengetahui apa itu evaluasi pembelajaran.

2. Agar mengetahui apa itu pengembangan evaluasi kurikulum pembelajaran.

3. Agar mengetahui apa saja pengembangan evaluasi kurikulum pembelajaran Bahasa Arab.

BAB II PEMBAHASAN A. EVALUASI

Evaluasi pada dasarnya adalah menemukan hasil akhir dari sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Evaluasi

(6)

pembelajaran terpadu merupakan penilaian keberhasilan kompetensi dasar siswa yang dicapai berdasarkan indikator. Evaluasi digunakan dengan bantuan tes dan skor dalam bentuk tertulis dan lisan, observasi kinerja, pengukuran sikap, evaluasi pekerjaan dalam hal tugas, proyek atau produk, menggunakan portofolio dan self- assessment. Dalam hal divergensi, penilaian yang baik dilakukan bahkan pada tahap perencanaan maupun pada tahap implementasi. Pada saat yang sama, dalam hal tujuan, evaluasi difokuskan tentang proses belajar dan produk pembelajaran.5

Secara khusus, pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan bertujuan untuk menentukan tingkat penerimaan dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikologis dan emosional. Dalam pendidikan, tujuan penilaian cenderung menekankan pada penguasaan sikap (emosional dan psikomotorik) daripada kognitif.6

Dalam kajian evaluasi, terdapat banyak model evaluasi dengan format tersebut atau sistem yang berbeda, meskipun dalam beberapa model sama. Bagian berikut menjelaskan hanya empat model penilaian kurikulum.

1. Model Studi Kasus

Model studi kasus adalah model utama untuk penilaian kualitatif. Evaluasi model studi kasus yang berfokus pada kegiatan pengembangan kurikulum dalam satuan pengajaran. Satuannya dapat berupa sekolah, kelas, bahkan guru dan kepala sekolah.

2. Model Iluminatif

Model ini didasarkan pada model antropologi sosial. model ini juga memiliki perhatian yang tidak hanya di kelas, tetapi inovasi kurikulum.

3. Model Responsif

Model respon sangat digarisbawahi tentang penempatan soal, dan masalah yang dihadapi menjadi perhatian peserta auditor yang berbeda sebagai bagian dari program evaluasi.

5 Suyatmini, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Akuntansi Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Kejuruan (Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta) hlm.104

6 Dr. Elis RatnaWulan, S.Si., Mt, Evaluasi Pembelajaran Dengan Pedekatan Kurikulum 2013 (Penerbit Pustaka Setia Bandung: Bandung) hlm.11

(7)

4. Model CIPP

Model ini dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Stufflebeam. Dalam peranjian. Seperti namanya, CIPP memiliki empat jenis penilaian, yaitu penilaian konteks (konteks), evaluasi masukan, evaluasi proses dan evaluasi produk (hasil).7

Penilaian kurikulum mencakup hal-hal berikut:

1. Menilai prestasi santri untuk kepentingan pengajaran 2. Mengkaji konsep dasar penilaian

3. Mengkaji berbagai teknik penilaian 4. Menyusun alat penilaian

5. Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan taraf pencapaian santri,

6. Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian santri.

7. Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar, 8. Dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar.8

B. PENGEMBANGAN EVALUASI KURIKULUM

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan pembelajaran. Untuk mengadakan evaluasi guna mengukur keberhasilan siswa, perlunya alat evaluasi atau biasa disebut dengan teknik. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan lebih efektif dan efisien. Maka alat evaluasi sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan evaluasi secara maksimal.

7 Nunuk Pujiati, Analisis Model Evaluasi Kurikulum Pembelajaran (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: Sidoarjo) hlm.3

8 Yazidul Busthomi, Pengembangan dan Evaluasi Kurikulum Pendidikan Di Pondok Pesantren Desa Ganjaran Gondanglegi Malang (Institut Agama Islam Al-Qolam Gondanglegi Malang:

Malang) hlm.225

(8)

Pada umumnya ada dua teknik yang digunakan dalam evaluasi, yaitu tes dan non-tes. Teknis tes disini bermaksud sebagai alat pengumpul informasi dengan cepat dan tepat. Dibandingkan dengan alat-alat lain, tes ini terbilang lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaan, untuk mengukur keberhasilan siswa tes terbagi menjadi tiga bagian; tes diagnostik untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga mendapat perlakuan yang tepat, tes formatif untuk mengukur sejauh mana siswa terbentuk setelah mengikuti program tertentu, tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau program yang lebih besar.

Dari segi bentuknya, tes terbagi menjadi tiga; tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Tes lisan biasa disebut dengan oral-test, yakni diujikan oleh penguji melalui mulut secara langsung. Sedangkan tes tulisan memiliki dua bentuk, yaitu objektif dan essay.9

Teknik non-tes teknik non-tes adalah metode evaluasi dan pengukuran yang tidak melibatkan pengujian langsung atau penilaian melalui tes tertulis.

Teknik ini lebih menekankan pada observasi, pengamatan, penilaian kualitatif, dan pengumpulan data yang lebih kontekstual. Enung Nugraha dalam jurnalnya di tahun 2009 mengemukakan bahwa teknik non-tes masih jarang digunakan dan masih sangat terbatas dikarenakan teknik tes terbilang lebih mudah dibuat.

Beberapa contoh teknik non-tes yang dipaparkan oleh Enung;10 1. Observasi

Adalah pengamatan secara langsung dan sistematis mengenai fenomena yang diselidiki. Observasi dapat digunakan untuk mengukur hasil dan proses tingkah laku siswa, tingkah laku guru saat mengajar, partisipasi siswa dalam menggunakan alat peraga, dan lainnya. Observasi terbagi menjadi dua; observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung dilakukan pengamatan secara langsung sedangkan observasi tidak langsung menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri.

2. Wawancara

9 Enung Nugraha, Alat-Alat Evaluasi Pendidikan, Jurnal Tsaqofah Vol. 07, No. 02, 2009, hal 241 10 Ibid…, hal. 243-245

(9)

Adalah suatu teknik menggunakan sistem tanya jawab untuk mendapatkan jawaban dari responden. Wawancara terbagi menjadi dua, Interview bebas yang tidak dibatasi patokan-patoka yang telah dibuat dan Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.

3. Kuesioner

Adalah suatu daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.

Dilihat dari segi responden yang menjawab, kuesioner dibedakan menjadi dua; diisi langsung oleh responden dan tidak langsung yaitu diisi langsung oleh orang lain. Kuesioner tidak langsung biasanya dipakai untuk mencari jumlah keluarga dan lainnya.

Jika dilihat dari segi cara menjawab, kuesioner dibedakan menjadi dua; tertutup dan terbuka. Tertutup adalah yang telah disediakan alternative jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban, sedangkan terbuka adalah isi jawabannya diserahkan sepenuhnya kepada responden.

4. Studi kasus

Hal ini digunakan untuk mempelajari tingkah laku individu. Dalam kasus pendidikan, studi kasus dapat dilakukan oleh guru pembimbing.

Seperti permasalahan pada umumnya berkenaan dengan kegagalan belajar, sering membolos dan lainnya.

5. Inventori

Adalah alat evaluasi non-tes yang terdiri dari sejumlah pertanyaan kemudian siswa memilih jawaban alternative setuju, kurang, atau tidak setuju.

Dilihat dari perkembangan zaman, dewasa ini teknik non-tes lebih sering digunakan dibandingkan teknik tes itu sendiri. Hal ini dikarenakan penggunaan teknik non-tes lebih mudah didapatkan sebanding dengan melejitnya teknologi digital. Didukung oleh keadaan pasca pandemi Covid-19 tahun 2020- 2022, penggunaan media digital terus melejit. Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite11, jumlah pengguna internet di seluruh dunia telah mencapai 5,07 miliar

11 Cindy Mutiara Annur, “ Ada Berapa Pengguna Internet dan Media Sosial di seluruh Dunia?”.

Databoks. 8 Desember 2022, https://databoks.katadata.co.id/tags/internet

(10)

orang pada Oktober 2022. Jumlah tersebut mencapai 63,45% dari populasi global yang totalnya 7,99 miliar orang. Saat ini teknik kuesioner dan inventori sangat sering dilakukan oleh peneliti di bidang manapun. Contoh hasil perkembangan alat evaluasi yang dapat digunakan dengan mudah ialah Google Form. Contoh evaluasi kuesioner lainnya dengan didukung permainan warna dan animasi sehingga lebih menarik dan menambah minat belajar adalah Quizizz, Kahoot, Worldwall dan masih banyak lagi.

Sebagai satu contoh jurnal yang mengupas tuntas mengenai perkembangan evaluasi menggunakan media Kahoot ditulis oleh Nadhira Aisyah, dkk Tahun 2021.12 Ia memaparkan bahwa model pengembangan peneliti berupa model 4D dan hasil validasi oleh para ahli adalah 80% “valid”. Ditambah dengan respon siswa terhadap penggunaan media Kahoot memperoleh persentase 92%

dengan predikat ‘sangat baik’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aplikasi Kahoot! relevan dan menarik untuk dijadikan media evaluasi.Hal ini menunjukkan perkembangan evaluasi kurikulum dapat menghasilkan perbaikan persentase keberhasilan dalam proses pendidikan.

C. PENGEMBANGAN EVALUASI KURIKULUM BAHASA ARAB

1. Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Media Puzzle

Media adalah alat, bahan, metode dan teknik yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran yang ditujukan pada intensitas interaksi guru- siswa yang komunikatif dan suportif terjadi secara efektif dan efisien sesuai Gambar adalah sesuatu yang muncul secara visual dalam bentuk dua Ukuran.

Menggunakan gambar dalam bentuk puzzle bisa sangat membantu Siswa lebih aktif dalam belajar dan dapat memecahkan masalah dengan lebih baik. Media teka-teki adalah media Gambar termasuk dalam media visual, karena hanya dapat dicerna hanya sebuah pemandangan. Bentuk puzzle ini terdiri dari potongan-

12 Nadhira Aisyah, dkk, Pengembangan Aplikasi Kahoot Sebagai Media Evaluasi Hasil Belajar Siswa, EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2021

(11)

potongan tipis terdiri dari potongan-potongan bahan yang terbuat dari kayu atau papan Karton.13

2. Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Game Rangking I

Game (Permainan)Ranking I adalah permainan menjawab soal atau pertanyaan disajikan secara tertulis di papan tulis dengan menggunakan spidol Boardmaker yang mudah dihapus untuk menulis jawaban. Aktivitas game rangking I mewarisi game rangking 1 yang ada di saluran televisi nasional, tetapi dengan beberapa perubahan dan Penyesuaian dengan kondisi sekolah. Belajar melalui model (permainan) dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Pembelajaran dengan model permainan rangking 1 bersifat sistematis dalam kelompok, tidak seperti televisi. Adapun masalah ini diselenggarakan berdasarkan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa.14

3. Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Wondershare Quiz Creator (WQC)

Wondershare Quiz Creator (WQC) adalah sarana yang bisa digunakan sebagai sarana evaluasi interaktif. Argumen As'ary dengan sembilan contoh soal dan semua landasannya konten di Wondershare Quiz Creator seperti gambar, video dan audio, guru dapat membuat tes berbasis TIK untuk semua komponen bahasa termasuk unsur kebahasaan (ashwat arab, mufrodat arab dan tarkib/ qowaid/tata bahasa), dan tes kemampuan berbahasa (istima skill, skill qiro'ah dan kitabah) kecuali keterampilan berbicara atau kalam.5 Perkataan Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa penerapan WQC sangat layak untuk dilakukan digunakan dalam penilaian pembelajaran bahasa Arab.15

13 Dias Nur Fikriasari, Penggunaan Puzzle Sebagai Media Evaluasi Penguasaan Mufrodat Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2: Malang) hlm. 197 14 Izul Fahmi, Efektivitas Penggunaan Media Ranking 1 Dalam Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Di MA NWDI Bagik Polak (Jurnal Bahasa dan Pendidikan Bahasa Arab: Nusa Tenggara Barat) hlm. 45

15 Muhammad Haykal Rahman, Penggunaan Wondershare Quiz Creator Sebagai Media Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah (AL WARAQAH: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab) hlm.52

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam sistem belajar (yaitu belajar sebagai suatu sistem) Evaluasi merupakan salah satu bagian dan langkah terpenting yang harus dilakukan guru dalam menentukan keefektifan pembelajaran. Hasil yang diterima dapat dijadikan umpan balik (feedback) kepada guru untuk perbaikan dan meningkatkan program dan kegiatan pembelajaran.

Penggunaan multimedia dalam melakukan evaluasi sekolah sangat diperlukan bagi siswa dan guru karena tidak hanya memudahkan siswa dalam

(13)

berlatih mengolah soal. Dalam praktiknya, siswa lebih mandiri dan siswa lebih siap menghadapi ulangan sekolah seperti ujian semester atau ujian nasional, dan guru juga lebih mudah menyiapkan soal-soal ujian.

Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan lebih efektif dan efisien. Maka alat evaluasi sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan evaluasi secara maksimal dua teknik yang digunakan dalam evaluasi, yaitu tes dan non-tes.

Dari segi bentuknya, tes terbagi menjadi tiga; tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Teknik non-tes teknik non-tes adalah metode evaluasi dan pengukuran yang tidak melibatkan pengujian langsung atau penilaian melalui tes tertulis tahun 2009

Teknik non-tes masih jarang digunakan dan masih sangat terbatas dikarenakan teknik tes terbilang lebih mudah dibuat Dilihat dari perkembangan zaman, dewasa ini teknik non-tes lebih sering digunakan dibandingkan teknik tes itu sendiri. Contoh hasil perkembangan alat evaluasi yang dapat digunakan dengan mudah ialah Google Form. Contoh evaluasi kuesioner lainnya dengan didukung permainan warna dan animasi sehingga lebih menarik dan menambah minat belajar adalah Quizizz, Kahoot, Worldwall dan masih banyak lagi. Ia memaparkan bahwa model pengembangan peneliti berupa model 4D dan hasil validasi oleh para ahli adalah 80% “valid”.

Demikian dengan pengembangan kurikulum bahasa Arab terdapat beberapa jurnal yang membahas mengenai beberapa perkembangan media, diantaranya: Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Media Puzzle, Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Game Rangking I, dan Pengembangan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab dengan Wondershare Quiz Creator (WQC).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

(KBBI, K. B. (2007).

Almawadi. (2007). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Annur, C. M. (2022, Desember 8). Ada Berapa Pengguna Internet dan Media Sosial di seluruh Dunia? Retrieved from Databoks:

https://databoks.katadata.co.id/tags/internet

(15)

Busthomi, Y. Pengembangan dan Evaluasi Kurikulum Pendidikan Di Pondok Pesantren Desa Ganjaran Gondanglegi Malang . Institut Agama Islam Al- Qolam Gondanglegi Malang, 225.

Dewati, M. (2017). “Pengembangan Instrumen Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013 Berbasis Multimedia pada Materi Fisika SMA Kelas X. Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) Universitas Inddrapasta PGRI Jakarta, 110.

Fahmi, I. Efektivitas Penggunaan Media Ranking 1 Dalam Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Di MA NWDI Bagik Polak. Jurnal Bahasa dan Pendidikan Bahasa Arab: Nusa Tenggara Barat, 45.

Fikriasari, D. N. Penggunaan Puzzle Sebagai Media Evaluasi Penguasaan

Mufrodat Dalam Pembelajaran Bahasa Arab . (Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2: Malang), 197.

Nadhira Aisyah, d. (2021). Pengembangan Aplikasi Kahoot Sebagai Media Evaluasi Hasil Belajar Siswa,. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan.

Nugraha, E. (2009). Alat-Alat Evaluasi Pendidikan. urnal Tsaqofah Vol. 07, No.

02, 241.

Pujiati, N. Analisis Model Evaluasi Kurikulum Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 3.

Rahman, M. H. Penggunaan Wondershare Quiz Creator Sebagai Media Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah. AL WARAQAH:

Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 52.

RatnaWulan, E. Evaluasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Kurikulum 2013.

Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Suyatmini. (2017). Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Akuntansi Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Kejuruan. Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 101.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis telah memaparkan evaluasi pembelajaran bahasa Arab dan statistiknya, mulai dari beberapa teori dan juga aplikasinya dalam pembelajaran empat keterampilan bahasa

2 Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab menggunakan media modul “Bahasa Arab Berbasis Aktifitas Kurikulum 2013“ adalah : Dukungan

Terkait Problematika pengembangan kurikulum bahasa Arab di MTs Darul Hikmah, yaitu dari segi beberapa guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, sebagian pengurus

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa Arab kurikulum 2013 di MTs Negeri Sumbang Tahun pelajaran 2014/2015

Ketiga, penyiapan kurikulum dan pembelajaran bahasa arab di Pondok Pesantren Darusy Syahadah melalui kegiatan workshop terlebih dahulu kemudian menyelenggarakan kegiatan

Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Bahasa Arab harus dikembangkan sesuai dengan konsep

153 | Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan tujuan isi dan kegiatan belajar dari berbagai bidang studi

Evaluasi Kurikulum 2019 dalam Pelajaran Bahasa Arab di SMA Islam Al Azhar 24 Boarding School Berdasarkan hasil observasi bahwa keadaan yang diharapkan pada implementasi kurikulum