PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA REMAJA MELALUI PENERAPAN
METODE DEBAT
Muhamad Ilham Syahdeli1,Rido Budiman2,Rima Rikmasari3 Universitas Islam 451,2,3
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstract
In a research journal focusing on community service programs aimed at developing critical thinking skills through debate methods in high schools, the research results indicate that this program has significantly enhanced the critical thinking abilities, speaking skills, and argumentation skills of male and female students. The program has provided valuable experiences in research, teamwork, and a deeper understanding of complex issues.
Participants in the program have also reported improvements in their ability to communicate clearly and assertively, boosting their confidence in expressing their opinions and effectively responding to questions and counterarguments.Throughout the debate process, students have had the opportunity to delve into specific topics, aiding them in better comprehending complex issues. This, in turn, contributes to more critical assessments and better decision-making across various aspects of life.Expanding the implementation of this program to various high schools is expected to assist more students in developing crucial critical thinking skills vital for both education and daily life. Continuous monitoring and evaluation are essential to continually enhance the program's effectiveness. Additionally, providing more supportive resources, such as books, access to literature, and in-depth training for educators, is necessary to elevate the program's quality.Consequently, this community service program has brought about significant positive impacts by enhancing the critical thinking skills, speaking abilities, and argumentation skills of high school students, preparing them to face future challenges.
Keywords : Critical Thinking, Skill, Student
1. Pendahuluan
Program tri dharma perguruan tinggi yaitu kuliah kerja nyata (KKN) merupakan salah satu program wajib pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa untuk melatih mahasiswa belajar secara penuh untuk mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat dan mencari permasalahan yang ada di lingkungan desa atau Rukun Tetangga (RT) (Basri dkk., 2023). Remaja merupakan fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Pada tahap ini, seseorang sudah bukan lagi anak-anak, tetapi belum sepenuhnya matang menjadi dewasa (Dini & Nurhelita, 2020; Fitriana & Siswantara, 2018).
Mereka tengah mencari gaya hidup yang sesuai dengan diri mereka, seringkali melalui percobaan meskipun terkadang dengan banyak kesalahan. Kesalahan ini
bisa menimbulkan kekhawatiran dan perasaan tidak nyaman bagi lingkungan sekitarnya, terutama orangtua. Kesalahan yang dilakukan remaja biasanya lebih disukai oleh teman sebaya mereka, karena mereka semua sedang dalam tahap pencarian identitas yang serupa. Tindakan-tindakan yang mengakibatkan ketidakpuasan dalam lingkungan sering disebut sebagai perilaku kenakalan remaja (Ayun, 2017; Ligina dkk., 2018).
Berpikir kritis adalah kemampuan kognitif yang melibatkan proses pemikiran reflektif, mendorong siswa untuk merenung tentang masalah. Ini mencakup kemampuan berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah terbuka, menetapkan sebab dan akibat, menarik kesimpulan, dan mempertimbangkan data yang relevan. Kemampuan berpikir deduktif melibatkan pemecahan masalah spasial dan logis, membedakan fakta dan opini, serta menggunakan penalaran silogistik (Habibah dkk., 2021; Putra, 2015; Widyanto &
Vienlentia, 2022).
Berpikir kritis melibatkan aktivitas mental dalam memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberikan alasan rasional, mengevaluasi, menyelidiki, dan mengambil keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi menjadi sangat penting.
Orang yang berpikir kritis aktif mencari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan berdasarkan fakta sebelum mengambil Keputusan (Pratiwi, 2018). Ciri khas pemikir kritis adalah upaya konsisten mereka dalam mencari dan menunjukkan hubungan antara masalah yang dibahas dan masalah atau pengalaman yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses pemecahan masalah terorganisir yang melibatkan aktivitas mental, termasuk kemampuan merumuskan masalah, menyajikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan (Habibah dkk., 2021;
Widyanto & Vienlentia, 2022).
Hasil pengamatan di SMAN I Cabangbungin melalui interaksi dengan guru IPA dan pelaksanaan tes kemampuan berpikir mengungkapkan beberapa temuan.
Selama proses pembelajaran, hanya sedikit siswa yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan pandangan mereka, dan evaluasi yang digunakan saat ini belum sepenuhnya terfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kurangnya partisipasi aktif siswa terlihat dari hasil wawancara dengan guru dan uji kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari lima soal. Tes tersebut dilakukan untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa pada tahap awal. Hasil tes ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa hanya mencapai 39,20%, yang berada dalam kategori kurang baik. Siswa cenderung menghadapi kesulitan dalam menganalisis informasi yang diberikan dan terkadang hanya menerima informasi tanpa melakukan evaluasi lebih mendalam. Mereka juga terlihat pasif dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan dari guru, terutama dalam konteks permasalahan yang dihadapi. Selain itu, siswa jarang mengemukakan gagasan atau ide yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Hasil observasi menunjukkan perlunya perubahan dalam pendekatan pembelajaran, dengan fokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis
siswa. Pelatihan dan metode pengajaran yang lebih interaktif serta inklusif mungkin diperlukan untuk merangsang partisipasi dan mendorong siswa untuk lebih aktif berpikir, menganalisis, dan berkontribusi dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terdapat beberapa masyarakat remaja dilingkungan Desa Lenggahjaya yang telah dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka, yang dimana sebagian dari remaja tersebut masih belum memahami dan sulit dalam berfikir kritis, serta tak sedikit dari mereka sering termakan hoax dipublik. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Lenggahsari dapat diberikan edukasi dan pemahaman mengenai penerapan berfikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi masyarakat yang terkena hoax dilingkungan publik.
Dengan diberikan pemahaman tersebut diharapkan masyarakat sekitar desa tapak serang menjadi pemecahan masalah yang efektif dan pengambilan keputusan yang bijaksana.
2. Metode Pelaksanaan
Sasaran utama dalam kegiatan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah siswa siswi sekolah menengah atas Di Desa Leggahjaya lebih tepatnya SMAN 1 Cabangbungin yaitu kelas 10 E dengan umur berkisar 14-16 tahun yang berjumlah 23 Perempuan dan 12 Laki laki. Tujuan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada pengembangan keterampilan berfikir kritis pada remaja melalui penggunaan metode debat di sekolah menengah atas, tujuannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan keterampilan berbicara dan berargumen secara persuasif, mengasah kemampuan penelitian yang diperlukan untuk mengevaluasi informasi, mendorong kerja tim dan kolaborasi dalam persiapan dan perdebatan, serta membantu siswa menjadi pemikir yang lebih analitis saat mereka menjelajahi berbagai sudut pandang dalam isu-isu yang kompleks di era saat ini.
Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini terdiri dari seminar dan pelatihan (Basri dkk., 2022). Penulis yang berperan sebagai moderator dan pemateri menjelaskan beberapa materi Dengan cara memberikan materi tentang berfikir kritis, tujuan berfikir kritis, manfaat berfikir kridis dan unsur – unsur yang perlu diperhatikan dalam berdebat atau berargumen dan selanjutnya penulis mengajak langsung untuk berargumen dengan topik yang sudah disiapkan.
Sebanyak 4 topik dan 1 topik tambahan yang dibuat oleh siswa/siswi itu sendiri.
Setiap siswa berhak mendapatkan bagian dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut pula dibagi menjadi dua sisi yaitu sisi pro dan sisi kontra. Sisi pro dapat lebih dahulu untuk berargumen dan dilanjutkan oleh sisi kontra. Siswa dan siswi yang siap berargumentasi dipersilahkan kedepan kelas untuk berbicara dan mempertanggun jawabkan argumennya kepada teman teman sekelas nya. Lalu akan ada sanggahan dari siswa dan siswi kepada siswa dan siswi yang beragumen sebelumnya, hingga sampai satu sisi dari kubu tersebut tidak dapat menjawab
argumen atau tidak dapat menyanggah argumen yang dibuat sebelumnya maka sisi dari kubu tersebut memenangkan sesi debat.
3. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan yang bertema “Debat dan Diskusi: Membangun Kemampuan Berargumentasi dan Berpendapat Secara Efektif” dilaksanakan dalam beberapa tahap utama sebagai berikut :
a) Observasi, dilaksanakan pada tanggal 9 – 15 Agustus 2023 dengan tempat pelaksanaan di Desa Lenggahjaya, Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi
b) Perencanaan program bersama dosen pembimbing lapangan dan reviewer dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2023 melalui sistem hybrid (langsung dan online)
c) Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan debat dan diskusi untuk berfikir kritis dilaksanakan pada tanggal 5 September 2023 dengan tempat pelaksanaan berada di SMAN I Cabangbungin.
3.2 Hasil Pelaksanaan
Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang telah diselenggarakan dan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus – 16 September 2023. Lokasi pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Lenggahjaya, Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi.Pada tanggal 9, 10, dan 15 Agustus 2023, terdapat observasi yang dilakukan di Desa Lenggahjaya.
Kemudian, pada tanggal 14 Agustus 2023, sebuah program perencanaan diadakan juga di Desa Lenggahjaya. Selanjutnya, pada tanggal 5 September 2023, diadakan sosialisasi dan pelatihan debat dan diskusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di SMAN 1 Cabangbungin, khususnya untuk kelas 10 E.
Gambar 1. Koordinasi dengan Humas SMAN 1 Cabangbungin
Dalam melaksanakan kegiatan terdapat beberapa kendala yang dihadapi selama kegiatan tersebut berlangsung. Dalam program tersebut, ada beberapa faktor yang sedikit menghambat kelancaran pelaksanaan kegiatan dan terdapat beberapa kendala. Kendala (1) beberapa peserta mungkin memiliki pengetahuan
yang lebih mendalam tentang topik yang diperdebatkan, sedangkan yang lain mungkin memiliki pemahaman yang terbatas. Hal ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam perdebatan, dimana beberapa peserta mungkin lebih unggul dalam mengemukakan argumen atau merespons pertanyaan dengan lebih baik daripada yang lain, sehingga sedikit membutuhkan waktu lebih lama dalam mimikirkan sebuah argumentasi. Kendala (2) emosional dalam pelaksanaan kegiatan. Tak jarang beberapa siswa dan siswi yang berdebat serta berargumentasi masih belum bisa menahan emosionalnya dalam mempertahankan dan melemahkan argumen.
Gambar 2. Penulis selaku pemateri menjadi pengadil dalam sebuah kegiatan debat agar kondusif
Setelah mengikuti kegiatan-kegiatan atau program yang dijalankan oleh pengabdi masyarakat yang menunjukkan bahwa kegiatan debat secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan siswi SMA. Mereka menjadi lebih terampil dalam menganalisis informasi, mengembangkan argumen yang kuat, dan merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang relevan. Selain itu, peserta debat juga melaporkan peningkatan dalam kemampuan berbicara mereka, meningkatkan kepercayaan diri dalam menyampaikan argumen dengan jelas dan persuasif, serta mampu merespons pertanyaan dan argumen lawan dengan lebih baik. Selain itu, melalui debat, siswa memiliki kesempatan untuk mendalami topik- topik tertentu, membantu mereka memahami isu-isu yang kompleks dengan lebih baik, yang berkontribusi pada penilaian kritis dan pengambilan keputusan yang lebih baik di berbagai aspek kehidupan. Terakhir, debat juga mengajarkan siswa tentang kerja sama tim, membantu mereka mengembangkan kemampuan kolaborasi yang berharga dalam merumuskan argumen dan strategi debat.
Gambar 3. Pembagian Penghargaan Untuk Siswa Dan Siswi Yang Aktif Berargumentasi Saat Kegiatan Berlangsung.
3.3 Evaluasi
Setelah melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan siswa dan siswi SMA dalam program debat dan berpikir kritis, ditemukan bahwa peserta program telah menunjukkan pemahaman yang signifikan tentang berbagai aspek dalam debat dan berpikir kritis. Mereka telah memahami pentingnya berkomunikasi dengan jelas dan asertif dalam menyampaikan pendapat serta berani mengutarakan keyakinan mereka. Selain itu, mereka juga telah memahami konsep-konsep seperti logika argumentasi, pembangunan argumen yang kuat, dan kemampuan merespons argumen lawan. Semua pemahaman ini membantu siswa dan siswi untuk menjadi lebih terampil dalam berdebat dan berpikir kritis dalam berbagai konteks. Penerapan yang lebih luas dari program ini akan membantu lebih banyak siswa dan siswi di berbagai sekolah menengah atas untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan adalah penting agar dapat terus memantau dan mengevaluasi efektivitas program ini, sehingga area-area yang memerlukan perbaikan atau peningkatan dapat diidentifikasi dengan jelas. Selain itu, peningkatan program ini juga dapat dilakukan dengan menyediakan lebih banyak sumber daya pendukung, seperti buku, akses ke literatur, dan memberikan pelatihan yang lebih mendalam kepada para pengajar.
4. Kesimpulan Dan Saran
Hasil dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat yang berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui metode debat di SMAN Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi memberikan dampak keberhasilan berupa adanya peningkatan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis, keterampilan berbicara, dan kemampuan berargumen pada siswa dan siswi.
Program ini juga memberikan pengalaman berharga dalam penelitian, kolaborasi tim, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu kompleks. Selain itu, program ini juga memberikan dampak positif dalam mempersiapkan siswa dan siswi untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Adapun saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah untuk mengadakan pelatihan dan pembekalan materi. Dengan adanya sesi pelatihan reguler untuk memahami aturan debat, strategi argumentasi, penelitian, dan keterampilan berbicara di depan umum. Dengan demikian, mereka bisa memperoleh pengetahuan mendalam tentang topik yang akan diperdebatkan.
Daftar Pustaka
Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102–122.
Basri, H., Putra, P., Khoiriyah, U., Putrianika, P., & Widyowati, D. D.
(2023). BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN UNTUK DOSEN DAN
MAHASISWA KULIAH KERJA NYATA (KKN) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023. Pustaka Buku, 1–72.
Basri, H., Putra, P., Supratno, S., Irham, I., Rofieq, A., Rusham, R., Maysaroh Chairunnisa, N., & Amin Ash Shabah, M. (2022). Buku Panduan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Era Covid-19 Periode Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022.
Dini, A. Y. R., & Nurhelita, V. F. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pendewasaan Usia Perkawinan Terhadap Risiko Pernikahan Usia Dini. Jurnal Kesehatan, 11(1), 50–59.
Fitriana, H., & Siswantara, P. (2018). Pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMPN 52 Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, 13(1), 107–118.
Habibah, S. U., Fathani, A. H., & Nursit, I. (2021). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Resiliensi Matematis Siswa yang Memiliki Kegemaran Bidang Seni Kaligrafi. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 1.
Ligina, N. L., Mardhiyah, A., & Nurhidayah, I. (2018). Peran orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak sekolah dasar di Kota Bandung. Ejournal Umm, 9(2), 109–118.
Pratiwi, W. (2018). Optimalisasi pendekatan saintifik dengan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di madrasah ibtidaiyah. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 23(2), 174–191.
Putra, P. (2015). Analisis tingkat pemahaman mahasiswa terhadap pernyataan standar akuntansi keuangan Syariah Psak-Syariah.
JRAK: Jurnal Riset Akuntansi dan Komputerisasi Akuntansi, 6(1), 38–50.
Widyanto, I. P., & Vienlentia, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik menggunakan Student Centered Learning. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 7(4).