Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Penjelasan Istilah ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berpikir Kritis ... 9
B. Pembelajaran Inkuiri ... 13
C. Inkuiri Terbimbing ... 16
D. Deskripsi Materi Alkana ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24
B. Subjek Penelitian ... 24
C. Alur Penelitian ... 26
D. Instrumen Penelitian ... 28
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 37
1. Kemampuan Berinkuiri Siswa Selama Pembelajaran ... 37
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 43
3. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 46
4. Tanggapan Siswa dan Guru ... 49
B. Pembahasan ... 53
1. Kemampuan Berinkuiri Siswa Selama Pembelajaran ... 53
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 62
3. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 29
3.2 Hasil Pretes, postes, dan Rata-rata ... 30
3.3 Klasifikasi Reliabilitas ... 32
3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 33
3.5 Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 33
3.6 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 34
3.7 Kriteria Peningkatan KBK Siswa... 35
4.1 Aspek Inkuiri Siswa pada LKS Pembelajaran Alkana ... 38
4.2 Kemampuan Berinkuiri Siswa ... 39
4.3 Peningkatan Indikator KBK dalam Soal Pretes dan Postes ... 45
4.4 Penguasaan Konsep ... 47
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Model Struktur Senyawa Alkana ... 21
2.2 Isomer C3H8 ... 22
3.1 Alur Penelitian ... 26
4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Pretes dan Postes ... 44
4.2 Contoh jawaban siswa merumuskan masalah kurang tepat ... 55
4.3 Contoh jawaban siswa merumuskan masalah yang tepat ... 55
4.4 Contoh jawaban siswa membuat hipotesis ... 57
4.5 Contoh jawaban siswa mengumpulkan data kurang tepat ... 59
4.6 Contoh jawaban siswa mengumpulkan data yang tepat ... 59
4.7 Contoh jawaban siswa menganalisis data yang tepat ... 60
4.8 Contoh jawaban siswa menyimpulkan ... 61
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Lampiran
A.1 Silabus ... 83
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
A.3 Lembar Kerja Siswa I dan II ... 100
A.4 Kisi-Kisi Instrumen ... 115
A.5 Validasi Instrumen ... 117
A.6 Pedoman dan Hasil Wawancara Guru... 133
A.7 Format dan Hasil Angket Siswa ... 137
B.1 Hasil Pretes Keseluruhan Siswa ... 140
B.2 Hasil Postes Keseluruhan Siswa ... 142
B.3 Hasil Pretes dan Postes pada Indikator KBKr ... 144
B.4 Sampel Jawaban LKS I Siswa... 152
B.5 Sampel Jawaban LKS II Siswa ... 153
B.6 Sampel Jawaban Postes Siswa ... 154
B.7 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 155
C.1 Surat Izin Penelitian ... 157
C.2 Surat Izin Validasi Instrumen... 158
C.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 159
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan satuan pendidikan yang berperan penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan mutu
pendidikan dan pengajaran di sekolah senantiasa diupayakan agar berhasil sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan
tercermin dari kualitas sumber daya manusia menunjukkan kualitas pola berpikir
manusia. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa di sekolah. Kegiatan
belajar ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan berpikir, dan dilakukan secara
sadar dan terencana yang mengarah pada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar
yang sudah dirumuskan dan diterapkan sebelumnya. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pembelajaran adalah siswa mampu untuk menerapkan pola
pikir yang dikembangkan oleh Guru di sekolah untuk menjalani kegiatannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
Berpikir merupakan salah satu kegiatan yang paling penting dalam
pembelajaran. Salah satu cara untuk mengembangkan proses berpikir adalah
proses pembelajaran sekolah. Sekolah merupakan wadah penting untuk
mengembangkan proses berpikir siswa. Dengan berpikir, siswa tidak hanya
mampu mencapai tujuan-tujuan pendidikan tetapi juga mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang
Tenaga kependidikan atau Guru memegang peran utama dalam
pengembangan pola pikir siswa. Oleh karena itu Guru yang profesional harus
memiliki kemampuan untuk menanamkan pengembangan berpikir siswa. Sebagai
fasilitator Guru harus mendukung siswa untuk menemukan, menganalisis,
menafsirkan, dan mengevaluasi data. Pendekatan kurikulum yang berdasarkan
student-centered, activity-centered, dan kreatif dapat mengembangkan keterampilan berpikir menurut Ozman & Craver (dalam Claudette, 2011).
Ilmu kimia yang termasuk rumpun IPA pada hakikatnya dapat
dipandang sebagai proses dan produk. Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak
boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep. Pembelajaran IPA
didasarkan pada teori konstruktivisme yang berpandangan bahwa belajar
merupakan kegiatan membangun pengetahuan yang dilakukan sendiri oleh siswa
berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya (Ramsey dalam Rustaman,
2004).
Pada saat ini, pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah saat ini
seringkali hanya menuntut siswa banyak mempelajari konsep dan prinsip secara
hafalan. Hal ini mengakibatkan siswa hanya memperoleh pengenalan istilah
secara hafalan tanpa makna, padahal banyak konsep dan prinsip yang perlu
dipelajari secara bermakna. Belajar bukan hanya sekedar proses menghafal dan
menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya
bermakna untuk siswa melalui berpikir (Sanjaya, 2008). Pada kenyataannya
pembelajaran yang dilaksanakan kurang mengembangkan keterampilan berpikir
menjawab pertanyaan, mengolah informasi, dan memperoleh kesimpulan yang
tepat.
Dengan mengembangkan berpikir kritis terhadap materi dapat
diupayakan dalam membantu memahami konsep materi terhadap siswa.
Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain
ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Di samping pengembangan fitrah
ber-Tuhan, pembentukan fitrah moral dan budi pekerti, pengembangan
keterampilan berinkuiri dan berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama
pendidikan sains dan merupakan dua hal yang bersifat sangat berkaitan satu sama
lain” (Garrison & Archer dalam Ennis, 2004).
Berpikir kritis merupakan bagian dari pola berpikir kompleks/tingkat
tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir
untuk menganalisis argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap-tiap makna
dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis,
memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi, serta memberikan
model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan (Ennis, 1985).
Untuk menunjang pembelajaran yang dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dapat digunakan model inkuiri. Pembelajaran inkuiri
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
Model inkuiri merupakan model pembelajaran untuk membantu siswa
menemukan jalan penyelesaian suatu permasalahan menggunakan instruksi yang
dibedakan. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran inkuiri memiliki tahap-tahap tertentu yang membuat siswa berpikir
bagaimana saya mengetahui materi dibandingkan apa yang harus saya ketahui
tentang suatu materi.
Ciri-ciri dari pembelajaran inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Salah satu kajian di dalam mata pelajaran kimia adalah materi alkana.
Materi ini memiliki karakteristik dan kesulitan tertentu. Perlu banyak pengetahuan
dan kemampuan analisis yang dimiliki siswa untuk mempelajari materi ini,
diantaranya konsep unsur hidrogen dan karbon, struktur senyawa, tata nama
senyawa, isomer struktur, serta sifat fisik dan kimianya. Materi ini juga biasanya
cenderung disampaikan dengan metode ceramah sehingga proses pembelajaran
yang dilaksanakan cenderung bersifat searah. Menggunakan model pembelajaran
penguasaan konsep siswa sehingga kemampuan untuk mengasah keterampilan
berpikir kritis melalui materi alkana dapat dialami.
Melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Hal ini senada dengan pernyataan berikut, inkuiri berarti
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2007). Demikian pula dengan pernyataan lain
yang sesuai, yaitu inkuiri adalah proses di mana siswa belajar dengan
memanfaatkan keingintahuannya untuk berpikir dan bertindak sehingga
meningkatkan berpikir kritis, melalui pertanyaan/permasalahan dengan tepat, dan
mempresentasikan hasilnya (Bybee dalam Makrina, 2007). Selain itu
karkateristik pengembangan keterampilan berpikir kritis memiliki kemiripan sifat
dengan inkuiri, artinya siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya
melalui berinkuiri sains. Sama halnya dengan belajar sains kimia berdasarkan
inkuiri sain membekalkan pula keterampilan berpikir kritis bagi para siswa
(Liliasari, 2007).
Inkuiri mempunyai dua tipe utama yaitu inkuiri terbimbing (guided
inquiry) dan inkuiri bebas atau terbuka (open-ended inquiry). Kedua jenis inkuiri
tersebut berbeda pada subjek penanya dan tujuan kegiatannya. Inkuiri terbimbing
menempatkan Guru berperan sebagai pembimbing utama untuk melakukan
kegiatan dengan pemberian permasalahan awal, kemudian mengarahkan diskusi.
dan pemecahannya dirancang oleh siswa (Rustaman dalam Siti, 2005). Dalam
penelitian ini digunakan model inkuiri terbimbing. Hal ini dikarenakan bahwa
inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bersifat
konstruktivistik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dalam
memperoleh pengetahuannya melalui proses kegiatan di mana Guru memberikan
bimbingan, arahan, dan scaffolding kepada siswa pada proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis
(KBK) dan penguasaan konsep siswa SMA pada pembelajaran materi alkana
menggunakan model inkuiri terbimbing?”
Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan beberapa sub masalah
yaitu:
1. Bagaimana kemampuan berinkuiri siswa SMA selama pembelajaran
menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi alkana?
2. Bagaimana peningkatan KBK siswa SMA pada pembelajaran materi alkana
menggunakan model inkuiri terbimbing?
3. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa SMA pada pembelajaran
materi alkana menggunakan model inkuiri terbimbing?
4. Bagaimana tanggapan siswa dan Guru pada pembelajaran materi alkana
C. Pembatasan Masalah
Indikator berpikikir kritis yang dikembangkan sebanyak tiga indikator,
yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan, membuat dan menentukan hasil
pertimbangan, serta mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa SMA melalui model inkuiri terbimbing pada materi alkana.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Guru
kimia dan mahasiswa calon Guru sebagai acuan atau rujukan penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari dari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah
dalam penelitian ini maka berikut adalah penjelalasan istilah-istilah yang
digunakan, yaitu:
1. Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah
ada (Sugiyono, 2010).
2. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang
untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide,
3. Inkuiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaannya Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah weak experimental
design dengan one group pretest-postest design ( desain kelompok tunggal dengan
pretes-postest). Pada desain penelitian ini menggunakan dua kali pengukuran
yaitu sebelum eksperimen (pretes) dan sesudah eksperimen (postes) dengan soal
yang sama.
Desain One group Pretest-postest (Kelompok tunggal pretes-postes) ini
hanya menggunakan satu kelas eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol.
Perbedaan antara pretes dan postes diasumsikan sebagai hasil dari eksperimen.
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Nilai pretes
X = Perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada materi alkana
O2 = Nilai Postes
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X salah satu SMA Negeri
di Bandung tahun ajaran 2011-2012. Pengambilan data dilakukan di salah satu
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa dibagi dalam 7
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 atau 6 orang. Pengelompokkan
ini dilakukan secara acak, tidak berdasarkan kategori tertentu. Selama
pembelajaran siswa bekerja secara berkelompok agar siswa dapat berdiskusi
dengan teman sekelompoknya.
C. Alur Penelitian
Alur penelitian ditunjukkan pada gambar 3.1. Berdasarkan alur
penelitian, dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian yang
terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan , dan tahap
akhir. Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama
melakukan pretes sebelum proses pembelajaran dimulai, lalu siswa dibuat secara
berkelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan LKS I, dalam pengisian
LKS I peneliti membimbing siswa menemukan konsep. Pada pertemuan kedua
siswa kembali berkelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan LKS II,
ketika pengisian LKS II siswa dibimbing oleh peneliti, setelah LKS II telah
dijawab oleh siswa kemudian melakukan postes dengan soal yang sama dengan
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Pretes
Postes
Angket Wawancara
Analisis Data
Kesimpulan
Implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing Rancangan RPP
Pembuatan LKS
Validasi instrumen dan uji coba
Pembuatan Instrumen soal, angket siswa, dan pedoman wawancara guru Analisis Indikator KBK
yang dikembangkan
Analisis Kegiatan Inkuiri Terbimbing
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Akhir Analisis Standar
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Menentukan materi yang dapat dikembangkan dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing yaitu dengan cara menganalisis materi pada Standar Isi Kimia
SMA dan buku paket kimia. Kemudian dilakukan studi kepustakaan tentang
pembelajaran dengan inkuiri terbimbing.
b. Menentukan indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan
sesuai materi pada alkana.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing
d. Membuat instrumen penelitian, yang terdiri dari tes tertulis berupa pilihan
berganda beralasan, serta membuat , angket, dan pedoman wawancara.
e. Membuat LKS 1 dan 2 untuk sarana pembelajaran.
f. Melakukan validasi, reliabilitas terhadap seluruh instrumen kepada kelompok
ahli serta melakukan uji reliabilitas dan analisis hasil uji coba.
g. Merevisi/memperbaiki instrumen.
h. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian
i. Menentukan subjek penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pretes dilakukan sebelum pembelajaran dimulai untuk
mengetahui konsep awal siswa pada materi alkana.
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Pelaksanaan postes
d. Pelaksanaan penyebaran angket untuk siswa
e. Pelaksanaan wawancara untuk guru kimia
Angket dilakukan setelah pelaksanaan postes untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Inkuiri terbimbing yang
dilakukan. Demikian pula pada wawancara untuk guru kimia.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir penelitian adalah :
a. Mengolah data hasil penelitian
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. Analisis tersebut
dilakukan secara statistik untuk menarik suatu kesimpulan akhir setelah
melakukan penelitian.
c. Menarik kesimpulan penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kritis dan
penguasaan konsep siswa, angket, dan pedoman wawancara Guru.
Tes tertulis keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep
Tes ini digunakan untuk mengetahui akibat penggunaan pembelajaran
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penguasaan konsep siswa pada saat sebelum dan setelah pembelajaran. Tes ini
disusun berdasarkan konsep pada pokok bahasan alkana yang dikaitkan dengan
indikator keterampilan berpikir kritis. Butir soal yang digunakan berbentuk soal
pilihan ganda sebanyak 18 soal. Kisi-kisi butir soal tes secara utuh dapat dilihat
pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tes tertulis diberikan sebagai pretes dan postes yang digunakan untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.
E. Teknik Pengolahan Data
a) Analisis Hasil Tes
Sebelum instrumen dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas
oleh dosen dan guru kimia SMA. Kemudian dilakukan uji coba pada kelas X yang
telah mempelajari materi alkana. Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan
anates pilihan berganda. Hasil pengolahan data yang diperoleh yaitu reliabilitas
dan daya pembeda tiap butir soal. Setelah data reliabilitas dan daya pembeda
kemudian tes digunakan untuk pretes dan postes. Berikut data pretes dan postes
yang diperoleh pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Pretes, Postes, dan Rata-rata
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.2 Hasil Pretes, Postes, dan Rata-rata (Lanjutan)
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b) Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang
kemampuan seseorang. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi
tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Pengertian relatif
disini adalah tidak persis sama tetapi tidak mengalami perubahan yang berarti
(signifikan). Setelah diperoleh nilai reliabilitas, selanjutnya diputuskan tes ini
reliabel atau tidak, dengan dibandingkan menurutkan kriteria pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas (Arikunto, 2006)
Reliabilitas Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
< 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan pengolahan data reliabilitas diperoleh nilai reliabilitas tes pilihan
berganda yang digunakan dalam penelitian sebesar 0,89 yang termasuk kategori
tinggi.
c) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (menguasai materi) dengan siswa yang kurang pandai
(kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah siswa yang lebih pandai tentu
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Arifin, 2009). Setelah mendapatkan data kemudian nilai daya pembeda yang
diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda (Arikunto, 2006)
Daya Pembeda Kriteria
Berikut adalah perolehan daya pembeda tiap butir soal pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.5 Daya Pembeda Tiap Butir Soal (Lanjutan)
16 16 0,25 Cukup
Pada penelitian ini menggunakan soal sebanyak 18 soal dari 22 soal. Untuk butir
soal nomor 8 dan 21 memiliki daya pembeda sebesar 0,12 merupakan kategori
kurang baik. Sehingga tidak digunakan untuk penelitian. Untuk nomor 6 dan 8
tidak digunakan atas dasar kerepresentatifan soal.
a. Melakukan Interpretasi Kemampuan Berinkuiri Terbimbing
Melakukan interpretasi kemampuan berInkuiri terbimbing siswa dalam
bentuk persentase (%).
Persentase (%) =
� � � × 100%
Dalam penelitian ini, untuk instrumen yang mengukur kemampuan berinkuiri
terbimbing siswa peneliti menggunakan penggolongan tingkat kemampuan siswa
berdasarkan kriteria berikut
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa (Arikunto, 2009)
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Melakukan Intepretasi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melakukan intepretasi peningkatan keterampilan berpikir kritis
ditentukan dengan N-gain yaitu nilai pretes dan postes dengan menggunakan
rumus :
Gain ternormalisasi = � �� − � ��
� � � − � ��
Penafsiran nilai N-Gain sesuai yang dikemukakan oleh Hake (1999)
Tabel 3.7 Kriteria peningkatan KBK siswa (Hake,1999)
N-Gain Kriteria Peningkatan
G> 0.7 Tinggi
0.3 < G < 0.7 Sedang
G < 0.3 Rendah
c. Melakukan Intepretasi Penguasaan Konsep Siswa
Melakukan intepretasi penguasaan konsep siswa dengan
mengelompokkan soal tes kedalam konsep alkana, kemudian memberikan skor
baik pretes dan postes kemudian dihitung nilai N-gainnya. Menghitung N-gain
dan menafsirkan nilai N-gain sesuai dengan Tabel 3.7.
Selain tes tertulis sebagi instrumen penelitian juga menggunakan angket dan
wawancara.
1. Angket
Angket yang digunakan berupa angket tertutup, yaitu angket dengan
jawaban yang telah disediakan sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sejumlah peryataan dengan opsi jawab yang disusun dalam bentuk skala Likert
yang dikategorikan dalam skala SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju),
dan STS (sangat tidak setuju).
Angket dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelajaran
kimia, bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran, tanggapan terhadap LKS dan
tanggapan terhadap soal pretes dan postes yang digunakan selama pembelajaran.
Angket siswa dapat dilihat pada lampiran A.7.
Analisis Hasil Angket
Jenis angket yang digunakan adalah skala Likert. Untuk menghitung
hasil angket siswa, digunakan rumus sebagai berikut:
Skor angket = � :
Keterangan: = frekuensi alternatif jawaban benar
� = skor skala Likert
= jumlah sampel
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data verbal atau
konfirmasi dari guru mengenai tanggapan guru terhadap proses pembelajaran
dengan menggunakan model inkuiri terbimbing.
Analisis Hasil Wawancara
Hasil analisis wawancara diperoleh berdasarkan wawancara dengan guru
kimia setelah penelitian dilakukan. Format wawancara dan hasil wawancara
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan :
1. Selama pembelajaran alkana dengan model inkuiri terbimbing, siswa
menunjukkan kemampuan berinkuiri siswa sangat baik pada aspek inkuiri
yang terdiri dari lima diantaranya merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan menyimpulkan.
2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing
terbukti meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada materi alkana,
dengan nilai peningkatan N-gain sebesar 0,66 (sedang). Peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa paling tinggi terjadi pada indikator bertanya
dan menjawab pertanyaan, diikuti dengan indikator mengobservasi dan
mempertimbangkan laporan obervasi, pada indikator membuat dan
menentukan hasil pertimbangan mengalami peningkatan sedang.
3. Melalui pembelajaran alkana dengan model inkuiri terbimbing terbukti
meningkatkan penguasaan konsep pada materi alkana secara keseluruhan
dengan rata-rata N-gain sebesar 0,74 (tinggi). Label konsep yang mengalami
peningkatan paling tinggi adalah gambar struktur alkana, sedangkan
peningkatan yang paling rendah adalah isomer struktur alkana.
4. Tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran alkana melalui model
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep, dan menerapkan
kemampuan berinkuiri siswa pada materi alkana.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Keterampilan berpikir kritis pada siswa perlu dilatihkan dan dilakukan secara
berulang-ulang dengan instrumen yang tepat dan perencanaan yang baik
untuk memperoleh hasil yang maksimal.
2. Bagi pengajar disarankan untuk merencanakan pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, salah satunya dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi pembelajaran lain.
3. Bagi peneliti lain disarankan untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang belum
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, D. (2012). Profil tingkat penalaran dan peningkatan penguasaan
konsep siswa SMA dalam pembelajaran fisika berbasis task exercise peer
instruction. Skripsi sarjana pada FPMIPA Bandung : Tidak diterbitkan.
Abrahamson, J K. (2010). Guided Inquiry Explorations Into Organic and
Biochemistry. United State of America : Cognella
Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan
Pendidikan kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Costa. (1985). Developing Minds : A Resource Book For Teaching Thinking.
Virginia : ASCD Publication.
Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dwiyanti, G. (2010). Keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas X dan XI
pada pembelajaran kimia menggunakan metoda praktikum. Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hake, R.R (1998). Interactive-engagement vs traditional methods: a six thousand
student survey of mechanics test data for introductory physics courses.
American Journal of Physics. 66,p.64-74.
HAM, M. (2011). Perencanaan Pembelajaran Kimia. Bandung: Handout
Perkuliahan.
Johari, J.M.C dan Rachmawati. (2006). Kimia SMA dan MA untuk kelas X.
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Khan, S. (2011). Effect of inquiry method on achievement of students in
chemistry at secondary level : International Journal of Academic
Research, Vol 3 no 1 p.955-959. January 2011 part III.
Liliasari, (2009). Berpikir kritis dalam pembelejaran sains kimia menuju
profesionalitas guru. Program Studi IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI.
_______. (2010). Pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMP
sebagai dampak lesson study. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Mayanti, S. (2011). Analisis Hasil Belajaran Siswa SMA pada Pembelajaran Laju
Reaksi Melalui Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi
Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Raymochang. (2006). Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Redhana, I dan Liliasari. (2008). Program pembelajaran keterampilan berpikir
kritis pada topik laju reaksi untuk siswa SMA. Forum Kependidikan vol
27, nomor 2, p.103-112. maret 2008.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Rokhayati, N. (2010). Peningkatan penguasaan konsep matematika melalui model
pembelajaran guided discovery-inquiry pada siswa kelas VII SMPN 1
sleman. Skripsi sarjana Universitas Negeri Yogyakarta : Tidak diterbitkan.
Rokhmatika, S. (2012). Pengaruh model inkuiri terbimbing dipadu kooperatif
jigsaw terhadap keterampilan proses sains ditinjau dari kemampuan
akademik. Skripsi Sarjana pada FKIP USM Surakarta: Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Dini Susanti, 2013
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa Sma Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sunarya, Y. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Supriadi, A. (2012). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi
siswa SMP melalui inkuiri terbimbing. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Thompson, C. (2011). Critical thingking across the curriculum: process over
outpt. International Journal of Humanities and Social Science. Vol 1.
p.1-7.no.9
Tindangen, M. (2007). Implementasi strategi inkuiri biologi SMP serta
pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi. Didaktika,
Volme 8, nomor 2.p.147-155.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Wahyu, W. dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Jurusan : Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI.
Yenis, N. (2011). Investigating pre-service teachers’ critical thingking disposition
in terms of different variables. European Journal of Social Sciences vol 20