• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi ‘Srikandi Merapi’ dalam Upaya Mengatasi Terjadinya Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Selo T1 362012001 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian komunikasi

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Penyampaian pikiran ini biasanya merupakan gagasan, informasi, opini dan

lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,

keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lainnya yang timbul

dari lubuk hati. (Onong, 2013:84)

2.2. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan atau planning

dan manajemen untuk mencapai satu tujuan. Strateegi komunikasi merupakan

paduan perencanaan komunikasi untuk mencapai satu tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Paterson, dan M. Dallas Burnett,

mengatakan bahwa strategi komunikasi memiliki tiga tujuan utama, yaitu to secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya, kedua yaitu to establish acceptance yaitu melakukan pembinaan ketika komunikan tersebut sudah memahami apa yang diterimanya, dan yang

terakhir adalah to motivate action yaitu memberikan motivasi kepada komunikan tersebut. (Onong, 2013:84)

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi

Komunikasi” (1981 : 84). Menyatakan bahwa : strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communications management) untuk suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana

operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan

(2)

2.3. Bentuk- Bentuk Strategi Komunikasi

Dalam ilmu komunikasi, pelaksanaan strategi komunikasi diwujudkan ke

dalam dua bentuk, yaitu redudancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan menurut isinya, dikenal dengan teknik- teknik seperti informatif, persuasif, edukatif dan koersif. (Arifin, 1994:73)

1. Redudancy (repetition)

Redudancy atau repetition adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang- ulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik

ini, banyak manfaat yang didapat. Manfaat itu antara lain bahwa

khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras

dengan pesan yang tidak berulang- ulang, sehingga pesan tersebut

tidak banyak mengikat perhatian.

2. Canalizing

Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi itu,

maka harus dimulai dari memenuhi nilai-nilai standar kelompok dan

masyarakat dan secara berangsur- angsur merubahnya ke arah yang

dikendaki. Akan tetapi bila hal ini ternyata tidak mungkin, maka

kelompok tersebut secara perlahan-lahan dipecahkan, sehingga

anggota- anggota kelompok itu sudah tidak lagi memiliki hubungan

yang kuat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan

akhirnya akan hilang sama sekali.

3. Informatif

Teknik informatif adalah suatu bentuk isi pesan yang bertujuan

mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan.

Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa

sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data yang benar serta pendapat-

(3)

 Memberikan informasi tentang fakta semata- mata juga fakta

bersifat kontroversial

 Memberikan informasi atau menuntun umum kearah pendapat.

Teknik informatif ini lebih ditujukan pada pengguna akal pikiran

khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan,

penerangan, berita dan sebagainya.

4. Persuasif

Persuasif berarti mempengaruhi dengan cara membujuk. Dalam hal

ini khalayak digugah baik pikirannya maupun perasaannya. Situasi

yang mudah tersugesti ditentukan oleh kecakapan untuk menyugesti

atau menyarankan sesuatu kepada komunikan dan khalayak berada

dalam situasi mudah untuk dipengaruhi.

5. Edukatif

Teknik edukatif adalah salah satu strategi untuk mempengaruhi

khalayak dengan cara memberikan fakta- fakta yang dapat

dipertanggung jawabkan dari segi kebenarannya, teratur dan

berencana dengan tujuan merubah tingkah laku khalayak ke arah

sesuatu yang diinginkan.

6. Koersif

Koersif yaitu mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Teknik koersif ini biasanya diwujudkan dalam bentuk peraturan- peraturan.

2.4. Komunikasi Interpersonal

Menurut Liliweri (2011: 239), strategi komunikasi merupakan konsep

yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide,

pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memory, persepsi, dan

(4)

agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya

tujuan.

Menurut Effendy, pada hakekatnya, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan, komunikasi ini

dianggap paling efektif dalam mengubah pola pikir, sikap, pendapat atau perilaku

seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan1.

2.5. Jenis- Jenis Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan

orang lain. Komunikasi interpersonal terbagi menjadi beberapa jenis:

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang

2. Komunikasi Triadik

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang melibatkan tiga

orang, terdiri satu komunikator dan dua komunikan.

3. Penetrasi Sosial

Proses komunikasi antarpribadi selalu mengalami tahapan-tahapan : entri-personal-exit. Proses tahap ke tahap dilakukan dengan cara penetrasi; sedikit demi sedikit sehingga hubungan akan semakin dalam.

Berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan

yang bukan bersifat pribadi menuju ke tingkatan yang lebih bersifat

pribadi. Kedekatan hubungan bukan sekedar kedekatan fisik, namun

melibatkan pula kedekatan intelektual, emosional dan sejauh mana

individu-individu yang berinteraksi itu dapat membagikan (sharing) pengalamannya. Tahapan dari penetrasi sosial yaitu

a. Orientation membuka diri sedikit demi sedikit.

b. Exploratory Affective Exchange  aspek kepribadian mulai muncul.

c. Affective Exchange  ditandai dengan persahabatan yang dekat.

1

(5)

d. Stable Exchange  berhubungan dengan pengungkapan pemikiran,

perasaan dan perilaku secara terbuka.

4. Social Exchange (Pertukaran sosial)

Teori Pertukaran Sosial dalam bidang komunikasi mengasumsikan bahwa

dalam menjalankan suatu hubungan antar pribadi, individu selalu

melakukan kalkulasi ekonomis; menghitung-hitung berapa “penghargaan”

yang akan didapatkan dan berapa “biaya” yang harus dikeluarkan.

Individu selalu cenderung mencari reward yang lebih besar dari pada cost.

5. Proksemik

Proksemik adalah jarak untuk menjelaskan hubungan antara komunikator

dengan komunikan dalam melakukan komunikasi interpersonal.

2.6. Bentuk- Bentuk Komunikasi Interpersonal

1. Interaksi Intim

Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman, saudara dan orang

lain yang telah memiliki ikatan emosional.

2. Percakapan Sosial

Percakapan sosial adalah interaksi antara dua orang atau lebih secara tatap

muka.

3. Interogasi

Interogasi adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol yang

mengharapkan informasi dari komunikan.

4. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua

orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. (Muhammad,

2004: 159-160)

(6)

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai yujuan dimana komunikasi

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi adalah

untuk mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbal-imbalan tertentu

berupa fisik, ekonomi dan sosial. Berikut ini ialah fungsi dari komunikasi

interpersonal:

1. Memahami diri sendiri

Ketika kita melakukan komunikasi interpersonal, kita dapat banyak sekali pengalaman dari orang lain dan dapat memberikan feeback

dalam bentuk perasaan dan bertukar pikiran yang dapat merubah

tingkah laku.

2. Menemukan dunia luar

Menjadikan kita memahami diri kita sendiri dan orang lain yang

berkomunikasi dengan kita.

3. Membentuk dan menjaga hubungan

Memelihara hubungan baik dengan orang lan.

4. Merubah sikap dan tingkah laku

Pertemuan yang dilakukan secara interpersonal dapat merubah jalan pikir dan tingkah laku.

5. Untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain dengan cara

interaksi interpersonal2.

2.8. Komunikasi Massa

Menurut Devito, Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan

kepada khalayak/ massa melalui media massa jika dibandingkan dengan jenis-

jenis komunikasi lainnya. Komunikasi massa memiliki ciri- ciri khusus, yaitu:

(Onong, 2013:21-24)

1. Komunikasi Massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa biasanya melembaga

2

(7)

3. Pesan yang disampaikan pada komunikasi massa bersifat umum

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen (diklasifikasikan).

Melalui sejumlah pengertian komunikasi massa, kita dapat mengetahui ciri

komunikasi massa. Sehubungan dengan bahasan ini, Nurudin dalam bukunya

Pengantar Komunikasi Massa (2004: 19), dikemukakan ciri - ciri dari komunikasi

massa yakni:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi

kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan

bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang

dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah

sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu

kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan,simbol,

lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai

suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan

mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa

setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut: (1) kumpulan

individu, (2) dalam berkomunikasi individu - individu itu terbatasi

perannya dengan sistem dalam media massa, (3) pesan yang

disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama

pribadi unsur- unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh

komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan

laba secara ekonomis.

2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen.

(8)

kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki

agama atau kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik

audience (komunikan) sebagai berikut: Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas

komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari

berbagai kelompok dalam masyarakat. Berisi individu - individu yang

tidak mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak

berinteraksi langsung satu sama lain. Mereka tidak mempunyai

kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan ke pada

satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain,

pesan - pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Karena itu,

pesan- pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita

tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya

(media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah

keserempakan proses penyebaran pesannya. Serempak berarti

khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

(9)

Media massa sebagai alat utama menyampaikan pesan kepada

khalayaknya sangat membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis

misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

Dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan

perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses

pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi.

Bahkan saat ini sudah sering televisi menyajikan siaran langsung

(live) dan bukannya rekaman (recorded). 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui

media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar

semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper

juga berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah

data, dan mengurangi pesan- pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan

pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media

massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin

banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan.

Bahkan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan.

2.9. Bentuk- Bentuk Komunikasi Massa

1. Media Massa

Media Massa adalah sarana atau alat yang digunakan dalam proses

komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Jenis media massa

(10)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah proses

belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati

kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya.

3. Advokasi

Advokasi adalah strategi yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan

publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya

kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.

2.10. Fungsi Komunikasi Massa

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

2.11. Upaya Dalam Mengatasi Permasalahan 1. Preventif

Preventif adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencegah

kejadian yang dianggap menyimpang.

2. Kuratif

Kuratif adalah sebuah tindakan pengendalian sosial yang dilakukan pada

(11)

2.12. Kerangka Pikir

Gambar 1: Kerangka Pikir

Pernikahan usia dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh anak dibawah

umur 18 tahun. Istilah pernikahan usia dini merupakan fenomena sosial yang

sering terjadi di Indonesia. Di Indonesia sendiri fenomena tersebut lebih sering Pernikahan Usia Dini

Kecamatan Selo Boyolali

Upaya Mengatasi Pernikahan Usia Dini

Komunitas „Srikandi Merapi‟ di Desa Samiran

Kecamatan Selo

Strategi Komunikasi

Massa Strategi

Komunikasi Interpersonal

Sosialisasi Media Massa

Advokasi

Wawancara Interogasi

Percakapan sosial Interaksi

(12)

terjadi di daerah perdesaan, angka pernikahan usia dini mencapai 47,79%.

Masyarakat yang tinggal di perdesaan lebih banyak menyumbang angka

pernikahan usia dini. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kesederhanaan pola pikir masyarakat, tradisi yang sudah turun temurun, keinginan

orang tua dan remaja yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

(Daru dan Seto, 2013:7-8)

Desa Tlogolele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah. Daerah yang berada di lereng

Gunung Merapi dan Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan laut

antara 1.200m dpl- 1.500m dpl. Penduduk kecamatan Selo berjumlah 26.777 jiwa

dengan jumlah laki-laki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa.

Masyarakat yang terbagi dalam 7.649 Kepala Keluarga ini memiliki tingkat

pendidikan yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971

jiwa dari total 24.800 jiwa. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Selo

bermatapencaharian sebagai petani, baik petani pangan maupun peternak.3.

Kecamatan Selo memiliki budaya lokal menikahkan putra-putrinya diusia

dini. Seperti yang sudah disinggung pada bab I bahwa masyarakat desa tersebut

memberi label „tidak laku‟ atau „perawan tua‟ jika ada perempuan yang belum

menikah diusia 17 tahun. Pemberian label tersebut memiliki dampak pernikahan

usia dini. Pernikahan dini tersebut memiliki beberapa dampak buruk antara lain

dari segi sosial yaitu mengurangi keharmonisan keluarga sehingga tingginya

angka perceraian, adanya perubahan peran karena belum siap untuk menjadi

seorang ibu. Dari segi ekonomi yaitu kemiskinan meningkatkarena belum

mencukupi dari segi ekonomi.

3

(13)

Dari segi kesehatan yaitu tingginya resiko kematian perempuan yang hamil diusia

15-19 tahun, perempuan muda yang hamil akan mengalami resiko pendarahan,

keguguran bahkan persalinan yang lama atau sulit, bayi yang dilahirkan juga

mengalami resiko lahir prematur bahkan cacat fisik karena kurangnya asupan gizi.

Dari segi psikologis yaitu mereka yang menikah usia dini biasanya secara mental

belum siap mengahadapi perubahan pada saat berumah tangga dan kehamilan,

sehingga mengakibatkan stres4.

Berangkat dari keprihatinan dan minimnya pengetahuan tentang dampak

pernikahan usia dini di Kecamatan Selo, maka ibu-ibu anggota PKK dan beberapa

bidan yang ada di Kecamatan Selo berupaya mengatasi terjadinya pernikahan usia

dini di Kecamatan tersebut, dengan cara membentuk komunitas dengan nama

„Srikandi Merapi‟. Komunitas tersebut beranggotakan ketua tim penggerak PKK

dari beberapa Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK yang telah dibagi dalam

kelompok kerja (pokja) 1 dan 4. Pokja 1 yang bergerak dalam bidang pendidikan

di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, Pokja 4 yang bergerak dalam

bidang kesehatan di Kecamatan dari tiap Desa di Kecamatan Selo, anggota PKK

tiap desa di Kecamatan Selo yang telah mengisi formulir anggota dan

berkomitmen terhadap penanganan kasus dan penghapusan kekerasan terhadap

perempuan dan anak. Kelompok „Srikandi Merapi‟ memiliki visi yaitu mendorong

terwujudnya tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan

gender melalui upaya pemenuhan Hak Kesehatan dan Seksual Reproduksi Perempuan. Misinya ialah mendorong peningkatan kesadaran dan perilaku

masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender melalui pendidikan dan penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pembangunan

berdasarkan prinsip kesetaraan dan keadilan gender5. Dengan adanya kelompok

„Srikandi Merapi‟ ini penulis ingin menggambarkan peran komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa yang dilakukan oleh „Srikandi Merapi‟ untuk mengatasi permasalahan pernikahan usia dini di Kecamatan Selo.

4

Selanjutnya dapat dibaca di m.beritasatu.com/gaya-hidup/177423-beragam-efek-buruk-pernikahan-dini.html (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 23.00 WIB)

5

(14)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui strategi komunikasi yang

digunakan oleh komunitas „Srikandi Merapi‟ dalam upaya mengatasi terjadinya

pernikahan usia dini di Kecamatan Selo Boyolali. Peneliti menggunakan teori

komunikasi interpersonal dan teori komunikasi massa. Komunikasi

interspersonal merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada hakekatnya membutuhkan orang lain untuk membantu ketika menghadapi

masalah. Manusia membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan

kepribadian.. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara face to face. Devito berpendapat bahwa komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan untuk khalayak. (Onong, 2013:21) Dalam strategi

komunikasi massa, penulis membaginya menjadi tiga cara, yaitu media massa,

Gambar

Gambar 1: Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul Analisis ketidakadilan gender dalam novel Sang Maharani karya.. Agnes Jessica telah diuji dan

• Seleksi proses pembuatan biodesel dari minyak malapari berdasarkan kandungan bahan baku yang terdapat

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga serta kualifikasi nomor : 05/43/91.04/PPBJ-I/DJB/2012 untuk pekerjaan Pengadaan Perangkat Lunak Sistem GIS

The method used for the cell disruption in this research is sonication method and it can be concluded that a cell disruption method can cause a low lipid percentage. A selection

bawa data-data asli yang berhubungan dengan p ng saudara upload di http://lpse.acehselatankab.go ah dikirim melalui e-mail masing-masing calon pe ai dengan batas waktu

Orientasi produktivitas Orientasi penghematan Hasil Pengor- banan.. Tanpa

subsistem, tetapi merupakan suatu kebulatan yang utuh.. Terdapat saling

menaruh alat pada tempat dan posisi yang tepat sehingga siap untuk dipakai pada langkah berikutnya.. 12.Melepaskan muatan