• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan lks (lembar kerja siswa) biologi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengembangan lks (lembar kerja siswa) biologi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) BIOLOGI BERBASIS DISCOVERY LEARNING PADA MATERI

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN BENDA UNTUK SISWA SMP KELAS VII

Risha Risovi, Vivi Fitriani, Abizar

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat risharisovi889@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to determine the validity and practicality of Discovery Learning in student’s work sheet on the clasification of living creatures and things for student’s SMP class VII. This research is a development research using 4D model, it is consist four stages namely define, design, develop and disseminate.

The disseminate stage is not done due to time and cost constraints. The result of validation test in the student work sheet biology based on Discovery Learning by validator shows that the student work sheet is in very valid criteria with value 84,21%. The result of practice test in the student work sheet biology based on Discovery Learning by teacher shows that the student work sheet is in very practical criteria with value 83,67%. Then, the result of practice test in the student work sheet biology based on Discovery Learning by teacher shows that the student work sheet is in very practical criteria with value 82,54%. Based on the data analysis of validity and practicality can be concluded that using of biology discovery learning based student’s work sheet on the subject classification of living creature and things for student SMP class VII already very valid and practical.

Keywords: Student Work Sheet, Discovery Learning, Validity, Practicallity

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat interaksi lingkungan sekitar. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:9) “Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.

Agar terciptanya proses belajar yang maksimal dibutuhkan suatu sistem yang dikenal dengan istilah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi timbal balik yang dilakukan antara guru dan siswa untuk menciptakan suatu komunikasi

(2)

yang baik selama kegiatan pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu cara untuk memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran yaitu dengan menggunakan bahan ajar berupa LKS (Lembar Kerja Siswa). Hal ini dikarenakan bahan ajar LKS

memudahkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran dan melatih siswa untuk belajar mandiri.

Menurut Majid (2011:176)

“Lembaran kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran- lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Lembaran kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.”

Model pembelajaran Discovery Learning dapat diterapkan dalam bahan ajar yang telah dikembangkan. Karena model pembelajaran Discovery Learning ini dapat mengubah cara belajar dari pembelajaran yang terpusat pada guru ke pembelajaran yang terpusat pada siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 saat ini yang menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Mulyasa, dkk (2016:127) “Penggunaan discovery learning ditujukan untuk mengubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Discovery Learning ini mengubah modus expository peserta didik yang hanya menerima informasi dari guru ke modus discovery di mana peserta didik menemukan informasi sendiri.”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development). Produk yang dikembangkan adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis Discovery Learning pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup dan Benda untuk SMP kelas VII.

LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis Discovery Learning akan dikembangkan dengan model yang disarankan oleh Thiagaragan, Semmel, dan Semmel (1974) dalam Trianto, (2012:93) merupakan model 4-D yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap defenisi (define) yang terdiri dari; analisis ujung depan, analisis siswa dan analisis tugas.

Tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) yang terdiri dari; uji validitas dan uji praktikalitas. Tahap penyebaran (disseminate). Mengingat

(3)

keterbatasan waktu dan biaya, spengembangan (develop) yaitu pada

uji validitas dan uji praktikalitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Validitas LKS Berbasis Discovery Learning.

Aspek Jumlah Nilai Validitas Kriteria

Kelayakan Isi 420 84,00% Sangat Valid

Kebahasaan 147 84,00% Sangat Valid

Penyajian 260 86,67% Sangat Valid

Kegrafikaan 226 82,18% Sangat Valid

Total 84,00% Sangat Valid

Rata-Rata 84,21% Sangat Valid

Tabel 2. Hasil Praktikalitas LKS Berbasis Discovery Learning.

Aspek Jumlah Nilai Praktikalitas

Kriteria

Kemudahan Penggunaan 83 83,00% Sangat Praktis

Efektifitas Waktu Pembelajaran 44 88,00% Sangat Praktis

Manfaat 96 80,00% Praktis

Total 251,00%

Rata-Rata 83,67% Sangat Praktis

Dari tabel hasil uji validitas dan praktikalitas di atas didapatkan hasil LKS berbasis Discovery Learning sudah sangat valid dengan nilai 84,21% dan sangat praktis dengan nilai 83,67%.

Uji validitas LKS berbasis Discovery Learning oleh dosen dan guru diperoleh nilai rata-rata validitas sebesar 84,21% artinya baik pada uji kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan dengan kriteria sangat valid dalam LKS yang dikembangkan.

Dilihat pada aspek kelayakan isi, LKS berbasis Discovery Learning ini dengan kriteria sangat valid

dengan nilai 84,00%. Dengan adanya nilai validitas dengan kriteria sangat valid yang telah didapatkan dari para ahli dan guru bidang studi IPA LKS berbasis Discovery Learning yang dikembangkan telah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku pada saat sekarang ini. Hal ini didukung oleh Depdiknas (2008:8) pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Selain itu menurut Prastowo (2011:205) bahwa sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan

(4)

tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Dilihat dari aspek kebahasaan, LKS berbasis Discovery Learning ini termasuk ke dalam kriteria sangat valid. Nilai validitas pada aspek kebahasaan LKS ini 84,00% dengan kriteria sangat valid.

Kriteria ini diperoleh karena LKS berbasis Discovery Learning ini jika dilihat dari aspek kebahasaan menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran huruf pada LKS mudah dibaca, informasi yang disampaikan dalam LKS jelas, LKS menggunakan bahasa dengan kaidah yang benar, LKS menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan penggunaan bahasa sudah efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2011:73-74) yang menyatakan bahwa dalam menyusun bahan ajar cetak harus menggunakan bahasa yang jelas baik kosa kata, kalimat- kalimat, hubungan antar kalimat, serta kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang. Kemudian kemudahan dibaca, hal ini menyangkut keramahan bahan ajar cetak terhadap mata, seperti huruf yang digunakan jangan terlalu kecil dan urutan teksnya juga harus terstruktur dan mudah dibaca.

Dilihat dari aspek penyajian LKS berbasis Discovery Learning termasuk dalam kriteria sangat valid dengan nilai validitas 86,67%.

Kriteria tersebut terpenuhi karena LKS berbasis Discovery Learning telah dikembangkan berdasarkan 2 unsur penyusunnya yaitu judul dan materi pokok. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2011:207) bahwa LKS memiliki beberapa unsur utama salah satu diantaranya memiliki judul dan materi pokok.

Dilihat dari aspek kegrafikaan LKS berbasis Discovery Learning termasuk dalam kriteria sangat valid dengan nilai validitas 82,18%.

Tampilan LKS yang menarik dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2011:216) untuk membuat sebuah LKS yang kaya manfaat maka kita harus menjadikannya sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik.

Setelah dilakukan uji validitas oleh dosen dan guru dilanjutkan dengan uji praktikalitas bertujuan untuk mengetahui kepraktisan LKS yang dihasilkan. Uji praktikalitas ini didasarkan pada 3 aspek penilaian yaitu kemudahan penggunaan, efektifitas waktu pembelajaran dan manfaat.

(5)

Uji praktikalitas oleh guru diketahui bahwa LKS berbasis Discovery Learning pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup memiliki kriteria sangat praktis dengan nilai rata-rata 84,90%.

Ditinjau dari aspek kemudahan dalam penggunaan, LKS berbasis Discovery Learning dinyatakan sangat praktis oleh guru dengan nilai rata-rata 83,00%.

Menurut Mulyasa (2016:127) tentang penerapan discovery learning ditujukan untuk mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Kemudian Majid (2011:177) menyatakan bahwa keuntungan LKS bagi siswa adalah bisa belajar secara mandiri dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Maka dari hasil uji praktikalitas LKS berbasis Discovery Learning dari aspek kemudahan dalam penggunaan sudah jelas dan mudah dipahami oleh siswa sehingga langkah-langakah Discovery Learning yang terdapat di dalam LKS mudah dilaksanakan dan dapat digunakan oleh siswa dalam belajar kelompok.

Ditinjau dari aspek efisiensi waktu pembelajaran, LKS yang dihasilkan dinyatakan sangat praktis

oleh guru dengan nilai rata-rata 88,00%. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan LKS berbasis Discovery Learning, waktu yang

dibutuhkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efeisien karena guru tidak perlu lagi mencatatkan ringkasan materi untuk siswa dipapan tulis saat proses pembelajaran berlangsung. Dan siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Sesuai dengan fungsi bahan ajar bagi pendidik menurut (Prastowo, 2011:24) yaitu menghemat waktu pendidik dalam mengajar. Dan salah satu fungsi dari LKS adalah sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih serta memudahkan pelaksanaan pembelajaran kepada peseta didik (Prastowo, 2011:206).

Dilihat dari aspek manfaat, penggunaan LKS berbasis Discovery Learning dalam pembelajaran dinyatakan praktis oleh guru dengan nilai rata-rata 80,00%. Penggunaan LKS dapat mengurangi beban kerja guru untuk menjelaskan materi secara berulang-ulang kepada siswa.

LKS dapat meningkatkan minat belajar siswa dan tahapan-tahapan Discovery Learning pada LKS dapat membantu siswa merangsang daya

(6)

fikir dan mengukur tingkat pemahaman siswa. Sehingga proses pembelajaran dapat berpusat kepada siswa tidak lagi berpusat kepada guru. Hal ini sesuai dengan (Depdiknas, 2008:9) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penyusunan bahan ajar untuk

memudahkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

Menurut Majid (2013:373) bahwa LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada

tahap penanaman konep

(menyampaikan konsep baru) atau pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik.

Uji praktikalitas LKS berbasis Discovery Learning yang dilakukan kepada 62 orang siswa kelas VII SMP Negeri 13 Padang diketahui bahwa LKS memiliki kriteria sangat praktis dengan rata-rata 82,54%.

Dilihat dari aspek kemudahan dalam penggunaan LKS berbasis Discovery Learning ini termasuk ke dalam kriteria sangat praktis dengan nilai praktikalitas 83,01%. Hal ini menunjukkan bahwa LKS mudah digunakan karena materi yang disampaikan jelas dan sederhana,

bahasa yang digunakan mudah dipahami, huruf yang digunakan mudah dibaca serta langkah-langkah kegiatan dalam LKS yang jelas. LKS didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri, artinya peserta didik diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari LKS materi yang terdapat dalam LKS. Apabila desain yang dibuat terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik, maka mereka akan kesulitan dalam memahami materi (Prastowo, 2011:216).

Ditinjau dari aspek efisiensi waktu pembelajaran, LKS yang dihasilkan sangat praktis oleh siswa dengan nilai rata-rata 80,81%. LKS yang dikembangkan dapat mengefektifkan dan mengefisienkan waktu pembelajaran, dapat membantu siswa belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan memudahkan siswa dalam memahami materi. Hal ini sesuai dengan fungsi bahan ajar bagi peserta didik menurut (Prastowo, 2011:25) yaitu, peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing dan peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki.

Ditinjau dari aspek manfaat, penggunaan LKS berbasis Discovery

(7)

Learning dinilai sangat praktis oleh siswa dengan nilai 86,78%. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan sudah dapat membantu siswa memahami konsep, membantu siswa bejar mandiri, meningkatkan minat belajar siswa, menimbulkan perasaan senang belajar, dan menarik motivasi siswa serta latihan pada LKS dapat membantu siswa belajar mandiri.

Menurut (Prastowo, 2011:28) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan sebuah susunan atas bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari berbagai sumber belajar yang dibuat secara sistematis. Oleh karena itu dari adanya LKS berbasis Discovery Learning ini siswa dapat menjadi lebih mudah untuk mempelajari setiap kompetensi yang akan dicapai.

Dari keseluruhan uji validiatas dan praktikalitas, dapat dinyatakan bahwa LKS berbasis Discovery Learning yang dihasilkan sudah sangat valid dan sangat praktis.

Adanya LKS ini bisa menyajikan penyajian materi yang mudah dipahami oleh siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa pengembangan LKS Biologi Berbasis Discovery Learning pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup dan Benda untuk siswa SMP kelas VII yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa LKS Biologi Berbasis Discovery Learning yang dihasilkan di katerogikan sangat valid dengan nilai validitas 84,21% dan LKS Biologi Berbasis Discovery Learning yang dihasilkan dikategorikan sangat praktis dengan nilai praktikalitas oleh guru 83,67% serta nilai praktikalitas oleh siswa 82,54%.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.

Jakarta: Ditjen

Dikdasmenum.

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran

Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya Offset.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyasa, dkk. 2016. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar

(8)

Inovatif. Jogyakarta: DIVA Press.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, berdasarkan hasil kelayakan ahli dari media dan materi, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains dapat digunakan sebagai alternatif