This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
PERSPEKTIF
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif
Pengembangan Model Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Wisata Nonongan, Kabupaten Toraja Utara
Development of a Sustainable Tourism Model Based on Local Wisdom in Nonongan Tourism Village, North Toraja Regency
Jocheline Surya Mayestika & Hani Sirine*
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Diterima: 16 Mei 2023; Direview: 19 Juni 2023; Disetujui: 24 Juni 2023 Abstrak
Saat ini pembangunan pariwisata memprioritaskan pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang mempertimbangkan secara menyeluruh pengaruh ekonomi, sosial, dan lingkungan.Pengembangan pariwisata berkelanjutan tidak luput dari kearifan lokal. Adanya kearifan lokal dapat mempertahankan kebudayaan daerah sehingga dapat menunjang pengembangan pariwisata berkelanjutan di daerah tersebut. Kearifan lokal adalah identitas bernilai di masyarakat lokal dan komunitas yang masih dijalankan atau dilakukan pada tempat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menghasilkan pengembangan model pariwisata berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang berasal dari Dinas atau Instansi Pemerintah Terkait, Pengurus, Masyarakat, Pelaku Usaha, dan Wisatawan Desa Wisata Nonongan. Hasil penelitian ini adalah pengembangan model yang terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat, proses, serta dampak pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan.
Kata Kunci: Model Pariwisata Berkelanjutan; Kearifan Lokal; Desa Wisata Abstract
Currently tourism development prioritizes sustainable tourism development. Sustainable tourism is tourism that thoroughly considers economic, social, and environmental influences. Sustainable tourism development cannot be separated from local wisdom. The existence of local wisdom can maintain regional culture so that it can support sustainable tourism development in the area. Local wisdom is a valuable identity in local communities and communities that are still carried out or carried out in that place. This study aims to describe and produce the development of a sustainable tourism model based on local wisdom in Nonongan Tourism Village. This study uses a descriptive qualitative approach, by conducting interviews with informants from related government agencies or agencies, administrators, communities, business actors, and tourists from the Nonongan Tourism Village. The results of this study are the development of a model consisting of supporting and inhibiting factors, processes, and the impact of sustainable tourism based on local wisdom in Nonongan Tourism Village.
Keywords: Sustainable Tourism Model; Local Wisdom; Tourism Village
How to Cite: Mayestika, J.S. & Sirine, H. (2023). Pengembangan Model Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Wisata Nonongan, Kabupaten Toraja Utara. PERSPEKTIF, 12 (3): 942- 951
*Corresponding author:
E-mail: [email protected]
ISSN 2549-1660 (Print) ISSN 2550-1305 (Online)
PENDAHULUAN
Saat ini pembangunan pariwisata memprioritaskan pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan dapat menjadi sumber pendapatan daerah dan juga memberikan kontribusi bagi pendapatan negara di sektor pariwisata. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang mempertimbangkan secara menyeluruh pengaruh ekonomi, sosial, dan lingkungan serta memenuhi kepentingan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat lokal (Sulistyadi et al., 2017).
Pariwisata berkelanjutan menjadi penunjang untuk membangun lingkungan bersama dengan ekonomi, serta seimbang secara etika dan sosial. Pariwisata berkelanjutan menyertakan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya yang sepadan tanpa merusak lingkungan serta memperluas pembangunan (Tou et al., 2021). Konsep pariwisata berkelanjutan dikenal sebagai pendekatan untuk mengembangkan pariwisata serta mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.
Pengembangan pariwisata berkelanjutan tidak luput dari kearifan lokal. Adanya kearifan lokal dapat mempertahankan kebudayaan daerah sehingga dapat menunjang pengembangan pariwisata berkelanjutan di daerah tersebut. Kearifan lokal adalah identitas bernilai di masyarakat lokal dan komunitas yang masih dijalankan atau dilakukan pada tempat tersebut (Arifin & Ardhiansyah, 2020).
Identitas tersebut sudah menjadi keyakinan atau pedoman yang dipegang dan dilakukan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pentingnya kearifan lokal dapat mewujudkan kehidupan rukun yang terjaga dan mengarahkan masyarakat untuk selalu berperilaku serta bersikap baik kepada lingkungan (Setyaningrum, 2018).
Dalam penelitian Komariah et al., (2018), faktor pendukung pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal berdasar pada daya tarik, aksesibilitas, fasilitas, dan penyokong.
Untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal, para pemangku kepentingan harus menjaga budaya asli, mengembangkan potensi alam dan kearifan lokal yang ada, serta melibatkan seluruh masyarakat setempat. Menurut Amiruddin dan Arifin (2020), kesiapan masyarakat setempat dengan pengetahuan mengenai pariwisata dan dukungan
pemerintah merupakan faktor pendukung pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Penelitian Arifin et al., (2021), menyimpulkan bahwa faktor penghambat pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal yaitu tidak terdapat transportasi yang dipergunakan untuk keluar-masuk pulau, kurangnya sumber air bersih, tidak ada pengelolaan limbah dan pengangkutan sampah, serta kurangnya pemerataan listrik.
Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal yaitu mengembangkan potensi kearifan lokal dengan bekerja sama melalui pemerintah atau pihak swasta, meningkatkan promosi destinasi wisata, meningkatkan infrastruktur lokasi wisata, meningkatkan manajemen wisata, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan menjaga keunikan pariwisata yang ada di daerah tersebut (Sugiyarto & Amaruli, 2018).
Pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal juga memerlukan komunikasi antar masyarakat, kerja sama yang baik antara pihak yang berkepentingan dengan masyarakat lokal, serta sumber daya yang memadai (Wismayanti, 2020). Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan pihak desa dan masyarakat diharapkan bekerja sama untuk mengembangkan tanpa merusak kearifan lokal yang ada, serta diharapkan dapat dikelola dengan baik sehingga menjadi peluang untuk daya tarik wisata (Hasanah et al., 2021).
Wazni et al., (2020) menyimpulkan bahwa dampak yang timbul dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal ialah masyarakat lokal ikut serta dalam membantu pelaksanaan pariwisata yang berkearifan lokal.
Dalam penelitian Tou et al., (2021), pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan. Keikutsertaan para pemangku kepentingan yaitu pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dapat mencegah terjadinya kerusakan budaya dan lingkungan.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian pada masa pandemi Covid-19, penelitian ini akan melihat dari fenomena sekarang pasca pandemi Covid-19. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya hanya menyoroti salah satu bagian model saja, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat, proses, atau dampak dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti secara utuh mulai dari faktor pendukung dan faktor penghambat, proses,
hingga dampak dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Terlebih lagi penelitian ini akan memfokuskan pada salah satu daerah yaitu Desa Wisata Nonongan di Kabupaten Toraja Utara, yang belum pernah diteliti pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Desa Wisata Nonongan, terletak di Kecamatan Sopai, Kabupaten Toraja Utara.
Desa Wisata Nonongan memiliki otonomi wilayah adat budaya yang diatur oleh 3 Tongkonan Kapaerengngesan dan 9 Tongkonan lainnya yang biasa disebut Tongkonan Kasera. Desa Wisata Nonongan memiliki banyak kearifan lokal yang masih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti To Mewai yaitu tradisi masyarakat mengambil air di mata air menggunakan bambu, To Mangrennge’ Pare yaitu tradisi masyarakat membawa hasil panen dari sawah dengan cara dipikul, To Mangrengnge’ Utan dan Ma’ Baluk Utan yaitu tradisi masyarakat memikul dan menjual hasil kebun, dan To Ma’Lambuk yaitu tradisi masyarakat menumbuk padi yang sudah dijemur. Desa Wisata Nonongan juga masih mempertahankan tarian-tarian adat seperti Pa’gellu’ yakni tarian sukacita yang dipentaskan saat upacara syukur, Pa’dena’-dena’ yakni tarian yang mengandung makna hidup berdampingan, Pa’randing yakni tarian adat yang ditampilkan saat upacara kematian, dan Pa’badong yakni tarian dan nyanyian tanpa musik yang membawakan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal ataupun ratapan-ratapan kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Desa Wisata Nonongan juga memiliki hidangan tradisional, seperti Pa’piong Burak yakni olahan ayam atau ikan dengan batang pisang muda yang dimasak menggunakan bambu, Pa’piong Dua’ yakni olahan ubi dengan kelapa dan gula merah yang dimasak menggunakan bambu, Pa’piong Serre’
Akko yakni olahan babi dengan daun mayana yang dimasak menggunakan bambu, dan Pa’piong Bo’bo’ yang terbuat dari beras dengan bumbu tradisional yang dimasak menggunakan bambu. Selanjutnya, Desa Wisata Nonongan juga memiliki wisata alam dan situs budaya yaitu Sumur Dewata, Gua Kucing, Hutan Bambu, Keindahan Alam, Tongkonan Nonongan, dan Tongkonan Tondok. Selain itu, Desa Wisata Nonongan memiliki kerajinan tangan, seperti Manik-manik khas Toraja, Kain Tenun Toraja, dan Ukiran Toraja (Widyanti, 2021).
Beberapa persoalan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1) Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan? 2) Bagaimana proses pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan? 3) Bagaimana dampak dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan? Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan dan menghasilkan pengembangan model pariwisata berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan Kabupaten Toraja Utara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang didasarkan pada metodologi serta menganalisis suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Darmadi, 2013). Tujuan penelitian kualitatif ialah menemukan, menjelaskan, dan menggali informasi yang lebih dalam tentang sebuah subjek. metode kualitatif dianggap lebih membantu karena peneliti tidak hanya mendapatkan pemahaman konseptual atau teoritis, melainkan bisa mengalami dan terlibat langsung atas objek yang diteliti (Putra, 2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling, karena pengambilan sumber data pada awal berjumlah sedikit, namun semakin lama menjadi banyak.
Pengambilan data dimulai dari subjek yang dianggap mempunyai pengetahuan tentang objek penelitian, kemudian peneliti akan meminta rujukan subjek selanjutnya yang dapat memberikan informasi lebih lanjut, dan jika peneliti masih merasa kurang dengan informasi tersebut, peneliti dapat meminta rujukan subjek lagi hingga mendapatkan informasi yang cukup.
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Nonongan, Kecamatan Sopai, Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari pemerintah dan pengurus setempat berupa gambaran atau profil desa, sedangkan data primer menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan
observasi partisipatif yaitu partisipasi pasif yang artinya peneliti terjun langsung ke tempat penelitian untuk mengamati aktivitas, tetapi peneliti tidak terlibat dalam aktivitas tersebut (Sugiyono, 2018). Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi terstruktur yang merupakan wawancara mendalam serta pelaksanaan yang lebih bebas (Sugiyono, 2018). Manfaat wawancara semi terstruktur
adalah agar narasumber dapat menjelaskan permasalahan secara terbuka, sehingga nantinya narasumber memberikan pendapat serta ide yang dimiliki. Narasumber berasal dari Dinas atau Instansi Pemerintah Terkait, Pengurus Desa Wisata Nonongan, Masyarakat Desa Wisata Nonongan, Pelaku Usaha di Desa Wisata Nonongan, dan Wisatawan.
Tabel 1. Identitas dan Kode Narasumber
Narasumber Jabatan Kode Fransiska Moga Staff di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara A1
Paulina Lulu Banne Camat di Kecamatan Sopai A2
Ibrahim Lapu Kepala Lembang/Desa Nonongan Selatan A3
Aloysius Lande Ketua Desa Wisata (Tokoh Adat) B1
Reta Pengurus dan Pendamping B2
Benyamin Allo To’dang Pengurus dan Pendamping B3
Rantetandung Perwakilan Bapak-Bapak (Tokoh Adat) C1
Ruth Tambing Perwakilan Ibu-Ibu (Koordinator Atraksi) C2
Aurel Sambo Perwakilan Pemuda-Pemudi C3
Gerwin Pelaku Usaha di Bidang Kuliner D1
Mince Pelaku Usaha di Bidang Homestay D2
Enos Pelaku Usaha di Bidang Kerajinan Tangan D3
Dwi Wisatawan Lokal E1
Amelia Wisatawan Lokal E2
Mastudi Wisatawan Lokal E3
Sumber: Data Primer, 2023 Uji keabsahan data digunakan untuk
membuktikan data yang dilaporkan sesuai atau tidak berbeda dengan data yang diperoleh di lapangan (Sugiyono, 2018). Uji keabsahan pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yaitu triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data dipergunakan untuk menguji kredibilitas data, dengan cara memeriksa data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Kemudian data yang telah diperoleh diuraikan dan dikelompokkan dengan data yang sama, yang berbeda, dan yang spesifik dari sumber data tersebut. Data yang telah dikaji oleh peneliti akan menghasilkan kesimpulan (Sugiyono, 2018).
Tabel 2. Sumber Data Penelitian
Data Diperoleh dari Narasumber
Faktor pendukung dan faktor penghambat A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3, E1, E2, E3
Proses A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3
Dampak A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3
Sumber: Data Primer, 2023 Data yang telah diperoleh akan melalui
beberapa proses analisis data, seperti: 1) Data reduction; 2) Data display; 3) Conclusion drawing / verification (Sugiyono, 2018). Pada tahap reduction, peneliti akan meringkas serta memilah hal-hal yang penting sehingga data
akan lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk ke tahap selanjutnya. Pada tahap display, peneliti akan memahami hal yang sedang terjadi sehingga dapat membangun langkah selanjutnya.
.
946 Gambar 1. Triangulasi Sumber Data
Sumber: (Sugiyono, 2018) Gambar 2. Data Reduction
Sumber: Data Primer, 2023
Tabel 3. Data Display
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Proses Dampak
Kelebihan / keunggulan Cara meningkatkan dan
mengembangkan Dampak sosial
Kekurangan Hal yang selama ini telah
dilakukan oleh pemerintah Dampak lingkungan dan budaya
Hal yang perlu diperbaiki / ditingkatkan Terdapat perkembangan dari
waktu ke waktu Dampak ekonomi Saran / masukan
Sumber: Data Primer, 2023 Pada tahap Conclusion drawing /
verification, peneliti akan menyimpulkan serta memverifikasi apakah persoalan yang dimiliki sudah terjawab atau tidak.
Gambar 3. Conclusion drawing / verification (Model Penelitian)
Sumber: Data Primer, 2023
Dengan begitu penelitian ini menggunakan teknik analisis data selama di
lapangan model Miles and Huberman. Pada saat wawancara peneliti telah menjalankan analisis terhadap jawaban narasumber, apabila peneliti merasa jawaban yang diberikan narasumber belum memuaskan, maka peneliti akan meneruskan pertanyaan lagi, sampai peneliti memperoleh jawaban yang memuaskan (Sugiyono, 2018).
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Wisata Nonongan
Desa Wisata Nonongan merupakan salah satu desa di Toraja Utara dan terletak 5 Km di sebelah Selatan Kota Rantepao. Sebelum menjadi Desa Wisata Nonongan, Desa Nonongan sudah terlebih dahulu menjadi salah satu destinasi pariwisata pedesaan di Toraja Utara. Saat itu Desa Nonongan baru menyediakan beberapa atraksi saja seperti menanam, memanen, dan menumbuk padi.
Atraksi tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat dan juga beberapa turis ada yang menginap di rumah masyarakat. Melihat adanya potensi di Desa Nonongan, pemerintah setempat dan pengurus Desa Nonongan berencana untuk menjadikan Desa Nonongan sebagai Desa Wisata. Sehingga pemerintah
beserta pengurus terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai Desa Wisata. Sosialisasi tersebut dilakukan untuk menentukan arah dan tujuan dari Desa Nonongan. Setelah itu, pemerintah dan pengurus mulai mendata dan mencari potensi- potensi yang bisa menjadi daya tarik wisata.
Setelah mempertimbangkan potensi-potensi yang ada di Desa Nonongan, pemerintah setempat dan pengurus desa melihat adanya peluang pariwisata, dimana wisatawan cenderung untuk berwisata ke desa-desa sebagai wisata pribadi. Sehingga pemerintah, pengurus desa, beserta elemen masyarakat memutuskan untuk melibatkan masyarakat dalam menunjang kepariwisataan di Desa Nonongan menggunakan kearifan lokal dan adat istiadat keseharian masyarakat dahulu.
Kearifan lokal yang terdapat di Desa Wisata Nonongan dibagi menjadi 8 bagian yaitu Seni Tari, Seni Musik, Wisata Alam, Trekking, Situs Budaya, Atraksi Kehidupan Tradisional, Kerajinan Tangan, dan Kuliner. Kearifan lokal dan adat istiadat yang terdapat di Desa Wisata Nonongan harus dikelola dengan baik untuk menunjang pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Nonongan. Pemerintah dan pengurus telah melakukan beberapa cara untuk mengelola kearifan lokal yang ada, seperti memberikan dukungan berupa pelatihan sumber daya manusia, mengarahkan masyarakat untuk ikut mendukung dan menunjang pariwisata, menghimbau masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan, serta ramah terhadap pengunjung. Dari potensi dan peluang yang ada, pemerintah beserta pengurus desa berusaha untuk membuat dan mengembangkan hal-hal yang belum ada di desa wisata lain. Sehingga Desa Nonongan dapat menjadi Desa Wisata Nonongan pada tahun 2019. Pemerintah desa bersama dengan pengurus juga mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Pada kegiatan ini, Desa Wisata Nonongan berhasil mendapat juara 3 Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 kategori konten kreatif. Pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Nonongan tidak lepas dari campur tangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Desa, Pengurus Desa, Tokoh-tokoh Adat, Tokoh-tokoh Agama, Tokoh-tokoh Masyarakat, dan Kelompok-kelompok Masyarakat Desa Wisata Nonongan.
Pengembangan Model Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Wisata Nonongan
Dalam pengembangan model pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, dimulai dari menganalisis faktor pendukung dan faktor penghambat.
Faktor pendukung yang menjadi kelebihan atau keunggulan dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, yaitu:
1. Kesadaran Wisata Masyarakat
Masyarakat Desa Wisata Nonongan memiliki kesadaran wisata yang tinggi.
Dimana masyarakat sangat mendukung adanya kegiatan Desa Wisata, sehingga masyarakat lebih menjaga kebersihan lingkungan.
2. Semangat Gotong Royong
Masyarakat secara gotong royong ikut terlibat langsung dalam menunjang pariwisata sebagai pelaku atraksi yang ditampilkan kepada pengunjung. Dimana atraksi tersebut merupakan kearifan lokal atau adat istiadat keseharian masyarakat dahulu, yang menjadi warisan budaya di Desa Wisata Nonongan.
3. Budaya Desa sebagai Kearifan Lokal
Kearifan lokal yang terdapat di Desa Wisata Nonongan merupakan budaya asli yang diwariskan secara turun temurun. Kearifan lokal yang terdapat di Desa Wisata Nonongan terdiri dari Seni Tari, Seni Musik, Wisata Alam, Trekking, Situs Budaya, Atraksi Kehidupan Tradisional, Kerajinan Tangan dan Kuliner.
4. Partisipasi Pemerintah
Pemerintah setempat khususnya lembang bekerja sama dengan pemerintah daerah khususnya dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Toraja Utara, memberikan dukungan serta membuat kegiatan-kegiatan yang mendorong pariwisata di Desa Wisata Nonongan.
5. Komunitas yang Berdaya Cipta
Komunitas yang terdapat di Desa Wisata Nonongan merupakan sekelompok masyarakat yang dibagi untuk melakukan atraksi-atraksi kehidupan tradisional.
Semua komunitas yang ada dipastikan telah mengambil bagian untuk menunjang kegiatan Desa Wisata.
Faktor penghambat yang menjadi kekurangan dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, yaitu:
1. Keterbatasan Dana
Adanya keterbatasan dana dari pemerintah membuat keterlambatan dalam meningkatkan fasilitas-fasilitas pendukung untuk menunjang kepariwisataan di Desa Wisata Nonongan.
2. Akses Jalan yang Rusak
Akses jalan yang rusak dapat membuat pengunjung kesulitan untuk sampai ke tempat-tempat atraksi dan objek-objek wisata yang ada. Fatalnya dapat membuat pengunjung tidak jadi berkunjung ke Desa Wisata Nonongan.
3. Fasilitas yang Kurang Memadai
Fasilitas di Desa Wisata Nonongan khususnya toilet yang terdapat di kawasan Desa Wisata dan homestay-homestay, belum mengikuti standar nasional.
Meskipun belum mengikuti standar nasional, kebersihan toilet-toilet yang ada tetap dijaga.
4. Promosi Desa Wisata yang Kurang Gencar Kurangnya promosi menyebabkan kurang dikenalnya Desa Wisata Nonongan. Adanya promosi dapat menarik serta meningkatkan jumlah pengunjung yang berkunjung ke Desa Wisata Nonongan.
Selanjutnya dilakukan analisis pada proses atau implementasi pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan menjadi semakin baik, diperlukan beberapa cara yaitu:
1. Kerjasama Pemerintah, Pengurus, dan Masyarakat
Dibutuhkan kerjasama yang kuat antara pemerintah, pengurus, dan masyarakat agar dapat menyelenggarakan serta keberhasilan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan.
2. Melestarikan Adat Istiadat, Kebiasaan, dan Norma-norma Desa
Perlu menanamkan pemahaman kepada masyarakat agar tetap mempertahankan kearifan lokal atau adat istiadat yang ada di Desa Wisata Nonongan, agar tidak dipengaruhi oleh zaman teknologi sekarang dan juga tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan dahulu yang tetap mengarah kepada pelestarian alam dan lingkungan.
3. Pelatihan dan Pendampingan Sumber Daya Manusia
Tetap memperhatikan dan meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mengelola pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Sumber daya manusia yang terdapat di Desa Wisata Nonongan yaitu pelaku usaha dan masyarakat Desa Wisata Nonongan. Agar memiliki sumber daya manusia yang unggul, pemerintah rutin memberikan pemahaman, pendampingan, serta pelatihan demi menunjang kegiatan Desa Wisata.
4. Pengembangan Sarana Penunjang
Pemerintah telah melakukan berbagai hal untuk mendorong kemajuan sarana penunjang Desa Wisata Nonongan. Hal-hal yang telah dilakukan pemerintah seperti:
Memberikan pelatihan kepada pelaku usaha dan masyarakat Desa Wisata Nonongan. Memberikan bantuan untuk pengembangan sarana-sarana penunjang Desa Wisata Nonongan, misalnya jalan dan gazebo. Memberikan bantuan berupa wifi gratis selama 1 tahun di sekitar kantor desa.
Memberikan bantuan untuk perbaikan jalan ke puncak Gunung Sopai. Serta melakukan pembaruan atau tambahan paket-paket wisata secara berkala agar tidak monoton.
Dengan adanya pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, memberikan banyak dampak kepada Desa Wisata Nonongan. Dampak sosial yang diberikan, yaitu:
1. Partisipasi Masyarakat Meningkat
Sebelum Desa Nonongan dibuka menjadi Desa Wisata, masyarakat masih menghindar untuk berinteraksi dengan pengunjung. Tetapi setelah Desa Wisata Nonongan dibuka, masyarakat sudah berani berkomunikasi dengan pengunjung yang berkunjung.
2. Keakraban antar Warga Tercipta
Dengan dibukanya Desa Wisata Nonongan, Masyarakat dari tiap-tiap kelompok bekerja sama dengan baik untuk membuat atraksi-atraksi kearifan lokal, sehingga masyarakat atau kelompok-kelompok tersebut lebih akrab dari sebelumnya.
3. Kesadaran Tentang Bisnis Wisata
Dengan adanya kegiatan Desa Wisata, masyarakat khususnya pelaku usaha di
bidang kerajinan tangan, lebih terpacu untuk menekuni usahanya.
Gambar 4. Pengembangan Model Pariwisata Bekelanjutan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Wisata Nonongan, Kabupaten Toraja Utara
(Sumber: Data yang Diolah, 2023) Dampak lingkungan dan budaya yang
diberikan, yaitu:
1. Melestarikan Kearifan Lokal
Masyarakat Desa Wisata Nonongan lebih mempertahankan kearifan lokal yang mereka miliki. Sebelum ada program Desa Wisata, kearifan lokal yang terdapat di Desa Wisata Nonongan hampir terpendam karena perkembangan zaman.
2. Penyelamatan Warisan Budaya
Setelah ada Desa Wisata Nonongan, masyarakat kembali melestarikan kearifan lokal tersebut karena merupakan warisan yang sudah ada sejak dahulu, dan juga digunakan sebagai atraksi yang menjadi
daya tarik utama dari Desa Wisata Nonongan.
3. Kesadaran Kebersihan Lingkungan
Adanya kegiatan Desa Wisata membuat masyarakat lebih peduli akan kebersihan, sehingga masyarakat sudah tidak membuang sampah sembarangan.
4. Menjaga Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Kegiatan Desa Wisata juga membuat masyarakat lebih memperhatikan lingkungan, dengan menanam tumbuhan agar suasana Desa Wisata menjadi lebih asri.
Dampak ekonomi yang diberikan, yaitu:
950 1. Pergerakan Aktivitas Bisnis yang Lebih
Baik
Dengan adanya program Desa Wisata, membuat masyarakat Desa Wisata Nonongan membuka usaha-usaha baru seperti kios, warung makan, toko kerajinan tangan, toko pakaian, toko kain, homestay, dan sebagainya.
2. Terciptanya Lapangan Pekerjaan
Adanya kegiatan Desa Wisata membuat dibutuhkannya kendaraan untuk menjemput tamu. Sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi yang mempunyai kendaraan pribadi motor dan mobil.
3. Peningkatan Kesejahteraan dan Taraf Hidup Masyarakat
Atraksi di Desa Wisata memberikan pendapatan bagi masyarakat karena atraksi kearifan lokal yang mereka tampilkan akan memberikan pendapatan, baik itu pendapatan pribadi maupun pendapatan kelompok. Kemudian, dengan dibukanya usaha-usaha baru dapat memberikan penghasilan yang berasal dari usaha-usaha kios, warung makan, toko kerajinan tangan, toko pakaian, toko kain, homestay.
SIMPULAN
Penelitian ini telah menggambarkan dan menghasilkan pengembangan model pariwisata berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, Kabupaten Toraja Utara. Pengembangan model tersebut terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat, proses, serta dampak pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini telah menjawab persoalan penelitian yang telah dibangun sebelumnya. Persoalan penelitian pertama telah terjawab bahwa faktor pendukung pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan adalah kesadaran wisata masyarakat, semangat gotong royong, budaya desa sebagai kearifan lokal, partisipasi pemerintah, dan komunitas yang berdaya cipta. Adapun faktor penghambatnya ialah keterbatasan dana, akses jalan yang rusak, fasilitas yang kurang memadai, dan promosi Desa Wisata kurang gencar. Persoalan penelitian kedua telah terjawab bahwa proses pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, membutuhkan
kerjasama pemerintah, pengurus, dan masyarakat, melestarikan adat-istiadat, kebiasaan, dan norma-norma desa, pelatihan dan pendampingan sumber daya manusia, serta pengembangan sarana penunjang.
Persoalan penelitian ketiga telah terjawab bahwa dengan adanya pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata Nonongan, memberikan dampak sosial berupa parsipasi masyarakat meningkat, keakraban antar warga tercipta, serta kesadaran tentang bisnis wisata. Memberikan dampak lingkungan dan budaya yaitu melestarikan kearifan lokal, penyelamatan warisan budaya, kesadaran kebersihan lingkungan, serta men jaga ekosistem dan keanekaragaman hayati. Selain itu, memberikan dampak ekonomi seperti pergerakan aktivitas bisnis yang lebih baik, terciptanya lapangan pekerjaan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini tidak dapat disamakan dengan Desa-desa Wisata yang lain.
Penelitian mendatang dapat melakukan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti menggunakan pengembangan model ini, yang terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat, proses, serta dampak dari pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal di Desa Wisata lain. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat mengembangkan model penelitian ini dengan menambahkan indikator- indikator lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, & Arifin, Z. (2020). Perencanaan Pengembangan Desa Ekowisata berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Ilmiah Administratita, 11(01), 16–24.
Arifin, M., Hermansyah, H., Sawar, N. A., Fachruddin, M. A., Jannah, D. T., & Ayu, D. M. (2021). The Concept of Settlement that Supports Tourism.
Jurnal Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota, 10(1), 65–75.
Arifin, P., & Ardhiansyah, N. N. (2020). Penerapan Komunikasi Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal Di Yogyakarta. Jurnal Nomosleca, 6(1).
Darmadi, H. (2013). Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kesatu).
Alfabeta.
Hasanah, A. N., Hadian, M. S. D., & Khan, A. M. A.
(2021). Kajian Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Melalui Kearifan Lokal di Desa Wisata Terong
951 Kabupaten Belitung. Masyarakat Pariwisata : Journal of Community Services in Tourism,
2(2), 109–114.
https://doi.org/10.34013/mp.v2i2.366 Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018).
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona,
3(2), 158–174.
https://doi.org/10.26905/jpp.v3i2.2340 Putra, N. (2013). Metode Penelitian Kualitatif
Pendidikan. RajaGrafindo Persada.
Setyaningrum, N. D. B. (2018). Budaya Lokal di Era Globalisasi. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Karya Seni, 20(2), 102.
https://doi.org/10.26887/ekse.v20i2.392 Sugiyarto, & Amaruli, R. J. (2018). Pengembangan
Pariwisata Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal Pendahuluan Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Budaya Lokal Metode.
Jurnal Administrasi Bisnis, 7(1), 45–52.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Manajemen (Setiyawami (ed.); Keenam). Alfabeta.
Sulistyadi, Y., Eddyoni, F., & Hasibuan, B. (2017).
Pariwisata Berkelanjutan: Pengelolaan
Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat (Oktober 20). AURA.
Tou, H. julianti, Melinda Noer, & Sari Lenggogeni.
(2021). Pengembangan Desa Wisata Yang Berkearifan Lokal Sebagai Bentuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.
Jurnal Rekayasa, 10(2), 95–101.
https://doi.org/10.37037/jrftsp.v10i2.63 Wazni, W., Harirah. MS, Z., & Darmansyah, R. (2020).
Evaluasi Input Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Di Kabupaten Siak. Sebatik, 24(2), 178–186.
https://doi.org/10.46984/sebatik.v24i2.112 4
Widyanti, N. N. W. (2021, November). Desa Wisata Lembang Nonongan, Desa Agraris di Toraja Utara. Kompas.
Wismayanti, K. W. D. (2020). Implementasi Kebijakan Pengembangan Dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Yang Berbasis Kearifan Lokal Di Bali (Studi kasus: Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan). Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika, 2(1), 40.
https://doi.org/10.24843/jiwsp.2020.v02.i0 1.p05