Pengenalan Hukum (Topik 2.1)
Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan & Pengembangan Kebijakan
SAPPK-ITB
Bahasan Norma/Kaidah Hukum:
• Aturan hukum dan kaidah hukum (secara umum);
• Kaidah hukum sebagai perintah;
• Jenis kaidah hukum;
– kaidah hukum sebagai kaidah perilaku;
– kaidah hukum sebagai meta kaidah;
– kaidah mandiri dan kaidah tidak mandiri;
• Perumusan kaidah hukum dalam aturan
hukum
Aturan Hukum dan Kaidah Hukum
• Aturan hukum:
– pada dasarnya suatu bentuk pernyataan ( uitspraak) yang terkait dengan hukum
– berasal dari kaidah hukum atau norma hukum (rechtsnorm).
• Kaidah Hukum:
– merupakan proposisi suatu aturan hukum karena arti dari suatu kalimat atau pernyataan adalah sama
dengan proposisi dari kalimat atau pernyataan tersebut
– dapat pula diartikan sebagai satuan bahasa yang lebih
luas yakni aturan hukum.
Tautan Aturan Hukum & Kaidah Hukum
• Isi pengertian dan lingkup pengertian dapat disusun dalam suatu kaidah hukum.
• Isi kaidah adalah keseluruhan ciri unsur-unsur yang mewujudkan kaidah itu.
• Lingkup kaidah adalah wilayah penerapan kaidah yang bersangkutan.
• Arti suatu aturan hukum harus ditautkan dengan isi kaidahnya. Dari instensi dan ekstensi di atas, terdapat 2 dalil, yakni:
– “ISI KAIDAH MENENTUKAN WILAYAH PENERAPAN”
– “ISI KAIDAH BERBANDING TERBALIK DENGAN
WILAYAH PENERAPAN”
“ISI KAIDAH MENENTUKAN WILAYAH PENERAPAN”
“ISI KAIDAH BERBANDING TERBALIK DENGAN WILAYAH PENERAPAN”
• Semakin sedikit isi kaidah hukum memuat ciri-ciri, maka wilayah penerapannya semakin besar.
• Sebaliknya, semakin banyak isi kaidah hukum memuat ciri-ciri, maka wilayah penerapannya semakin kecil.
• Perumusan kaidah hukum digantungkan pada
pembentuk peraturan, apakah akan memuat banyak ciri-ciri atau tidak.
• Jika hakim dalam penerapan kaidah hukumnya
memperluas isi, maka yang berubah itu isinya, bukan aturan hukumnya (interpretasi hakim ~ bisa penafsiran ekstensif atau restriktif dengan cara mengurangi atau menambah ciriciri).
DALIL:
Aturan Hukum, Kaidah Hukum, dan Wilayah penerapan
ATURAN HUKUM
KAIDAH HUKUM
WILAYAH PENERAPAN Tanda
Arti
Yang Berarti
Contoh: kaidah hukum dalam KUHP, misalnya delik biasa dan
delik pemberatan
Berlaku Untuk Hukum Tidak Tertulis?
• Hukum yang tidak tertulis: aturan yang belum ditetapkan atau dipositifkan oleh pejabat yang berwenang
• Aturan hukum yang tidak tertulis ini
diperdebatkan apakah sebagai hukum positif atau tidak
• Juga dipersoalkan mengenai putusan hakim
yang tidak mendasarkan pada hukum positif.
“Kaidah Hukum Sebagai Perintah”
• Prototipe (model awal sebagai contoh) kaidah hukum adalah
“perintah” bagi setiap orang (umum) sebagai dasar penguat bagi pemerintah (penguasa) untuk menegakkan hukum.
• Adanya kaidah hukum itu harus tertulis karena terkait dengan
seseorang yang memberi perintah dan yang diberi perintah. Kaidah hukum tidak tertulis tidak ada yang memberi perintah.
• Di samping itu, perintah berkaitan dengan yang dialamatkan dan yang mengalamatkan. Kaidah hukum harus sampai kepada yang dialamatkan (yang diperintah).
• Kadangkala kaidah hukum lebih dari perintah karena yang diberi perintah mengharapkan, di samping taat atas perintah, juga
mengemban kewajiban terhadap orang lain yang terlibat dalam pergaulan sosial.
• Dari hal inilah kaidah hukum sebagai perintah dapat ditipikasi.
• Jadi, kaidah adalah kaidah sosial yang mengarahkan diri pada
perbuatan mereka yang menjadi warga masyarakat tempat kaidah hukum berlaku.
Perintah-Larangan-Izin-Dispensasi
PERINTAH
IZIN
LARANGAN
DISPENSASI
SUBALTERNASI SUBALTERNASI
KONTRARIS
SUBKONTRARIS
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN NORMA HUKUM
1. PRINCIPIUM IN PRINCIPIE: derivate dari ilmu pengetahuan/kebenarannya universal
2. PRINCIPIUM IN ACTIONES: prinsip-prinsip kebijakan internasional/nasional
3. PRINCIPIUM IN IUDIORUM: hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab 4. PRINCIPIUM IN REGIMENE: prinsip-prinsip
menurut rezim hukum
PERISTIWA HUKUM
• Di dalam ilmu hukum, hak dan kewajiban tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak. Isi hak dan kewajiban itu
ditentukan oleh aturan hukum. Aturan hukum itu terdiri atas peristiwa dan akibat yang oleh aturan hukum tersebut dihubungkan. Dengan demikian, peristiwa hukum adalah peristiwa yang akibatnya diatur oleh hukum.
– peristiwa hukum adalah semua peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan akibat hukum, antara pihak yang
mempunyai hubungan hukum (Soedjono Dirdjosisworo, 1994) – peristiwa hukum adalah peristiwa (kejadian biasa) dalam
penghidupan sehari-hari yang membawa akibat yang diatur oleh hukum (Surojo Wignjodipuro, 1982)
– peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan peraturan hukum tertentu, sehingga ketentuan yang tercantum di dalamnya itu diwujudkan (Satjipto Raharjo, 1986)
PERISTIWA BUKAN HUKUM
• Tidak semua peristiwa dapat dikatakan
membawa akibat yang diatur oleh hukum.
Salah satu peristiwa yang tidak membawa
akibat hukum misalnya si A mengambil mobil kepunyaannya sendiri. Peristiwa semacam ini tidak membawa akibat yang diatur oleh
hukum. Dengan kata lain, perbuatan yang
dilakukan dalam peristiwa tersebut tidak
menggerakkan hukum untuk bekerja.
SUBJEK HUKUM
• Setiap manusia baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang agama atau kebudayaannya adalah subyek
hukum. Manusia sebagai pembawa hak (subyek), mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan hukum, seperti
melakukan perjanjian, melangsungkan perkawinan, membuat wasiat, dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban sebagai subyek hukum.
• Menurut R. Soeroso subjek hukum adalah :
– sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam hukum;
– sesuatu pendukung hak yang menurut hukum berwenang/berkuasa bertindak menjadi pendukung hak;
– segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.
• Subjek hukum dapat dibedakan atas dua macam apabila dilihat dari segi hakikatnya, yaitu :
– Manusia/orang (natuurlijke persoon) – Badan hukum (rechts persoon)
MANUSIA SEBAGAI SUBJEK HUKUM
• Manusia sebagai subjek hukum sejak saat dia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia, bahkan seorang anak yang masih dalam
kandungan ibunya dapat dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir), apabila kepentingannya memerlukannya (untuk menjadi ahli waris).
• Manusia sebagai subJek hukum mempunyai kewenangan untuk
melakukan tindakan hukum apabila manusia itu telah dewasa serta sehat rohaninya/jiwanya, dan tidak ditaruh di bawah pengampuan. Dengan
demikian, manusia yang wenang hukum belum tentu cakap hukum karena manusia dewasa memiliki hak untuk melakukan tindakan hukum, tetapi dalam keadaan tertentu ia tidak cakap melakukan tindakan hukum.
• Ada beberapa golongan manusia yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum dan harus diwakili oleh orang lain (orang tua/wali), yaitu :
– manusia yang masih di bawah umur (belum dewasa)
– manusia yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk, pemboros, yakni mereka yang ditaruh di bawah curatele (pengampuan)
– seorang perempuan dalam perkawinan (wanita kawin) yang tunduk kepada Kitab Undang-undang hukum perdata (KUH Perdata)
Ukuran Dewasa/Cakap Hukum
• Ukuran dewasanya seorang manusia itu berbeda-beda kriterianya menurut hukum/undang-undang yang mengaturnya, misalnya :
– Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), bahwa dewasanya seorang pria adalah setelah ia berumur 18 tahun, dan dewasanya untuk seorang wanita adalah setelah ia berumur 15 tahun (pasal 29 KUH Perdata)
– Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa dewasanya seorang pria adalah setelah ia berumur 19 tahun, dan dewasanya seorang wanita adalah setelah ia berumur 16 tahun (pasal 7 ayat (1))
– Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa dewasanya seorang pria dan wanita apabila ia telah berumur 16 tahun (Pasal 45).
– Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPD, bahwa dewasanya warga negara (pria dan wanita) setelah ia berumur 17 tahun atau sudah Kawin (pasal 19) – Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Republik Indonesia dikatakan bahwa dewasanya seseorang apabila ia telah berumur 21 tahun (Pasal 5 ayat (2) huruf a)
BADAN HUKUM SEBAGAI SUBYEK HUKUM
• Badan hukum (recht persoon) adalah perkumpulan-perkumpulan yang dapat menanggung hak dan kewajiban yang bukan manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak dan kewajiban yang tidak berjiwa dapat sebagai pembawa hak manusia, seperti dapat melakukan persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
• Untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum, yaitu :
– memiliki kekayaan terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya;
– hak/kewajiban badan hukum terpisah dari hak/kewajiban anggota
• Contoh: PT, Koperasi, Yayasan, Ormas, Partai Politik, Pemda, Negara, dsb., baik yang tergolong Badan Hukum Perdata/Privat maupun
Badan Hukum Publik.
OBJEK HUKUM
• Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia dan badan hukum), dan dapat menjadi pokok/objek suatu hubungan hukum , karena itu dapat dikuasa oleh subyek hukum.
• Contoh, Ahmad dan Ali mengadakan sewa tanah. Tanah di sini adalah objek hukum. Biasanya objek hukum itu adalah benda, dan yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh subjek hukum.
• Menurut ilmu pengetahuan hukum, benda itu dapat diartikan dalam arti luas dan sempit. Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh orang. Pengertian ini meliputi benda-benda yang dapat
dilihat, seperti meja, kursi, jam tangan, motor, komputer, mobil, dan
sebagainya, dan benda-benda yang tidak dapat dilihat, yaitu berbagai hak seperti hak tagihan, hak cipta, dan lain-lain.
• Adapun benda dalam arti sempit adalah segala benda yang dapat dilihat.
• KUH Perdata: benda berwujud & benda tidak berwujud; Benda bergerak (benda tidak tetap) & benda tetap (tidak bergerak); benda materiil &
benda immaterial (ciptaan orang)
Sekian, Terimakasih…
aoetomo@gmail.com
Sumber dan Proses Pembentukan Hukum
Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan (P2PK) SAPPK – ITB
2021
HUKUM?
• Hukum terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
• Peraturan atas kaidah-kaidah tingkah laku manusia
• Peraturan diadakan oleh lembaga yang berwenang membuatnya
• Peraturan bersifat memaksa
• Peraturan mempunyai sanksi yang tegas
• Peraturan akan layak untuk disebut
sebagai hukum apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Adanya perintah / larangan
• Perintah/larangan itu harus ditaati oleh setiap orang
Dua Konsep “Hukum”
1. Hukum sebagai produk final
2. Hukum sebagai kerangka (framework)
Kedua konsep itu berbeda besar dalam
menerima dan memahami hukum, yang berlanjut pada masalah penegakan hukum.
Konsep dominan yang lebih difahami oleh
sebagian besar masyarakat adalah hukum sebagai
produk final. Termasuk Rezim hukum di Indonesia.
Hukum Sebagai Produk Final
• Lazim bergandengan dengan pemahaman hukum sebagai perintah atau komando
• Hukum yang dibuat oleh badan legislatif itu dianggap berisi perintah-perintah yang jelas, dan birokrasi
tinggal menjalankan saja
• Ada peraturan perundang-undangan dan ada
perangkat penegakan hukum yang terdiri dari polisi, jaksa, dan hakim; tinggal mereka bekerja menjalankan perintah hukum
• Rakyat cukup menjadi sasaran dan wajib patuh
• Hukum Positif
Implikasi Hukum Sebagai Produk Final
•
Mengoperasikan hukum menjadi begitu mudah seperti menarik garis lurus antara dua titik
•
Legitimasi dan kekuasaan untuk bertindak menjadi satu dan dimonopoli oleh negara: dimanfaatkan untuk
mempertahankan legitimasi pemerintahan
•
Sering dimanipulasi dengan cerdik, melalui penguasaan badan- badan legislatif, yudikatif, dan eksekutif, sehingga hukum
merupakan bangunan persekongkolan besar, di mana rakyat tinggal patuh (Era Orde Baru?)
•
Tetapi, hukum bukan hanya peraturan dan doktrin, tetapi
perilaku manusia yang menjalankannya: Apabila “hukum
sebagai perintah final” dijalankan secara genuine, maka
hasilnya akan berbeda (Singapura, Swedia, dll.)
Peraturan Perundang-Undangan?
(UU No.12 Tahun 2011 Pasal 1 Angka 2)
• Peraturan Perundang-undangan adalah PERATURAN TERTULIS YANG MEMUAT NORMA HUKUM YANG MENGIKAT SECARA UMUM dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
JADI INDONESIA MENGANUT HUKUM POSITIF!
ARTINYA HANYA YANG TERTULIS SAJA YG MENGIKAT!
Sumber Hukum?
• Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata (tertulis atau tidak tertulis)
• Dapat dilihat dari dua sudut/segi:
• Materiil (ekonomi, sejarah, sosiologi, dll) dan
• Formil (UU, Yurisprudensi, Traktat, Konvensi, Kebiasaan,
Doktrin/Pendapat Ahli Hukum)
• Sumber dari segala sumber hukum negara di
Indonesia: PANCASILA (lihat UU 10/2004 Pasal 2;
juga di UU 12/2011)
Perkembangan Tata Urutan Sumber Hukum Formil di Indonesia?
(Pengaruh Sistem Desentralisasi
terhadap Hirarki Peraturan Per UU an)
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2
I. Undang-undang Dasar 1945 II. Ketetapan MPR
III. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
IV. Peraturan Pemerintah V. Keputusan Presiden
VI. Peraturan-peraturan pelaksananya, seperti:
•
Peraturan Menteri
•
Instruksi Menteri
•
Dan lain-lainnya
Belum spesifik ada Peraturan Daerah (PERDA) sebagai
hirarki Peraturan Per-UU-an – Rezim masih SENTRALISASI
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangan
I. Undang-undang Dasar 1945
II. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat III. Undang-undang
IV. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang V. Peraturan Pemerintah
VI. Keputusan Presiden VII. Peraturan Daerah
Muncul Peraturan Daerah (PERDA) sebagai hirarki Peraturan Per-UU-an – Karena penguatan
DESENTRALISASI dari UU No. 22 Tahun 1999
UU No. 10 Tahun 2004 ttg Pembentukan Peraturan Perundang- undangan
I. Undang-undang Dasar 1945
II. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
III. Peraturan Pemerintah IV. Peraturan Presiden
V. Peraturan Daerah, yang meliputi:
• Peraturan Daerah Provinsi
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
• Peraturan Desa
Dihilangkannya TAP MPR dan Penspesifikasian Peraturan Daerah (PERDA) dengan Rezim DESENTRALISASI (masih
terpengaruh UU 22/1999 yang tdk mengenal hirarki
Provinsi dengan Kabupaten/Kota)
UU No. 12 Tahun 2011 ttg Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Jo. UU No. 15 Tahun 2019 (Perubahannya)
I. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
II. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
III. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
IV. Peraturan Pemerintah;
V. Peraturan Presiden;
VI. Peraturan Daerah Provinsi; dan
VII. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Penspesifikasian Hiraki Peraturan Daerah (PERDA) sebagai hirarki Peraturan Per-UU-an – Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota dalam Rezim DESENTRALISASI
UU 12/2011 Pasal 8 ayat (1) & ayat (2)
• Peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, KepalaDesa atau yang setingkat, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentukberdasarkan kewenangan.
Klausul ‘Derogatio’ yang penting dalam Sistem Hirarki Peraturan Perundang-undangan:
1. Lex Superior Derogat Legi Inferior (yang lebih tinggi mengalahkan yang lebih
rendah)
2. Lex Specialis Derogat Legi Generalis (yang lebih spesifik/khusus mengalahkan yang generik/umum)
3. Lex Posteriore Derogat Legi Priori (yang
lebih baru/akhir mengalahkan yang lama)
Issues and Problems: pengaruh
Amandemen UUD terhadap sistem
dan praktek perencanaan
Pengaruh Desentralisasi
• Penataan Ruang menjadi secara “formal” hirarkis: Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota
• Dalam konteks hirarki vertikal hukum : lex superior derogat legi
inferior (Rencana TR yang lebih tinggi mengalahkan Rencana TR yang lebih rendah: PP RTRWN diacu Perda RTRW Provinsi dan Perda RTRW Kabupaten/Kota), dan RTRW Provinsi harus diacu Perda RTRW
Kabupaten/Kota.
• Dalam konteks setingkat: lex specialis derogat legi generalis (Perda Rencana TR yang lebih rinci mengalahkan Perda RTRW yang lebih
umum), maka Perizinan Pemanfaatan Ruang HARUS didasarkan pada
Rencana TR yang Rinci/RDTRK/Peraturan Zonasi
Pengaruh Demokratisasi
• Penataan Ruang (yang hanya mengatur Development Rights) menjadi relatif sulit dilaksanakan praktiknya,
karena sangat demokratisnya masyarakat yang memegang
“property rights” (terutama terkait Hak Atas Tanah) memanfaatkan ruang, didukung dengan Peraturan Per- UU-an Sektoral yang masing-masing mengatur
pemanfaatan SDA secara parsial langsung kepada masyarakat. (UU 24/92 yang lama bahkan
menggunakannya sebagai urusan sanksi pelanggaran UU sektoral, bukan pelanggaran tata ruang)
• Bahkan sering RTRW terhambat pengesahannya oleh
suatu UU Sektoral yang mempertahankan pengaturannya secara spesifik (UU Kehutanan, UU Pertambangan, dll).
Dalam konteks hukum, UU Sektoral seringkali
ditempatkan pada posisi “specialis” sedangkan Penataan
Ruang pada posisi “generalis”. Sehingga ketentuan sektor
lebih mengikat daripada ketentuan penataan ruang.
18
ALAS HUKUM/LEGAL BASES UNTUK ASPEK TEKNIS
• (Peraturan Menteri) – NSPM/K (Norma, Standar, Pedoman, Manual/Kriteria)
• (Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota)
UU 12/2011 Pasal 8 ayat (1) & ayat (2)
• Peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yangdibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, KepalaDesa atau yang setingkat, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentukberdasarkan kewenangan.
Pengertian Dasar Peraturan Perundang- undangan di Indonesia
• Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden.
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.
• Peraturan Pemerintah (PP)
adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
• Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibuat oleh Presiden.
• Peraturan Daerah (Perda) adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.
• Peraturan Desa (Perdes)/peraturan yang setingkat adalah
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh badan
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala
desa atau nama lainnya.
PROSES PEMBENTUKAN HUKUM (PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN) DI INDONESIA
22
Azas-Azas Keruangan:
•nyaman
•aman
•tenteram
•indah
•Etika
•kepatutan
• tertib
• harmonis
• dsb Kaidah-kaidah:
•moral
•etika
•kepatutan
Kebiasaan
Adat
Konsep
Paradigma
Teori, Model, Standar
Doktrin
Kesepakatan Para Ahli
Konvensi, Deklarasi
Traktat
Bilateral Multilateral
Materi Teknis Naskah Akademik
Perjanjian/Perikatan
Proses Pembentukan Hukum &
Peraturan Perundang-Undangan
23
Ketetapan MPR Undang-Undang Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden Peraturan Daerah
Peraturan Daeah
Peraturan Menteri Instruksi Menteri
Peraturan Kepala Daerah
Keputusan Dispensasi Anulasi Konsesi Perizinan
Sekian, Terimakasih
aoetomo@pl.itb.ac.id
Kepunyaan Negara, Kepunyaan Publik dan Kepunyaan Privat (State Domain,Public Domain
dan Privat Domain)
Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan & PengembanganKebijakan (P2PK) Sekolah Arsitektur, Perencanaan, & Pengembangan Kebijakan
(SAPPK) - ITB
TIPE “IDEOLOGI HUKUM PENATAAN RUANG” DI DUNIA (McAuslan, 1980)
– PRIVATE INTEREST IDEOLOGY –
the law exists to protect individual rights & liberty –
common law perspective– PUBLIC INTEREST (Orthodox public administration)
IDEOLOGY –
the law exists to facilitate decision-making by the bureaucracy
– statutory perspective– PUBLIC PARTICIPATION IDEOLOGY –
the law exists to provide for greater public participation in decision-making
– weakest of the 3 ideologies because it challenges the status quo (?)Konsensus pilihan terhadap salah satu ideologi hukum penataan ruang tersebut akan berimplikasi pada jawaban atas“APA, KENAPA, BAGAIMANA, KAPAN, dan OLEH
SIAPA” yang dipertanyakan dalam penataan ruang….
EVOLUSI IDEOLOGI PERENCANAAN - 1
A B
E F
C D
G H
I J
M N
K L
O P
Private interest ideology:
Private property masing2 dilindungi hukum
Bagaimana penghuni masing2 Kapling keluar beraktivitas tanpa terpaksa tresspassing property orang lain?
A B
E F
C D
G H
I J
M N
K L
O P
Public interest ideology:
Ada kepentingan umum (bersama) yang harus
disediakan supaya masing- masing kepentingan privat bisa dilaksanakan (misalnya akses jalan)
Akses ke luar?
Akses ke luar?
EVOLUSI IDEOLOGI PERENCANAAN - 2
A B
E F
C D
G H
I J
M N
K L
O P
Public interest ideology:
Ada kepentingan umum (bersama) yang harus
disediakan supaya masing- masing kepentingan privat bisa dilaksanakan (misalnya akses jalan)
A B
E
C D
H
I
M N
L
O P
Public Participation ideology:
Ada kepentingan umum (bersama) dan kepentingan privat yang harus disediakan supaya masing-masing kepentingan bisa dilaksanakan dengan cara consensus dan
dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
KETERKAITAN IDEOLOGI HUKUM PERENCANAAN DENGAN DOMAIN PERENCANAAN
• PRIVATE INTEREST IDEOLOGY ~ Perencanaan
Berdomain Private [Fokus ke perlindungan/pengaturan Barang Kepunyaan Privat]
• PUBLIC INTEREST IDEOLOGY ~ Perencanaan
Berdomain Sektor Publik/Pemerintahan [Fokus ke
perlindungan/pengaturan Barang Kepunyaan Negara &
Barang Kepunyaan Publik]
• PUBLIC PARTICIPATION IDEOLOGY ~ Perencanaan
Berdomain Publik [Fokus secara berimbang pada
optimasi Kepunyaan Privat, Kepunyaan Negara, dan
Kepunyaan Publik secara konsensus]
BARANG KEPUNYAAN NEGARA
• BARANG MILIK NEGARA diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
• PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH – diatur di Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
• Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
• Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
• Pengelola Barangadalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah.
• Pengguna Barangadalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah.
BARANG KEPUNYAAN PUBLIK -1
• Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tidak akan habis untuk individu lainnya, barang publik yang disediakan
pemerintah merupakan barang milik pemerintah yang dibiayai melalui anggaran belanja negara.
• Barang publik murni memiliki dua karakteristik, yaitu konsumsi yang non- rival dan kepemilikan non-excludable untuk kemanfaatan bersama.
Konsumsi yang non-rival artinya konsumsi seseorang tidak mempengaruhi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut, sedangkan pemilikan yang non-exludable artinya seseorang tidak boleh menghalangi orang lain untuk memperoleh manfaat menggunakan barang tersebut.
• Selain berbentuk infrastruktur dan berbagai fasilitas bersama, barang publik juga dapat berupa pertahanan dan keamanan negara.
• Penyediaan public goods adalah kewajiban negara, namun kenyataannya barang publik serupa yang disediakan swasta memiliki kualitas dan
pelayanan yang lebih baik. Misalnya saja, kualitas dan kapasitas tempat tidur yang disediakan rumah sakit swasta jauh lebih baik dan lebih banyak.
Dari tahun ke tahun daya tampung perguruan tinggi swasta juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri.
BARANG KEPUNYAAN PUBLIK - 2
• Penghargaan masyarakat terhadap kualitas penyediaan barang
publik dapat diukur dengan tingkat kepuasan dalam penggunaannya dan sejauh mana kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan
memilikinya.
• Misalnya dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH). Intensitas pengunjung yang datang setiap hari dapat menunjukkan tingkat kepuasan pengunjung atas tempat tersebut serta kesadaran
masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan dan kenyamanannya juga merupakan suatu penghargaanyang tidak dapat dinilai dengan uang.
• Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah inisiatif Pemerintahan Jokowi-JK pada saat itu. Melalui KIS ini, anggaran kesehatan akan ditanggung oleh APBN dengan jumlah besaran 5 % dari APBN. Dengan anggaran itu, KIS akan menjadi penyempurna layanan jaminan kesehatan
yang sebelumnya sudah ada, jangkauan pesertanya akan lebih luas hingga menyentuh masyarakat tuna wisma, penghuni panti sosial, dan bayi yang baru lahir.
BARANG KEPUNYAAN PUBLIK - 2
• Dalam perkembangannya, barang publik seperti utilitas (penyediaan air bersih, pelayanan air kotor, pengelolaan sampah dan sanitasi
lingkungan, dll) bergeser menjadi barang/layanansemi publik atau bahkan semi privat karena harus bertransaksi/membayar untuk menggunakannya dan dikelola suatu Badan Usaha.
• Pengelolaan BUMN mengacu pada Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara dan PP No. 72 Tahun 2016 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005
Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas
• Sementara Pengelolaan BUMD menngacu pada PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah setelah UU 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dicabut dengan UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
• Sementara itu barang/layananpublik seperti pelayanan kesehatan atau juga pendidikan tinggi ada juga yang dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum (BLU). Untuk BLU ini pengelolaannya mengacu pada PP No. 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum .
BARANG KEPUNYAAN PUBLIK - 3
• Berdirinya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada awalnya dilandasi oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat
mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa” dan tercantum pula dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2005 tentang Desa.
• Didalam Undang-undang terbaru Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa juga disinggung Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Keberadaan dan tata kelola BUMDesa semakin diperjelas oleh pemerintah dengan keluarnya Permendesa Nomor 4 Tahun 2015 tentang BUMDes.
• Secara umum “Barang/PelayananPublik” diatur dalam UU NO. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
BARANG KEPUNYAAN PRIVAT
• Barang privat adalah barang yang diperoleh melalui
mekanisme pasar dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga.
• Beberapa infrastruktur yang dibangun pemerintah
sebenarnya merupakan barang/pelayanan (semi) privat seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan kereta api.
Artinya, untuk menikmati barang privat tersebut kita perlu mengeluarkan uang, dan barang dikelola oleh BUMN/D dan atau BUMS atau bahkan BUMDES.
• Karena dikelola oleh BUMN/D dan atau BUMS maka
mengikuti Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan UU BUMN serta PP Tentang BUMD dan juga Permendesa Nomor 4 Tahun 2015 tentang
BUMDes.
PL2241 - AO 12
Kerangka Hukum Perencanaan di Indonesia
(Aspatial dan Spatial)
Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan & Pengembangan Kebijakan (P2PK) SAPPK-ITB
Sumber Hukum Perencanaan di Indonesia
Pasal 33 ayat 3 UUD RI 1945
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”
Sumber Hukum
Perencanaan UUD RI 1945
UU No 17 Tahun 2003 KEUANGAN NEGARA
UU No 25 Tahun 2004 SPPN
UU No 26 Tahun 2007 PENATAAN RUANG Jo. UU
No. 11/2020 ttg CIPTA KERJA
KERANGKA KETERKAITAN ANTARA
ASPATIAL DENGAN SPATIAL PLANNING DI INDONESIA
DEV’T PLAN ASPATIAL PLAN
Evolusi Perencanaan Pembangunan
Daerah di Indonesia 2004 s.d Sekarang
UU 17/2003 UU
32/2004
PP 8/2008
RPJPD RPJMD
PERMENDAGRI 54/2010
PERMENDAGRI 72/2013
UU 25/2004
Perlu diketahui UU 32/2004 telah dicabut dengan UU 23/2014, dan Permendagri 72/2013 ttg PWT
dicabut dengan Permendagri 20/2016
UU 23/2014
PERMENDAGRI 86/2017
PP 39/2006
RKPD PP
40/2006
Kerangka Hukum (Hubungan)
Perencanaan Pembangunan dan Penataan Ruang
UU 17/2003 UU
32/2004
UU 26/2007 PP
8/2008 RPJPD
RPJMD RKPD
RTRWN/P/K KSN RDTRK
Memperhatikan, Mempedomani,
Mengacu
Memperhatikan, Mempedomani,
Mengacu
PERMENDAGRI 54/2010
PERMENDAGRI 72/2013
PP 15/2010 UU
25/2004
Perlu diketahui UU 32/2004 telah dicabut dengan UU 23/2014, dan Permendagri 72/2013 dicabut dengan Permendagri 20/2016
PERMENDAGRI 86/2017
UU
23/2014 PP
21/2021
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah (Permendagri 86/2017)
• Pasal 7: Perencanaan pembangunan Daerah yang berorientasi pada proses, menggunakan pendekatan:
a. teknokratik;
b. partisipatif;
c. politis; dan
d. atas-bawah dan bawah-atas.
• Pasal 9: Perencanaan pembangunan Daerah yang berorientasi pada substansi, menggunakan pendekatan:
a. holistik-tematik;
b. integratif; dan c. spasial.
Rencana Teknokratik RPJMD Disusun Sebelum Kepala Daerah Terpilih Dilantik
Rencana Teknokratik RPJMD:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. gambaran keuangan Daerah;
d. permasalahan dan isu strategis Daerah;
e. visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. strategi, arah kebijakan dan program pembangunan Daerah;
g. kerangka pendanaan pembangunan dan program Perangkat Daerah;
h. kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan i. penutup.
Penyusunan Rancangan Awal RPJMD:
a. penyempurnaan rancangan teknokratik RPJMD;
b. penjabaran visi dan misi Kepala Daerah;
c. perumusan tujuan dan sasaran;
d. perumusan strategi dan arah kebijakan;
e. perumusan program pembangunan Daerah;
f. perumusan program Perangkat Daerah; dan
g. KLHS.
Kepala Daerah Terpilih Dilantik
PENDEKATAN:
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah (Permendagri 86/2017)
DOKUMEN TEKNOKRATIK TEKNOKRATIK
PROSES
PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN
KNOWLEDGE
& EMPIRIC BASED
(Metoda dan Kerangka Berpikir Ilmiah)
DOKUMEN RPJMD POHON KINERJA
(Logical Framework Approach)
Performance
Management System (PMS Online)
PARTISIPATIF POLITIS
ATAS – BAWAH BAWAH - ATAS
Cascading:
Pembagian peran dan kinerja secara
berjenjang Indikator Kinerja
Harus Terukur Sebelum
Pelantikan KDH Terpilih
tools
Pendekatan Holistik- tematik,
Integratif, Spatial
Alur Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Nasional (sebelum PP 8/2008) – Dimana RTRW/Penataan Ruang?
RPJM Daerah RPJP
Daerah
RKP RPJM
Nasional
RPJP Nasional
RKP Daerah Renstra
KL Renja
- KL
Renstra
SKPD Renja
- SKPD
RAPBN
RAPBD RKA-KL
RKA - SKPD
APBN Rincian
APBN
APBD
Rincian APBD
Diacu
Pedoman Dijabar-
kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Pedoman
Diperhatikan
Dijabar -kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Diacu
Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
UU 25/2004 ttg SPPN
UU 17/2003 ttg KN
PemerintahPusat PemerintahDaerah
Alur Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Nasional (SESUDAH PP 8/2008 & Permendagri 54/2010) Posisi RTRW/Penataan Ruang Harus Sebagai Acuan/Pedoman
RPJM Daerah RPJP
Daerah
RKP RPJM
Nasional
RPJP Nasional
RKP Daerah Renstra
KL Renja
- KL
Renstra
SKPD Renja
SKPD
RAPBN
RAPBD RKA-KL
RKA PD
APBN Rincian
APBN
APBD
Rincian APBD
Diacu
Pedoman
Dijabar-
kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Pedoman
Diperhatikan
Dijabar -kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Diacu
Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
UU 25/2004 ttg SPPN
UU 17/2003 ttg KN
PemerintahPusat PemerintahDaerah
RTRWP/
Kab/Kota RTRWN
UU 26/2007 ttg PR
Alur Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Nasional (SESUDAH PP 8/2008 & Permendagri 86/2017) Posisi RTRW/Penataan Ruang Tetap Sebagai Acuan/Pedoman
RPJM Daerah RPJP
Daerah
RKP RPJM
Nasional
RPJP Nasional
RKP Daerah Renstra
KL Renja
- KL
Renstra
PD Renja
PD
RAPBN
RAPBD RKA-KL
RKA PD
APBN Rincian
APBN
APBD
Rincian APBD
Diacu
Pedoman
Dijabar-
kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Pedoman
Diperhatikan
Dijabar -kan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Diacu
Diacu
Diserasikan melalui Musrenbang
UU 25/2004 ttg SPPN
UU 17/2003 ttg KN
PemerintahPusat PemerintahDaerah
RTRWP/
Kab/Kota RTRWN
UU 26/2007 ttg PR
SEKIAN TERIMAKASIH
aoetomo@pl.itb.ac.id
Sistem Hukum dan Lembaga-lembaga Hukum di Indonesia yang Relevan
dengan Perencanaan
Andi Oetomo
KK Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan (P2PK) SAPPK-ITB
SISTEM HUKUM?
• Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling
berhubungan dan berkaitan secara erat. Untuk mencapai suatu
tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sama antara bagian-bagian atau unsur- unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu [Marbun.
2001]
• Jadi, Sistem Hukum adalah suatu susunan atau tatanan teratur dari
aturan-aturan hidup, dimana keseluruhan bagian atau komponennya
berkaitan satu dengan lainnya.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM DI DUNIA
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system) 2. Sistem Hukum Anglo Saxon (common law system) 3. Sistem Hukum Adat
4. Sistem Hukum Agama
5. Sistem Hukum Kanonik
Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)
1. Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan sering disebut sebagai “Civil Law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi [Soemardi, 1997]
2. Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga Undang-Undang menjadi sumber hukum yang utama, dan sistem peradilan bersifat inquisitorial.
3. Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem Hukum Civil Law adalah hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi.
4. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum.
5. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis.
6. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak
dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya.
Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)
7. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.
8. Karakteristik kedua pada sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi adalah terpisah, tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya.
9. Penganut sistem Civil Law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi
pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu Undang-Undang.
10. Karakteristik ketiga pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh Lawrence
Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti.
11. Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.
12. Dari sumber-sumber hukum, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi sistem hukum Civil Law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara penganut civil law
menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundang- undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai konstitusi tertulis.
Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)
13. Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.
14. Segi positif dari Sistem Hukum ini adalah hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa-sengketa yang terjadi telah tersedia undang-
undang/hukum tertulis, sehingga kasus-kasus yang timbul dapat diselesaikan dengan mudah, disamping itu dengan telah tersedianya berbagai jenis hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses
penyelesaiannya.
15. Segi negatifnya, banyak kasus yang timbul sebagai akibat dari kemajuan zaman dan peradaban manusia, tidak/belum tersedia undang-undangnya. Sehingga kasus ini tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada suatu saat akan ketinggalan zaman karena sifat statisnya.
16. Dalam sistem hukum ini, hakim tak ubahnya hanya sebagai abdi undang- undang yang tidak memiliki kewenangan melakukan penafsiran guna
mendapatkan nilai keadilan yang sesungguhnya.
Sistem Hukum Anglo Saxon (common law system)
1. Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah “Anglo Amerika” atau Common Law”.
Merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan negara- negara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris yang
kemudian ditaklukan oleh Hertog Normandia, William.
2. William mempertahankan hukum kebiasaan masyarakat pribumi dengan memasukkan juga unsur-unsur hukum yang berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental.
3. Sistem hukum ini didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
4. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Pembentukan hukum melalui
lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi dianggap lebih baik agar hukum selalu
sejalan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.
5. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon)
6. Selain negara- negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo- Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar
sistem hukum Anglo saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
Sistem Hukum Anglo Saxon (common law system)
7. Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.
8. Putusan hakim/pengadilan merupakan Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo saxon.
Dalam sistem hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim sangat luas.
Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat.
9. Hakim bisa menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan perkara sejenis.
10. Sistem hukum ini menganut doktrin yang dikenal dengan nama ”the doctrine of precedent / Stare Decisis”. Doktrin ini pada intinya menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu
perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (preseden).
11. Kelebihan sistem hukum anglo saxon yang tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan masyarakatnya karena hukum-hukum yang diberlakukan adalah hukum tidak tertulis (Common law).
12. Kelemahannya, unsur kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk menyelesaikan perkara/masalah diambil dari hukum kebiasaan masyarakat/hukum adat yang tidak tertulis.
Sistem Hukum Adat (Customary Law)
• Sistem Hukum adat berasal dari kebiasaan yang melekat di
komunitas tertentu. Ciri lazim dari hukum adat biasanya berdasarkan hukum tak tertulis.
• Selain itu, adat yang berada di masyarakat sudah berlaku secara luas sehingga diterima secara hukum. Ia juga turut mengatur relasi sosial secara umum.
• Penerapan hukum adat biasanya ditemukan di negara-negara di Afrika
dan Kepulauan Pasifik, serta beberapa negara di Asia.
Sistem Hukum Agama (Religious Law)
• Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang diatur berdasarkan kitab suci dan kepercayaan agama.
• Hukum Islam atau hukum syariah adalah sistem hukum yang paling banyak diterapkan sebagai hukum agama. Ia mengatur kehidupan publik dan privat masyarakatnya.
• Lazimnya, hukum agama Islam kerap ditemukan di beberapa negara di benua Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, dan juga
diterapkan di negara-negara dengan masyarakat mayoritas muslim.
• Ada juga Sistem Hukum Kanonik yang diterapkan Negara Vatikan
yang mendasarkan Hukum pada Kitab Suci Injil dari Agama Katolik.
Sistem Hukum Negara RI?
• Mixed Law System atau Sistem Hukum Campuran (?)
•
Hukum campuran merujuk pada kombinasi berbagai elemen hukum legal yang telah dipaparkan di atas. Hukum campuran juga dikenal dengan sebutan hukum pluralistik. Ia menggabungkan beberapa sistem legal seperti hukum sipil, hukum adat, dan hukum agama. Bahkan juga dengan
common law karena juga mengakuiyurisprudensi sebagai salah satu sumber hukumnya.
•
Hukum campuran kerap ditemukan di negara bekas jajahan, yang selepas
kemerdekaannya masih mempertahankan beberapa elemen hukum kolonial dan menyesuaikannya dengan konteks masyarakat saat itu.
•
Selain Indonesia, sistem hukum campuran dapat ditemukan di negara bagian Lousiana di US yang menggabungkan antara
Civil Lawdan
CommonLaw.
Demikian juga Afganistan yang mencampurkan antara hukum sipil, hukum
adat, dan aturan syariah.
LEMBAGA HUKUM & PERENCANAAN
Lembaga Hukum (Peradilan) Perencanaan di Luar Negeri (Beberapa Contoh -1)
• The Resource Management and Planning Appeal Tribunal
adalah badan hukum independen yang didirikan di bawah the Resource Management and Planning Appeal Tribunal Act 1993 di Tasmania, Australia.
•
Tujuan Pengadilan tersebut adalah untuk:
• mempromosikan pembangunan berkelanjutan dari sumber daya alam dan fisik serta pemeliharaan proses ekologi dan keanekaragaman genetik;
• menyediakan penggunaan dan pengembangan udara, tanah dan air yang adil, tertib dan berkelanjutan;
• mendorong keterlibatan publik dalam pengelolaan dan perencanaan sumber daya;
• memfasilitasi pembangunan ekonomi sesuai dengan tujuan tersebut; dan
• mempromosikan pembagian tanggung jawab atas pengelolaan sumber daya dan
perencanaan antara berbagai bidang Pemerintah, komunitas dan industri di Tasmania.
•
Sementara itu di Western Australia, badan hukum itu bernama
Town Planning Appeal Tribunal yang pembentukannya didasarkan pada Town Planning andDevelopment Act 1928
dan
Metropolitan Region Town Planning Scheme Act 1959.Lembaga Hukum (Peradilan) Perencanaan di Luar Negeri (Beberapa Contoh-2)
• The Local Planning Appeal Tribunal (LPAT) di Ontario, Canada. LPAT adalah
pengadilan ajudikatif yang menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan berbagai masalah penggunaan lahan, konservasi warisan dan pemerintahan kota.
•
Banding yang datang sebelum LPAT diidentifikasi melalui kebijakan yang ditemukan dalam
the Planning Act, Aggregate Act, Heritage Act, Municipal Act, Development Charges Actdan
Expropriations Act. Ini termasuk hal-hal seperti:• rencana resmi,
• peraturan zonasi,
• rencana subdivisi,
• persetujuan dan perbedaan kecil,
• kompensasi tanah,
• biaya pembangunan,
• batas lingkungan pemilihan,
• keuangan kota,
• sumber daya agregat, dan
• masalah lain yang ditetapkan oleh banyak undang-undang Ontario.
•
LPAT sebelumnya dikenal sebagai Dewan Kota Ontario (OMB). OMB adalah pengadilan putusan independen yang melakukan audiensi dan membuat keputusan tentang
masalah perencanaan penggunaan lahan dan hal-hal lain. OMB juga merupakan
pengadilan administratif kuasi-yudisial independen pertama di Ontario.
Lembaga Hukum (Peradilan) Perencanaan di Luar Negeri (Beberapa Contoh-3)
• Planning Appeals Tribunal di Negara Cayman Islands, yang dibentuk sesuai dengan Section 46 (1) dari the Development and Planning Law (Revisi 2008), Pengadilan ini disebut juga Grand Cayman.
• Di UK, pengadilan untuk perencanaan adalah Planning Court. Pengadilan ini bertugas meninjau secara yudisial atas keputusan yang dibuat oleh
otoritas perencanaan, dan mendengarkan tantangan lain dalam keputusan perencanaan. Ini termasuk pengajuan banding dan aplikasi yang berkaitan dengan:
• izin perencanaan
• persetujuan pembangunan
• pesanan pembelian wajib
• jalan raya dan hak jalan lainnya
• keputusan di bawah undang-undang lingkungan UE.
Lembaga Hukum (Peradilan) Perencanaan di Indonesia?
• Tidak/belum ada Pengadilan Khusus untuk penataan ruang dan lingkungan hidup di Indonesia.
• Pengadilan yang diarahkan digunakan adalah Pengadilan Umum, yaitu Pengadilan Negeri yang ada dan hirarki ke atasnya untuk banding jika diperlukan (Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung), terutama terkait dengan sanksi pidana dan perdata.
• Pernah hanya mengandalkan PTUN (Peradilan Tata Usaha Negara) karena dianggap hanya berdomain Hukum Administrasi, sehingga yang dapat
diadili adalah Surat-Surat Keputusan yang terkait dengan Perbuatan Hukum Administrasi saja seperti SK-SK Perizinan dan/atau SK-SK Sanksi
Adminsitrasi saja. Tidak menyentuh persoalan substantive/teknis
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Lembaga-Lembaga Hukum dan Perencanaan Di Indonesia - 1
LEMBAGA HUKUM DI PEMERINTAHAN:
• LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA: Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama, Mahkamah Syariah (PA Khusus di Nanggroe Aceh Darusalam)
• LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA: Pengadilan TUN, dan Pengadilan Tinggi TUN dan Pengadilan Pajak.
• LINGKUNGAN PERADILAN UMUM: Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Anak (12-18 tahun), Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM),
Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Niaga, Pengadilan Perikanan, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor)
• MAHKAMAH AGUNG RI (MA)
• KOMISI YUDISIAL RI (KY)
• MAHKAMAH KONSTITUSI RI (MK)
Lembaga-Lembaga Hukum dan Perencanaan Di Indonesia - 1
LEMBAGA HUKUM DI PEMERINTAHAN:
• Lingkungan Peradilan Militer: Pengadilan Militer untuk tingkat Kapten ke bawah, Pengadilan Militer Tinggi untuk tingkat Mayor ke atas, Pengadilan Militer Utama untuk banding dari Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Pertempuran khusus di medan pertempuran.
• Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau BANI [Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam
perjanjian arbitrase]. Badan ini bertindak secara otonom dan independen dalam penegakan hukum dan keadilan.
• Komisi Hukum Nasional (disingkat KHN), yang kemudian dibubarkan dan fungsinya dialihkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia.
• Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM adalah sebuah lembaga mandiri di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara
lainnya
Lembaga-Lembaga Hukum dan Perencanaan Di Indonesia - 2
LEMBAGA HUKUM NON-PEMERINTAHAN:
•