APOLOGETICS
1st session
1
PENDAHULUAN
Kehidupan keseharian sebagai orang percaya diperhadapkan
dengan beragam pandangan dan juga pertanyaan.
Setiap saat dan kapan saja
orang percaya dapat bertemu dengan orang lain yang
mempertanyakan “mengapa kita
Kristen”
Pertanyaan praktis, dan seringkali kita tidak
mengetahui bahwa ketika kita menjawab dan mencoba
menjelaskan adalah bagian dari apologetika.
Kenapa kamu percaya Yesus sebagai Juruselamat?
Kenapa kamu percaya bahwa
Yesus adalah Allah?
PENGERTIAN APOLOGETIKA
Istilah “apologetika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “apologia”
yang berarti pembelaan.
Kata apologia juga dipakai dalam Alkitab sebanyak 8 kali (Kis 22:1;
25:16; 1Kor 9:3; 2Kor 7:11; Flp 1:7, 16; 2Tim 4:16; 1Pet 3:15),
sedangkan kata kerja apologeomai (“membela”) muncul sebanyak 10 kali (Luk 12:11; 21:14; Kis 19:33;
24:10; 25:8; 26:1, 2, 24; Rom 2:15;
2Kor 12:19)
Istilah “apologetika” dari kata
“apologia” dan imbuhan “ika”, apologia artinya pembelaan,
sedangkan akhiran “tika”
berarti studi, ilmu.
Dengan demikian apologetika dapat dipahami sebagai suatu ilmu untuk memberikan
pertanggungan jawab sebagai
pembelaan iman orang percaya.
DEFINISI menurut John frame
Ilmu yang mengajar orang
Kristen bagaimana memberi
pertanggungan jawab tentang
pengharapannya.
SIGNIFIKANSI STUDI APOLOGETIKA
Apologetika adalah bagian yang telah ada dalam kekristenan
sejak semula.
Kehidupan keimanan orang percaya senantiasa
diperhadapkan dengan
tantangan-tantangan dan beragam pertanyaan dari berbagai pihak baik secara filosofis, keagamaan,
kebudayaan, dll.
Dari masa ke masa kekristenan diperhadapkan kepada
tantangan yang beragam.
Kekristenan memiliki tugas
untuk selalu menjernihkan dan mereformulasikan rumusan
teologisnya untuk dapat lebih relevan dari masa ke masa.
kekristenan harus selalu siap sedia untuk
mempertanggungjawabkan
keimanannya.
Aspek Apologetika
Sebagai Penyerangan Sebagai Pembelaan Sebagai Pembuktian
Sebagai pembuktian
Menyampaikan sebuah dasar rasional bagi iman
kepercayaan atau
membuktikan kebenaran Kristen.
Terkadang orang percaya
sendiri mengalami kesulitan untuk percaya.
Perhatikan Yoh. 14:11; 20:24- 31; I Kor. 15:1-11.
Sebagai pembelaan
Untuk menjawab keberatan- keberatan dari
ketidakpercayaan.
Pembelaan berfokus kepada pemberian jawaban terhadap keberatan-keberatan.
Yesus menghadapai keberatan dalam Injil Yohanes dan Paulus dalam surat Roma.
Sebagai penyerangan
Apologetika bukan hanya sampai menyatakan keberatan-keberatan tetapi juga merupakan serangan terhadap kepalsuan. (II Kor. 10:5).
Pemikiran non Kristen adalah
kebodohan menurut Alkitab ( I Kor.
1:18-2:16; 3:18-23) dan salah satu fungsi apologetika adalah untuk menyatakan kebodohan
sebagaimana adanya.
Presuposisi
Praanggapan, anggapan dasar
Ketuhanan Kristus adalah
ultimat, tidak dapat disangkal, melampaui semua otoritas dan melampaui semua bidang
kehidupan manusia.
Kebenaran sejati bersumber dari Allah sendiri Manusia bukanlah sumber kebenaran, karena manusia sendiri masih mencari kebenaran, dan manusia sendiri sadar bahwa tingkat pengetahuan kebenarannya tidaklah absolut (banyak kesalahan yang masih kita lakukan di dalam hidup kita).
Karena itu, jika kita mau mencari kebenaran, haruslah kembali kepada Allah sendiri, yang
menjadi sumber kebenaran dan dirinya kebenaran.
Secara inkarnasi, maka di sepanjang sejarah,
hanya satu 'manusia' saja yang berhak mengklaim diri sebagai Kebenaran, yaitu Yesus Kristus
sendiri, Anak Allah yang Tunggal (Yoh 14:6).
kepada manusia melalui firman-Nya, yaitu Alkitab. Dengan kata lain, Alkitab
merupakan satu-satunya sarana untuk
manusia bisa kembali mengerti kebenaran yang paling hakiki. Inilah yang ditekankan dengan proklamasi: Sola Scriptura (Hanya Alkitab Saja). Dengan demikian, maka
seluruh kebenaran harus berpresuposisi
pada Alkitab. Dengan lebih kritis lagi, bahwa setiap kebenaran yang bisa kita dapat dan mengerti, jika memang benar, maka ia tidak bisa bertentangan dengan Alkitab.
yang sama mewahyukan seluruh bagian Alkitab, maka seluruh bagian Alkitab tidak bertentangan satu sama lain. Jika terjadi pertentangan, maka bukan pengertian
Alkitab itu sendiri, tetapi kesulitan pikiran manusialah yang memang
mempertentangkannya. Maka kembali lagi, presuposisi manusia di dalam
menghadapi Alkitab adalah presuposisi keutuhan, bukan dekonstruktif.
Berdasar I Pet. 3:15, seorang apologis haruslah orang yang percaya di dalam Kristus dan
berkomitmen kepada Ketuhanan Kristus.
Seorang apologis harus
menguduskan Yesus sebagai
Tuhan dan juga argumentasinya harus berpresuposisikan
Ketuhanan tersebut dan pada kebenaran Firman Allah.
TANGGUNG JAWAB ALLAH DAN UMAT
Calvinisme sangat menekankan
kedaulatan Allah tetapi juga tidak mengabaikan tanggung jawab
manusia.
Allah berdaulat tetapi ketataan
manusia adalah kepentingan yang sangat.
Allah akan mengisi dan
menaklukkan bumi, tetapi hanya melalui usaha manusia (Kej.1:28- 30)
Ia akan mengumpulkan umat pilihan-Nya dari segala bangsa ke dalam gereja-Nya, tetapi
hanya melalui pemberitaan manusia yang beriman
(Mat.28:18-20; Kis.1:8; Rom.
10:13-15).
Kedaulatan Allah tidak
mengesampingkan tetapi
melibatkan, tanggung jawab manusia.
Penting untuk memelihara keseimbangan antara
kedaulatan Allah dan ketaatan manusia dalam apologetika.
Apologetika tidak mungkin sukses tanpa elemen
supranatural yaitu kesaksian Roh Kudus.
Apologetika dan pemberitaan Injil, keduanya bertujuan
untuk menarik orang yang
tidak percaya kepada Kristus.
Pemberitaan Injil adalah
apologetika karena mengarahkan keyakinan; apologetika adalah
pemberitaan Injil karena
mengabarkan Injil yang mengarah pada perubahan dan pengudusan.
Perbedaannya, apologetika
menekankan aspek rasional dari
keyakinan, sedangkan pemberitaan Injil menekankan usaha perubahan Ilahi dalam kehidupan manusia.
Seperti pemberitaan Injil
memimpin pada perubahan dari yang terhilang dan meneguhkan iman orang-orang kudus,
demikianlah juga dengn apologetika.
Bagi orang percaya, apologetika memberi pemulihan keyakinan pada iman, yang menunjuk pada dasar pemikiran yaitu Alkitab.
memberi fondasi
intelektual, sebuah dasar bagi iman dan bagi
pengambilan keputusan yang bijaksana dalam
kehidupan.
BAHAYA-BAHAYA
Hanya menggurui (Yak.3:1).
1 Pet.3:15-16 : Petrus tidak
menuntut apologis untuk cerdas dan berpengetahuan luas, tetapi juga mengarahkan pada
konsistensi kehidupan yang saleh.
Berbicara tanpa kasih (Ef.4:15).
Kesenangan dalam berdebat
berasal dari kseombongan (Ams.
13:10).
Membela iman Kristen dengan semangat suka bertengkar
adalah membela iman Kristen ditambah dengan
kesukabertengkaran – suatu perpaduan yang
menghancurkan diri sendiri.
Kekristenan sejati –
kekristenan dimana kita
membela dengan firman dan hidup.
Aspek dalam 1 Pet. 3 :15-15
Aspek tugas
Semua orang percaya (jemaat diperantauan) Kapan saja dan dimana saja
Aspek Tujuan
Untuk mempertanggung jawabkan
Untuk menyingkapkan kesalahan/kebodohan
Aspek Sikap
Dengan lemah lembut, murni, dengan kesalehan hidup Integritas apologis (verbal dan noverbal, word and
deed).
Bukan untuk memancing emosi, malu dan KO tetapi penuh simpati kepada berita Injil