Perspektif Akuntansi Volume 5 Nomor 2 (Juni 2022), hal. 183-201 ISSN: 2623-0194(Print), 2623-0186(Online) Copyright© The Authors(s). All Rights Reserved Center for Accounting Development and Research (CARD) Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana DOI: https://doi.org/10.24246/persi.v5i2.p063-081 http://ejournal.uksw.edu/persi
PRAKTIK PENGENDALIAN INTERNAL PADA PENGELOLAAN KEUANGAN DI LEMBAGA KEMAHASISWAAN HIMPUNAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI SALATIGA
Septiyan Dwi Anggara1 PT Arion Tech Indonesia
Received 21/06/2022 Revised 28/06/2022 Accepted 30/06/2022
Abstract. Fraud cases in financial management still occur in large institutions and even spread to small organizations. The different phenomena of Student Council each period require good internal control for financial management of student council. Internal control has been implemented in the Student Council of private universities in Salatiga, however, an understanding of internal control by students as Student Council functionaries is needed as an effort to minimize fraud and for the continuity of an organization. This study aims to reveal internal control practices in financial management at the Economics and Business Faculty’
Student Council of the Private University in Salatiga. This study uses a case study method of the phenomena that occur. Data were collected by interviewing 5 (five) functionaries from the Student Council. The results of the study reveal that the practice of internal control in financial management has been implemented, but not in its entirety. The results of this study are expected to be a consideration for developing internal controls in financial management against the phenomena that occur.
Keywords: fraud, internal control, financial management, student council
Abstrak. Kasus fraud pada pengelolaan keuangan masih banyak terjadi di lembaga besar bahkan merambah ke organisasi kecil.
Fenomena-fenomena Lembaga Kemahasiswaan yang berbeda setiap periode diperlukan pengendalian internal yang baik untuk pengelolaan keuangan Lembaga Kemahasiswaan.
Pengendalian internal sudah diterapkan pada Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Perguruan Tinggi swasta di Salatiga, akan tetapi perlu pemahaman tentang pengendalian internal oleh mahasiswa selaku fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan sebagai upaya meminimalisir kecurangan dan untuk kelangsungan suatu organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap praktik pengendalian internal pada pengelolaan keuangan di Lembaga Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Swasta di Salatiga. Penelitian menggunakan metoda studi kasus atas fenomena yang terjadi. Pengambilan data berupa wawancara kepada 5 (lima) narasumber fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa praktik pengendalian internal pada pengelolaan keuangan sudah dijalankan, akan tetapi belum menyeluruh. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun pengendalian internal pada pengelolaan keuangan terhadap fenomena yang terjadi
Kata kunci: fraud, pengendalian internal, pengelolaan keuangan, Lembaga Kemahasiswaan
Pendahuluan
Kasus fraud yang pada awalnya sering terjadi di sektor pemerintah dan swasta, saat ini juga merambah di sektor pendidikan. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah kasus korupsi proyek pengadaan laboratorium di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Malang, serta korupsi pengadaan gedung perpustakaan pusat pada tahun anggaran 2010-2011 di Universitas Indonesia (Puspitasari et al., 2015). Indonesia Corruption Watch menemukan lima modus korupsi yang terjadi pada perguruan tinggi, yaitu pengadaan barang dan jasa, dana hibah, dana penelitian, anggaran internal perguruan tinggi dan sumbangan pendidikan (Puspitasari, 2020).
Tidak hanya pada lembaga besar, fraud juga merambah pada organisasi kecil seperti lembaga kemahasiswaan (Gumelar dan Shauki, 2020; Sunaryo dan Utami, 2021).
Namun, ranah penelitian kecurangan pada lembaga kemahasiswaan masih jarang ditemukan (Fathiyah et al., 2019). Lembaga kemahasiswaan adalah suatu lembaga yang bergerak dalam bidang organisasi untuk membuat program dan melaksanakan program tersebut dengan tujuan mewadahi mahasiswa dalam mengembangkan bakat (soft skill) dan menambah wawasan dalam bidang akademik (hardskill). Hasil wawancara Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Dr Hamsu Abd Gani mengatakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
mahasiswa dalam mengembangkan potensinya serta pengembangan diri mahasiswa bisa disalurkan melalui lembaga kemahasiswaan yang ada di setiap kampus (Rizal, 2011; Kosasih, 2017). Dalam mempersiapkan kegiatan dibutuhkan suatu strategi pengendalian internal agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dengan risiko yang ada.
Salah satu bentuk kecurangan dalam lembaga kemahasiswaan adalah tindakan manipulasi laporan keuangan untuk keperluan pembubaran panitia (Salsabil et al., 2019). Berdasarkan wawancara awal dengan ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) Fakultas Ekonomika dan Bisnis perguruan tinggi swasta di Salatiga periode 2018- 2019, disebutkan bahwa kasus kecurangan yang sering terjadi adalah pada penggunaan waktu rapat, sehingga informasi rapat tidak dapat tersampaikan secara keseluruhan. SMF FEB ini membuat pengendalian dengan mengkonfirmasi setiap bidang apakah informasi yang disampaikan sudah sama dengan apa yang ditangkap, apabila setiap bidang berbeda persepsi akan diberikan teguran dan evaluasi.
Sedangkan kasus kecurangan penggunaan dana sangat jarang terjadi. Terdapat juga kasus di Universitas Islam Negeri Bandung dengan memperhatikan kondisi darurat bencana virus corona semua bentuk kegiatan yang sifatnya melibatkan orang banyak termasuk kegiatan kemahasiswaan dihentikan (Arini, 2020).
Kecurangan seringkali terjadi karena dilatarbelakangi oleh kurangnya moralitas individu serta pemahaman kejujuran yang kurang baik (Afkar, 2016; Khoiriyah, 2018;
Setiawan, 2016). Tekanan juga diduga menjadi salah satu faktor dalam kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa (Nursani, 2014). Marliani dan Jogi, (2015) serta Ranto (2019) menyatakan bahwa kecurangan dapat berupa pencurian properti, sabotase dan korupsi. Fenomena fraud yang terjadi dalam pengelolaan keuangan lembaga kemahasiswaan, dapat ditanggulangi dengan adanya pengendalian internal yang diterapkan. Namun selayaknya organisasi kecil, seringkali tidak ada pengendalian internal yang diterapkan pada organisasi kemahasiswaan (Gumelar dan Shauki, 2020). Pada kasus yang dihadapi saat pandemi ini perlu adanya pengendalian internal yang baik. Ada tiga fungsi dalam pengendalian internal, pertama pengendalian internal preventif yaitu pengendalian untuk mencegah sebelum masalah timbul, kedua pengendalian internal detektif adalah menemukan atau mendeteksi masalah yang tidak terelakan, ketiga pengendalian internal korektif untuk mengidentifikasi masalah yang muncul serta memperbaiki kesalahan yang dihasilkan untuk meminimalisir dampak virus corona yang mengakibatkan kegiatan kemahasiswaan berganti sistem atau bahkan dibatalkan (Romney dan Steinbert, 2014).
Dalam melaksanakan suatu kegiatan diperlukan pengelolaan keuangan yang matang.
Darmada et al. (2016) mengatakan bahwa untuk kelangsungan hidupnya, suatu organisasi harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara wajar dan transparan serta setiap kewajiban harus dipenuhi. Dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi membutuhkan pengawasan dan bantuan dari sumber internal maupun eksternal agar pengelolaan keuangan dapat berjalan (Darmada et al., 2016). Seperti wawancara
pada tahap awal, ketua SMF FEB periode 2019-2020 mengatakan bahwa pengelolaan keuangan akan dilakukan oleh bendahara SMF FEB setelah pengajuan dana dari sekretaris fakultas disetujui pihak keuangan dengan membagi program Professional Skills dengan besaran persentase minimal 60% dan program Humanistic Skills maksimal 40% sesuai dengan yang tercantum dalam Skenario Pola Pembinaan Mahasiswa (SPPM). Selain itu diperlukan pemahaman mengenai alur-alur dalam mengelola keuangan kegiatan dan pengawasan.
Fenomena yang ada berdasarkan wawancara dengan fungsionaris divisi suatu unit di FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga yang menjabat selama dua periode mengatakan bahwa tidak adanya pengarsipan setiap periode mengenai alur pengelolaan keuangan dan tugas wewenang suatu lembaga kemahasiswaan mengakibatkan minimnya pengetahuan fungsionaris baru dan fungsionaris yang tidak mengemban amanah sebagai ketua kegiatan. Dengan adanya dokumen alur dan tugas wewenang lembaga kemahasiswaan diharapkan risiko kesalahan dan misperception dapat diminimalisir.
Universitas selaku penentu kebijakan lembaga kemahasiswaan dan Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) yaitu Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) dan Senat Mahasiswa Universitas (SMU) membantu menyusun kebijakan tersebut telah mengupayakan dalam pengamanan aset dan meminimalisir manipulasi laporan dengan mengeluarkan standarisasi harga dan Mekanisme Kerja Eksekutif (MKE) untuk satu periode. Standarisasi harga dan MKE dimaksudkan untuk dasar pembuatan proposal kegiatan dan anggaran beserta laporan pertanggungjawaban.
Pengeluaran kebijakan universitas sebagai pengendalian internal didukung oleh keterangan para ahli, karena pengendalian internal didesain untuk mengamankan aset dalam organisasi (Utami, 2019). Pengendalian internal adalah suatu mekanisme supaya tujuan dan suatu aktivitas operasional dapat tercapai dengan mengelola risiko (Utami, 2019). Pengendalian berfungsi untuk mengatur serta mengukur kegiatan organisasi apakah sesuai seperti yang direncanakan agar dapat mendeteksi kecurangan yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional (Chandra, 2017;
Paristu, 2014). Efektifitas serta efisiensi kegiatan kemahasiswaan seringkali telah diatur dalam kerangka kerja kegiatan serta standard operational procedure (SOP) yang telah disepakati.
Baru-baru ini terjadi kejadian luar biasa yaitu Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia.
Secara tidak langsung kejadian berpengaruh terhadap pelaksanaan setiap kegiatan yang ada pada perguruan tinggi swasta di Salatiga. Setelah keputusan dari pemerintah, perguruan tinggi swasta di Salatiga memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan, maka lembaga kemahasiswaan FEB dengan terpaksa membatalkan vendor, menghadapi kerugian pembeliaan barang yang sudah jadi, dan menyampaikan pembatalan kegiatan kepada peserta dan panitia. Dari kejadian tersebut lembaga kemahasiswaan FEB masih mempunyai tanggung jawab yaitu melaporkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) anggaran serta kegiatan dan mengelola aset yang sudah terlanjur dibeli. Perlu adanya kebijakan yang tepat untuk
menangani kondisi yang ada, karena pernyataan dari Yuliyanti dan Hapsari (2020) menjelaskan bahwa peluang tindakan kecurangan dapat terjadi apabila kebijakan yang diambil tidak tepat. Di masa pandemi perlu adanya analisis kembali mengenai pengendalian yang sudah ada, apakah dapat diterapkan ketika risiko-risiko kecurangan muncul akibat Covid-19. Seperti penjelasan dari Damaris et al. (2014) dan Marciano et al. (2021), bahwa pengendalian internal mempunyai keterbatasan bawaan seperti sistem yang sudah dijalankan tidak dapat mencegah secara sempurna terhadap kecurangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap praktik pengendalian internal di lingkup lembaga kemahasiswaan khususnya FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga.
Manfaat penelitian adalah untuk memberikan deskripsi pengendalian internal yang sudah berjalan dan memberikan analisis dalam mempersiapkan pengendalian internal preventif, detektif, dan korektif di lembaga kemahasiswaan untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi, serta sebagai gambaran untuk penelitian selanjutnya mengenai pengendalian internal di lembaga kemahasiswaan khususnya FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga
Telaah Pustaka
Pengelolaan KeuanganMenurut London School of Business and Finance, pengelolaan keuangan adalah pengendalian usaha keuangan, pengarahan, perencanaan strategis, dan pengorganisasian sebagai aspek penting dalam bisnis. Sedangkan Illahi dan Alia (2017), Lake et al. (2021) serta Yuliyanti dan Hapsari (2020) mengatakan bahwa tugas pengelolaan keuangan terbagi menjadi tiga yaitu perencanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengkoordinir sumber daya yang ada secara sistematis untuk mencegah kerugian, pengelolaan adalah kegiatan yang direncanakan dan sudah terbentuk serta disesuaikan jika diperlukan, pertanggungjawaban merupakan tahap evaluasi untuk mencapai sasaran.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik maka tujuan suatu kegiatan akan terlaksana dengan risiko yang minim.
Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah sistem yang bertujuan memberikan jaminan seperti:
perlindungan aset dengan cara menggunakan kunci, brankas, penjaga keamanan, kamera, menyediakan catatan rinci atas laporan aset, informasi akurat yang dapat diandalkan, laporan keuangan disiapkan sesuai standar yang ditetapkan (GAAP dan IFRS), menerapkan efisiensi operasional, dan mematuhi hukum yang berlaku (Romney dan Steinbert, 2014). Dengan pengertian tersebut, pengendalian internal dinilai sebagai alat atau sistem untuk mencapai tujuan organisasi dan perlu dilakukan strategi. Menurut Romney dan Steinbert (2014), fungsi pengendalian internal terdiri dari pengendalian preventif, detektif, dan korektif.
Pengendalian preventif adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya masalah dan upaya organisasi untuk mengantisipasi sebelum masalah tersebut muncul. Pengendalian preventif dibuat dan dilaksanakan dengan ditujukan pada suatu aktivitas yang mungkin menyebabkan tindakan penyelewengan atau kecurangan. Setiap penyebab penyelewengan atau kecurangan dapat diidentifikasi dengan upaya preventif agar meminimalkan peluang untuk melakukan kecurangan.
Pengendalian detektif adalah tindakan yang menekankan pada upaya menemukan masalah yang terjadi. Pengendalian detektif dibuat dan dilaksanakan ditujukan pada suatu aksi penyelewengan atau kecurangan yang sudah terjadi serta dapat
teridentifikasi dalam waktu cepat, singkat, dan akurat. Mendeteksi sejak awal atas tindakan yang tidak sesuai akan mempercepat organisasi untuk mengambil
keputusan sehingga menghindarkan dari kerugian yang lebih besar.
Pengendalian korektif adalah tindakan untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
Strategi ini dilaksanakan setelah mengidentifikasi menggunakan pengendalian detektif. Manajemen akan memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan dengan tujuan masa mendatang kesalahan yang sama tidak terulang Kembali.
Metoda
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metoda studi kasus yang merupakan prosedur untuk melakukan penelitian terhadap fenomena (Shaban, 2009). Metoda studi kasus dipilih karena fenomena yang terjadi perlu ditelusuri mengenai praktik pengendalian internal pada pengelolaan keuangan di lembaga kemahasiswaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) di perguruan tinggi swasta di Salatiga apakah berjalan dengan baik.
Penelitian ini mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan berbagai narasumber yaitu ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) periode 2019-2020, ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) periode 2019-2020, ketua Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Kelompok Studi Manajemen (KSM) periode 2019- 2020, ketua HMP Ikatan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (IMIE) periode 2019-2020, dan bendahara HMP Kelompok Studi Akuntansi (KSA) periode 2019-2020 FEB. Setelah menyampaikan pertanyaan untuk setiap lembaga kemahasiswaan FEB di perguruan tinggi swasta di Salatiga, dilakukan analisa apakah pengendalian internal sudah berjalan dan analisa risiko serta kecurangan yang masih terjadi, sehingga penelitian mendapatkan jawaban untuk hasil penelitian. Sumber diambil dari mahasiswa yang menjabat sebagai fungsionaris lembaga sebagai pelaksana pengendalian internal supaya informasi yang disampaikan sesuai dengan kondisi yang terjadi. Dalam mendukung penelitian ini dibutuhkan dokumen pendukung notulensi rapat, foto kegiatan, dan LPJ kegiatan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah pendekatan untuk menganalisa suatu masalah dari berbagai sumber.
Triangulasi adalah teknik cepat dalam memperdalam tafsir dan kebijakan berdasarkan bukti yang ada (Bachri, 2010). Penelitian ini menggunakan empat
sumber data dengan harapan membandingkan dan pengecekan apakah masalah yang dihadapi sama atau berbeda di setiap lembaga kemahasiswaan khususnya FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga, kemudian menggunakan tiga teknik pengumpulan data (wawancara, observasi dengan dokumen, dan kesimpulan), serta triangulasi waktu untuk mendapatkan data yang benar karena proses dan perilaku manusia yang bisa berubah, maka peneliti mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali.
Tahap pertama adalah wawancara yang dilakukan secara bertahap kepada lembaga kemahasiswaan FEB yang sudah dipilih menjadi narasumber. Wawancara dilakukan secara online melalui aplikasi untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Tahap kedua adalah observasi menggunakan dokumen. Observasi menggunakan dokumen bertujuan untuk memperkuat gagasan atas fenomena yang terjadi, serta melanjutkan penelitian. Tahap ketiga yaitu kesimpulan dari gabungan teknik pengumpulan data dengan tujuan untuk melihat pengendalian internal di setiap lembaga kemahasiswaan khususnya FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga sudah berjalan serta pemberian saran untuk pengendalian internal preventif, detektif, dan korektif.
Penelitian ini diharapkan bisa membantu menganalisis terkhusus untuk lembaga eksekutif SMF dan lembaga legislatif BPMF FEB perguruan tinggi swasta di Salatiga apakah masih banyak risiko yang terjadi dan pengendalian internal yang diterapkan sudah berjalan dengan baik atau tidak.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Lembaga Kemahasiswaan Fakultas
Lembaga Kemahasiswaan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) perguruan tinggi swasta di Salatiga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Badan Perwakilan Mahasiswa (BPMF) dan Senat Mahasiswa Fakultas (SMF). Lembaga Mahasiswa Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga legislatif perwakilan dan permusyawaratan mahasiswa di aras fakultas yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja dan pelaksanaan kegiatan SMF dimana terdapat unit-unit dibawahnya. Lembaga SMF sebagai lembaga eksekutif yang menaungi beberapa unit Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) dan Kelompok Bakat Minat (KBM). SMF terbentuk sebagai wadah bermahasiswa sebagai pelaksana berbagai program kerja dan kegiatan-kegiatan. Fokus penelitian adalah HMP dimana unit sendiri di bawah bidang 2 (dua) SMF, dan terdiri dari 3 (tiga) yaitu Kelompok Studi Akuntansi (KSA) yang bergerak pada program studi Akuntansi, Kelompok Studi Manajemen (KSM) yang bergerak pada program studi Manajemen, serta Ikatan Ilmu Ekonomi (IMIE) yang bergerak pada program studi Ilmu Ekonomi. HMP setiap periode akan melaksanakan kegiatan terstruktur berupa seminar, pelatihan, lomba, dan kunjungan perusahaan.
IMIE KSM
KSA
SMF
Gambar 1. Struktur Lembaga Kemahasiswaan Fakultas
Penelitian ini berfokus pada Himpunan Mahasiswa Prodi karena HMP sebagai terusan dan kepercayaan Program Studi masing-masing. Setiap Program Kerja (Proker) HMP akan dipertanggungjawabkan dan diinformasikan kepada BPMF, SMF, Korbidkem dan Kepala Program Studi (Kaprodi). Diketahui bahwa tidak semua kegiatan dapat terealisasi sesuai dengan proposal kegiatan dan anggaran kegiatan, karena terdampak pandemi Covid-19 dimana kegiatan sudah akan dijalankan. Di dalam struktural, HMP harus melaporkan kepada SMF dan BPMF FEB antara lain pengelolaan keuangan, perekrutan fungsionaris, kepanitiaan, pemilihan ketua, struktur serta kepanitiaan, dan laporan pertanggungjawaban kegiatan. Program- program yang dilaksanakan Himpunan Mahasiswa dipertanggungjawabkan ke Universitas melalui skema koordinasi melalui aras Lembaga Kemahasiswaan Fakultas (Rapat Evaluasi Fakultas) kemudian di persentasikan ke aras Universitas (Rapat Koordinasi Universitas). Setiap pelanggaran dan kecurangan yang dilakukan Himpunan Mahasiswa akan diberikan sanksi dari Lembaga Kemahasiswaan.
Pengelolaan keuangan HMP akan mengikuti alur tahap persiapan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Pada ketiga tahap tersebut risiko kecurangan jarang terjadi, sehingga pengendalian internal tidak dilaksanakan.
Pengajuan Proposal Kegiatan Himpunan Mahasiswa
Setiap unit terutama Himpunan Mahasiswa harus mengikuti alur dalam mempersiapkan pengajuan proposal kegiatan. Tahap pertama yaitu pengajuan unit, pengajuan unit dilakukan untuk koordinasi antara Himpunan Mahasiswa dengan Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dengan tujuan bahwa setiap Himpunan Mahasiswa bersedia mengikuti setiap aturan dan arahan SMF untuk setiap kegiatan. Selain itu Himpunan Mahasiswa diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatan dan pertanggungjawaban kepada SMF dengan menandatangani surat kesepakatan yang diajukan SMF kepada Himpunan Mahasiswa.
Tahap kedua yaitu bimbingan unit, kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan Himpunan Mahasiswa memaparkan hasil rancangan kegiatan dan anggaran ke Rapat Kerja (Raker) Fakultas, selain itu bimbingan unit bertujuan untuk bertukar pendapat antara Himpunan Mahasiswa dan SMF. Setiap kegiatan unit setidaknya harus ada salah satu kadar sesuai Skenario Pola Pembinaan Mahasiswa (SPPM) terdiri dari:
BPMF
Pengajuan Unit Bimbingan Unit Raker Fakultas
Proposal Kegiatan Rakor Universitas Christian Values Literacy, Civic Literacy, Cross-cultural Understanding, International Awareness, Environmental Consciousness, Media Information and Technology (MIT) Literacy, Critical Thinking, Academic Expertise, Leadership and managerial skills, Entrepreneurship.
Tahap ketiga adalah Rapat Kerja Fakultas. Kegiatan ini merupakan presentasi unit menggunakan microsoft power point dengan tujuan kegiatan sebagai wadah untuk saling mengetahui program kerja setiap unit dibawah SMF, mengkritisi setiap unit Himpunan Mahasiswa maupun Kelompok Bakat Minat (KBM) dengan memberikan solusi, pengkoreksian proposal kegiatan dengan sistem microsoft power point berdasarkan format yang dikeluarkan Senat Mahasiswa Universitas (SMU) serta pengkoreksian proposal anggaran dengan sistem microsoft excel berdasarkan standarisasi harga, dan persiapan menuju Rapat Koordinasi (Rakor) Universitas dimana saat Rakor Universitas ketua SMF dan BPMF yang mempresentasikan hasil Raker Fakultas dimana terdapat 9 (sembilan) unit Kelompok Bakat Minat (KBM) dan 3 (tiga) unit Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP).
Tahap keempat adalah Rapat Koordinasi (Rakor) Universitas. Kegiatan ini adalah keputusan Senat Mahasiswa Universitas (SMU) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) sebagai terusan dari Universitas. Kedua lembaga ini mempunyai peran selaku pemegang keputusan tertinggi apakah kegiatan dapat dijalankan yaitu persetujuan di Rakor Universitas sehingga proposal kegiatan dan proposal anggaran dapat diimplementasikan ke kegiatan unit. Apabila kegiatan tidak memenuhi syarat dan tidak disetujui maka kegiatan tidak dapat dijalankan
Gambar 2. Alur Pengajuan Proposal
Setiap unit yang sudah menandatangani surat persetujuan pada tahap pertama pengajuan unit, maka setiap unit yang dibawah SMF harus mengikuti alur dari tahap kedua, ketiga, dan keempat. Pada tahap pengajuan unit Badan Pengurus Harian (BPH) setiap unit setidaknya mengutus perwakilan 1 (satu) orang, tahap bimbingan unit setiap ketua acara dan BPH unit mengikuti kegiatan tersebut untuk koordinasi, Raker Fakultas setiap unit mengutus setidaknya 3 (orang) fungsionaris untuk mengikuti kegiatan tersebut, Rakor Universitas tidak mewajibkan unit untuk datang karena pembahasan skala fakultas sudah dikomunikasikan pada Raker Fakultas
Alur Pencairan Dana
Kegiatan yang sudah disetujui di Rapat Koordinasi (Rakor) Universitas setiap unit akan membuat proposal melalui sistem microsoft word sesuai dengan Mekanisme Kerja Eksekutif (MKE) dengan melampirkan anggaran kegiatan berupa dana
Proposal Kegiatan
Koreksi SMF dan BPMF
Laporan ke Korbidkem
Koreksi SMU,Bikem,
dan BAK Pengembangan Lembaga Kemahasiswaan (PLK) . Proposal akan diajukan ke SMF dan BPMF untuk dikoreksi. Langkah selanjutnya memberikan proposal kepada Koordinator Bidang Kemahasiswaan (Korbidkem) fakultas untuk mengetahui acara apa saja yang akan dijalankan oleh unit di FEB, kemudian dikoreksi kembali oleh SMU jika sudah disetujui akan diteruskan ke Bidang Kemahasiswaan untuk tanda tangan Pembantu Rektor III dan Bagian Administrasi dan Keuangan (BAK) universitas.
Apabila item-item dalam anggaran sudah sesuai maka dana dapat dicairkan dan ditransfer ke Tata Usaha (TU) fakultas untuk dikoordinasikan dan dikelola oleh unit.
Dana tambahan berupa usaha dana dan dana sponsorship yang dilakukan panitia, serta dana kontribusi dari peserta yang ditujukan untuk fasilitas peserta saat mengikuti suatu kegiatan.
Gambar 3. Alur Pencairan Dana
Unit acara melalui bendahara kegiatan akan menunjukan proposal kegiatan kepada Tata Usaha (TU) fakultas untuk pencairan. Dalam pengambilan dana mahasiswa diwajibkan menghitung kembali uang yang diberikan dan mengisi buku pengambilan dana beserta tanda tangan dan nomor telepon aktif. Untuk anggaran lebih dari Rp.
500.000 akan ditransfer oleh fakultas.
Alur Laporan Pertanggungjawaban
Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) hampir sama dengan alur pencairan dana dengan melampirkan proposal. Laporan pertanggungjawaban kegiatan unit akan dikoreksi oleh SMF dan BPMF, lalu dilaporkan kepada Koordinator Bidang Kemahasiswaan Fakultas untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan dan tidak dapat dilaksanakan. Kemudian proposal LPJ akan dikoreksi oleh SMU dan Bidang Kemahasiswaan (Bikem) universitas. Jika proposal LPJ sudah sesuai dengan kegiatan dan anggaran serta melampirkan bukti-bukti pengeluaran ke Bikem dan Bikem akan mengambil alih untuk pengarsipan dan pelaporan ke BAK universitas.
Pencairan Dana
Gambar 1. Alur Laporan Pertanggungjawaban
Unit yang sudah melaporkan hasil kegiatan dan anggaran disarankan untuk fotocopy arsip LPJ yang sudah selesai. Setiap pengeluaran kegiatan menggunakan anggaran penerimaan harus menyertakan bukti sebagai pertanggungjawaban kepada universitas, fakultas, maupun pihak ketiga. Bukti pengeluaran dan terlaksananya kegiatan antara lain nota/kwitansi (konsumsi, acara, perlengkapan, kesekretariatan, transparansi usaha dana, bukti pajak, laporan kegiatan (foto/video, materi, power point, dan rekap peserta).
Pengendalian Internal Pengelolaan Keuangan
Pengendalian BPMF kepada HMP menggunakan Tim Observasi (TO) sebagai perwakilan BPMF. TO akan mengikuti setiap rapat acara unit yang sudah ditentukan oleh koordinator TO. Ketika acara dilaksanakan TO juga akan mengikuti acara tersebut untuk mengawasi kegiatan bagaimana acara berlangsung. Apabila terdapat kendala atau masalah saat mengikuti rapat dan pelaksanaan kegiatan, maka TO akan melaporkan ke BPMF. Seperti penjelasan ketua BPMF:
“TO kan terjun langsung nih di kegiatan nah permasalahan apa disampaikan ke kita nah kita menyampaikan ke kalian melalui SMF”
Pengendalian juga dilakukan oleh SMF dengan membentuk Kepala Departemen (Kadep) di setiap HMP. Kadep akan mengikuti rapat unit apabila ada undangan dari unit yang telah ditetapkan. Kadep juga sebagai penyalur informasi dari SMF ke unit, sebagai sarana unit bertanya ke Kadep sebagai bagian dari SMF, serta pengawas unit ketika Kadep ditetapkan dan disahkan. Selain itu Kadep juga menjadi bagian dalam setiap acara unit sebagai Steering Committee (SC) bertugas memberikan pendapat dan pelaksana kegiatan. SC juga mengikuti rapat-rapat acara unit. Alasan Kadep dibentuk seperti penjelasan ketua SMF sebagai berikut:
“Tugas Kepala Departemen pada dasarnya adalah perpanjangan tangan dari SMF ke unit karena SMF tidak bisa mengurus semua unit”
Di akhir penugasan TO dari BPMF dan Kadep dari SMF akan membuat laporan ke masing-masing Lembaga Kemahasiswaan FEB untuk masing-masing acara. Pelaporan ini digunakan TO dan Kadep yang selaku pengawas kegiatan dan bentuk pertanggungjawaban ke LK masing-masing. Ketika acara unit selesai akan diadakan Rapat Evaluasi (Raev) akhir fakultas. Rapat ini ditujukan untuk melaporkan hasil
Laporan ke Korbidkem Koreksi SMU
dan Bikem Pengumpulan Arsip LPJ
Proposal LPJ Koreksi SMF dan BPMF
kegiatan yang dijalankan serta permasalahan yang muncul untuk setiap acara, selain itu Raev digunakan sebagai evaluasi setiap kegiatan yang diharapkan untuk acara periode yang akan datang dapat meminimalisir risiko. Raev juga digunakan untuk mengetahui apakah acara tersebut dapat terealisasi atau belum.
Himpunan Mahasiswa mempunyai kendali penuh dalam memutuskan keputusan untuk unit dan acara unit. Dalam struktur Himpunan Mahasiswa mulai dari jumlah divisi, anggota, rapat rutin yang diadakan, pengelolaan keuangan acara, kegiatan internal unit, program-program unit, dan acara yang akan diajukan sepenuhnya unit yang menentukan. Maka dari itu, unit mempunyai pengendalian internal tersendiri diluar aturan yang sudah ditetapkan oleh universitas, fakultas, dan Lembaga Kemahasiswaan SMF dan BPMF.
Kewenangan penuh dari Himpunan Mahasiswa ke setiap kegiatan dan acara membuat tidak semua kondisi dan permasalahan dapat dipantau oleh LK. Pandemi Covid-19 membuat pengelolaan keuangan berubah, seperti mundurnya pengembalian panitia dan peserta. Ketiga HMP menyatakan bahwa pengembalian setiap acara kepada panitia dan peserta adalah wewenang acara yang dikoordinasikan oleh BPH acara. Seperti kutipan ketua IMIE yang juga menjawab dari unit KSM dan KSA:
“kalo untuk pengembalian sendiri itu kita pasrahkan ke acara, karena mungkin ada hal- hal yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, contoh pengecekan ulang dana keluar”
Pengendalian preventif mengenai pengembalian dana yang mundur yang dijalankan yaitu HMP akan mendelegasikan fungsionaris menjadi steering committee (SC) yang bertugas membantu permasalahan setiap sie dan technical support (TS) memberikan pendapat ketika permasalahan muncul. Seperti kutipan wawancara ketua KSM yang menjawab dari KSA dan IMIE :
“kita delegasikan fungsionaris ke acara sebagai SC dan TS buat membantu mikirin acara dan ngasih pendapat”
Pengendalian detektif dilakukan setiap fungsionaris yang diberi tanggung jawab untuk mengelola acara HMP akan menjelaskan kembali saat rapat rutin HMP mengenai permasalahan tersebut. Seperti penjelasan dari bendahara KSA menjawab dari KSM dan IMIE mengatakan :
“mengenai permasalahan setiap acara waktu rapat rutin ketua atau sc ts akan menjelaskan di depan”.
Untuk pengendalian korektif tidak ada karena belum muncul suatu masalah mengenai pengembalian dana panitia dan peserta yang mundur akibat fenomena pandemi.
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan mahasiswa pulang kampung, bersamaan dengan itu dana yang terkumpul dibawa oleh bendahara kegiatan. Dana panitia dan
peserta seluruhnya dibawa dan dikelola oleh bendahara unit dimana diemban oleh mahasiswa diluar fungsionaris. Himpunan Mahasiswa terdiri dari KSA, KSM, dan IMIE berpendapat sama, bahwa dana yang dibawa oleh bendahara acara boleh digunakan asal bertanggung jawab. Berikut kutipan penjelasan dari ketua KSM sekaligus menjawab dari unit KSA dan IMIE:
“dari KSM sendiri sih memperbolehkan dana digunakan bendahara, asalkan waktu dana dibutuhkan untuk pengembalian harus ada”
Pengendalian preventif yang sudah dilakukan yaitu HMP memilih bendahara acara adalah orang yang dikenal dan dapat dipercaya dengan melihat track record kepanitian seorang mahasiswa serta apakah pernah mengikuti kepanitiaan sebelumnya. HMP juga berhak untuk meminta BPMF membuka rapat terbuka yaitu Focus Group Discussion (FGD) dengan tujuan unit dapat mendiskusikan masalah yang dihadapi. FGD juga mengundang Koordinator Bidang Kemahasiswaan (Korbidkem) untuk menyampaikan pendapat dan penengah di dalam rapat. Kutipan wawancara ketua BPMF mengenai rapat FGD sebagai berikut:
“jadi FGD itu memfasilitasi lah sama ee untuk menyampaikan pendapat misalkan ada permasalahan yang membutuhkan Korbidkem ya kita mengundang Korbidkem dan unit-unit sama anak-anak BPMF”
Sedangkan untuk pengendalian detektif HMP menyerahkan kepada ketua acara, SC, dan TS yang diketahui bahwa mahasiswa tersebut fungsionaris unit dengan tugas memonitori bendahara. Ketika tidak muncul permasalahan maka tidak ada tindakan yang dilakukan oleh HMP. Seperti pengendalian korektif yang tidak dilaksanakan.
Pengendalian dari SMF dan BPMF juga tidak dapat dijalankan. Mengingat Himpunan Mahasiswa mempunyai wewenang penuh dalam memutuskan suatu tindakan dan masalah yang terkait langsung dengan Himpunan Mahasiswa. Dengan tidak ada wewenang dari SMF, Himpunan Mahasiswa tidak dapat diawasi secara penuh oleh SMF. Penjelasan ketua SMF sebagai berikut:
“SMF sendiri tidak mempunyai kewenangan dalam hal itu, karena ya sudah menjadi keputusan unit sendiri”.
Informasi dari acara unit sepenuhnya diserahkan oleh Tim Observasi (TO) BPMF dan Kadep SMF. TO akan bekerja dari awal kegiatan sampai acara selesai. Dilihat dari kasus yang ada, TO tidak melakukan pengendalian diluar acara selesai, seperti pengembalian dana panitia dan peserta. Karena TO tidak masuk dalam ranah pengelolaan dana tambahan. Seperti penjelasan dari ketua BMPF:
“risiko memang ada nah kemunikasi TO kan langsung ke BPH kegiatan atau ke unit ke SCnya atau ke mana nah dari situ kita dapat informasi”
Pembahasan
Analisis dan pembahasan terhadap pengendalian yang dilakukan dalam kegiatan LK dan HMP dijelaskan dalam Tabel.1.
Tabel 1. Pembahasan
No Kegiatan Risiko yang dihadapi
Pengendalian yang
dilakukan Analisis
1 Pengajuan proposal
Kegiatan ditunda/ tidak jadi
dilaksanakan
Adanya surat kesepakatan antara SMF dan HMJ (Preventif)
Adanya tindakan pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak SMF sudah baik. Pengendalian preventif yang sudah ada, cukup memadai untuk mengurangi terjadinya resiko. Namun, perlu adanya tindakan korektif seperti adanya berita acara ketika terjadi perubahan mata anggaran, serta pengambilan keputusan yang bertingkat mengenai kewenangan
keputusan anggaran akan sangat membantu untuk mengurangi terjadinya risiko yang berkaitan dengan penggunaan anggaran.
Pengendalian korektif dapat dilakukan dengan cara adanya evaluasi atas kegiatan yang telah berlangsung supaya kesalahan atau ancaman yang mungkin terjadi dapat dikurangi untuk kegiatan berikutnya.
Ketimpangan informasi mengenai anggaran
Anggaran tidak disetujui
Bimbingan unit sebelum mengajukan proposal (Preventif)
Ketidaksesuaian antara mata anggaran dengan kebutuhan
Rapat koordinasi antara fakultas dan universitas (Preventif)
2 Pencairan dana
Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan mata anggaran
Jika dana
>500rb, dana akan di transfer kepada penerima secara langsung (Preventif)
Pengendalian yang telah
dilakukan sudah cukup memadai berkaitan dengan risiko yang akan dihadapi oleh LK.
Pengendalian korektif yang dapat dilakukan adalah melakukan double-crosscheck berkaitan dengan penggunaan dana dan nota yang dilampirkan.
Sedangkan untuk pengendalian detektif yang dapat dilakukan adalah melakukan evaluasi atas setiap kegiatan.
Pemilihan harga yang paling mahal
Terdapat list nama barang dan harga maksimal yang dapat dianggarkan (Preventif)
3 Pertanggung jawaban kegiatan
Ketidaksesuaian antara
anggaran, penggunaan dana, serta laporan
Terdapat jangka waktu maksimal 3 hari yang digunakan untuk pelaporan kegiatan dan 5 hari untuk laporan keuangan (Preventif)
Perlu adanya mekanisme double- crosscheck untuk pelaporan keuangan serta sampling cek fisik untuk kegiatan dan keuangan. Keterbukaan informasi dari LK dan panitia juga perlu ditingkatkan untuk menjembatani komunikasi atas masing-masing pihak. Sedangkan untuk pengendalian detektif dapat dilakukan dengan cara kegiatan monitoring dan evaluasi atas setiap kegiatan.
Dipertimbangkan mengenai sistem reward and punishment untuk kegiatan yang sudah direncanakan.
Sisa anggaran yang cukup banyak
Berita acara perubahan anggaran (Preventif)
Tindakan preventif dan detektif sudah dilakukan oleh LK dan HMP, akan tetapi penting untuk diimbangi oleh pengendalian korektif, sehingga jika terjadi kecurangan Lembaga Kemahasiswaan dan Himpunan Mahasiswa FEB bisa melakukan tindakan yang tepat. Kecurangan dan kesalahan akan semakin besar jika pengendalian internal suatu organisasi lemah, sedangkan apabila pengendalian internalnya kuat, maka kemungkinan suatu kecurangan muncul dapat diperkecil (Adelin dan Fauzihardani, 2013; Lestari dan Supadmi, 2017). Pengendalian internal juga dapat ditingkatkan dengan proses pemilihan anggota LK yang semakin diperketat (Violetta & Kristianti, 2021).
Dari hasil wawancara menjelaskan bahwa terdapat risiko pengelolaan keuangan meskipun sudah diterapkan pengendalian internal. Pengembalian uang yang mundur kepada panitia maupun peserta memungkinkan orientasi pemikiran panitia maupun peserta bahwa dana yang dibawa panitia bermasalah, sedangkan untuk acara periode selanjutnya sebagian panitia akan direkrut kembali untuk dijadikan koordinator sie karena sudah berpengalaman dan tidak menutup kemungkinan peserta periode sebelumnya mendaftar kembali di acara HMP periode mendatang. Lembaga kemahasiswaan juga rentan terjadinya nepotisme dalam kepanitiaan (Violetta &
Kristianti, 2021). Rentang waktu yang lama dalam pengembalian dana berisiko kelangsungan kepanitiaan dan peserta di periode mendatang. Saran pengendalian preventif yang diterapkan yaitu HMP menginformasikan kepada panitia di luar fungsionaris dan peserta bahwa pengembalian diundur karena terdapat suatu kendala, penjelasan Fajar dan Rusmana (2016) bahwa informasi disebarkan ke seluruh organisasi memungkinkan pesan yang disampaikan jelas, dimana informasi adalah alat pendukung untuk tercapainya suatu tujuan. Sedangkan pengendalian detektif panitia pendelegasian HMP dan HMP itu sendiri membuka sarana informasi apabila terdapat pertanyaan atau tanggapan dari panitia di luar fungsionaris dan peserta. Pengendalian korektif yang belum dijalankan diharapkan dilaksanakan dengan kerjasama serta evaluasi antara HMP dan LK mengenai kebijakan-kebijakan di dalam otorisasi.
Bendahara acara yang pulang kerumah membawa dana panitia serta peserta memungkinkan risiko muncul, seperti menggunakan uang panitia dan peserta tanpa sepengetahuan dari ketua dan HMP, tidak dapat keluar rumah untuk transfer uang dengan alasan efek pandemi, susah dihubungi karena kendala sinyal, dan bisa jadi uang yang dibawa tidak dikembalikan. Pengendalian korektif yang harus dijalankan yaitu membuat surat perjanjian dengan bendahara kegiatan dengan sanksi-sanksi didalamnya. Saran pengendalian preventif perlu diperkuat dengan menetapkan kebijakan khusus dengan menyerahkan dana acara dari bendahara ke ketua acara atau kepada HMP untuk pengamanan kas. Zandra dan Sholihah (2018), Agusiady (2017), serta Mahfiza (2018) mengatakan bahwa pengendalian internal pada kas perlu dilakukan untuk menjaga dana kas agar tidak diselewengkan, serta perlunya pengawasan otorisasi dari HMP ke setiap acara, seperti penjelasan Maharani dan Rosilawati, (2018), Naibaho (2015) yang menyatakan kurangnya pengawasan menyebabkan pengendalian tidak berjalan dengan baik. Pengendalian detektif selain TO dan Kadep, fungsionaris HMP perlu terjun langsung dalam risiko tersebut meskipun terdapat otorisasi di dalamnya. Selain itu pengendalian korektif yaitu pembahasan mengenai kebijakan di dalam otorisasi, perlu adanya persetujuan bersama apabila kecurangan terjadi keputusan dan sanksi seperti apa yang akan diterapkan.
Sistem koordinasi financial planning yang dilakukan oleh HMP diharapkan mempunyai arsip informasi pengendalian internal mengenai pengelolaan keuangan sehingga dapat memaksimalkan pengetahuan kepada fungsionaris dan mahasiswa aktif di FEB, akan tetapi belum ada implementasi kegiatan dengan adanya fenomena pandemi dari sisi sistem pengawasan oleh TO dan Kadep yang menyebabkan risiko kecurangan muncul. Dengan tidak ada pelaporan dari TO dan Kadep maka tahap evaluasi tidak dapat dijalankan di setiap HMP.
Dampak pandemi menyebabkan rapat setiap acara diliburkan sedangkan pengendalian dari TO dan Kadep tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh TO tidak mengikuti rapat rutin HMP dan Kadep tidak dapat menganalisis masalah yang diinformasikan diluar rapat rutin. Sehingga pengendalian korektif oleh SMF dan BPMF tidak maksimal, sehingga perlu kebijakan baru mengenai TO dan Kadep.
Peningkatan komitmen untuk memperbaiki kinerja LK perlu ditinjau ulang untuk mengatur tata kelola LK yang lebih baik (Lake & Hapsari, 2021)
Risiko-risiko yang ada muncul akibat fenomena pandemi Covid-19 harus segera diminimalisir, mengingat pentingnya Lembaga Kemahasiswaan di dalam universitas sebagai wadah mahasiswa mendapatkan keterampilan di luar perkuliahan, dengan risiko tidak terinformasikan dengan baik, sehingga tidak ada tindakan dan kebijakan dari Lembaga Kemahasiswaan FEB kepada unit yang jelas-jelas akan berpengaruh untuk periode selanjutnya apabila kecurangan tersebut benar terjadi. Karena kecurangan belum terjadi maka pengendalian secara menyeluruh belum diterapkan.
Kewenangan secara penuh oleh Himpunan Mahasiswa diharapkan dianalisa kembali, karena apabila terjadi suatu risiko akan berdampak pada kelangsungan program
Lembaga Kemahasiswaan maupun Himpunan Mahasiswa, dimana semua kegiatan fakultas bertanggungjawab kepada universitas.
Simpulan
Secara keseluruhan pengendalian internal sudah dijalankan, akan tetapi tidak menyeluruh, adanya kewenangan penuh dari HMP menyebabkan fungsi dari BPMF dan SMF tidak dapat dijalankan. Tidak adanya laporan dari TO BPMF yang tidak mengikuti fenomena pandemi, maka evaluasi risiko acara tidak ada dan Kadep SMF tidak ikut berperan dalam memutuskan kebijakan, karena tidak mengikuti rapat khusus diluar rapat rutin HMP. Keterbukaan HMP dan rasa tanggung jawab LK diharapkan dapat terealisasi, sehingga risiko kecurangan dapat diminimalisir.
Penelitian yang akan datang diharapkan menambah narasumber untuk melihat apakah pengendalian preventif, detektif, dan korektif terlaksana dan dapat meminimalisir risiko-risiko kecurangan. Narasumber yang berbeda di lingkup Lembaga Kemahasiswaan Universitas diperlukan sebagai bahan untuk proses pembuatan pengendalian internal yang lebih baik lagi. Keterbatasan penelitian adalah kurangnya bukti observasi karena penelitian dilakukan secara online. Selain itu fokus penelitian yang hanya di lingkup HMP menyebabkan pengendalian internal tidak tergambarkan secara menyeluruh.
Daftar Pustaka
Adelin, V., & Fauzihardani, E. (2013). Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, Dan Kecendrungan Kecurangan Terhadap Perilaku Tidak Etis (Studi Empiris pada BUMN di Kota Padang). Jurnal WRA, 1(September), 259–276.
Afkar, T. (2016). Efektivitas Pengendalian Preventif, Pengendalian Detektif, dan Pengendalian Represif terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi. Majalah Ekonomi, 21(2), 211–
225.
Agusiady, R. (2017). PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN KAS. Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Arini, P. R. (2020). Darurat Corona, Begini Kelangsungan Proker Ormawa UIN Bandung.
Jurnalposmedia.Com.
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif.
Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46–62.
Chandra, R. (2017). Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Indojaya Agri Nusa. Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis.
https://doi.org/10.33059/jseb.v8i1.202
Damaris, R. N., Sitanggang, M., & Simanjuntak, R. P. (2014). Sistem Pengendalian Intern Atas Transaksi Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Anjungan Tunai Mandiri (Atm) Pt Bank Central Asia, Tbk. Jurnal Ilmiah, 18(2), 54–63.
Darmada, D. K., Atmadja, A. T., & Sinarwati, N. K. (2016). Kearifan Lokal Pade Gelahang dalam Mewujudkan Integrasi Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Organisasi Subak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 1–155. https://doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7004 Fajar, I., & Rusmana, O. (2016). Evaluasi penerapan sistem pengendalian internal dengan coso.
Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi (JEBA), Vol. XX(No. 04), 4.
Fathiyah, F., Mufidah, M., & Masnun, M. (2019). Whistleblowing dan Niat Melaksanakannya Mahasiswa. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 3(2), 150.
https://doi.org/10.33087/ekonomis.v3i2.75
Gumelar, T. M., & Shauki, E. R. (2020). Pencegahan Fraud Pada Pengelolaan Dana Organisasi : Persfektif Theory of Planed Behavior. 2016.
Illahi, B. K., & Alia, M. I. (2017). Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara Melalui Kerja Sama BPK dan KPK. INTEGRITAS. https://doi.org/10.32697/integritas.v3i2.102 Khoiriyah, L. (2018). Dampak Locus of Control pada Pengaruh Moralitas Individu dan
Pengendalian Internal terhadap Kecendungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 7(11), 1–18.
Kosasih, K. (2017). PERANAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM PENGEMBANGAN CIVIC SKILLS MAHASISWA. JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL.
https://doi.org/10.17509/jpis.v25i2.6196
Lake, W. B., & Hapsari, A. N. S. (2021). Implementasi Prinsip Keadilan dalam Pengelolaan Dana Kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 11(3), 388–395.
Lestari, N. K. L., & Supadmi, N. L. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal, Integritas Dan Asimetri Informasi Pada Kecurangan Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Maharani, D., & Rosilawati. (2018). Pengaruh Pengawasan Dan Pengendalian Terhadap Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Serang Kota Serang. ECo- Buss. https://doi.org/10.32877/eb.v1i2.44
Mahfiza, M. (2018). Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas dan Implikasinya Terhadap Kewajaran Pengelolaan Kas. Al-Buhuts, 14(01), 94–105.
https://doi.org/10.30603/ab.v14i01.427
Marciano, B., Syam, A., Suyanto, & Ahmar, N. (2021). Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Kecurangan: Sebuah Literatur Review. WACANA EKONOMI (Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Akuntansi). https://doi.org/10.22225/we.20.2.2021.130-137
Marliani, M., & Jogi, Y. (2015). Persepsi Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Pencurian Kas.
Business Accounting Review, 3(2), 21–31.
Naibaho, A. T. (2015). Analisis Pengendalian Internal Persediaan Bahan Terhadap Efektifitas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku. Emba, 1(3), 1–27.
Nursani, R. (2014). Perilaku kecurangan akademik mahasiswa: dimensi fraud diamond.
Paristu, A. I. (2014). Sistem Pengendalian Internal Pada Lembaga Amil Zakat (Studi Komparatif Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli Ummat dan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa). Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 1(2), 150–168.
https://doi.org/10.24815/jdab.v1i2.3585
Puspita, Y. R., Haryadi, B., & Setiawan, A. R. (2015). Sisi Remang Pengelolaan Keuangan Organisasi Mahasiswa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 133–144.
https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6011
Puspitasari, M. A. (2020). ICW Temukan Lima Modus Korupsi di Kampus. Koran Tempo.
Ranto, D. W. . (2019). Perilaku Menyimpang sebagai Respon terhadap Ketidakadilan Organisasional. Jurnal Bisnis Manajemen Dan Akuntansi, 6(2), 74–79.
Rizal, S. (2011). Pentingnya Lembaga Kemahasiswaan. Okezone.Com.
Romney, M. B., & Steinbert, P. J. (2014). Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat.
Salsabil, S. M., Utami, I., & Hapsari, A. N. S. (2019). Fraud Dan Whistleblowing: Tinjauan Pengelolaan Dana Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Akuntansi Bisnis, 12(1), 64–76.
https://doi.org/10.30813/jab.v12i1.1510
Setiawan, D. F. (2016). ANALISIS KECURANGAN AKADEMIK MELALUI RUBRIK PENSKORANPADA KAJIAN MASALAH EKONOMI. PROMOSI (Jurnal Pendidikan Ekonomi). https://doi.org/10.24127/ja.v4i2.634
Shaban, R. (2009). Book review. Australasian Emergency Nursing Journal, 12(2), 59–60.
https://doi.org/10.1016/j.aenj.2009.01.005
Sunaryo, S., & Utami, H. (2021). Kecurangan pelaporan keuangan organisasi kemahasiswaan:
perspektif crowe’s fraud pentagon theory. Jurnal Akuntansi Aktual.
https://doi.org/10.17977/um004v8i12021p051
Utami, I. (2019). Audit Internal Pendekatan Kontenporer (D. A. Muktiyanto (ed.); 1st ed.). CV Smart Indana Parama.
Violetta, G. P., & Kristianti, I. (2021). Pengungkapan Kecurangan di Lembaga Kemahasiswaan.
Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia, 5(1), 26–37.
https://doi.org/10.18196/rabin.v5i1.11300
Yuliyanti, D., & Hapsari, A. N. S. (2020). Menyingkap budaya kecurangan dalam organisasi kemahasiswaan. Seminar Nasional UNIBA Surakarta 2020, 2017, 289–303.
Zandra, R. A. P., & Sholihah, Z. (2018). Efektifitas Pengendalian Internal atas Transaksi Kas.
Jurnal Kajian Akuntansi, 2(1), 54–66.
.