Pengertian dan Jenis Bencana
Article · January 2020
CITATIONS
15
READS
52,126
1 author:
Ade Heryana Universitas Esa Unggul 176PUBLICATIONS 339CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 12 January 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
1 PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS BENCANA Oleh: Ade Heryana1
PENDAHULUAN
Pada saat tulisan ini dibuat, sedang terjadi bencana akibat ulah manusia yaitu perang Iran-AS yang berdampak pada tertembaknya pesawat komersial Ukraina yang membawa 170 penimpang oleh rudal Iran.
Awal tahun 2020, DKI Jakarta untuk kesekian kali dilanda bencana banjir sebagai akibat tingginya curah hujan. Pada tahun sebelumnya, Indonesia juga dilanda dua kejadian bencana alam yakni banjir bandang di Sentani, Papua dan gempa bumi di Nusa Tenggara Barat tahun 2019. Di belahan bumi lain terjadi kecelakaan pesawat terbang yakni Ethiopia airlines yang menyebabkan pesawat Boeing 737 Max di beberapa negara dilarang terbang. Lalu di New Zealand terjadi penembakan terhadap umat muslim yang sedang beribadah sholat Jumat dan menewaskan sekitar 40 orang.
Bencana merupakan kondisi yang sulit bahkan tidak dapat diprediksi. Namun beberapa langkah penting dapat dilakukan untuk meminimalisir kerusakan serta mengoptimalkan proses pembangunan dan perbaikan kembali (Reich & Henderson, 2015). Langkah-langkah tersebut secara sistematik diterapkan melalui manajemen bencana, yaitu sebuah ilmu pengetahuan dan penerapan kolaboratif oleh berbagai disiplin dan otoritas pemerintahan, terhadap proses pengambilan keputusan, teknis manajemen dan pemanfaatan sumberdaya, untuk ambil bagian dalam proses dan tahap kebencanaan, dimulai dari pencegahan dan kesiapsiagaan perencanaan, respon cepat, pengurangan kehancuran, rekonstruksi, dan pembangunan (S. W.
A. Gunn, 2013).
Lalu apakah itu bencana? Bagaimanakan pengklasifikasian bencana yang timbul di muka bumi ini? Artikel ini berupaya menjawab dua pertanyaan tersebut.
PENGERTIAN BENCANA
Bencana dalam terminologi bahasa inggris disebut dengan disaster, berasal dari kata Latin yaitu dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau terasa tidak nyaman, dan aster berarti bintang. Dengan demikian secara harfiah disaster berarti menjauh dari lintasan bintang atau dapat diartikan “kejadian yang disebabkan oleh konfigurasi astrologi (perbintangan) yang tidak diinginkan”. Referensi lain mengartikannya sebagai
“bencana terjadi akibat posisi bintang dan planet yang tidak diinginkan” (Coppola, 2015) & (Etkin, 2016).
1 Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul.
Untuk sitasi: Heryana, A. (2020). Pengertian dan Jenis Bencana. Jakarta: Universitas Esa Unggul
2
Dalam Dictionary of Disaster Medicine and Humanitarian Relief, definisi bencana (disaster) adalah (S. W.
A. Gunn, 2013):
“The result of a vast ecological breakdown in the physical and functional relations between man and his environment, caused by nature or man, a serious and sudden event (or slow, as in drought) on such a scale that available resources cannot meet the requirements, and the stricken community needs extraordinary efforts to cope with the damaging situation, often with outside help or international aid”
Terjemahan secara bebas, bencana adalah kehancuran ekologis yang luas baik secara fisik maupun hubungan fungsional antara manusia dengan lingkungannya, yang disebabkan oleh alam atau manusia, berbentuk kejadian yang serius atau tidak nampak (atau lambat, seperti pada kekeringan), dalam skala yang tidak dapat ditangani oleh sumberdaya yang ada, dan komunitas yang terdampak membutuhkan upaya yang luar biasa untuk menangani kerusakan yang terjadi, bahkan membutuhkan bantuan dari masyarakat internasional.
Pengertian bencana secara formal dinyatakan oleh Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED). Lembaga ini mendefinisikan bencana sebagai berikut (Etkin, 2016):
“a situation or event which overwhelms local capacity, necessitating a request to the national or international level for external assistance, or is recognised as such by a multilateral agency or by at least two sources, such as national, regional or international assistance groups and the media”
Terjemahan secara bebas, bencana adalah situasi atau kejadian yang membutuhkan kemampuan pemerintah lokal secara luar biasa, membutuhkan bantuan secara nasional dan internasional atau minimal dua lembaga internasional atau kelompok bantuan serta media nasional, regional dan internasional. Supaya kejadian/bencana tercatat dalam database CRED, maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Etkin, 2016):
a. Jumlah korban jiwa sebanyak 10 atau lebih
b. Jumlah penduduk yang terdampak sebanyak 100 atau lebih
c. Terdapat deklarasi/pengumuman kegawatdaruratan oleh negara atau pemerintah setempat d. Memerlukan bantuan internasional
Namun demikian kriteria/definisi yang disebutkan oleh CRED mendapat kritik dari berbagai pihak karena tidak mengikutsertakan skala geografis, kerusakan per kapita. Misalnya terdapat perbedaan antara 10 kematian pada bencana yang terjadi dalam 1 menit dengan 1 bulan (Etkin, 2016).
3
Pengertian lain diberikan oleh lembaga inernasional dibawah PBB yang menangani bencana secara internasional yaitu UNISDR2. Lembaga ini mendefinisikan bencana internasional sebagai berikut (Coppola, 2015):
“serious disruption of the functioning of society involving widespread human, material, economic or environmental losses and impacts, which exceeds the ability of the affected community or society to cope using its own resources”
Dengan demikian bencana menurut UNISDR memiliki karakeristik sebagai berikut:
1. Terdapat gangguan (disruptif) terhadap berlangsungnya peradaban aecara serius
2. Gangguan tersebut meliputi kerugian dan dampak buruk terhadap kemanusiaan, material, ekonomi dan lingkungan.
3. Gangguan ini melebihi kemampuan masyarakat yang terdampak bencana, dalam menanganinya dengan sumberdaya yang dimiliki
JENIS-JENIS BENCANA
Klasifikasi berdasarkan sifat bencana
Setiap bencana memiliki magnitude atau besaran dampak yang disebabkannya. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua kejadian yang tidak diinginkan masuk dalam kategori bencana. Dalam terminologi kebencanaan ada perbedaan antara event, disaster dan catastrophe. Misalnya kebakaran sebuah rumah yang dapat ditangani oleh petugas pemadam kebakaran, masuk dalam kategori event atau kejadian, bukan disaster atau bencana (Coppola, 2015). Catastrophe atau katastropik memiliki dampak yang lebih hebat dibanding bencana. Menurut Quarantelli, sebuah peristiwa masuk dalam kategori katastropik jika (Etkin, 2016):
a. Berdampak hebat terhadap hamper atau seluruh infrastruktur masyarakat
b. Pemerintah setempat tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya bahkan berlanjut hingga masa recovery (perbaikan pasca bencana)
c. Kegiatan sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari
d. Komunitas masyarakat yang berdekatan tidak dapat memberikan bantuan
Dilihat dari kemampuan pengelolaannya, bencana dapat terbagi menjadi tiga yaitu (Coppola, 2015):
2 UNISDR = United Nations Secretariat for International Strategy for Disaster
4
1. Bencana local (local disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani oleh pemerintah local setempat seperti provinsi, kota. Jika tidak dapat ditangani maka menjadi bancana nasional.
2. Bencana nasional (national disaster), yaitu bencana yang dapat ditangani oleh pemerintah nasional/negara setempat. Sama seperti bencana local, jika pemerintahan nasional tidak dapat menangani maka naik menjadi bencana internasional.
3. Bencana internasional (international disaster), yaitu bencana yang harus ditangani oleh lembaga internasional atau koalisi beberapa negara yang membantu penanganan bencana.
Bencana dapat juga digolongkan menurut kecepatan kejadiannya yaitu rapid disaster dan slow disaster (Etkin, 2016).
1. Rapid disaster
Kecepatan kejadian rapid disaster tentu lebih slow disaster. Rapid disaster yaitu bencana yang terjadi secara tiba-tiba atau sudden-onset disaster yang terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan dini dan biasanya memiliki efek menghancurkan selama berjam-jam atau berhari-hari. Contohnya antara lain gempa bumi, tsunami, gunung berapi, longsor, badai tornado, dan banjir. Kemampuan manusia dalam merespon dan memberikan bantuan kepada korban pada bencana ini bisa berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan, bahkan pernah mencapai 1 tahun, seperti:
bencana kekeringan, kelaparan, salinisasi tanah, epidemic AIDS, dan erosi (Coppola, 2015).
2. Slow disaster
Sementara slow onset disaster atau creeping disaster adalah jenis bencana yang terjadi secara lambat bahkan tidak terlihat gejalanya. Gejala bencana baru terlihat setelah terjadi kerusakan dan penderitaan dalam jumlah yang proporsional dan membutuhkan tindakan kegawatdaruratan yang massif. Contohnya adalah kelaparan, kekeringan, tanah menjadi gurun (desertification), epidemic penyakit
Dilihat dari jumlah kejadiannya, ada yang hanya terjadi satu jenis bencana (single disaster) dan terjadi lebih dari satu bencana (compound disaster). Pada compound disaster atau complex disaster kejadian bencana terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan yang dapat memperbesar, memperburuk dan menambah kerusakan (S. W. A. Gunn, 2013).
Klasifikasi berdasarkan penyebab bencana
Upaya mengklasifikasikan bencana (disaster taxonomy) berdasarkan penyebab sudah pada tahun 1987 oleh Antony J. Taylor, yang membagi bencana ke dalam tiga kategori yaitu natural disaster (bencana karena
5
alam), industrial disaster (bencana akibat industrialisasi), dan humanistic disaster (bencana akibat perbuatan manusia). Taksonomi bencana menurut penyebab tersebut dideskripsikan pada tabel berikut (Taylor, 1987).
Tabel 1. Klasifikasi/Taksonomi Bencana menurut Antony J. Taylor
Subyek Natural Disaster Industrial Disaster Humanistic Disaster Bumi/Tanah Longsor
Gempa Erosi Erupsi
Timbunan Radon
Bendungan runtuh
Industri yang mengabaikan ekologis
Longsor (industri)
Jatuhnya benda dari luar angkasa Polusi radioaktif
Tanah amblas
Pembuangan limbah berbahaya
Perusakan ekologis Kecalakaan di jalan raya
dan kereta
Udara Badai salju
Badai siklon Badai debu (gurun) Badai hurricans Aktivitas meteorit dan
angkasa
Perubahan suhu ekstrim Badai tornado
Hujan asam Poluasi kimia
Ledakan di atas dan di bawah tanah
Awan dan jelaga radioaktif Asap pabrik
Kecelakaan pesawat udara Pembajakan pesawat Kecelakaan pesawat
angkasa
Api Petir/Guntur Kecelakaan ketel uap
Kebakaran akibat listrik Hazard kimia
Proses pembakaran tiba-tiba
Pembakaran secara sengaja
Air Kekeringan
Banjir Badai Tsunami
Kontaminasi air oleh limbah Tumpahan minyak
Pembuangan air
Kecelakaan di laut
Manusia Endemik
Epidemik Kelaparan
Kepadatan penduduk yang ekstrim Penyakit pes
Kecelakaan konstruksi Kecelakaan akibat kesalahan
rancangan
Kecelakaan karena peralatan Produksi dan pemakain obat
terlarang
Kecelakaan di pabrik
Perselisihan penduduk sipil
Pemerasan dengan ancaman virus dan racun
Perang gerilya Penyanderaan Kekerasan akibat
kericuhan dalam lahraga
Teroris
Perang berkepanjangan
Berdasarkan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster), bencana akibat teknologi atau technological-caused disaster dan bencana akibat manusia atau human-caused disaster (Etkin, 2016).
6 a. Bencana alam (natural disaster)
Kejadian bencana alam diperkirakan akan terus meningkat yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) variasi dari siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi dan aktivitas vulkanik; (2) pemanasan global yang minimal dapat meningkatkan aktivitas badai yang mematikan dan kekeringan di beberapa wilayah; (3) Bertambahnya variasi jenis penyakit dan penyakit akibat vector akibat pemanasan global;
dan (4) Perubahan musim, kondisi cuaca serta suhu dan kelembaban ambient yang menyebabkan dampak buruk pada cadangan makanan, produksi zat allergen dan isu kesehatan pada manusia (Hogan
& Burstein, 2007). Bencana alam (natural disasters) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Keim, 2015):
1. Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster). Bencana ini disebabkan oleh patogen bakteri atau virus yang dapat berbentuk pandemic, wabah, atau epidemic penyakit menular. Dalam Dictionary of Disaster Medicine and Humanitarian Relief disebutkan bahwa bencana biologis adalah bencana yang diakibatkan oleh paparan/pajanan biomassa atau organisme hidup dalam jumlah besar terhadap zat-zat beracun, bakteri atau radiasi (S. W. A. Gunn, 2013).
2. Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-meteorological disaster). Bencana ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi atau rendah. Yang sering terjadi adalah bencana akibat curah hujan tinggi yaitu banjur dan badai. Bencana badai meliputi badai siklon tropis, tornado, badai angin, dan badai salju. Sedangkan bencana akibat curah hujan rendah antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan badai debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di hutan, dan gelombang panas.
3. Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster). Bencana ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari berbagai kejadian geofisika. Bencana ini terbagi menjadi tiga yaitu (1) bencana karena energi seismic seperti gempa bumi dan tsunami; (2) bencana karena energi vulkanik seperti erupsi gunung berapi dan aliran larva gunung; dan (3) bencana karena energy gravitasi seperti longsor (longsoran puing, longsor lumpur, longsoran lahar vulkanik, dan longsoran salju.
b. Bencana akibat industri
Bencana akibat industri atau industrial-induced disaster merupakan bencana yang terjadi karena proses atau kegiatan industri termasuk dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau kegagalan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan teknologi menghasilkan hazard (bahaya) industri seperti limbah dan radiasi industri serta bencana kimia. Berton-ton material berbahaya dibawa ke pemukiman padat setiap hari, dimana setiap ton material memiliki potensi bahaya yang mematikan (Hogan & Burstein, 2007). Contoh bencana teknologi adalah ujicoba nuklir di Bikini Atoll kepulauan Masrshall tahun 1946, dan di Three Mile Island Pennsylvania tahun 1976, dan di Chernobyl Ukraina tahun 1986 (A. M. Gunn, 2008).
7 c. Bencana akibat manusia
Bencana akibat manusia disebut juga manmade disaster atau natural-induced disaster. (Beach, 2010).
Bencana ini merupakan hasil dari kesalahan yang dibuat manusia atau niat jahat dan kejadian apapun yang ketika itu terjadi ditinggalkan oleh pelakunya dengan anggapan bahwa ketika bencana terjadi lagi masyarakat dapat mencegahnya. Bencana akibat manusia dideskripsikan pada tabel 1.2 berikut.
Tabel 2. Bencana Akibat Ulah Manusia (Manmade Disaster)
No Jenis Bencana Contoh
1 Serangan teroris • Serangan teroris di Munich Jerman (1972), New York (1993), Oklahoma (1995), Nine Eleven (2001);
• Teror anthrax di AS (2001)
2 Kecelakaan akibat industri • Tumpahan minyak di teluk Persia (1991), di Perancis (1978), Alaska (1989)
• Ledakan industri di Monongah Pennsylvania (1907), di Halifax Canada (1917), di Texas (1947)
• Keracunan limbah merkuri di Irak (1971)
• Ledakan gas di Celeveland, Ohio (1944)
• Tumpahan Dioksin di Seveso Italia (1976)
• Tenggelamnya anjungan minyak di Canada (1982)
• Keracunan gas di Bhopal India (1984)
• Ledakan pesawat ulang alik Challenger di Florida (1986) 3 Konflik sosial • Revolusi Rusia di St Petersburg (1905);
• Pembataian massal di Nanking (1937), lapangan Tiananmen China (1989);
• Pembantaian etnis di Rwanda (1994), Bosnia-Herzegovnia (1995);
Bom nuklir di Horishima-Nagasaki (1945)
4 Human error • Kebakaran di Roma Italia (64), London Inggris (1666), Illinois Chicago (1871); bioskop di Chicago (1903)
• Kelaparan di Bengal India (1770)
• Longsor di Turtle Mountain Canada (1903), di Aberfan Inggris
• Tenggelamnya kapal Titanic (1912)
• Bendungan runtuh di St Francis Dam (1928), Vaiont Dam di Italia (1963), Teton Dam Idaho, AS (1976)
• Pasar saham kolaps (1929)
• Kabut asap di London (1952)
• Tragedi Talidomid (1957)
• Kontaminasi air di Love Canal New York (1978) Sumber: (A. M. Gunn, 2008) & (Beach, 2010)
Terdapat batasan yang tidak jelas antara bencana akibat manusia dengan bencana alam dan bencana teknologi. Sebagai contoh bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Peristiwa ini bisa dikategorikan dalam bencana akibat konflik sosial (Perang Dunia ke-II) dan akibat penerapan teknologi yang tidak tepat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Beach, M. (2010). Disaster Preparedness and Management. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Coppola, D. P. (2015). Introduction to International Disaster Management (3rd ed.). Oxford: Elsevier Ltd.
Etkin, D. (2016). Disaster Theory: An Interdisciplinary Approach to Concepts and Causes. Oxford:
Elsevier Ltd.
Gunn, A. M. (2008). Encyclopedia of Disasters: Environmental Catastrophes and Human Tragedies.
London: Greenwood Press.
Gunn, S. W. A. (2013). Dictionary of Disaster Medicine and Humanitarian Relief (2nd ed.). New York:
Springer.
Hogan, D. E., & Burstein, J. L. (2007). Basic Perspectives on Disaster. In Disaster Medicine (pp. 1–11).
Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.
Keim, M. E. (2015). The Public Health Impacts of Natural Disasters. In Hanbook of Public Health in Natural Disasters: Nutrition, Food, Remediation, and Preparation (p. 33). Netherland: Wageningens Academic.
Reich, B., & Henderson, S. (2015). Connected Preparedness: Disaster Preparation and Media. In Hanbook of Public Health in Natural Disasters: Nutrition, Food, Remediation, and Preparation. Netherland:
Wageningens Academic.
Taylor, A. J. (1987). A Taxonomy of Disasters and their Victims. Journal of Psychosomatic Research, 31(5), 535–544.
View publication stats