• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Hadis dan Sunnah

N/A
N/A
Gusnaini ST

Academic year: 2024

Membagikan "Pengertian Hadis dan Sunnah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ujian Tengah Semester (UTS) Mata kuliah: Studi Hadis Dosen : Dr. Ahmadi, M.S.I

1. Para ulama baik ahli hadis, ushul fiqh maupun fiqh (klasik dan kontemporer) berbeda pendapat tentang definisi (ta’rif) al-hadits dan al-sunnah. Ada yang menyatakan keduanya adalah sinonim, ada juga yang membedakan antara keduanya. Kemukakan pandangan Anda tentang persamaan dan perbedaan definisi kedua istilah tersebut disertai dengan argumentasi dan contoh hadis.

Jawaban :

Persamaan Al-Hadits dan al-Sunnah adalah sama-sama merupakan sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur'an, yangberfungsi untuk menjelaskan, menafsirkan, dan melengkapi kandungan Al-Qur'an. Kedua istilah tersebut merupakan merujuk pada segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, baik itu perkataan, perbuatan, atau persetujuan (taqrir). Oleh karena itu, keduanya sangat penting bagi umat Islam untuk memahami dan menerapkan ajaran agama mereka.

Perbedaan antara al-Hadits dan al-Sunnah dapat dipahami dari definisi dan ruang lingkup keduanya. Al-Hadits, secara etimologis berarti "kabar" atau "berita", merujuk pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu perkataan, perbuatan, persetujuan, atau sifat, contohnya adalah hadits tentang niat seperti "Innamal a'malu binniyat" (Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya) (HR. Bukhari dan Muslim).

Sementara al-Sunnah, memiliki etimologi "jalan" atau "cara", dan dalam terminologi syariah, mencakup seluruh aspek kehidupan Nabi Muhammad SAW, termasuk kebiasaan sehari-hari, sikap, dan perilaku beliau. Sunnah memiliki makna yang lebih luas karena mencakup praktik yang dilakukan oleh Nabi yang menjadi contoh bagi umat Islam, seperti dalam hal beribadah, seperti cara shalat Nabi Muhammad SAW. Konteks penggunaan keduanya juga berbeda, di mana al-Hadits lebih sering digunakan dalam konteks periwayatan dan pengumpulan informasi mengenai Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikompilasi dalam kitab-kitab hadis, sedangkan al-Sunnah lebih sering digunakan dalam konteks praktik keagamaan yang harus diikuti oleh umat Islam, mencakup aspek hukum dan panduan dalam kehidupan sehari-hari.

Yang menganggap keduanya sinonim, karena keduanya merujuk pada apa yang datang dari Nabi Muhammad SAW dan berfungsi sebagai panduan dalam menjalankan ajaran Islam. Di sisi lain, yang membedakan keduanya, menganggap al-hadits lebih spesifik dan terbatas pada riwayat tertentu, sementara al-sunnah mencakup seluruh aspek kehidupan Nabi yang menjadi contoh bagi umat Islam. Contoh hadis seperti "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam"

menunjukkan perilaku berbicara yang diajarkan Nabi, sementara sunnah dalam berpakaian, seperti mengenakan pakaian putih oleh Nabi, menjadi kebiasaan yang dianjurkan untuk diikuti oleh umat Islam.

2. Jelaskan urgensi dan ruang lingkup penelitian hadis!

Jawaban :

Nama : GUSNAINI, ST NIM : 2310130371

MMPI Kelas A

(2)

Berikut adalah urgensi dan ruang lingkup penelitian hadis:

A. Urgensi Penelitian Hadis:

1. Memahami Sunnah Nabi: Hadis adalah narasi tentang ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar tidak mungkin tanpa memahami Sunnah Nabi.

2. Memahami Konteks: Hadis memberikan konteks dan penjelasan yang lebih dalam tentang ayat-ayat Al-Qur'an, membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam.

3. Menjaga Kesucian Ajaran: Penelitian hadis membantu dalam memastikan bahwa ajaran Islam tidak disalahartikan atau disalahgunakan, serta menjaga kesucian ajaran tersebut dari perubahan dan penambahan yang tidak sah.

B. Ruang Lingkup Penelitian Hadis:

1. Ilmu Sanad (Ilmu Rijal): Penelitian hadis melibatkan penyelidikan terhadap rantai perawi hadis (sanad), termasuk keabsahan, integritas, dan keandalan mereka. Ini membantu menentukan kevalidan hadis.

2. Ilmu Matan: Melibatkan studi terhadap teks hadis itu sendiri, untuk memahami makna, konteks, dan implikasi teks tersebut.

3. Pengumpulan dan Klasifikasi: Penelitian hadis juga mencakup pengumpulan, klasifikasi, dan analisis hadis-hadis dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi hadis yang sahih, lemah, atau palsu.

4. Komparatif dan Analisis: Para peneliti hadis melakukan perbandingan dengan hadis lain, ayat Al-Qur'an, dan konteks sejarah untuk memahami hadis secara lebih mendalam dan menarik kesimpulan yang akurat.

5. Penerapan Prinsip Kritik: Penelitian hadis juga melibatkan penerapan prinsip- prinsip kritik untuk memastikan keabsahan hadis, seperti prinsip-prinsip ilmu hadis seperti syawahid, talaqqi, dan lain-lain.

Dengan memahami urgensi dan ruang lingkup penelitian hadis, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam dan memastikan bahwa benar dan sesuai dengan ajaran Islam yang otentik.

3. Kemukakan secara terperinci konsep periwayatan hadis: dari masa Nabi sampai masa kodifikasi hadis!

Jawaban :

Berikut adalah gambaran terperinci tentang konsep periwayatan hadis dari masa Nabi hingga masa kodifikasi:

A. Masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa Nabi Muhammad SAW, hadis-hadis disampaikan secara lisan oleh beliau kepada para sahabatnya, yang hadir mendengarkan langsung ajaran- ajaran Nabi, menghafalnya, dan menyampaikannya kepada generasi berikutnya.

Selain itu, para sahabat juga secara proaktif mencatat hadis-hadis tersebut dalam berbagai medium tertulis yang tersedia pada masa itu, seperti kulit unta, daun kurma, dan tulang unta, sebagai upaya untuk memastikan kesucian dan keautentikan ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi. Ini membentuk fondasi

(3)

penting bagi tradisi periwayatan hadis yang memungkinkan pengembangan dan penyelamatan ajaran Islam dari generasi ke generasi.

B. Masa Tabi'in (Generasi Pengikut Sahabat):

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat menyampaikan warisan hadis kepada generasi Tabi'in, yang merupakan orang-orang yang mengenal sahabat Nabi secara langsung. Generasi Tabi'in secara tekun menerima dan mengamalkan hadis-hadis tersebut, melakukan upaya penghafalan, menyampaikan lisan, dan bahkan menuliskannya sebagai bentuk penyimpanan yang lebih permanen. Tindakan ini tidak hanya memastikan kelangsungan tradisi lisan, tetapi juga menyediakan catatan tertulis yang memperkuat dan melengkapi periwayatan hadis dari generasi sebelumnya, membentuk landasan penting bagi pengembangan ilmu hadis yang lebih lanjut.

C. Masa Perkembangan Ilmu Hadis:

Pada masa perkembangan ilmu hadis, terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas pengumpulan, penulisan, dan penyusunan hadis. Banyak ulama mulai menekuni penulisan kitab-kitab hadis yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menyusun hadis-hadis dalam kumpulan yang lebih terorganisir. Mereka melakukan upaya untuk memilah hadis-hadis berdasarkan kriteria keautentikan dan relevansi, serta memberikan komentar dan penjelasan tambahan untuk memahami konteks hadis-hadis tersebut. Inisiatif ini tidak hanya membantu dalam memperluas dan mengembangkan pengetahuan hadis, tetapi juga mengukuhkan disiplin ilmu hadis sebagai cabang penting dalam studi agama Islam.

D. Masa Kodifikasi Hadis:

Masa kodifikasi hadis merupakan periode penting dalam sejarah Islam di mana terjadi upaya untuk menyusun koleksi hadis yang terpercaya dan memurnikan hadis dari riwayat yang lemah atau palsu. Proses ini dimulai setelah masa empat imam madzhab, yaitu Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Para ulama seperti Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lainnya memainkan peran penting dalam menyusun koleksi hadis yang dikenal sebagai "Kutubusittah" (enam kitab utama hadis).

Selain itu, terdapat juga usaha-usaha lokal dalam menyusun koleksi hadis, seperti Muwatta Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, dan kitab-kitab lainnya.

Proses ini mengarah pada konsolidasi dan standarisasi hadis-hadis yang dianggap sahih, menghasilkan korpus hadis yang menjadi pijakan utama dalam studi ilmu hadis dan sumber penting dalam memahami ajaran Islam.

4. Syekh Yusuf al-Qaradhawi (wafat tahun 2022, usia 96 tahun) Dalam karyanya Kaifa Nata’āmal Ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah menguraikan Sembilan (9) metode dalam memahami hadis/sunnah. Di antara metode yang Ia tawarkan adalah: (a) Jam’u al-ahādits al-wāridah fīmaudhū’ al-wāhid, (2) al-Jam’u aw al-Tarjīh baina mukhtalif al-Hadīts (3) Fahm al-aHādīts Fī Dhau’I asbābihā wa Mulābasatihāwa

(4)

maqāshidihā. Jelaskan maksud ketiga prinsip/metode tersebut disertai dengan contoh! Bagimanakah pendapat Anda tentang pemikiran Syekh Yusuf al-Qaradhawi tersebut?

Jawaban :

Pendekatan yang diusulkan oleh Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam memahami hadis/sunnah melalui karyanya "Kaifa Nata’āmal Ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah"

menawarkan tiga metode penting:

1. Jam’u al-ahādits al-wāridah fīmaudhū’ al-wāhid (Pengumpulan berbagai hadis yang berkaitan dengan satu masalah):

Metode ini menekankan pada mengumpulkan berbagai hadis yang berkaitan dengan satu permasalahan atau topik tertentu untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan komprehensif tentang suatu masalah. Sebagai contoh, jika kita ingin memahami tentang hukum zakat, kita tidak hanya mempertimbangkan satu hadis tentangnya, tetapi kita mengumpulkan dan mempelajari semua hadis yang berkaitan dengan zakat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kewajiban tersebut dalam Islam.

2. Al-Jam’u aw al-Tarjīh baina mukhtalif al-Hadīts (Pengumpulan dan penilaian hadis yang berbeda):

Metode ini mengharuskan kita untuk mengumpulkan berbagai riwayat hadis yang berbeda tentang suatu peristiwa atau ajaran dan kemudian menilai kebenaran atau kekuatan setiap riwayat. Contoh dari metode ini adalah ketika terdapat beberapa riwayat tentang cara shalat Nabi Muhammad SAW dalam suatu situasi tertentu, kita harus membandingkan riwayat-riwayat tersebut dan menilai kekuatan masing-masing riwayat untuk mendapatkan gambaran yang paling akurat tentang tata cara shalat tersebut.

3. Fahm al-aHādīts Fī Dhau’I asbābihā wa Mulābasatihāwa maqāshidihā (Memahami hadis dalam konteks sebab-sebab dan tujuan mereka):

Metode ini menekankan pada pentingnya memahami konteks historis dan tujuan di balik hadis-hadis tertentu. Kita harus mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, dan sejarah saat hadis tersebut diucapkan, serta tujuan akhir atau pesan yang ingin disampaikan. Sebagai contoh, ketika mempelajari hadis tentang perintah Nabi Muhammad SAW untuk memberikan sedekah, kita perlu memahami konteks sosial dan ekonomi pada saat itu serta tujuan moral dari perintah tersebut.

Pemikiran Syekh Yusuf al-Qaradhawi tentang metode-metode ini menunjukkan pendekatan yang holistik dan kontekstual dalam memahami hadis/sunnah. Dengan menggabungkan berbagai metode analisis, pendekatan ini mencoba untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh tentang ajaran Islam.

(5)

Pendekatan ini juga menekankan pentingnya konteks historis dan tujuan dari setiap ajaran dalam Islam. Sebagai seorang profesor, saya akan menghargai pendekatan ini karena memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami sumber- sumber utama ajaran Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Diantara metodologi yang „Umar tempuh dalam upaya memahami sunnah Nabi yaitu memilah mana makna hadits yang menunjukkan makna tekstual-dan yang terikat antara

manusia karena itulah Allah menganjurkan salat sunnah (nafilah) baik sebelum ataupun sesudah salat wajib agar ia dapat berganti-ganti dari salat fardu yang

Kajian mendapati bahawa metode takhrij dan pemahaman terhadap mukhtalif hadis merupakan dua metode yang diusahakan oleh para ulama hadis untuk memelihara kemurnian sunnah

Sunnah qauliyah adalah Sunnah Qauliyah adalah bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk

Hanya saja ada perbedaan mendasar antara kelompok syi ah ini dengan golongan ahl sunnah (golongan mayoritas umat islam), yaitu dalam hal penetapan hadits. Golongan syi

8 Pesatren hadits Darus Sunnah hadir dengan cita-cita agar para mahasantri yang lulus dari pesantren ini khususnya di bidang hadits dan ilmu hadits, agar mampu untuk

"FAZLUR RAHMAN : PEMIKIRAN TENTANG HADIS\ DAN SUNNAH", Jurnal Pemikiran Keislaman, 2016 Publication kuliahkumpulan.blogspot.com Internet Source zulpiqorbanten.wordpress.com

Pemikiran Fazlur Rahman tentang tentang sunnah setidaknya telah mendobrak kebekuan metodologis pemikiran ummat Islam dalam memahami Sunnha dan hadis Nabi dengan menganggap konsep sunnah