Pengertian Ilmu Asanid Al Hadis dan Urgensinya
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Asanid Al Hadis Dosen Pengampu: Rif’iyatul Fahimah, Lc, M.Th.I
Di susun oleh:
1. Adelia Rismadani (07020522019) 2. Ahmad Aminuddin Widodo (07040522071)
3. Alwan Ramdhani (07020522023) 4. Arini Izza Fuady (07050522095)
PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2024
Abstrak
Kajian ini membahas seputar sistem sanad (rantai otoritas yang tidak terputus yang menjadi dasar hadits atau tradisi), pengaruhnya terhadap status hadits dan keurgensian sebuah sistem sanad. Dalam ilmu hadits, masalah ini sangat diperlukan karena kualitas dan validitas hadits dapat dikenali dari keterhubungan dan kelanjutan perikatnya (rawi), selain kualitas pemancarnya yang baik dalam hal perilaku, kejujuran, ingatan dan sebagainya. Karena pengaruh sistem isnad, berbagai istilah hadits muncul, seperti muttashil, musnad, mursal, munqathi', mu'addhal, mu'allaq, dan sebagainya. Selain itu, isnad juga berperan dalam memperkuat sebuah hadits, yang lemah dari rantai lain, tetapi didukung oleh hadits lain, yang kuat dalam hal perikatnya. Dalam ilmu fiqh, perbedaan kualitas hadits ternyata berkontribusi pada perbedaan pendapat dalam hukum Islam
Pendahuluan
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan atau mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Hadits Nabi yang kita terima tentu sudah melewati masa yang sangat panjang dan proses yang sangat ketat. salah satu ikhtiar dalam menjaga keotentisitas hadis ulama’ menggunakan sistematika sanad dalam pentransferan hadis dari Rasulullah kemudian sahabat lalu tabi’in lalu tabi’it tabi’in hingga sebagaimana kita menerima hadis. Hadis yang lengkap dan jelas terdiri dari sanad, matan, dan Mukharrij (perawi). Sehingga, ketiga struktur tersebut bisa dikatakan sebagai tiga unsur (komponen) pokok yang terkandung didalamnya.1
Berbagai kajian sanad hadis kebanyakan dikaitkan dengan persoalan otentisitas hadis, khususnya terkait dengan para orientalis. Hal ini seperti kajian Siti Fatimah yang mengkaji sistem isnād dan otentisitas hadis. Dalam kajiannya, dijelaskan sikap dan pandangan orientalis atas hadis Nabi saw. yang merupakan suatu buatan sahabat dan bukan dari Nabi saw. Menurutnya, kajian yang dilakukan orientalis patut dikaji ulang kembali. Kajian serupa atas kritik terhadap kitab hadis tertentu juga dilakukan oleh Marzuki. Ia mengkritik hadis yang ada dalam kitab yang paling sahih yakni Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
1 M Noor Sulaiman PL “Isnad dan Pengaruhnya terhadap Status Hadis” Jurnal Hunafa (Agustus 2005) vol.2 no, 2, h.94
Dalam kajian senada di atas, dilakukan oleh Arif Chasanul Muna yang mengkaji tentang pola pemalsuan sanad dalam periwayatan hadis. "Kajian yang dilakukan merupakan perbandingan antara orientalis dan muhaddişin atas pemalsuan hadis. Dalam kesimpulan Arif, diketahui ada perbedaan antara keduanya walaupun terdapat juga kesamaan, khususnya dalam kesamaan identifikasinya. Perbedaan mendasar yang sangat mencolok adalah adanya pendekatan skeptis yang tidak mempercayai hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. Kajian lain terkait kajian ini adalah yang dilakukan oleh Israr Ahmad Khan," ia mengkaji kreteria kesahihan hadis dengan memberikan alternatif yang baru.
Dalam konteks perkembangan teknologi informasi juga ditemukan kajian- kajian terkait penentuan kualitas hadis. Seperti kajian yang dilakukan oleh Moath Mustafa Ahmad Najeeb. Beliau mengkaji proses sanad hadis dalam program hidden markov model. Melalui metode ini nampaknya sanad hadis dilakukan penelitian dengan integrasi sains teknologi. Kajian serupa juga dilakukan Yunus Yusoff dan kawan-kawan yang mengkaji verifikasi hadis dengan mengadopsi model digital. Bisa dilihat bahwa sanad memiliki peranan penting juga untuk menolak asumsi kaum orientalis bahwa hadis adalah anekdot atau bahkan karangan shahabat semata2
Pembahasan
A. Definisi Ilmu Asanid Hadis
Asanid dalam bahasa Arab tertulis دناسأadalah bentuk kata jama’ dari kata دنسسس dengan akar kata ادنسسس – دنسسسي - دنسسس yang bermakna sandaran atau tempat sandaran, tempat bersandar dan dipegangi atas kebenarannya. sedangkan al sanad bisa berarti bagian depan atau bawah gunung atau kaki gunung, karena dialah penyangganya. Adapun kata Isnad dalam hadis berarti kita bersandar kepada para periwayat untuk mengetahui pernyataan Nabi Saw., kadang istilah Thariq dipakai dalam menggantikan Isnad, Kadang pula Istilah Wajh digunakan untuk maksud yang sama. Penyandaran suatu hadis kepada perawi, adalah makna yang bersifat qiyas (analogi). Adapula yang mengartikan sanad sama dengan Mu’tamad berarti terpercaya atau dapat dijadikan pegangan.
sedangkan menurut Istilah ilmu hadis sanad berarti silsilah periwayat hadis
2 Ibid, h. 3
yang menghubungkan kepada matan hadis dari periwayat terakhir sampai kepada Nabi Muhammad Saw.3
Sanad dari segi terminologi, berarti:
ِهِرَدْصَم ْنِم َنْتَمْلا ا ْوُلَقَن َنيِذّلا ِةاَوّرلا ُةَلِسْلِس ْيَأ ،ِنْتَمْلا ُقيِرَط َوُه
ِلّوَ ْلا
Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama. Al- Ṭaḥanāwī mengemukakan definisi yang hampir senada seperti yang dikutip oleh Nawir Yuslem yaitu
ِهِتاَوُر ُءاَمْسا ْيَأ ،ِنْتَمْلا ىَلِإ سُةَلّصَوُمْلا ُقيِرّطلا : ُدَنّسلاَو
َبّتَرُم
Dan sanad adalah jalan yang menghubungkan kepada matan hadis, yaitu nama- nama perawinya secara berurutan.4 Secara istilah sanad diartikan dengan silsilah orang yang menghubungkan kepada matan hadis.5
Kata ini dipergunakan dalam istilah ilmu hadis karena makna sanad secara bahasa dipandang sama dengan perbuatan para perawi hadis dan atau ulama hadis. Seorang perawi yang hendak menukilkan sebuah hadis, biasanya akan menyandarkan sanad tersebut kepada perawi yang berada di atasnya (gurunya), demikian seterusnya sampai kepada akhir sanad. Juga dikarenakan ulama hadis telah menjadikan rangkaian perawi hadis sebagai pegangan atau sebahagian syarat untuk menilai keshahihan hadis. Ajjaj al-khatib, yang disebut sanad adalah silsilah periwayat hadis yang mengambil matan dari sumber awalnya6
Ilmu Asanid Hadis adalah cabang dari ilmu hadis yang secara khusus mempelajari sanad, yaitu rantai perawi yang menyampaikan hadis dari generasi ke generasi. Tujuan utama ilmu asanid adalah untuk meneliti keabsahan sanad hadis serta kepercayaan terhadap perawi-perawinya. Proses dalam ilmu asanid melibatkan analisis mendalam terhadap kehidupan, karakter, kejujuran, keandalan, dan hubungan antar perawi hadis untuk memastikan bahwa hadis- hadis yang disampaikan memiliki dasar yang kuat dan dapat dipercaya.
3 Muhammad ali, “Sejarah dan kedudukan sanad dalam hadis nabi”, Jurnal Tahdis, Vol. 7, No. 1(2016), 52.
4 Arief Muhammad, Lemah Sanad Belum Tentu Lemah Matan (Al-Bukhari : jurnal ilmu hadis, Juli- Desember 2018) vol. 1 no. 2, h. 209
5 Muhammad al fatih surya dilaga, ilmu sanad hadis (Idea Press Yogyakarta, Juli 2017) h. 7 6 Ibid, h. 7
Berikut adalah beberapa metode atau aplikasi yang dapat membantu dalam mempelajari dan menerapkan ilmu Asanid al-Hadis:
1. Tehnik Takhrij al-Hadis: Metode ini digunakan untuk mengeluarkan hadis- hadis dari sumber-sumber tertentu seperti kitab-kitab hadis. Dengan menggunakan metode ini, para ulama dapat mengetahui sanad-sandad atau jalur-jalur perawi hadis dari generasi ke generasi.
2. Rijal al-Hadis: Metode ini mempelajari biografi para perawi hadis, termasuk karakteristik, kejujuran, keandalan, dan kekuatan memorinya. Dengan memahami karakteristik perawi, para ulama dapat menilai keabsahan hadis yang disampaikan oleh mereka.7
3. Dirayah al-Hadis: Metode ini digunakan untuk mengkaji matan (teks) hadis, termasuk tata bahasa, struktur kalimat, dan kecocokan dengan konteks Al- Qur'an dan sunnah lainnya. Dengan menggunakan metode ini, para ulama dapat menilai keotentikan dan keaslian matan hadis.8
4. Tahqiq al-Matn: Metode ini adalah penelitian lebih lanjut terhadap matan hadis untuk memastikan keakuratan dan keabsahannya. Para ulama melakukan analisis lebih lanjut terhadap kata-kata yang digunakan dan konteksnya untuk memahami makna sebenarnya dari hadis tersebut.
5. Teknologi Informasi: Pengembangan aplikasi dan database digital telah memudahkan para peneliti dalam mengakses, mempelajari, dan menganalisis hadis-hadis dengan lebih efisien. Aplikasi seperti hadith collection apps, software untuk menganalisis sanad dan matan hadis, serta database online hadis, dapat membantu dalam memahami dan menerapkan ilmu Asanid al- Hadis.
Dengan menggunakan metode-metode ini, para ulama dan peneliti dapat memahami dan menerapkan ilmu Asanid al-Hadis dengan lebih baik, sehingga memastikan keberlanjutan keaslian dan integritas hadis dalam tradisi Islam.9
7 Herlambang, Saifuddin, and Saepul Anwar. Menyingkap Khazanah Ilmu Hadis. Yayasan Pengkajian Hadis el-Bukhari, 2019.
8 Zulfitri, Zulfitri. "Urgensi Layanan Takhrij Hadis di Perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang." Maktabatuna 5.2 (2023): 169-185.
9Choirulnisa, Rahmayani. “Kriteria Imam Al–Hakim Naysaburi dalam Menentukan Status Hadits”, Diss.
IAIN KUDUS, 2018.
B. Contoh Sanad Hadis
Shahih bukhari no.indeks 178110
(1781)- [1905] ،ِشَمْعَ ْلا ِنَع ،َةَزْمَح يِب َأ ْنَع ،ُناَدْبَع اَنَثّدَح
َي ِضضضَر ِهّللا ِدْبَع َعَم يِشْم َأ اَنَأ اَنْيَب :َلاَق ،َةَمَقْلَع ْنَع ،َميِهاَرْبِإ ْنَع ّيِبّنلا َعَم اّنُك :َلاَقَف ،ُهْنَع ُهّللا
َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص
ِنَم " :َلاَقَف
ْنَمَو ، ِجْرضضضَفْلِل ُنَصْح َأَو ِرَصَبْلِل ّضَغَأ ُهّنِإَف ،ْجّوَزَتَيْلَف َةَءاَبْلا َعاَطَتْسا
ٌءاَجِو ُهَل ُهّنِإَف ،ِمْوّصلاِب ِهْيَلَعَف ْعِطَتْسَي ْمَل"
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami 'Abdan dari Abu Hamzah dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah berkata, Ketika aku sedang berjalan bersama 'Abdullah radhiallahu'anhu, dia berkata, Kami pernah bersama Nabi ﷺ yang ketika itu beliau bersabda, "Barang siapa yang sudah sanggup menikah, maka hendaknya ia menikah, karena menikah itu lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih bisa menjaga kemaluan (syahwat). Barang siapa yang bel sanggup (menikah), maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi benteng baginya”
10 Al-Bukhari, shahih bukhari, daar thuwaq al-najah, 1442 H, يعخنلا ميهاربإ يعخنلا سيق نب ةمقلع
ديزي نب نمحرلا دبع
نوميم نب دمحم يزروملا
نامثع نب ا دبع يكنعلا نب ةنييع نب نايفس
نوميم
C. Urgensi Ilmu Asanid Hadis
Ilmu asanid al-hadis, atau kadang-kadang disebut ilmu sanad, adalah cabang ilmu hadis dalam tradisi Islam yang berkaitan dengan penelitian dan verifikasi rantai perawi hadis. Metode ini mencakup analisis dan evaluasi terhadap keandalan setiap perawi dalam rantai transmisi hadis untuk menentukan apakah hadis tersebut dapat diterima atau tidak.
Dalam konteks jurnal, penelitian ilmu asanid al-hadis mungkin melibatkan analisis terhadap berbagai aspek hadis, seperti kredibilitas perawi, kesesuaian dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, atau relevansi dengan konteks historis. Penelitian semacam ini dapat dilakukan dengan memeriksa berbagai sumber literatur klasik, manuskrip, dan penelitian terbaru dalam bidang ilmu hadis. Jurnal yang mengkhususkan diri dalam ilmu asanid al-hadis mungkin akan membahas metode- metode kritis untuk menguji keabsahan hadis, termasuk klasifikasi perawi, penelitian bibliografi, dan analisis komparatif terhadap variasi teks hadis.
Mereka juga mungkin membahas implikasi teologis dan historis dari hadis yang terverifikasi atau ditolak. Dengan menggunakan pendekatan jurnal, penelitian ilmu asanid al-hadis diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang hadis-hadis yang diterima dalam tradisi Islam, serta menawarkan kerangka kerja yang lebih kuat untuk menilai kredibilitas dan keabsahan hadis.11
Urgensi dalam ilmu asanid al-hadis sangat penting karena hadis-hadis dalam Islam adalah salah satu sumber utama ajaran dan hukum Islam, selain Al-Qur'an. Oleh karena itu, memastikan keabsahan dan keandalan hadis sangat penting untuk memahami ajaran Islam yang benar.12 Berikut beberapa urgensi dari ilmu asanid hadis antara lain:
1. Menjaga keaslian ajaran islam, ilmu asanid al hadis membantu dalam memastikan bahwa hadis-hadis yang diwariskan adalah autentik dan dapat dipercaya sebagai sumber ajaran islam yang shahih
2. Menjaga dari kesalahan dan penyelewengan, Mempelajari asanid al hadis, para ulama dapat megidentifikasi hadis- hadis yang diragukan (musykil)
11 Kirin, Arwansyah, and Faisal Husen Ismail. "Metodologi Penulisan Hadis oleh Al-Zarnuji dalam Karya Ta’lim Al-Muta’allim." Jurnal Hadhari 13.1 (2021): 37-47
12 Herdi, Asep. Memahami Ilmu Hadis. Tafakur, 2014.
atau palsu, sehingga dapat mencegah penyelewengan terhadap ajaran islam.13
3. Memahami konteks Sejarah, Ilmu asanid al-hadis membantu dalam memahami konteks sejarah di mana hadis-hadis itu disampaikan, sehingga dapat menghindari penafsiran yang keliru.
4. Mendukung hukum yang terdapat pada islam, Asanid al-hadis membantu dalam merumuskan hukum-hukum Islam yang relevan dengan zaman sekarang, dengan memahami niat dan konteks hadis-hadis tersebut.
5. Warisan intelektual pada zaman nabi, Studi ilmu asanid al-hadis merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan intelektual para perawi hadis dan ulama sebelumnya yang telah berusaha mempertahankan keaslian ajaran Islam.
Dengan demikian, urgensi ilmu asanid al-hadis tidak hanya terletak pada pemahaman yang lebih baik terhadap hadis-hadis, tetapi juga pada pemeliharaan integritas dan autentisitas ajaran Islam sebagai suatu keseluruhan.
Kesimpulan
Sanad berasal dari bahasa Arab artinya adalah penyandaran sesuatu pada sesuatu yang lain sedangkan al sanad bisa berarti bagian depan atau bawah gunung atau kaki gunung, karena dialah penyangganya. Adapun kata Isnad dalam hadis berarti kita bersandar kepada para periwayat untuk mengetahui pernyataan Nabi Saw. Kata ini dipergunakan dalam istilah ilmu hadis karena makna sanad secara bahasa dipandang sama dengan perbuatan para perawi hadis dan atau ulama hadis.
Ilmu Asanid Hadis adalah cabang dari ilmu hadis yang secara khusus mempelajari sanad, yaitu rantai perawi yang menyampaikan hadis dari generasi ke generasi.
Tujuan utama ilmu asanid adalah untuk meneliti keabsahan sanad hadis serta kepercayaan terhadap perawi-perawinya. Beberapa metode yang dapat membantu dalam mempelajari dan menerapkan ilmu Asanid al-Hadis yakni, Takhrij al-Hadis, Rijal al-Hadis, Dirayah al-Hadis, Tahqiq al-Matn, Teknologi Informasi. Beberapa urgensi dari ilmu asanid hadis antara lain: menjaga keaslian ajaran islam, menjaga dari kesalahan dan penyelewengan, memahami konteks Sejarah, Mendukung hukum
13 Arianti, Vira Dindia, Muhid Muhid, and Andris Nurita. "Madzhab Kualitas Ashahhul Asanid Prespektif Imam al-Dhahabi." Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits 17.2 (2023): 279- 292.
yang terdapat pada islam, serta menjadi warisan intelektual Nabi pada zaman sekarang
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, shahih bukhari, daar thuwaq al-najah, 1442 H
Alfatih Muhammad Surya Dilaga, “ilmu sanad hadis” (Idea Press Yogyakarta, Juli 2017)
Ali Muhammad, “Sejarah dan kedudukan sanad dalam hadis nabi”, Jurnal Tahdis, Vol. 7, No. 1(2016)
Arianti, Vira Dindia, Muhid Muhid, and Andris Nurita. "Madzhab Kualitas Ashahhul Asanid Prespektif Imam al-Dhahabi." Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits 17.2 (2023): 279-292.
Choirulnisa, Rahmayani. “Kriteria Imam Al–Hakim Naysaburi dalam Menentukan Status Hadits”, Diss. IAIN KUDUS, 2018.
Herdi, Asep. “Memahami Ilmu Hadis”. Tafakur, 2014
Herlambang, Saifuddin, and Saepul Anwar. “Menyingkap Khazanah Ilmu Hadis”. Yayasan Pengkajian Hadis el-Bukhari, 2019.
Kirin, Arwansyah, and Faisal Husen Ismail. "Metodologi Penulisan Hadis oleh Al-Zarnuji dalam Karya Ta’lim Al-Muta’allim." Jurnal Hadhari 13.1 (2021): 37-47.
Muhammad Arief, “Lemah Sanad Belum Tentu Lemah Matan” (Al-Bukhari : jurnal ilmu hadis, Juli-Desember 2018) vol. 1 no. 2, 207-221
Noor M Sulaiman PL “Isnad dan Pengaruhnya terhadap Status Hadis” Jurnal Hunafa (Agustus 2005) vol.2 no, 2, 93-106
Zulfitri, Zulfitri. "Urgensi Layanan Takhrij Hadis di Perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang." Maktabatuna 5.2 (2023): 169-185.