BAB I PENDAHULUAN
Karya adalah hasil pengekpresian seorang sastrawan berupa karya tulis atau lisan berdasarkan pengalaman,pemikiran,pendapat hingga perasaan dalam bentuk imajinatif cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa.Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa kreatifitas,pengalaman,pendapat,perasaan,ide,semangat,keyakinana dalam suatu bentuk gambaran yang menarik yang membangkitkan pesona alat bahasa.Karya sastra memuat problema problema kehidupan kesusastraan membuka peluang refresentasi dunia,manusia peluang untuk terjadinya percakapan (world of discourses).Dengan demikian apabila seseorang dihadapkan dengan karya sastra maka akan menemukan problema problema.Problema tersebut akan dapat ditemukan bila pembaca membaca dengan hikmat.
Karya sastra terwujud karena adanya keinginan pengarang untuk mengungkapkan presensinya yang berisi ide,gagasan,pendapat dan pesan tertentu yang diilhami dari imajinasi,pengalaman serta realitas sosial pengarang dan menggunakan media untuk menyampaikannya.Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia.Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinnatif kegiatan kreatif dari seorang pengarang dengan proses yang beda antar pengarang yang lain,terutama dalam penciptaan cerita fiksi.Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan tiap tiap pengarang dapat berbeda.
Menurut Damariswara (2022:44), ia memandang karya sastra tidak sebatas bahasa,tetapi juga sebagai bentuk realitas yang dibentuk oleh pengalaman hidup dan imajinasi penulis.Damariswara juga mengatakan bahwa realitas dalam karya sastra bukanlah realitas objektif,melainkan realitas subjektif yang dibentuk oleh pendapat,pemikiran dan pengalaman seorang penulis.Realitas ini berupa realitas fisik,sosial,budaya,atau bahkan realitas batin.Pengalaman hidup penulis,baik pengalaman pribadi,sosial,budaya,menjadi bahan baku utama dalam membentuk realitas subjektif dalam karya sastra.Pengalaman ini kemidian diproses melalui imajinasi penulis,yang memungkinkan penulis untuk menciptakan realitas baru yang berbeda dari realitas objektif.
Damariswara juga memandang pada bahasa sebagai alat untuk pengekspresian realitas subjektif tersebut. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan makna dan estetika dalam karya sastra. Dengan demikian,ia berpendapat karya sastra adalah realitas subjektif yang dibentuk oleh pengalaman hidup dan imajinasi penulis. Realitas ini diungkapkan melalui bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk menciptakan makna dan estetika dalam karya sastra.
Secara umum sastra dapat diartikan sebagai hasil ciptaan manusia yang lahir dari imajinatif ataupun pengalaman sipengarang kemudian dikomunikasikan dengan kandungan pesan yang relevan.Menurut Bahtiar (2017:2) Penulis menciptakan tulisan yang indah untuk mengungkapkan ide atau fantasinya.Karya
sastra sebagai wadah pengungkapan gagasan kehidupan atau makna nilai,yang pada akhirnya bermuara pada pemenuhan batin.
Sastra berasal dari bahasa Sanskerta. Terdiri dari kata sas yang berarti mengarahkan, atau memberi petunjuk dan kata tra berarti alat atau sarana. Dengan demikian, kata sastra berarti alat atau sarana untuk mengarahkan dan memberi petunjuk. Ada yang menyebut susastra, mendapat imbuhan su- yang berarti baik dan indah. Ada yang menyebut susastra adalah alat atau sarana untuk mengarahkan dan memberi petunjuk yang baik dan indah. Selain istilah sastra dan susastra muncul istilah kesusastraan. Kesusastraan berasal dari kata dasar susastra dan mendapat imbuhan ke-an. Imbuhan ke-an berarti kumpulan atau berhubungan dengan kata alat untuk mengarahkan hal yang baik atau indah.
Ada beberapa poin yang menjadi ciri ciri dari karya sastra.Karya sastar biasa nya memperhatikan pemilihan diksi yang tertata baik, dan indah.Tujuannya bacaan tidak terkesan monoton dan datar.Memuat isi yang penuh dengan persoalan, namun mengandung kesan atau pesan-pesan yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.Karya sastra memiliki nilai sentimentil, atau menumbuhkan kesan bagi para pembacanya. Jika karya sastra tidak memiliki kesan, maka nilai karya sastra tidak akan terkenang dan dikenal oleh masyarakat.Karya sastra merupakan hasil karya, atau ciptaan yang dikreasikan. Sebagai bentuk ungkapan emosi yang bersifat spontan maupun di rencanakan oleh sastrawan.Karya sastra juga bersifat otonom, yaitu berupaya untuk mencari keselaran dalam berkomunikasi agar menemukan relevansi pemahaman Bersifat koherensi.Jadi pastikan apa yang ditulis antara bentuk dan isi harus saling berkesinambungan.Selain memudahkan pemahaman pembaca, juga ada hubungan yang bersifat sebab akibat.Karya sastra menyuguhkan unsur pertentangan.Dimana pertentangan inilah yang dijadikan sebagai daya tarik dari sebuah cerita.Pertentangan yang ditimbulkan inilah yang akan menimbulkan impresi dan emosi dari penikmatnya.Ciri yang terakhir,sastra mengungkapkan hal-hal yang belum pernah diungkapkan sebelumnya, sekaligus dapat mengungkapkan beragama sosial yang asing dan tabu.
Selain ciri ciri yang diatas.Karya sastra memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya berbeda dengan tulisan yang lain.Beliau memaparkan tiga hal yang membatasi karya sastra yakni sifat khayali (fictionality), adanya nilai-nilai seni (esthethic values), adanya bahasa yang khas (special use of language).
Sifat khayali,dikarenakan karya sastra adalah hasil dari pengekpresian sastrawan berupa karya tulis atau lisan berdasarkan pemikiran,pendapat,pengalaman hingga ke perasaan dalam bentuk imajinatif cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa.Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa kreatifitas,pengalaman,pemikiran,perasaan,ide,semangat,keyakinan dalam suatu bentuk gambaran menarik yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Di dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yang membentuk inti dan jiwa dari karya tersebut. Unsur ini saling terkait dan bekerja sama untuk menciptakan makna dan efek estetis dalam karya sastra, seperti tema, plot, penokohan, setting, sudut pandang, gaya bahasa, dan
amanat. Dalam mencari unsur-unsur instrinsik, perlu membaca dan memakai isi karya sastra secara komprehensif. Dengan demikian, hal pertama yang perlu dilakukan untuk mencari unsur instrinsik adalah membaca berulang kali.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra, tetapi memiliki pengaruh terhadap penciptaan dan pemahaman karya sastra tersebut, unsur ini dapat berupa latar belakang penulis, latar belakang masyarakat, aliran sastra, kondisi politik, dan kondisi ekonomi. Dengan demikian, unsur-unsur ekstrinsik berada di luar karya sastra dan cenderung mengulang informasi pengarang.
Dikarenakan informasi mengenai pengarang berpengaruh pada karya sastra. Setiap pengarang mempunyai gaya dan ciri tersendiri dalam membuat karya sastra. Gaya dan ciri tersebut, merupakan gambaran pemikiran, budaya, dan latar pengarang hidup.
Di dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yang membentuk inti dan jiwa dari karya tersebut. Unsur ini saling terkait dan bekerja sama untuk menciptakan makna dan efek estetis dalam karya sastra, seperti tema, plot, penokohan, setting, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Dalam mencari unsur-unsur instrinsik, perlu membaca dan memakai isi karya sastra secara komprehensif. Dengan demikian, hal pertama yang perlu dilakukan untuk mencari unsur instrinsik adalah membaca berulang kali
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur tang berasal dari luar karya sastra, tetapi memiliki pengaruh terhadap penciptaan dan pemahaman karya sastra tersebut, unsur ini dapat berupa latar belakang penulis, latar belakang masyarakat, aliran sastra, kondisi politik, dan kondisi ekonomi. Dengan demikian, unsur-unsur ekstrinsik berada di luar karya sastra dan cenderung mengulang informasi pengarang.
Dikarenakan informasi mengenai pengarang berpengaruh pada karya sastra. Setiap pengarang mempunyai gaya dan ciri tersendiri dalam membuat karya sastra. Gaya dan ciri tersebut, merupakan gambaran pemikiran, budaya, dan latar pengarang hidup.
Karya sastra memiliki fungsi sebagai: (1) pleasing atau kenikmatan hiburan, yang artinya karya sastra dipandang sebagai pengantar Irama hidup dan penyeimbang rasa; (2) instructing atau memberikan ajaran tertentu yang menghubungkan semangat hidup artinya karya sastra diharapkan mencerminkan aspek didaktif.
Memberi motivasi berarti setelah menikmati karya sastra, pembaca bisa termotivasi untuk menjadi lebih baik. Memberi akses latar belakang budaya berarti menambah pengetahuan pembaca mengenai latar belakang budaya tertentu di dalam karya sastra. Melalui penikmatan karya sastra, bisa menambah pemerolehan bahasa sehingga memperluas perhatian terhadap bahasa. Selain itu, dengan menikmati karya sastra mengembangkan kemampuan interpretatif dan mengandung unsur pendidikan.
Didalam buku Padi Editor (2013:3) memaparkan bahwa karya sastra memiliki beberapa wujud sastra yang dapat dilihat dari sastra terdiri atas empat bentuk,yaitu:
a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan Bahasa bebas dan panjang tidak bergantung oleh aturan aturan seperti dalam puisi
b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan Bahasa yang singkat dan padat serta indah.Untuk puisi lama,selalu terikat oleh kaidah atau aturan aturan tertentu,yaitu:
1. Jumlah tiap baitnya
2. Jumlah kata atau baris tiap suku kata dalam tiap tiap kalimat atau barisnya.
3. Irama
4. Persamaan bunyi kata
c. Prosa liris,bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan Bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d. Drama, yaitu bentuk yang dituliskan dengan menggunakan Bahasa yang bebas dan panjang,serta disajikan menggunakan dialog atau monolog.Drama ada dua pengertian,yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
Jenis lain dari sastra berdasarkan kenyataan data yang disusun yaitu sastra non-imajinatif dan sastra imajinatif.Kategori ini mengambil data real berupa berita atau sejarah,lalu dikemas dalam tulisan estetis agar lebih menarik bagi pembaca.Sementara itu,meskipun karya tulisan adalahh fiksi,ia tetap mencerminkan kenyatan.
Sastra sendiri memiliki fungsi yang beragam bagi kehidupan manusia.Adapun sastra memilki beberapa fungsi yaitu hiburan,Pendidikan,keindahan,moral,sosial dan religion.Karya sastra ini tidak hanya memberikan perasaan bahagia kepada pembacanya melainkan juga memberikan pendidikan melalu nilai nilai ekstrinsik yang terkandung didalamnya.
Seiring perkembangan teknologi,sejarah tercurah dalam bentuk karya sastra sejarah,berupa puisi,cerpen maupun novel.
Dalam Kamus Besar Indoneisa (KBBI) novel adalah karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita tentang kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.Secara etimologis,novel yang berasal dari bahasa Italia “novella” memiliki arti
“baru”,“berita”,atau “cerita pendek mengenai suatu hal yang baru”.Sementara itu, susunan di dalam novel juga diatur karena di dalam novel harus mengandung unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Unsur tersebut membuat novel menjadi salah satu karya sastra yang dapat dinikmati dan diambil manfaatnya oleh pembaca.
Masyarakat pada umumnya tertarik pada karya sastra dalam bentuk novel.Menurut Nurgiyantoro (2005:4) ,Novel dapat diartikan sebagai sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang ideal, imajinatif, yang dibangun melalui unsur unsur intrinsiknya, seperti peristiwa,
plot, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan bahasa atau gaya bahasa yang kesemuanya tentu bersifat naratif.
Nurgiyantoro (2009:10) menambahkan bahwa novel adalah karya sastra prosa fiksi yang memiliki alur cerita yang panjang dan kompleks, dengan tokoh dan setting yang beragam, serta mengangkat berbagai tema. Artinya, antara karya yang satu dengan yang lain memiliki struktur yang berbeda, tidak sama antara teks yang satu dengan teks yang lain.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam pengembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua karya yang mengandung unsur rekaan disebut sebagai karya fiksi. Karya fiksi lebih ditunjukkan terhadap karya yang berbentuk prosa naratif (teks naratif).
Karya-karya lain yang penulisannya tidak berbentuk prosa, misalnya berupa dialog seperti dalam drama atau sandiwara, serta puisi drama dan puisi balada, pada umumnya tidak disebut sebagai karya fiksi. Bentuk- bentuk karya itu dipandang sebagai genre yang berbeda. Walau demikian, sebenarnya kita tidak dapat menyangkal bahwa karya-karya itu juga mengandung unsur cerita rekaan.
Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks. Hal itu mencakup berbagai undur cerita yang membangun novel itu.
Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, menghasilkan sebuah dunia. Hal itu berarti membaca sebuah novel menjadi lebih mudah sekaligus lebih sulit untuk dilakukan. Membaca sebuah novel, untuk sebagian (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan dapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca novel yang (kelewat) panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-kali baca, dan setiap kali baca hanya beberapa bab, akan memaksa kita untuk senantiasa mengingat kembali cerita yang telah dibaca sebelumnya.
Pemahaman secara keseluruhan sebuah cerita novel, dapat dilakukan dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit per bab. Apalagi, sering hubungan antar bab tidak segera dapat dikenali, walau secara teoretis tiap bab haruslah tetap mencerminkan tema dan logika cerita, sehingga boleh dikatakan bahwa hal itu bersifat mengikat adanya sifat saling keterkaitan antar bab (perlu di catat pula: menafsirkan tema sebuah novel bukanlah pekerjaan yang mudah).
Unsur pembangunan sebuah novel, seperti, plot, tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Novel umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing berisi cerita yang berbeda. Hubungan antar bab yang satu dengan kelanjutan bab yang lain. Hubungan antar bab itu hanya dapat diketahui setelah kita membaca semuanya. Jika membaca satu bab novel saja secara acak, kita tidak akan mendapatkan cerita yang utuh, bagaikan membaca sebuah fragmen. Keutuhan cerita sebuah novel meliputi keseluruhan bab.
Dalam dunia kesastraan sering ada usaha untuk membedakan antara novel serius dan novel populer.
Pada kenyataannya sungguh tidak mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius atau populer. Dalam pembedaan itu, di samping dipengaruhi kesan subjektif, kesan dari luar juga menentukan.
Misalnya, karena sebuah novel diterbitkan oleh penerbit yang telah dikenal sebagai penerbit buku-buku kesusastraan, belum membaca isinya pun ,mungkin orang telah menilai bahwa novel itu bernilai sastra yang tinggi. Kebalikan dari sastra populer adalah “sastra serius” literatur. Walau dapat juga bersifat inovatif dan eksperimental, sastra tidak akan dapat menjelajah sesuatu yang sudah mirip dengan “main-main”.
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian novel ini akan menjadi berat dan berubah menjadi novel serius.
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai totalitas itu, unsur kata dan bahasa merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, unsur kata dan bahasa merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangunan cerita itu, salah satu subsistem organisasi itu. Kata inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud.
Unsur-unsur pembangunan sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa, masih banyak lagi malamnya. Namun secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian walau pembagian itu tidak benar-benar pilih. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.
Sejarah dapat dianggap sebagai sastra.Menurut Khakim, (2016:15) Sejarah pernah menjadi bagian dari sastra.Sejarah merupakan jenis dari sastra non-imajinatif.Sastra non-imajinatif dapat diartikan sebagai karya yang tidak berasal dari khayalan semata dan didasarkan pada data-data real yang ilmiah. Karya tulis jenis ini mengambil informasi dari sumber terpercaya, lalu mengemasnya dalam tulisan estetis agar lebih menarik dan menggugah pembacanya.Sejarah merupakan uraian dari peristiwa atau kejadian yang benar benar(real)terjadi dimasa masa lampau.Sedangkan pengertian sejarah didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 :1011) sejarah mengandung tiga pengertian, pertama sejarah adalah silsilah atau asal usul.Kedua sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar benar terrjadi dimasalalu atau masa lampau;riwayat;tambo.Ketiga sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar benar terjadi dimasa lampau.
Sejarah merupakan hal yang penting baik untuk dipelajari dan ditelaah.Nilai-nilai sejarah bersifat memberikan pelajaran bagi para pembaca tentang peristiwa pada masa-masa tertentu yang telah terjadi agar
dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan masa kini dan pada masa yang akan datang. Dengan memuat nilai tersebut,maka dapat mengajarkan penikmat karya sastra dalam memahami nilai-nilai yang baik,luhur,pantas,benar dan indah dari sisi kesejarahan untuk menjalani kehidupan sosial bermasyarakat.Sejarah merupakan uraian dari peristiwa atau kejadian yang benar benar(real)terjadi dimasa masa lampau.Unsur-unsur sejarah meliputi peristiwa sejarah,tokoh-tokoh sejarah,lokasi terjadi peristiwa sejarah,penyebab terjadinya sejarah dan proses terjadinya sejarah.Sejarah biasanya berisi penggambaran objek,pikiran,kejadian maupun hubungan hubungan.Sejarah mengutip fakta yang memang terjadi pada masa lampau lalu dikemas dalam bentuk tulisan yang memaparkan bukti bukti untuk meyakinkan pembacanya.Menurut Daliman (2015:4) menyatakan, dengan belajar sejarah akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang sesuatu secara keseluruhan. Sejarah juga memiliki peranan penting untuk pembentukan identitas dan kepribadian bangsa. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lalu untuk kemudian memperbaiki masa depan.Seiring perkembangan teknologi,sejarah tercurah dalam bentuk karya sastra sejarah,berupa puisi,cerpen maupun novel.
Sejarah harus berdasarkan fakta yang berarti fakta sejarah.Ali (2005:37)menjelaskan bahwa sejarah bukan semata mata rangkaian fakta belaka,tetapi sejarah adalah sebuah cerita.Sejarah dapat dikemas dalam bentuk karya sastra salah satu nya adalah dalam bentuk novel.Pada umum nya fakta dalam sejarah berhubungan erat dengan jawaban atas pertanyaan apa,siapa,kapan dan dimana.Fakta-fakta menunjukkan benda-benda (things) yang benar-benar ada/peristiwa apa yang telah pernah terjadi pada masa lalu.Kegiatan masing-masing individu,tanggal-tanggal dari peristiwa-peristiwa,lokasi atau tempat-tempat kejadian,ukuran dari objek-objek semuanya adalah fakta.
Untuk menelaah unsur sejarah dalam novel perlu dilakukan pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah merupakan salah satu kaedah kritikan teks kesusastraan yang berpengaruh pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.Pendekatan ini bersandarkan kepada idea Hippolyte Taine yang percaya kepada signifikan konteks sosial dan karya.Menurut Mana Sikana (1998:57), pendekatan ini berusaha mengapresiasi, menganalisis dan menilai karya kesusastraan dalam konteks aspek-aspek sejarah dan nilai estetikanya.Pendekatan sejarah tidak terlepas dari beberapa terminologi dibawah ini.
Terkait dengan sejarah, ada beberapa terminologi yang berkaitan dengan istilah ini.Terminologi tersebut antara lain:
1. Filsafat Sejarah.Yaitu sebuah studi filosofis tentang sejarah manusia dan berusaha untuk merekam dan menginterpretasikannya.
2. Historisity atau Historicality adalah terminologi yang digunakan dalam tradisi fenomenologi dan hermeneutika (mulai Dilthey, Husserl sampai Heidegger) untuk mengindikasikan sebuah tampilan yang esensial tentang eksistensi manusia.
3. Historisisme adalah sebuah doktrin yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang manusia adalah sebuah karakter historis yang tidak bisa direduksi dan bahwa sebuah perspektif ahistoris tidak dapat digunakan untuk memahami komunitas Masyarakat.
4. Dan yang keterakhir Historisis.Metode ini dipakai dan diperkenalkan oleh Muhammad Arkoun. Dia mengatakan bahwa perspektif historisis adalah suatu uraian yang membatasi diri pada penetapan urutan kronologis dan realitas fakta-fakta apapun dalam kaitan dengan analisis teks.
Sejarah mengandung nilai nilai yang dapat diaplikasikan di kehidupan sehari hari dan menjadi cerminan diri.Menurut Lukacs (dalam Djokosujatno, 2000:15) novel sejarah merupakan cerminan masa kini dalam suatu masa lalu, atau suatu usaha untuk memahami/menampilkan masa kini melalui masa lalu, yang berarti bahwa tokoh sejarah dapat menduduki tokoh utama tetapi perwatakannya dan tampilanya dalam aksi disesuaikan dengan interpretasi pengarang.Sejarah adalah hasil masyarakat dan kebudayaan pada masa lampau.
Sejarah memiliki hubungan antara yang terjadi dimasa lampau dengan yang terjadi dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang baik di masa yang akan datang.Sejarah merupakan modal untuk bertindak atau pun menyelesai kan sebuah persoalan dan menjadi acuan untuk masa yang akan datang.Dari sejarah kita dapat belajar untuk menangani masalah masalah yang mungkin akan muncul dimasa depan dan masalah masalah tersebut pernah terjadi di masa lampau sehingga kita dapat mengambil pelajaran atau pun pesan untuk referensi kehidupan.Menurut Daliman (2015:4) menyatakan, dengan belajar sejarah akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang sesuatu secara keseluruhan. Sejarah juga memiliki peranan penting untuk pembentukan identitas dan kepribadian bangsa. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lalu untuk kemudian memperbaiki masa depan.
Unsur-unsur sejarah meliputi peristiwa sejarah,tokoh-tokoh sejarah,lokasi terjadi peristiwa sejarah,penyebab terjadinya sejarah dan proses terjadinya sejarah.Sejarah biasanya berisi penggambaran objek,pikiran,kejadian maupun hubungan hubungan.