Kays Abdul Fattah 2410405007 Tugas Ushul Fiqih
ZAKAT PROFESI
Pengertian Zakat Profesi
Zakat profesi, atau dikenal juga sebagai zakat penghasilan, adalah zakat yang dikenakan pada penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan atau profesi tertentu. Ini termasuk gaji, honorarium, upah, dan bentuk penghasilan lain yang didapatkan secara halal.
Latar Belakang dan Pengembangan
Dalam sejarah fiqih Islam, konsep zakat profesi tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks-teks klasik, karena bentuk penghasilan modern seperti gaji tetap dan profesi tertentu tidak seumum sekarang. Namun, dalam fiqih kontemporer, para ulama mulai mengembangkan konsep ini untuk menjawab kebutuhan umat Islam yang hidup di era modern dengan berbagai bentuk pekerjaan yang beragam.
Pendapat Ulama Kontemporer
Beberapa ulama kontemporer telah membahas dan menetapkan dasar-dasar zakat profesi dengan menggunakan analogi dan ijtihad berdasarkan prinsip-prinsip umum zakat dalam Islam. Berikut adalah beberapa pandangan penting:
★ Qaradawi dan Analogi Hasil Pertanian:
○ Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama terkemuka, berpendapat bahwa penghasilan dari profesi modern bisa diqiyaskan (diibaratkan) dengan hasil pertanian yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Menurutnya, sebagaimana zakat dikenakan pada hasil pertanian setelah panen, zakat profesi dikenakan pada penghasilan setelah diterima.
○ Ia menetapkan bahwa zakat profesi harus dikeluarkan sebesar 2.5% dari penghasilan bersih setelah dikurangi kebutuhan dasar.
★ Pendekatan Syariah Dewan Zakat:
○ Berbagai dewan zakat dan lembaga fatwa di dunia Islam telah mengadopsi zakat profesi sebagai bagian dari jenis zakat yang harus ditunaikan.
Misalnya, Dewan Syariah Nasional (DSN) di Indonesia mendukung penerapan zakat profesi untuk memastikan bahwa semua jenis penghasilan bisa berkontribusi pada kesejahteraan umat. Dalam Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Zakat Penghasilan disebutkan:
- Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan “penghasilan” adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain - lain yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai atau karyawan, maupub tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.
- Semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram.
- Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
- Kadar zakat penghasilan adalah 2,5 %.
★ Pendekatan Negara-negara Muslim:
○ Beberapa negara dengan mayoritas Muslim, seperti Malaysia dan Pakistan, juga telah mengembangkan dan menerapkan peraturan tentang zakat profesi. Mereka mengadopsi pendekatan ini untuk memaksimalkan potensi zakat dalam mendukung program-program sosial dan ekonomi.
Dalil Zakat Profesi
Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Al Baqarah : 267
Kalangan yang mewajibkan adanya zakat profesi menggunakan keumuman ayat tersebut untuk menggambarkan wajibnya mengeluarkan sebagian dari penghasilan halal berupa zakat ketika menerimanya. Orientasi pewajibannya dititikberatkan pada penerimaan harta dalam jangka pendek dan spesifik hanya yang berasal dari pekerjaan profesional saja.
Argumen untuk menjawab mengapa di zaman Rasulullah tidak dipraktekkan zakat profesi sebagaimana yang dipraktekkan pada zaman sekarang adalah perbedaan pekerjaan masyarakat. Sahabat yang berasal dari kaum Muhajirin memiliki keahlian di bidang perdagangan, sedangkan sahabat dari kaum Anshar memiliki keahlian di bidang pertanian.
Oleh sebab mayoritas pekerjaan masyarakatnya yang bergerak di bidang agraris maupun perdagangan, zakat yang dipraktekkan di zaman itupun baru terbatas pada bidang tersebut.
Berbeda dengan zaman sekarang yang mana penghasilan seseorang dengan keahlian jasanya seperti dokter, konsultan, pegawai negeri, karyawan, dll bisa jauh melebihi seorang petani atau peternak.
Tantangan dan Kontroversi
● Perbedaan Pendapat: Meskipun banyak ulama mendukung zakat profesi, ada juga yang berpendapat bahwa zakat profesi tidak sesuai dengan zakat tradisional yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadis. Mereka berargumen bahwa zakat hanya berlaku untuk harta tertentu seperti emas, perak, dan hasil pertanian. Zakat yang merupakan ibadah memiliki aturan ketat yang tidak berubah sejak pertama kali diturunkan perintahnya. Hal inilah yang membedakan dengan muamalah yang mana dibolehkan adanya inovasi seiring berkembangnya zaman.
● Penentuan Nisab: Salah satu tantangan adalah menentukan nisab (ambang batas) dan kadar zakat untuk profesi, mengingat variasi penghasilan dan biaya hidup di berbagai tempat.