Pengertian Public Speaking
Public Speaking adalah komunikasi lisan berupa pidato, ceramah, presentasi, dan jenis berbicara di depan umum (orang banyak) lainnya. Public speaking sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “pembicaraan publik”. Namun, sejauh ini belum ditemukan terjemahan public speaking yang pas dalam bahasa Indonesia, selain “berbicara di depan umum”
dan identik dengan pidato.
Public speaking merupakan proses berbicara di depan umum atau khalayak untuk menyampaikan informasi, menghibur, dan mempengaruhi audience. Banyak orang menyebut bahwa berbicara di depan umum merupakan suatu hal yang mudah, namun pada kenyataannya dalam melakukan public speaking diperlukan latihan dan teknik tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Seperti pernyataan Mustamu, R.H. (2012) bahwa: public speaking adalah sebuah kemampuan mengekspresikan gagasan di hadapan publik. Public speaking adalah sebuah kompetensi yang memadukan empat unsur utama pendidikan: sains, keterampilan, seni, dan karakter. Sementara menurut Nikita, A. (2011) pengertian public speaking adalah sebagai berikut:
Public speaking is aprocess,an act and an art of making a speech before an audience.
absoulutely everyone from the age of 10 to 90 has found themselves in situation where they have had to speak publically. however, telling an anecdote at acorporate party, introducing yourself in class or delivering a paper at a conference does not necessarily make you public speaker.
Dunar, H. (2015) mengatakan bahwa “public speaking adalah kemampuan seseorang untuk berbicara di depan umum dengan benar sehingga pesan dapat dengan jelas tersampaikan dan tujuan berbicara dapat langsung didapatkan”. Public speaking merupakan seni keterampilan berbicara di depan umum untuk menyampaikan ide maupun gagasan dengan benar sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada audience.
Karakteristik public speaking
Karakteristik public speaking adalah bersifat formal, selalu direncanakan, selalu digunakan untuk menyampaikan ide tertentu yang dimiliki oleh pembicara, dan terdapat audiens tertentu yang menjadi sasaran dari komunikasi yang dilakukan. Public speaking memiliki fungsi-fungsi komunikasi tertentu yang bisa jadi berbeda dengan komunikasi yang lain. Komponen public speaking memiliki komponen-komponen tertentu sebagaimana komunikasi yang lain. Adapun komunikasi publik memiliki komponen sebagai berikut:
a. Stimulus, yaitu suatu rangsangan awal sebagai sebuah bentuk mencari atensi psikologis pada para audiens yang dihadapi oleh seorang pembicara.
b. Pembicara, yaitu orang yang berbicara di depan publik yang membangun pesan dilandaskan pada pengalaman yang dimiliki, keadaan emosional- psikologis, tujuan
pembicara dan lain sebagainya. Pembicara biasanya berharap mencapai tujuan tertentu dengan menyajikan pesan tertentu pada sekelompok pendengar.
c. Pesan, yaitu apa yang disampaikan oleh pembicara baik pesan verbal ataupun pesan nonverbal.
d. Channel, yaitu saluran komunikasi yang digunakan oleh pembicara dan pendengar untuk saling berkomunikasi.
e. Audiens, yaitu sekelompok orang yang berkumpul untuk mendengarkan pembicara.
f. Konteks, yaitu situasi yang melingkupi komunikasi publik.
g. Dampak, yaitu akibat-akibat atau efek-efek apa yang akan terjadi setelah komunikasi dilakukan oleh pembicara.
h. Feedback, yaitu umpan balik audiens pada pembicara.
i. Gangguan, yaitu segala sesuatu yang mengganggu jalannya komunikasi.
j. Komunikasi antar anggota audiens, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam kelompok audiens ketika pembicara berbicara.
Persiapan Public Speaking
Kita dapat menggunakan formula 5W+1H dalam persiapan:
a. Who is my public? Siapa dan berapa orang publik yang akan berbicara dengan saya atau yang akan hadir? Pemahaman akan publik akan mempermudah kita dalam menyiapkan materi. Memahami publik akan menentukan gaya bahasa yang kita gunakan, cara menyampaikan pesan yang kita lakukan, contoh-contoh yang kita berikan, bahkan cara berbusana kita saat public speaking
b. What is my topic about? Apa yang akan saya sampaikan? Tidak hanya mempelajari isi presentasi yang kita berikan, pelajari juga hal-hal yang berhubungan dengan materi untuk menambah wawasan.
c. Why should I talk about it? Mengetahui alasan mengapa topik harus disampaikan/dibicarakan. Jangan berhenti di satu kali pertanyaan, mengapa, usahakan gali lebih dalam alasan mengapa kita berbicara agar menemukan inti permasalahannya.
Dengan demikian kita dapat lebih menjiwai apa yang hendak kita sampaikan.
d. When? Kapan saya bicara dan berapa banyak waktu yang saya miliki? Dengan mengetahui kapan kita bicara, kita dapat menyiapkan segala sesuatu sebelum waktunya.
Selain itu, Anda punya waktu untuk latihan.
e. Where? Di mana saya bicara? Bicara di lingkungan tempat kita sudah biasa berada tentunya lebih nyaman dibandingkan dengan bicara di tempat yang baru pertama kali kita kunjungi. Ketahui di mana dan bagaimana suasana serta pengaturan ruang tempat kita bicara.
f.
How? Bagaimana membuat presentasi/pidato saya menarik? Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, kita dapat melakukan riset dan mengumpulkan informasi yang dapat mendukung presentasi dan pengetahuan kita tentang materi. Setelah itu, kita dapat mengatur susunan penyampaian yang menarik dan mudah dimengerti publik.Etika dalam Public Speaking
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik.
Ada 6 hal yang perlu Anda perhatikan;
1. Tujuan Yang Baik Sebelum tampil, tanamkanlah niat yang baik ketika akan berbicara.
2. Persiapan Yang Matang Bangunlah persiapan yang matang. Mulai dari persiapan mental, data, penampilan hingga latihan berulang
3. Mengutamakan Kejujuran Dalam komunikasi, kepercayaan menjadi poin utama yang membuat orang mau mendengarkan kita. Membangun kepercayaan tidak mudah, perlu waktu. Salah satu cara untuk membuat orang percaya adalah dengan berkata jujur
4.
Bahasa dan Penyampaian Yang Santun Sifat komunikasi itu tidak bisa ditarik lagi. Maka, berbicaralah yang santun.5.
Menjauhi Sikap Egosentris Audiens yang kita hadapi unik dan sangat beragam. Maka, hindari hal-hal yang berkaitan dengan SARA. Bangun hal-hal positif yang membangun.6.
Menghindari Plagiarisme Ketika Anda berbicara dan menggunakan sumber lain, maka cantumkan sumbernya sebagai bentuk apresiasi dan menjaga kredibilitas tulisan1) Etika Pembicara (speaker)
Jujur dan menghindari plagias
Bertanggung Jawab dan Memiliki Tujuan yang Jelas
Mempromosikan perbendaan
Menggunakan Bahasa yang inklusif
Hindari ujaran kebencian (hate speech)
Membangun kesadaran sosial pendengar 2) Etika Pendengar
Seorang pendengar harus menunjukkan etikanya dengan mendengarkan secara seksama dan meberikan respon yang baik, bukan berarti bahwa pendegar harus selalu setuju, namun dalam menyampaikan respon harus mengedepankan norma dan etika.
Bertanggung Jawab dan Memiliki Tujuan yang Jelas
Selanjutnya pendengar tidak boleh menilai Public Speaking pembicara berdasarkan nama, ras, gaya hidup, penampilan dan reputasinya, dalam The NCA Credo of Ethical Communication, pendengar harus berusaha keras untuk melakukannya memahami dan menghargai pembicara sebelum mengevaluasi dan menanggapi mereka.Pelanggaran Etika Komunikasi
1. Plagiarisme: Menggunakan kalimat, ide, atau ungkapan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan pelanggaran etika dalam public speaking. Hal ini juga berlaku
untuk penggunaan materi visual, seperti gambar atau grafik, yang diambil tanpa izin atau tanpa mencantumkan sumbernya.
2. Penghinaan atau pelecehan: Mengucapkan kata-kata yang merendahkan, menghina, atau menyinggung perasaan orang lain, termasuk agama, suku, atau kelompok tertentu, merupakan pelanggaran etika dalam public speaking.
3. Kurang persiapan: Tidak melakukan persiapan yang matang sebelum berbicara di depan umum dapat mengakibatkan kesalahan dan ketidakjelasan dalam penyampaian pesan.
Seorang pembicara profesional seharusnya mengutamakan 90% persiapan dan 10%
sisanya adalah menyiasati cara penyampaian topik.
4. Tidak mengetahui audiens dengan baik: Konten yang tidak sesuai dengan audiens dapat dianggap tidak menarik, dan orang-orang tidak akan mendengarkan. Sebelum berbicara di depan umum, sebaiknya ketahui orang-orang seperti apakah yang akan mendengarkanmu, pikirkan bagaimana topik yang kamu bicarakan bisa membantu mereka, dan berikan informasi yang mereka butuhkan.
5. Menggunakan bahasa tubuh yang tidak penting: Bahasa tubuh yang tidak tepat atau tidak relevan dengan pesan yang disampaikan dapat mengganggu perhatian audiens dan mengurangi efektivitas komunikasi. Sebaiknya, gunakan bahasa tubuh yang mendukung dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
6. Membaca slide dan menggunakan teks yang terlalu banyak: Membaca slide secara langsung atau menggunakan teks yang terlalu banyak dapat membuat audiens bosan dan sulit memahami pesan yang ingin disampaikan. Sebaiknya, gunakan slide sebagai dukungan visual dan sampaikan pesan utama secara lisan.
Regulasi dan Hukum yang Berkaitan dengan Kegiatan Public Speaking
Dalam pengelolaan pelayanan informasi publik di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, ada sejumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai dasar hukum antara lain dalam bentuk undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri (Permen), Peraturan Komisi Informasi, Peraturan Gubernur (Pergub), dan Keputusan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
a. Undang-undang
1. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; Mengatur tentang hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang dimiliki oleh lembaga publik
2. UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik; Menetapkan prinsip-prinsip pelayanan publik yang baik, termasuk dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat
3. UU No. 43 tahun 2009 Tentang Kearsipan; Mengatur tentang pengelolaan arsip dan dokumen di lembaga publik
b. Peraturan Pemerintah
1. PP No. 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; Merupakan peraturan yang mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan UU Keterbukaan Informasi Publik
2. PP No. 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik; Merupakan peraturan yang mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan UU Pelayanan Publik
3. PP No. 28 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan; Merupakan peraturan yang mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan UU Kearsipan
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI (Permendagri RI) Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah; Merupakan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan pelayanan informasi dan dokumen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah
d. Peraturan Komisi Informasi
1. Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik; Merupakan peraturan yang mengatur tentang standar pelayanan informasi publik yang harus dipenuhi oleh lembaga publik
2. Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik; Merupakan peraturan yang mengatur tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi publik