commit to user
4
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pengertian ruang terbuka hijau menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah suatu area baik memanjang, jalur, dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah maupun dengan sengaja ditanam.
Pengertian ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem.
Tujuan adanya ruang terbuka hijau adalah berguna untuk menjaga lahan sebagai kawasan resapan air, menciptakan aspek planologis melalui keseimbangan lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, menciptakan keserasian lingkungan sebagai sarana pengaman lingkungan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih. Sedangkan fungsi ruang terbuka hijau terdiri dari fungsi utama sebagai fungsi ekologis berupa sistem sirkulasi udara atau biasa disebut paru-paru kota, pengatur iklim mikro, dan fungsi tambahan berupa fungsi sosial, budaya, ekonomi dan estetika. (Permenpu No.
05/PRT/M/2008)
2.1.2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan
Kebutuhan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah minimal 30 persen dari luas wilayah kota yang dikembangkan dari ruang terbuka hijau privat minimal 10 persen dan ruang terbuka hijau publik sebesar 20 persen.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2007 mengintruksikan penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dengan merujuk pada bagian ruang
commit to user
terbuka suatu kawasan perkotaan diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika dalam kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
Pola jaringan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan sebagai infrastruktur hijau dengan berbagai jenis dan fungsinya tersebut merupakan rangkaian hubungan dari taman-taman kota, jalur hijau jalan, sungai, jalan kereta api, jalur tegangan tinggi, waduk, rawa, situ, jalur hijau pengaman pantai, lapangan terbang, taman pemakaman, lapangan olahraga, dan ruang terbuka hijau lainnya. Itu semua menjadi suatu kesatuan terpadu membentuk sistem yang disebut sistem ruang terbuka hijau kota atau urban green open space system. ruang terbuka hijau tidak hanya berperan sebagai pelengkap dan penyempurna kota saja, tetapi juga penyeimbang ekosistem kota dan alat pengendali bangunan fisik. Sistem ini juga mencegah daerah pembangunan guna menjamin keberlangsungan sistem ekologi kota.
Distribusi ruang terbuka hijau kawasan perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau publik adalah ruang yang dimanfaatkan untuk tumbuh kembangnya vegetasi dan mempunyai fungsi sebagai daerah resapan air dan/atau paru-paru kota, yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah meliputi taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan dan sungai. Proporsi ruang terbuka hijau publik adalah minimal 20% dari luas wilayah yang berfungsi menjamin keseimbangan ekosistem sehingga meningkatkan ketersediaan udara bersih dan meningkatkan estetika kota. Sedangkan ruang terbuka hijau privat dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau publik dengan proporsi minimal 10% dari wilayah privat meliputi kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. (Perda RTRW Surakarta No 1 Tahun 2012)
Kebutuhan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan selain berdasarkan luas wilayah keberadaanya juga berdasarkan pada jumlah penduduk yang mendiami di wilayah perkotaan tersebut. Berikut penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.1.
commit to user Tabel 2.1 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
No Unit
Lingkungan Tipe RTH
Luas Minimal/Unit
(m2)
Luas Minimal/
Kapita (m2)
Lokasi
1 250 jiwa Taman RT 250 1.0 di tengah lingkungan RT 2 2500 jiwa Taman RW 1250 0.5 di pusat kegiatan RW 3 30000 jiwa Taman
Kelurahan
9000 0.3 dikelompokkan dengan sekolah/pusat kelurahan 4 120000 jiwa - Taman
Kecamatan - Pemakaman
24000 disesuaikan
0.2 1.2
dikelompokkan dengan sekolah/kecamatan tersebar
5 480000 jiwa - Taman Kota - Hutan Kota - Fungsi
tertentu
14000 disesuaikan disesuaikan
0.3 4.0 12.5
di pusat wilayah/kota di kawasan pinggir disesuaikan dengan kebutuhan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
Penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan fungsi tertentu merupakan penyediaan yang berdarkan fungsi yang berupa fungsi perlindungan atau pengamanan, sarana prasarana seperti melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu. Ruang terbuka menurut kategori ini meliputi jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, ruang terbuka hijau kawasan perlindungan setempat berupa ruang terbuka hijau sempadan sungai, ruang terbuka hijau sempadan pantai, dan ruang terbuka hijau pengamanan sumber air baku atau mata air. (Permenpu No. 05/PRT/M/2008)
2.1.3 Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 arahan penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dapat ditujukan pada pola ruang terbuka hijau berikut.
2.1.3.1 RTH Taman Kota
Ruang terbuka hijau taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah dalam kota yang dapat melayani minimal 480.000 penduduk, dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2 yang dapat dimanfaatkan dengan berbagai kebutuhan
commit to user 2.1.3.2 Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk segerombolan atau menumpuk dengan vegetasi terkonsentrasi pada satu areal dan minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan. Tujuan dari hutan kota adalah memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, peresapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, dan mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati. Tata hutan kota tidak membentuk pola apapun dengan luas minimal 2500 meter persegi. Penanaman vegetasi harus 90-100% dari luas hutan kota.
2.1.3.3 Sabuk Hijau
Sabuk hijau merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan berguna membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan seperti batas kota, pemisah kawasan dan pembatas aktifitas-aktifitas manusia agar tidak saling terganggu serta pengaman dari faktor lingkungan. Bentuk sabuk hijau dapat berupa ruang terbuka hijau yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu yang dipenuhi pepohonan sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah, bentuk lainnya dapat berupa hutan kota, kebun campuran, perkebunan, persawahan.
Lingkungan sabuk hijau berfungsi sebagai peredam kebisingan, mengurangi efek pemanasan global, sarana peneduh, mengurangi penggenangan pada daerah rendah, mengatasi intrusi air laut, menyerap dan menghilangkan bau, mengamankan pantai dan mengatasi penggurunan.
2.1.3.4 RTH Jalur Hijau Jalan
Ruang terbuka hijau pada pola ini ditempatkan tanaman antara 20%-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Jenis tanaman yang akan ditanam dipilih sesuai dengan fungsi dan persyaratan penempatan, dan disarankan memilih jenis tanaman khas daerah setempat.
Contoh penanaman di jalur jalan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan (Permenpu No. 05/PRT/M/2008)
Pada bagian tepi jalan dapat berupa taman yang fungsi vegetasinya sebagai peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan, pemecah angin, pembatas pandangan. Bagian median fungsi vegatasinya sebagai penahan dari silaunya lampu kendaraan.
2.1.3.5 RTH Ruang Pejalan Kaki
Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki di sisi kiri- kanan jalan maupun di dalam taman. Ruang terbuka hijau ruang pejalan kaki harus memiliki kenyamanan, karakter fisik, serta pedoman teknis bagi pejalan kaki.
Contoh pola ruang terbuka hijau jalur pejalan kaki dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.2 Contoh Pola Tanam RTH Jalur Pejalan Kaki
commit to user
2.1.3.6 Ruang Terbuka Hijau di Bawah Jalan Layang
Penyediaan ruang terbuka hijau di bawah jalan layang berguna sebagai area resapan air. Adanya ruang terbuka ini menjadikan area bawah akan tertata rapi, asri dan indah serta menghindari kekumuhan dan menghindari lokasi tuna wisma. Bagian jalan merupakan bagian yang kaku karena struktur beton pembuatnya, dengan adanya ruang terbuka hijau ini akan menutupi bagian-bagian struktur jalan yang tidak menarik serta memperlembut bagian yang kaku tersebut. Contoh pola ruang terbuka hijau di bawah jalan layang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.3 Contoh Pemanfaatan Vegetasi pada RTH di Bawah Jalan Layang (Permenpu No. 05/PRT/M/2008)
Pemilihan tanaman dapat berupa jenis tanaman yang tahan termaungi sepanjang waktu dan relatif tahan kekurangan air, serta berukuran tidak terlalu besar mengingat keterbatasan tempat.
2.1.3.7 RTH Fungsi Tertentu
Ruang terbuka hijau ini terdiri dari jalur hijau yang meliputi jalur hijau sempadan rel kereta api, jaringan listrik tegangan tinggi, sempadan sungai, danau, pantai dan sumber air baku atau mata air.
a. Jalur hijau (RTH) Sempadan Rel Kereta Api
Penyediaan ruang terbuka ini berfungsi utama membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan jalan kereta api.
Penentuan lebar garis pada sempadan rel kereta api dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Lebar Garis Sempadan Rel Kereta Api
Jalan Rel Kereta Api terletak di Obyek
Tanaman Bangunan
Jalan rel kereta api lurus > 11 m > 20 m Jalan rel kereta api belokan/
lengkungan
- lengkung dalam - lengkung luar
> 23 m
> 11 m
> 23 m
> 11 m Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
b. Jalur hijau (RTH) pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai RTH adalah 64 m dari titik tengah jaringan tenaga listrik.
c. RTH Sempadan Sungai
Ruang terbuka hijau sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai. Fungsi utamanya melindungi sungai dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. Pada sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai.
d. RTH Sempadan Pantai
Fungsi utama ruang terbuka hijau sempadan pantai adalah sebagai pembatas pertumbuhan permukiman atau aktifitas lainnya agar tidak mengganggu kelestarian pantai. RTH sempadan pantai merupakan area pengaman pantai dari kerusakan atau bencana yang ditimbulkan oleh gelombang laut seperti intrusi, erosi, abrasi, tiupan angina kencang dan gelombang tsunami. Lebar minimal 100 meter dari batas air pasang tertinggi ke arah darat. Luas area yang ditanami seluas 90% - 100%.
e. RTH Sumber Air Baku/Mata Air
Ruang terbuka hijau air meliputi sungai, danau/waduk, dan mata air. Pada danau dan waduk RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang- kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pada mata air 200 meter di sekitar mata air.
commit to user Polanya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.4 Contoh Penanaman pada RTH Sumber Air dan Mata Air (Permenpu No. 05/PRT/M/2008)
f. RTH Pemakaman
Penyediaan ruang terbuka hijau pada daerah pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat sekitar.
2.1.4 Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dapat berupa hal-hal berikut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008.
2.1.4.1 RTH Taman Kota
Ruang terbuka hijau taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai lapangan hijau yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain, taman bunga, taman khusus (untuk lansia), fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 30%.
Contoh pemanfaatan ruang terbuka hijau taman kota dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.5 Contoh Taman Kota (Rencana Taman Kota Pangkalanbun Kab.
Kotawaringin Barat)
(Permenpu No. 05/PRT/M/2008) 2.1.4.2 Hutan Kota
Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga lingkungan kota seperti dalam hal pelestarian, perlindungan, pemanfaatan plasma nutfah, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Pemanfaatan yang lain adalah pemanfaatan yang berhubungan dengan kegiatan manusia seperti aktifitas sosial masyarakat, wisata alam, rekreasi, penghasil produk hutan, dan sebagai wahana pendidikan dan penelitian. Fasilitas yang harus disediakan guna mengoptimalkan pemanfaatan hutan kota dapat berupa kursi taman, sirkulasi pejalan kaki atau jogging track. Idealnya hutan kota merupakan ekosistem yang baik bagi ruang hidup satwa misalnya burung, yang dapat mengontrol populasi serangga.
2.1.4.3 Sabuk Hijau
Sabuk hijau yang fungsinya sebagai daerah penyangga atau perbatasan antara dua kota, sehingga sabuk hijau dapat menjadi ruang terbuka hijau bagi kedua kota yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai penyaring alami udara bagi kota-kota yang berbatasan.
1. PARKIR 2. KOLAM 3. GERBANG UTAMA 4. CANNOE POND 5. AREA MAIN ANAK-ANAK 6. LABIRIN & LEISURE AREA 7. TAMAN BURUNG 8. GSG & LAP. BASKET 9. AMPHITEATER 10. SCULPTURE 11. LOTUS POND 12. JOGGING TRACK
commit to user 2.1.4.4 RTH Jalur Hijau Jalan
Taman pulau maupun median selain fungsi ruang terbuka hijau juga dapat dimanfaatkan fungsi lain sebagai pembentuk arsitektur kota. Sedangkan jalur tanaman tepi atau pulau juga dapat dimanfaatkan sebagai keindahan atau estetika kota dan penahan debu.
2.1.4.5 RTH Jalur Pejalan Kaki
Ruang terbuka hijau jalur pejalan kaki dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial baik pasif maupun aktif yang dapat memberikan kenyamanan dan bagi pelaku interaksi seperti adanya kesempatan untuk duduk menikmati keindahan yang telah tertata. Pemanfaatan yang lain berupa penyeimbangan temperatur, kelembaban, tekstur bawah kaki, vegetasi penghilang emisi kendaraan dan bau sampah.
2.1.4.6 RTH di Bawah Jalan Layang
Fungsi selain daerah resapan air juga dimanfaatkan sebagai unsur estetika yang meminimalkan unsur kekakuan kontruksi jalan. Pemanfaatan yang lain dapat berupa lokasi penempatan utilitas seperti drainase, sebagai tempat peristirahatan bagi pengendara maupun pejalan kaki, serta sebagai media reklame yang telah ditentukan secara terbatas.
2.1.4.7 RTH Fungsi Tertentu
Ruang terbuka hijau pada jalur sempadan rel kereta api dan jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi dimanfaatkan sebagai penjagaan keselamatan yang berupa keberadaan vegetasi yang kuat sehingga membatasi area berbahaya. Ruang terbuka hijau pada sempadan sungai, pantai dan sumber air pemanfaatannya digunakan untuk upaya konservasi sehingga dampak yang ditimbulkan tidak akan membahayakan dengan lingkungan manusia disekitarnya dan menjaga keberlangsungan alam sebagai elemen penyeimbangan. Sedangkan ruang terbuka pada pemakaman dengan fungsi utama sebagai tempat pelayanan publik untuk penguburan jenasah. Pemanfaatanya dapat berupa fungsi ruang terbuka hijau sebagai penambah keindahan kota, daerah resapan air, pelindung ekosistem, dan pemersatu ruang kota sehingga menghilangkan kesan seram pada wilayah tersebut.
2.1.5 Prosedur Perencanaan dan Peran Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ketentuan prosedur perencanaan ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut.
a. Penyediaan ruang terbuka hijau disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat;
b. Penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau publik yang dilaksanakan oleh pemerintah disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
c. Tahapan penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau publik meliputi perencanaan, pengadaan lahan, perencanaan teknik, pelaksanaan pembangunan ruang terbuka hijau, pemanfaatan dan pemeliharaan;
d. Penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau privat yang dilaksanakan oleh masyarakat termasuk pengembangan disesuaikan dengan ketentuan perijinan bangunan;
e. Pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk penggunaan lain seperti pemasangan reklame (billboard) atau reklame 3 dimensi harus memperhatikan peraturan sesuai daerah masing-masing, tidak menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman, tidak mengganggu kualitas visual dari dan ke ruang terbuka hijau yang ada, memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan, serta tidak mengganggu fungsi utama ruang terbuka hijau yaitu sebagai fungsi sosial, ekologis dan estetika.
Keberadan ruang terbuka hijau sangat berpengaruh dalam pasca prosedur dan pelaksanaan. Hal ini berpengaruh pada peran masyarakat sekitar guna menjaga keberadaan ruang terbuka hijau ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin hak masyarakat dan pihak swasta untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah terjadinya penyimpangan dalam pemanfaatan ruang serta sebagai pengawas dan pengendalian.
commit to user
Prinsip dari peran masyarakat dapat ditunjukkan pada hal-hal berikut.
a. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam proses pembangunan ruang terbuka hijau;
b. Memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pembangunan ruang terbuka hijau;
c. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan keberagaman sosial budaya;
d. Menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika;
e. Memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap profesional.
Pelibatan masyarakat dalam keberadaan ruang terbuka hijau ditujukan pada gambar berikut.
Gambar 2.6 Pelibatan Masyarakat pada Pemanfaatan dan Pengendalian (Permenpu No. 05/PRT/M/2008)
2.1.6 Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan
Pemilihan vegetasi pada ruang terbuka hijau harus disesuaikan dengan kriteria vegetasi tersebut terhadap lingkungan sekitar. Kriteria tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 meliputi hal-hal berikut.
2.1.6.1 Kriteria Vegetasi RTH Taman Kota
Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau taman kota ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;
b. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
commit to user
c. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
d. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
e. Kecepatan tumbuh sedang;
f. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
g. Jenis tanaman tahunan dan musiman;
h. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
i. Tahan terhadap hama penyakit tanaman;
j. Mampu menyerap dan menjerap cemaran udara;
k. Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Contoh pohon yang dapat ditanam di lingkup ruang terbuka hijau kawasan taman kota dapat dilihat pada tabel berikut. Namun dengan catatan pemilihan tanaman harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim setempat.
Tabel 2.3 Contoh Pohon untuk Taman Lingkungan dan Taman Kota
No. Jenis dan Nama Tanaman Nama Latin Keterangan
1 Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea Berbunga
2 Sikat botol Calistemon lanceolatus Berbunga
3 Kamboja merah Plumeria rubra Berbunga
4 Kersen Muntingia calubra Berbuah
5 Kendal Cordia sebestena Berbunga
6 Kasumba Bixa Orellana Berbunga
7 Jambu batu Psidium guajava Berbuah
8 Bungur sakura Lagerstroemia loudonii Berbunga
9 Bunga saputangan Amherstia nobilis Berbunga
10 Lengkeng Ephorbia longan Berbuah
11 Bunga lampion Brownea ariza Berbunga
12 Bungur Lagerstroemea floribunda Berbunga
13 Tanjung Mimosups elengi Berbunga
14 Kenanga Cananga odorata Berbunga
15 Sawo Kecik Manilkara kauki Berbuah
16 Akasia mangium Accacia mangium
17 Jambu air Eugenia aquea Berbuah
18 Kenari Canarium commune Berbuah
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
2.1.6.2 Kriteria Vegetasi RTH Hutan Kota
Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau hutan kota ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Memiliki ketinggian yang bervariasi;
commit to user c. Tajuk cukup rindang dan kompak;
d. Mempu menyerap dan menjerap cemaran udara;
e. Tahan terhadap hama penyakit;
f. Berumur panjang;
g. Toleran terhadap keterbatasan sinar matahari dan air;
h. Tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri;
i. Batang dan sistem percabangan yang kuat;
j. Batang tegak kuat, tidak mudah patah;
k. Sistem perakaran yang kuat sehingga mampu mencegah terjadinya longsor;
l. Seresah yang dihasilkan cukup banyak dan tidak bersifat alelopati, agar tumbuhan lain dapat tumbuh baik sebagai penutup tanah;
m. Jenis tanaman yang ditanam termasuk golongan evergreen bukan dari golongan tanaman yang menggugurkan daun (deciduous);
n. Memiliki perakaran yang dalam.
Contoh pohon yang dapat ditanam di lingkup ruang terbuka hijau kawasan hutan kota dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Contoh Pohon Pengundang Burung untuk Hutan Kota
No. Nama Tanaman Nama Latin Jenis Burung/Potensi
1 Kiara Ficus spp Punai (Treon sp)
2 Beringin Ficus benyamina
3 Loa Ficus glaberrima
4 Dadap Erythrina varigata Betet (Psittacula
alexandri), Srindit (Loriculus pusillus), Jalak (sturnidae) dan beberapa jenis burung madu 5 Dangdeur Gosampinus heptaphylla Burung ukut-ukut
Srigunting
6 Aren Arenga pinatta Bahan pembuat sarang
7 Buni Antidesma bunius Buah dapat dimakan
8 Buni hutan Antidesma montanum
9 Kembang merak Caesalpinia pulcherrima Pengundang serangga
10 Syzygium paucipuncatum Ketegori pohon langka
11 Serut Streblus asper Tahan pangkas
12 Jamblang Syzygium cumini Buah dapat dimakan
13 Salam Syzygium polyanntum Bumbu dapur
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
commit to user 2.1.6.3 Kriteria Vegetasi Sabuk Hijau
Kriteria pemilihan vegetasi sabuk hijau ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Sebagai peredam kebisingan, fungsi ini dipilih penanaman dengan vegetasi berdaun rapat;
b. Sebagai ameliorasi iklim mikro, dengan pemilihan pohon berukuran tinggi dengan luasan area yang cukup dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan radiasi sinar matahari;
c. Sebagai penapis cahaya silau, dengan pemilihan tanaman yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dan menyerap cahaya;
d. Penahan angin;
e. Mengatasi intrusi air laut dengan pemilihan tanaman dengan daya evapotranspirasinya rendah, sedangkan daerah payau dipilih pohon Mahoni (Swietania mahagoni) dan Asam Landi (Pichecolobium dulce);
f. Penyerap dan penepis bau, seperti Cempaka (Michelia champaca), Kenanga (Cananga odorata), dan Tanjung (Mimosups elengi);
g. Pemilihan dengan fungsi mengatasi penggenangan.
Contoh pemilihan pohon di lingkup sabuk hijau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5 Contoh Tanaman untuk Sabuk Hijau yang Tahan Terhadap Genangan Air Lama Genangan
(hari)
Jenis Tanaman
Nama Lokal Nama Latin
0 – 10 Sungkai, Jati Seberang Peronema canescens
Jati Tectona grandis
Dahat Tectona hamiltoniana
10 – 20 Salam Euqeniu polyantha
Lantana Merah, Tembelekan Lantana camara
Balsa Orchoma lagopus
Cendana India Santaum album
Suren Toona sureni
Gopasa Vitex gopassus
20 – 30 Kasumba Keling, Pacar Keling Bixa orellana
Kemlandingan Leucaena qlauca
30 – 40 Kayu Palele Castanopsis javanica
Trengguli, Golden Shower Cassia fistula Dalingsem, kayu batu, kayu
kerbau, Gia
Homalium tomentosum 40 – 50 Kendondong Bulan Canarium littoralle
Johar Cassia siamea
Keladan Dipterocarpus gracillis
Ampupu Euralyptus alba
Pinus Benquet Pinus insularis
commit to user Lama Genangan
(hari)
Jenis Tanaman
Nama Lokal Nama Latin
Wedang Pterocarpus javanicus
Angsana Pterocarpus indicus
Laban Vitex pubercens
50 - 60 Weru, Kihiyang Albizzia procera
Sonoleking Dalberqia sisso
Senon, Sengon Laut, Jeungjing Paraserianthes falcatara
Kosambi Schleichera oleosa
60 – 70 Tekik Albizzia lebbeck
Kopi Coffea spp
Meranti tembaga Shorea leprosula
70 – 80 Sonokeling Dalberqia latifolia
Meranti merah Shorea ovalis
Keluarga Mahoni Swietenia spp
90 – 100 Cemara laut Casuarina equisetifolia 100 – 200 Semar, Pendusta utan Intsia bijuga
Kihujan Samanea saman
300 Rengas Gluta renghas
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
2.1.6.4 Kriteria Vegetasi RTH Jalur Hijau Jalan dan Jalur Pejalan Kaki Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau jalur hijau jalan dan jalur hijau pejalan kaki ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Pemilihan berdasarkan aspek silvikultur, yaitu berasal dari biji terseleksi yang sehat dan bebas penyakit, memiliki pertumbuhan yang sempurna baik batang maupun akar, perbandingan pucuk dan akar seimbang, batang tegak lurus dan keras pada bagian pangkal, tajuk simetris serta perakaran yang padat;
b. Pemilihan berdasarkan sifat biologis yang berupa pertumbuhan akar, batang yang baik dan tidak mudah patah, perakaran yang tidak merusak kontruksi bangunan, fase anakan cepat namun lambat pada fase dewasa dan sesuai dengan ruang yang tersedia, tidak mudah rontok dan tahan terhadap cuaca, hama serta pengaruh dari lingkungan.
Contoh pemilihan tanaman di lingkup jalur jalan dan jalur pejalan kaki dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6 Contoh Tanaman untuk Peneduh Jalan dan Jalur Pejalan Kaki
No. Nama Tanaman Nama Latin Tinggi (m) Jarak Tanam (m) 1 Pohon
- Bunga kupu-kupu - Bunga kupu-kupu
ungu - Trengguli
Bauhinia purpurea Bauhinia blakeana Cassia fistula
8 8 15
12 12 12
No. Nama Tanaman Nama Latin Tinggi (m) Jarak Tanam (m) - Kayu manis
- Tanjung - Salam - Melinjo - Bungur - Cempaka
Cinnamommum iners Mimosups elengi Euginia polyantha Gnetum gnemon
Lagerstroemia floribunda Michelia champaca
12 15 12 15 18 18
12 12 6 6 12 12 2 Perdu/Semak/groun
cover - Canna - Soka Jepang - Puring
- Pedang-pedangan - Lili Pita
Canna varigata Ixora spp
Codiaeum varigatum Sansiviera spp Ophiopogon jaburan
0,6 0,3 0,7 0,5 0,3
0,2 0,2 0,3 0,2 0,15 Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
2.1.6.5 Kriteria Vegetasi RTH di Bawah Jalan Layang
Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau di bawah jalan layang ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Tanaman yang tahan dan dapat hidup dengan baik pada tempat yang ternaungi;
b. Tidak membutuhkan penyinaran matahari secara penuh dan dapat hidup dengan baik pada media tanam pot atau bak tanaman;
c. Relatif tahan kekurangan air;
d. Perakaran dan pertumbuhan batang tidak terganggu struktur bangunan;
e. Sebaiknya merupakan tanaman dari jenis yang mempunyai kemampuan dalam mengurangi polusi udara.
Contoh pemilihan tanaman di bawah jalan layang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.7 Contoh Tanaman untuk RTH di Bawah Jalan Layang
No. Nama Tanaman Nama Latin
1 Balancing Dieffenbachia spp
2 Talas-talasan Calathea spp
3 Hanjuang Cordyline spp
4 Philodendron Philodendron spp
5 Pedang-pedangan Sansiviera spp
6 Xanadu Philodendron xanadu
7 Singonium Syngonium spp
8 Yuca Yucca elephantipes
9 Dracaena Dracaaena spp
10 Spatipilum Spathypillum spp
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
commit to user 2.1.6.6 Kriteria Vegetasi RTH Fungsi Tertentu
Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau untuk fungsi tertentu ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Pada sempadan rel kereta api berupa tanaman yang tumbuh baik pada tanah padat, sistem perakaran masuk ke dalam, fase anakan cepat namun pada fase dewasa lambat, batang tegak dan kuat tidak mudah patah, perawakan dan bentuk tajuk cukup indah, daun tidak mudah rontok karena terpaan angin, dapat berupa buah yang berukuran kecil dan tidak dapat dimakan manusia secara langsung, tahan terhadap hama dan berumur panjang. Pola tanamnya harus memperhatikan keamanan terhadap lalu lintas kereta api, ditanam pada jarak 50 meter dari sumbu rel, dan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan;
b. Pada jaringan listrik tegangan tinggi jenis tanaman yang ditanam memiliki dahan yang kuat, tidak mudah patah, perakaran menghujam ke bawah tidak mengganggu pondasi, daun tidak mudah gugur, bukan merupakan pohon yang memiliki bentuk tajuk melebar, kategori pohon kecil (small tree), fase anakan tumbuh cepat namun lambat pada dewasa, ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia, memiliki kerapatan yang cukup (50% - 60%). Pemilihan juga harus sesuai dengan ketinggian dan jenis sehingga tidak mengganggu jaringan listrik serta dapat menghindari bahaya terhadap penduduk sekitar;
c. Pada sempadan sungai pemilihan kriteria sesuai dengan kriteria sebelumnya.
Pola tanamnya berupa jarak tanaman selebar 50 meter pada kiri kanan sungai besar dan kecil, sampel jalur hijau berupa petak-petak berukuran 20 m × 20 m diambil secara sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;
d. Pada sempadan pantai kriteria pemilihan berupa tanaman lokal yang telah teruji ketahanan terhadap kondisi pantai yang mampu mencegah abrasi, tiupan angin dan hempasan gelombang air pasang, toleran terhadap air payau, tahan terhadap hama dan merupakan tanaman khas pelindung pantai.
e. Pada sumber air baku/mata air kriteria pemilihan berupa vegetasi yang relatif tahan terhadap genangan air, daya transpirasi rendah, serta memiliki sistem perakaran yang kuat dan meningkatkan infiltrasi (resapan) air.
Berikut contoh tanaman yang diperuntukkan dalam ruang terbuka hijau di sempadan rel kereta api dapat dilihat pada Tabel 2.8, namun karena adanya perbedaan biogeofisik maka pemilihan disesuaikan dengan potensi dan kesesuaian dengan daerah masing-masing. Contoh vegetasi pada jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 untuk contoh vegetasi pada sempadan sungai.
Tabel 2.8 Contoh Vegetasi untuk RTH Sempadan Rel Kereta Api
No. Nama Tanaman Nama Latin
1 Flamboyan Delonix regia
2 Angsana Pterocarpus indicus
3 Ketapang Terminalia cattapa
4 Kupu-kupu Bauhinia purpurea
5 Kare paying Filicium decipiens
6 Johar Cassia multiyoga
7 Tanjung Mimusops elengi
8 Mahoni Swientenia mahagoni
9 Akasia Acacia auriculiformis
10 Bungur Lagerstroemia loudonii
11 Kenari Canarium commune
12 Johar Cassia sp.
13 Damar Agathis alba
14 Nyamplung Calophyllum inophyllum
15 Jacaranda Jacaranda filicifolia
16 Liang liu Salix babilinica
17 Kismis Muehlenbeckia sp.
18 Ganitri Elaeocarpus spahaericus
19 Saga Adenanthera povoniana
20 Anting-anting Elaeocarpus grandiflorus
21 Asam kranji Pithecelobium dulce
22 Johar Cassia grandis
23 Cemara Cupresus papuana
24 Pinus Pinus merkusii
25 Beringin Ficus benjamina
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
Tabel 2.9 Contoh Vegetasi untuk RTH SUTT dan SUTET
No. Nama Suku dan Jenis Nama Lokal Perawakan Diameter Batang (cm)/Tinggi (m) 1 Nothopanax scutellarium
Merr.
Mangkokan Semak /5
2 Caryota mitis Lour. Sarai raja Pohon sedang 10/5-25 3 Licuala grandis L. Palem kobis Pohon kecil 5/3-4
4 Bixa orellana L. Kesumba Pohon kecil 10/2-8
5 Jatropha gossypifolia L. Jarak kosta Semak /2 6 Bauhinia purpurea L. Bunga kupu-
kupu
Pohon kecil 10-2-6
7 Cassia surattensis Burm. Kembang Semak 20/2-6
commit to user
No. Nama Suku dan Jenis Nama Lokal Perawakan Diameter Batang (cm)/Tinggi (m) 8 Caesalpinia pulcherrima
(L.) Swartz.
Kembang merak
Semak /3-5
9 Malvaviscus arbpreus Cav.
Kembang sepatu kecil
Semak /2
10 Streblus asper Lour. Serut Pohon kecil 10/2-5
11 Muraya paniculata (L.) Jack.
Kemuning Pohon kecil 10/0-7
12 Brugmansia candida Pers.
Kecubung gunung
Semak /5
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
Tabel 2.10 Alternatif Jenis Vegetasi untuk RTH Sempadan Sungai
No. Nama Tanaman Nama Latin
1 Bungur Lagerstromia speciosa
2 Jening Pithecolobium lobatum
3 Khaya Khaya anthotheca
4 Pingku Dysoxylum excelsum
5 Lamtorogung Leucaena lecocephala
6 Puspa Schima wallichii
7 Kenanga Canangium adoratum
8 Locust Hymenaena courburil
9 Kisireum Eugenia cymosa
10 Manglid Michelia velutina
11 Cengal Hopea sangkal
12 Flamboyan Delonix regia
13 Tanjung Mimusops elengi
14 Trembesi Samanea saman
15 Beringin Ficus benjamina
16 Kepuh Sterculia foetida
17 Angsret Spathodea campanulata
18 Nyamplung Callophylum inophyllum
19 Leda Eucalyptus deglupta
20 Tengkawanglayar Shorea mecistopteryx
21 Johar Cassia siamea
22 Merbau pantai Intsia bijuga
23 Tengkawangmajau Shorea palembanica
24 Hoe Eucaliyptus platyphylla
25 Merawan Hopea mangarawan
26 Blabag Terminalia citrina
27 Pala hutan Myristica fatua
28 Cemara Sumatra Casuarina sumatrana
29 Palu raja Oreodoxa regia
30 Kibeusi leutik Lindera srtichchytolia
31 Kaliandra Calliandra marginata
32 Balam sudu Palaguium sumatranum
33 Sawo duren Crysophyllum cainito
34 Kedinding Albizzia leppecioides
35 Kepuh Sterculia foetida
36 Dadap Erythrina cristagalli
37 Salam Eugenia polyantha
38 Sungkai Pheronema canescens
39 Matoa/kasai Pometia pinnata
commit to user
No. Nama Tanaman Nama Latin
40 Locust Hymenaea courbaril
41 Ebony/kayu hitam Dyospiros celebica
42 Kempas Kompasia excelsa
43 Sawo kecik Manilkara kauki
44 Asam Tamarindus indica
45 Pingku Dysoxyllum exelsum
46 Johar Cassia grandis
47 Angsana Pterocarpus indicus
48 Tengkawang layar Shorea mecistopteryx
49 Kecapi Shandoricum koetjape
50 Palem raja Oerodoxa regia
51 Kalak Poliantha lateriflora
52 Saputangan Maniltoa brawneodes
53 Bacang Manejitera foetida
54 Kayu manis Cinnamomun burmanni
55 Kawista Feronia limonia
56 Kenanga Canangium odoratum
57 Hopea bancana
58 Shorea selanica
59 Pterogota alata
60 Khaya K. sinegalensis
61 Khaya K. grandiflora
62 Khaya K. anthotheca
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
Kriteria pemilihan vegetasi ruang terbuka hijau pemakaman ditinjau dari hal-hal berikut.
a. Sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak kontruksi dan bangunan;
b. Batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanjir;
c. Sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi langsung;
d. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
e. Tahan terhadap hama penyakit, berumur panjang dan sedapat mungkin tanaman yang mengundang burung.
Contoh vegetasi yang ditanam di area ruang terbuka hijau kriteria pemakaman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.11 Contoh Vegetasi untuk Pemakaman
No. Nama Tanaman Nama Latin Potensi
1 Bougenvil Bougenvilia sp Berbunga
2 Kamboja putih Plumeria alba berbunga
3 Puring Codiaeum varigatum berbunga
commit to user
No. Nama Tanaman Nama Latin Potensi
5 Tanjung Mimosups elengi berbunga
6 Dadap Erythrina varigata pengundang burung
7 Kembang merak Caesalpinia pulcherrima pengundang serangga
8 Jamblang Syzygium cumini buah dapat dimakan
9 Salam Syzygium polyanntum pengundang burung
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
2.1.7 Konsep Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Secara umum ruang terbuka terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi yang mendukung manfaat ekologis, sosial budaya dan arsitektual. Sementara ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru berupa sungai, danau, dan area diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi ruang terbuka alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, sedangkan ruang terbuka hijau non-alami atau binaan dapat berupa taman, lapangan olah raga dan kebun bunga. Secara arsitektual ruang terbuka hijau dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyaman kota melalui keberadaan taman, kebun, serta jalur hijau.
Ruang terbuka hijau juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik langsung seperti pengusahaan lahan kosong menjadi lahan pertanian atau perkebunan (urban agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan ruang terbuka hijau merupakan konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis.
Konfigurasi ekologis berbasis bentang alam seperti kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dan konfigurasi planologis berupa ruang yang dibentuk mengikuti pola kota. (Dirjen Penataan Ruang DPU)
2.1.8 Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2.1.8.1 Pemilihan Jenis Tanaman
Pemilihan jenis tanaman didasari kondisi bio-geografi lingkungan secara alami yang menunjukkan habitat berbagai jenis tanaman. Selanjutnya pemilihan jenis tanaman dipertimbangkan dari pengalaman akan kesesuaian bentuk dan fungsi
commit to user
wujud arsitektual. Kriteria pemilihan harus diterapkan sesuai pelaksanaan ruang terbuka hijau yang diuraikan sebagai berikut menurut Dirjen Penataan Ruang DPU, a. Identitas kota (mascot/landmark);
b. Upaya pelestarian plasma nutfah;
c. Penahan dan penyaring partikel padat udara, debu serta partikel timbal;
d. Peredam kebisingan;
e. Mengurangi bahaya dan dampak hujan asam;
f. Penyerap karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan penghasil oksigen (O2);
g. Penahan angin, penyerap dan penapis bau;
h. Mengatasi penggenangan, intrusi air laut dan mengamankan abrasi pantai;
i. Pelestarian air tanah dan habitat burung;
j. Meningkatkan keindahan, industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang.
2.1.8.2 Pekerjaan Terkait Ruang Terbuka Hijau
Pekerjaan ini merupakan suatu pekerjaan kontruksi yang mendasari perencanaan sehingga keterkaitan antara rencana dan dasar kontruksi dapat saling terkait.
Pekerjaan ruang terbuka hijau meliputi pekerjaan berikut, (Don Ws, 2004) a. Penyempurnaan Drainase
Drainase merupakan salah satu bagian yang penting dalam lingkungan kontruksi, yaitu berfungsi sebagai penyerapan air pada lahan dan mencegah genangan di permukaan tanah. Drainase yang baik berdampak pada kesuburan tanaman karena air yang terserap tidak mengganggu akar secara langsung, serta menghindari tanah dengan kondisi kering. (Don WS, 2004)
b. Instalasi Air dan Listrik
Kebutuhan air sangat penting bagi vegetasi, maka instalasi ini berguna untuk berbagai kebutuhan pokok dalam berbagai bentuk ruang terbuka hijau serta sebagai penunjang setiap manusia yang menikmatinya. Letak pipa saluran maupun letak kabel instalasi sebaiknya dipasang menempel pada tembok dan letak lampu maupun saklar harus terhindar dari percikan air karena tipikal
commit to user c. Pengolahan Tanah
Tanah merupakan aspek penting dalam kehidupan khususnya tumbuhan karena unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman tersedia di dalam tanah yang sekaligus sebagai penyangga tumbuhan. Tanah yang gembur merupakan tanah yang subur, sehingga pengolahan ini berarti membentuk tanah gembur serta memberikan bantuan dari luar seperti pupuk. (Don Ws, 2004)
d. Pembuatan Jalan Setapak
Jalan setapak berupa deretan batu lempeng yang ditata dan dapat berupa jalan yang ditaburi kerikil hias atau berupa batako, bata merah dan keramik tekstur kasar. Fungsi jalan setapak adalah untuk tempat berpijak dan jalur pemisah.
Pekerjaan ini berupa rancangan yang matang sehingga menjadi kesatuan elemn yang menambag daya tarik dan keindahan suatu vegetasi. (Don WS, 2004) 2.1.8.3 Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau
Fasilitas pendukung ruang terbuka hijau merupakan suatu aspek penting bagi terciptanya ruang terbuka hijau yang selaras dengan kebutuhan manusia sebagai sarana menikmati alam. Elemen-elemen pendukung dapat berupa bangunan maupun benda-benda berikut,
a. Maskot Kota (Landmark)
Maskot ini berupa bangunan sipil yang dapat menjadi lambang suatu daerah sehingga menimbulkan kesan identitas tersendiri khususnya di kawasan ruang terbuka hijau.
Gambar 2.7 Maskot Kota Surabaya di Taman Suro ing Boyo (Dirjen Penataan Ruang DPU)
b. Tempat Peristirahatan
Tempat ini berguna bagi masyarakat yang menikmati sarana ruang terbuka hijau sehingga dapat beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai bentuk ruang terbuka hijau. Tempat peristirahatan ini dapat berupa gazebo yang dapat dibuat di bentuk ruang terbuka taman hijau maupun hutan kota, tempat duduk di ruang terbuka hijau pejalan kaki maupun di sempadan sungai seperti gambar berikut.
Gambar 2.8 Tempat Duduk di RTH Jalan (kiri) dan Tempat Istirahat di Sempadan Sungai (kanan)
(Dirjen Penataan Ruang DPU) c. Kanopi Pedestrian
Kanopi sebagai tempat peneduh sekaligus melindungi masyarakat yang berjalan kaki terutama di ruang terbuka hijau bentuk pedestrian.
d. Papan Informasi
Memberikan informasi terkait daerah sekitar, peta daerah maupun informasi- informasi penting yang ditujukan bagi masyarakat yang menikmati sarana ruang terbuka hijau. Papan informasi dapat ditempatkan di ruang terbuka hijau bentuk taman kota maupun hutan kota dengan berisikan informasi terkait vegetasi yang ada atau dapat di ruang terbuka hijau bentuk pedestrian yang memberikan contoh peta daerah tersebut.
commit to user e. Sarana Penerangan
Selain sebagai penerangan yang dapat ditempatkan di berbagai bentuk ruang terbuka hijau juga sebagai penunjang keindahan (eksentrik) ruang terbuka hijau tersebut. Lampu penerangan juga harus disesuaikan dengan keadaan daerah sekitar sehingga dapat memberi nuansa dan identitas daerah masing-masing seperti gambar berikut.
Gambar 2.19 Lampu Penerangan
(Dirjen Penataan Ruang DPU) f. Toilet Umum
Toilet umum merupakan fasilitas sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang hajat masyarakat umum. Toilet umum harus memiliki kelembaban 40-50% dengan suhu normal 20-27°C. Persyaratan ruang untuk toilet umum sebagai berikut, (Standar Toilet Umum Indonesia)
- Ruang buang air besar Panjang = 80-90 cm Lebar = 150-160 cm Tinggi = 220-240 cm - Ruang buang air kecil
Lebar = 70-80 cm Tinggi = 40-45 cm
Contoh toilet umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.10 Toilet Umum (kompasiana.com) g. Tempat Sampah
Tempat sampah merupakan salah satu bentuk pewadahan sampah sebagai aktifitas penanganan penampungan sampah sementara dari sampah individu (SNI 19-2454-2002). Wadah tersebut terdiri dari beberapa bak guna memilah jenis sampah yang berbeda, seperti gambar berikut.
Gambar 2.11 Tempat Sampah (recyclingbins.co.uk)
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Tinjauan Berdasarkan Lingkup Perkotaan
Berdasarkan beberapa tulisan yang membahas lingkup perkotaan dengan aspek pendukung ruang terbuka hijau meliputi tulisan berupa buku yang diterbitkan oleh Dirjen Penataan Ruang Dinas Pekerjaan Umum (2006) tentang keberadaan ruang terbuka hijau sebagai unsur utama pembentuk taman kota menerangkan bahwa konsep ruang terbuka hijau dapat mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan
commit to user
arsitektual. Ruang terbuka hijau tersebut secara fisik dibentuk secara alami dan binaan dengan struktur konfigurasi ekologis dan planologis.
Buku yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta (2013) yang berisi tentang pengembangan kota hijau menjelaskan bahwa beberapa aspek yang menjadi daya dukung lahan dalam meninjau potensi ruang terbuka hijau di Kota Surakarta meliputi kondisi topografi, jenis tanah, hidrologi, dan iklim. Daya dukung tersebut dipadukan dengan keberadaan penduduk beserta perkembangannya dan permasalahan yang ada di Kota Surakarta.
Penelitian yang berhubungan dengan ruang terbuka hijau dengan Kota Surakarta juga pernah dilakukan oleh Sulistio Wibowo (2009) dengan isi penelitian berupa implementasi penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007, namun dalam penyediaan tersebut hanya membahas tentang aspek hukum sebagai dasar penyediaan.
2.2.2 Tinjauan Salah Satu Lokasi Perencanaan
Salah satu lokasi rencana penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta berada di kawasan Benteng Vastenburg. Benteng ini merupakan benda cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 57/PW.007/MKP/2010 sehingga kawasan ini perlu adanya tindakan perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan. Berbagai tulisan mengenai benteng maupun kawasan Benteng Vastenburg lebih banyak mengarah pada penambahan bangunan yang sesuai dengan budaya serta lokalitas Kota Surakarta. Hal ini tentunya mengurangi estetika benteng itu sendiri karena kondisi struktur benteng yang tidak terlalu tinggi jika dilakukan penambahan bangunan maka akan tenggelam di antara bangunan baru. Sedangkan tulisan yang mengarah ke ekologi pada kawasan ini masih belum tersedia.
Tulisan berupa buletin yang ditulis oleh Danang Priatmodjo (2009) terdapat kontroversi Benteng Vastenburg dengan kepemilikan swasta yang akan dibangun bangunan hotel dan pusat perbelanjaan. Mengingat benteng ini didirikan hampir bersamaan dengan Kota Surakarta maka kawasan ini seharusnya termasuk benda cagar budaya karena belum disahkannya Benteng Vastenburg oleh peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sebagai benda cagar budaya. Untuk itu perlu
upaya revitalisasi cagar budaya yang mengarah ke konservasi, nilai ekonomi dan manfaat bagi masyarakat luas.
Tulisan lain berupa konsep perencanaan dan perancangan Benteng Vastenburg sebagai taman budaya oleh M. Luthfi Fauzi (2010) juga melakukan penambahan bangunan disekitar kawasan luar dan bagian dalam benteng dengan hasil akhir berupa rekomendasi fungsi baru dari benteng tersebut.
Penambahan bangunan juga direncanakan oleh Fajar Dwi Rizqiardi (2010) dengan judul tulisan Revitalisasi Benteng Vastenburg Surakarta sebagai Pusat Seni dan Musium Seni Kontemporer dengan penambahan bangunan pada area dalam benteng yang disesuaikan dengan bangunan khas Kota Surakarta.
Penilitian lain berupa perencanaan yang ditulis oleh Agus Irawan (2013) pada kawasan ini berupa perencanaan parkir yang berwawasan hijau. Rencana ini berupa kontruksi parkir di sebagian area kawasan dengan penambahan elemen lunak berupa vegetasi hijau.