• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Abu Cangkang Karet sebagai Tambahan Filler pada Campuran Aspal Panas Jenis Hot Rolled Sheet

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penggunaan Abu Cangkang Karet sebagai Tambahan Filler pada Campuran Aspal Panas Jenis Hot Rolled Sheet"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Abu Cangkang Karet sebagai Tambahan Filler pada Campuran Aspal Panas Jenis Hot Rolled Sheet

Jojeffrey Etter1*, Ina Elvina2, Robby3

1,2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Palangka Raya Indonesia

*Koresponden email: jojeffreyetter02@gmail.com

Diterima: 10 Oktober 2022 Disetujui: 20 Oktober 2022

Abstract

A filler is one of the elements or materials that must be present in the hot asphalt mixture. To overcome the lack of filler content, cement or lime is usually used, but in some areas in Indonesia it is sometimes not easy to get cement and the price is relatively more expensive. Therefore, this study tries to examine the effect of using rubber shell ash as an additional filler in the asphalt mixture. This study aims to analyze the physical properties, Marshall characteristics, and the optimum value of Rubber Shell Ash using the Asphalt Institute method on a mixture of Lataston Lapis Foundation type HRS-Base (Hot Rolled Sheet -Base). Results Based on calculations without the addition of rubber shell ash filler, it was found that KAO of 7.35% obtained a Stability value of 900.00 kg, Flow of 3.16 mm, Void in the Mineral Aggregate of 20.7%, Void in the Mix of 4.51%, Void Filled by Bitumen is 77.60%, Marshall Quotient is 285.00 kg/mm. Then it is planned to add 3 variations of Rubber Shell Ash with levels of 1.5%, 3%, and 5%. The best results were obtained with the addition of 5% Rubber Shell Ash with a total filler of 9%, the Stability value was 941.35 kg, Flow was 3.15 mm, the Void in the Mineral Aggregate was 19.70%, the Void in the Mix was 3%, Void Filled by Bitumen was 84, 77%, Marshall Quotient of 300.01 kg/mm.

Keywords: Hot Rolled Sheet - Base (HRS-Base), rubber shell ash, filler, marshall parameter, asphalt institute

Abstrak

Filler adalah bahan yang ada dalam campuran aspal panas. Untuk mengatasi kekurangan kadar filler tersebut biasanya digunakan semen atau kapur, namun di beberapa daerah kadang tidak mudah untuk mendapatkan semen dengan harganya pun relatif semakin mahal. Karena itu maka dilakukan untuk mencoba meneliti pengaruh abu cangkang karet sebagai bahan filler pada racikan aspal. Eksperimen ini mencoba untuk menganalisis sifat fisik, karakteristik Marshall, dan nilai optimum dari Abu Cangkang Karet menggunakan metode Asphalt Institute pada campuran aspal jenis HRS-Base. Berdasarkan hasil perhitungan tanpa penambahan filler Abu Cangkang Karet didapatkan KAO sebesar 7,35% didapatkan nilai stabilitas berkisar 900,00 kg, flow berkisar 3,16 mm, Rongga Antar Agregat berkisar 20,7%, rongga dalam campuran berkisar 4,51%, rongga terisi aspal berkisar 77,60%, hasil bagi Marshall berkisar 285,00 kg/mm.

Kemudian direncanakan penambahan abu cangkang karet sebanyak 3 variasi dengan kadar yaitu 1,5%, 3%

dan 5%. Hasil terbaik diperoleh pada penambahan abu cangkang karet 5% dengan total filler 9% didapatkan nilai stabilitas berkisar 941.35 kg, flow berkisar 3,15 mm, rongga antar agregat berkisar 19,70%, rongga dalam campuran berkisar 3%, rongga terisi aspal berkisar 84,77%, hasil bagi Marshall berkisar 300,01 kg/mm.

Kata Kunci: Hot Rolled Sheet - Base (HRS-Base), abu cangkang karet, filler, parameter Marshall, asphalt institute

1. Pendahuluan

Perkerasan adalah bidang kontak antara beban kendaraan yang melalui roda dan jalan yang melalui permukaan. Struktur perkerasan yang menggunakan sistem perkerasan fleksibel biasanya terdiri dari lapisan keausan/permukaan, lapisan pondasi atas/bawah, dan lapisan tanah dasar. Aspal panas umumnya digunakan pada perkerasan lentur. Dalam penggunaan aspal panas, pemilihan material yang sesuai, termasuk persyaratan fisik dan kimia, merupakan persyaratan utama dalam membentuk aspal panas sebagai lapisan perkerasan dengan mudah. Filler merupakan salah satu unsur atau bahan yang harus ada dalam campuran aspal panas. Agregat kasar dan halus biasanya sudah mengandung filler, tetapi karena filler tidak optimal, maka filler harus ditambahkan lagi. Semen atau kapur biasanya digunakan untuk menutupi kekurangan filler, namun di sejumlah daerah semen tidak gampang didapat dan harganya agak mahal. [1].

(2)

Disisi lain Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai lahan perkebunan karet yang cukup luas dan hampir disetiap daerahnya menanam pohon karet. Pada umumnya pohon karet hanya diambil getahnya dengan cara disadap dan dijual kemudian diolah menjadi berbagai kebutuhan dan produk. Tetapi cangkang karet jarang dimanfaatkan dan hanya terbuang begitu saja sehingga menjadi limbah. Karena itu maka penelitian ini dicoba untuk menganalisis pengaruh penggunaan Abu Cangkang Karet sebagai tambahan bahan filler pada campuran aspal panas jenis HRS-Base [2].

Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi apakah agregat yang digunakan dan abu cangkang karet ini memenuhi spesifikasi campuran Lataston Lapis Pondasi jenis (HRS-Base) sebagai alternatif tambahan filler [3]. Berapa nilai KAO dan karakteristik Marshall tanpa penambahan Abu cangkang karet pada campuran Lataston Lapis Pondasi jenis (HRS-Base) [3] dan berapa variasi penambahan kadar abu cangkang karet terbaik dan karakteristik Marshall yang dihasilkan [4]

Tujuan dari penelitian yaitu menganalisis sifat agregat dan Abu Cangkang Karet sebagai tambahan bahan pengisi (filler), menganalisis nilai KAO dan Karakteristik Marshall tanpa penambahan Abu cangkang Karet, menganalisis variasi penambahan kadar Abu Cangkang Karet dan Karakteristik Marshall yang dihasilkan terhadap campuran Lataston Lapis Pondasi jenis (HRS-Base) [5].

Gambar 1. Lokasi pengambilan data Sumber : https://earth.google.com 2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur uji laboratorium yang dirancang untuk menganalisis efektivitas abu cangkang karet sebagai bahan pengisi yang ditambahkan pada campuran berbasis HRS (Hot Rolled Sheet-Base). Selama penyelidikan laboratorium, diamati dan diselidiki proporsi campuran dasar yang memenuhi spesifikasi. Data yang diperoleh dimanfaatkan untuk merancang formulasi, kemudian dibuat contoh (briket) dan dilakukan pengujian Marshall untuk mendapatkan nilai KAO untuk memahami sifat- sifat formulasi. Selanjutnya dilakukan pengujian dimana KAO yang diperoleh digunakan sebagai campuran dan ditambahkan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi.

Alat tersebut terdiri dari filter, alat uji kalibrasi, alat uji densitas, alat pengering agregat (oven), alat pengukur suhu, alat pencampur dan pemisah agregat, dan alat uji contoh (benda uji) [6] [7] [8].

.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pelaksanaan dan Pengujian di Laboratorium

Kajian sifat-sifat campuran (HRS-base) diuji coba di Laboratorium Jalan Raya. Penelitian ini mencakup uji sifat fisik agregat dan uji sifat Karakteristik Marshall memakai alat uji Marshall.

3.2 Pengujian Sifat-sifat Fisik Agregat

Pemeriksaan sifat fisik berupa analisa saringan, menguji berat jenis dan menguji penyerapan agregat, menguji abrasi (keausan) agregat kasar, dan menguji kandungan agregat halus seperti ditunjukan Tabel 1 dan Tabel 2.

(3)

Tabel 1. Hasil pemeriksaan gradasi No. Saringan Persentase Lolos Saringan (%)

Eks. Palu Tangkiling

Inch mm Agregat Kasar (CA) Abu Batu (FA) Pasir (SA)

#3/4 19 100.00 100.00 100.00

#1/2 12,7 71.37 100.00 100.00

#3/8 9,5 1.55 100.00 100.00

No.8 2,36 0.49 52.57 99.22

No.30 0,60 0.43 23.97 23.78

No.200 0,075 0.07 10.00 0.01

Sumber : Hasil penelitian (2022) Tabel 2. Hasil pemeriksaan sifat-sifat agregat

Pemeriksaan Eks. Palu

Pasir Tangkiling Agregat Kasar Abu Batu

Berat Jenis 2,660 2,525 2.541

Berat Jenis Kering Permukaan / SSD 2,696 2,576 2.592

Berat Jenis Semu 2,760 2,661 2.678

Penyerapan (%) 1,365 2,044 2,022

Keausan / Abrasi (%) 23,81 - -

Sand Equivalent (%) - - 79,34

Sumber : Hasil penelitian (2022) 3.3 Perencanaan Campuran

Pencampuran digunakan metode Asphalt Institute dan akumulasi agregat secara trial and error.

Tabel 3 memperlihatkan hasil perhitungan gradasi.

Tabel 3. Hasil perhitungan gradasi gabungan cara trial and error No. Saringan Agregat Kasar

(CA) Abu Batu (FA) Pasir (SA) Inch Mm 100% 26% 100% 40% 100% 34%

#3/4 19 100 26 100 40 100 34

#1/2 12.7 71.37 18.56 100 40 100 34

#3/8 9.5 1.55 0.40 100 40 100 34

No.8 2.38 0.49 0.13 52.57 21.03 99.22 33.73 No.30 0.595 0.43 0.11 23.97 9.59 23.78 8.09 No.200 0.075 0.07 0.02 10 4 0.01 0

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Dari perhitungan komposisi campuran yang diperoleh, total tersebut dapat digunakan untuk menentukan taksiran kadar aspal awal. Kandungan aspal awal didapat dari rumus:

Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + Konstanta (1)

Dengan nilai:

CA = 45,11%

FA = 50,87%

Filler = 4,02%

Pb = (0,035 x 45,11) + (0,045 x 50,87) + (0,18 x 4,02 ) + 2,0 Pb = 6,59 ≈ 6,5%

Perhitungan estimasi kadar aspal menghasilkan lima variasi kadar aspal yaitu 5,5% - 7,5%. Total berat agregat yang digunakan 1200 gram.

3.4 Analisis Internal Rate of Return

Setelah komposisi campuran dihitung kemudian dilanjutkan dengan pembuatan briket. Pembuatan briket mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991. Banyak tumbukan 2 x 50, dengan perkiraan lalu lintas sedang.

(4)

Sampel selanjutnya dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam sebelum ditimbang. Selanjutnya setelah merendam benda uji dalam wadah berisi air, lalu ditimbang dalam air untuk diukur beratnya.

Selanjutnya benda uji diangkat lalu dikeringkan hingga tingkat kekeringan permukaan jenuh kemudian dilakukan penimbangan.

Sampel direndam dalam pemanas air 60 °C dengan waktu +30-40 menit sebelum pengujian pada mesin Marshall. Hasil ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan terhadap total agregat

No. Pemeriksaan Hasil Perhitungan

1. Berat Jenis Bulk (GSB) 2.564

2. Berat Jenis Semu (GSA) 2.692

3. Berat Jenis Efektif (GSE) 2.628

4. Penyerapan (Pba) 1.034

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Sifat-sifat utama aspal panas yang diperoleh dari pengujian Marshall adalah stabilitas, flow, MQ, VIM dan VFB. Tabel 5 menunjukkan hasil uji Marshall di laboratorium.

Tabel 5. Hasil pengujian parameter karakteristik Marshall Kadar

Aspal (%)

Parameter Karakteristik Marshall Stabilitas (kg) Flow (mm) VMA

(%) VIM (%) VFB (%) MQ (kN/mm)

5,5 870.540 2.93 22.46 10.90 51.53 297.142

6,0 940.362 3.23 22.488 9.73 56.76 292.347

6,5 966.068 3.27 21.99 7.93 63.99 296.545

7,0 920.460 3.18 20.83 5.28 74.67 289.142

7,5 881.237 3.10 20.65 3.75 81.87 284.569

Spek > 600 > 3 >17 3 – 5 > 68 > 250 Sumber : Hasil penelitian (2022)

3.5 Hubungan Karakteristik Marshall terhadap Kadar Aspal Tanpa Abu Cangkang Karet

Gambar 2. Grafik hubungan stabilitas terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

Dari Gambar 2, nilai stabilitas tertinggi adalah kadar aspal 6,5% yang setara dengan 966.068 kg, dan nilai stabilitas terendah adalah kadar aspal 5,5% yang setara dengan 870.540 kg.

550 600 650 700 750 800 850 900 950 1.000 1.050 1.100

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 Stabilitas

Aspal (%)

(kg)

(5)

Gambar 3. Grafik hubungan VMA terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

Dari Gambar 3, hasil VMA maksimum terjadi pada kadar aspal 6% dan 22,48%, dan hasil VMA minimum terjadi pada kadar aspal 7,5%. 20,658%.

Gambar 4. Grafik hubungan flow terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

Dari Gambar 4 tampak bahwa nilai flow pada kadar aspal 5,5 % yaitu setara 2,93 mm tidak memenuhi syarat. Sedangkan nilai kelelehan (flow) ada pada kadar aspal 6% sampai dengan 7,5%.

Gambar 5. Grafik hubungan VIM terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 VMA

Aspal (%)

(%)

1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 Flow

(mm)

Aspal (%)

1 2 3 4 5 67 8 9 10 11 12 13 14 15 16

5 6 6 7 7 8 8

VIM

(%)

Aspal (%)

(6)

Gambar 5 menunjukkan bahwa peningkatan kadar aspal mengurangi rongga dalam campuran. Hal ini disebabkan semakin banyaknya aspal yang dapat mengisi rongga-rongga ke dalam campuran aspal.

Hasil VIM yang sesuai dengan persyaratan adalah 3,75% untuk aspal 7,5%.

Gambar 6. Grafik hubungan VFB terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai VFB mengalami kenaikan seiring dengan semakin naiknya jumlah kadar aspal. Hal tersebut disebabkan peningkatan jumlah aspal yang masuk mengisi rongga udara diantara butiran agregat. Hanya kadar aspal 7% dan 7,5% yang memenuhi syarat.

Gambar 7. Grafik hubungan MQ terhadap variasi kadar aspal Sumber : Hasil penelitian (2022)

Gambar 7 menunjukkan bahwa hasil bagi Marshall maksimum terjadi pada nilai kadar aspal 6,5%

297.142 kg/mm dan hasil bagi Marshall minimum terjadi pada nilai kadar aspal 7 ,5% adalah 284.569 kg/mm.

Setelah meninjau grafik-grafik di atas, nilai KAO dapat ditentukan secara grafis dengan memplot kisaran kadar aspal yang memenuhi persyaratan untuk spesifikasi stabilitas, VMA, VIM, VFB, dan Marshall Quotients meningkat. Hasil Marshall menunjukkan bahwa kadar aspal campuran antara 7,2%

hingga 7,5% memenuhi semua syarat yang ditetapkan. Dari rentang tersebut, titik tengah rentang tersebut adalah nilai KAO sebesar 7,35%. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil untuk nilai KAO sebesar 7,35%

ditunjukkan pada Tabel 6.

45 50 55 60 65 70 75 80 85

5 6 6 7 7 8 8

VFB

(%)

Aspal (%)

150 180 210 240 270 300 330 360 390

5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 MQ

(kg/mm)

Aspal (%)

(7)

Gambar 8. Grafik hubungan parameter Marshall terhadap KAO Sumber : Hasil penelitian (2022)

Tabel 6. Nilai parameter Karakteristik Marshall pada kadar aspal optimum KAO (%)

Parameter Karakteristik Marshall Stabilitas

(kg)

FLOW (mm)

VMA

(%) VIM (%) VFB (%) MQ (kg/mm) 7,35 900,00 3,16 20,7 4,51 77,60 285,00 Spek >600 >3 >17 3-5 >68 >250

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Dari Tabel 6 terlihat nilai parameter karakter Marshall untuk stabilitas berkisar 900,00 kg, flow berkisar 3,16 mm, VMA berkisar 20,7%, VIM berkisar 77,60% , VFB dan 285,00 kg/mm untuk Marshall quotient (MQ).

3.6 Pengujian Marshall pada Campuran HRS-Base dengan penambahan Abu Cangkang Karet Setelah didapatkan nilai KAO, selanjutnya dilakukan pengujian dengan menambahkan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi dengan variasi abu cangkang karet yang diberikan dan komposisi agregat yang sama dengan KAO. Tabel 7 menunjukkan hasil sifat Marshall yang diuji pada uji campuran Marshall dengan penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi tambahan.

Tabel 7. Hasil pengujian parameter karakteristik Marshall dengan penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi (filler)

Abu Cangkang Karet (%)

Parameter Karakteristik Marshall Stabilitas

(kg)

VMA (%)

VIM (%)

VFB (%)

Flow (mm)

MQ (kg/

mm)

5,5 926.59 20.85 4.39 78.94 3.31 280.64

7 934.22 20.29 3.71 81.72 3.26 286.18

9 941.35 19.70 3.00 84.77 3.15 300.01

Spek >600 > 17 3 – 5 > 68 > 3 >250 Sumber : Hasil penelitian (2022)

5,5 6 6,5 7 7,5

KAO

VIM VFB Stabilitas Flow MQ

Aspal terhadap campuran (%)

VMA

(8)

Gambar 9. Grafik hubungan stabilitas terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Gambar 10. Grafik hubungan VMA terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Gambar 10 menunjukkan nilai teratas VMA ada pada kadar filler abu cangkang karet 5,5% yaitu sebesar 20,85% dan nilai terendah VMA terjadi pada kadar filler abu cangkang karet 9% yaitu sebesar 19,70%.

Gambar 11. Grafik hubungan flow terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

Flow

(mm)

Filler Abu Cangkang KaretterhadapCampuran (%) 1516

1617 1718 1819 1920 2021 2122 2223 23

5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

VMA

(%)

Filler Abu Cangkang KaretterhadapCampuran (%) 500

550 600 650 700 750 800 850 900 950 1.000 1.050 1.100 1.150 1.200

5 6 7 8 9

Stabilitas

Filler Abu Cangkang Karet terhadap Campuran (%)

(kg)

(9)

Nilai tertinggi diperoleh pada penambahan 5,5% kadar filler abu cangkang karet yaitu sebesar 3,31 mm, dan pada penambahan kadar filler abu cangkang karet sebesar 7% dan 9% mengalami penurunan nilai flow.

Gambar 12. Grafik hubungan VIM terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Gambar 12 menunjukkan nilai VIM dari penambahan filler abu cangkang karet mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya persentase kadar filler abu cangkang karet. Nilai VIM dengan kadar filler 5,5%, 7% dan 9%.

Gambar 13. Grafik hubungan VFB terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

Sumber : Hasil penelitian (2022)

Nilai (VFB) cenderung meningkat dengan bertambahnya persentase abu cangkang karet yang ditambahkan ke dalam campuran. Hal ini dikarenakan campuran abu cangkang karet lebih banyak mengisi celah-celah rongga campuran.

Gambar 14 menunjukkan nilai Marshall pada percobaan yang memenuhi spesifikasi. Artinya, nilainya melebihi 250 kg/mm. Nilai Marshall quotient meningkat dengan meningkatnya kandungan abu cangkang karet.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

VIM

(%)

Filler Abu Cangkang KaretterhadapCampuran (%)

45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

5 6 7 8 9

VFB

(%)

Filler Abu Cangkang Karet terhadap Campuran (%)

(10)

Gambar 14. Grafik hubungan MQ terhadap variasi penambahan abu cangkang karet sebagai bahan pengisi

Sumber : Hasil penelitian (2022) 4. Kesimpulan

Komposisi material dalam perancangan campuran HRS-based ditentukan dari sifat fisik agregat berupa ukuran butir, berat jenis penyerapan dan keausan. Agregat kasar memenuhi semua persyaratan spesifikasi, memenuhi spesifikasi, yaitu lolos ayakan No. 16 dan ayakan 0,075 mm (No. 200 ), masing- masing tidak kurang dari 100% dan 75% terhadap berat.

Berdasarkan perhitungan tanpa penambahan abu cangkang karet, KAO 7,35% didapatkan nilai stabilitas sebesar 900,00 kg, flow sebesar 3,16 mm, rongga antar agregat sebesar 20,7%, dan rongga pada campuran sebesar 4,51%. Dicapai, rongga terisi aspal 77,60% dan Marshall quotient 285,00 kg/mm.

Setelah itu, direncanakan menambahkan 3 variasi abu tempurung karet 1,5% dan 3%, 5%. Hasil terbaik diperoleh dengan penambahan abu tempurung karet dengan total kandungan filler 9%, rongga yang terisi aspal adalah 84,77%, dan hasil bagi Marshall adalah 300,01 kg/mm.

5. Daftar Pustaka

[1] Adisaputra, Dino. Penggunaan Abu Tempurung Kelapa sebagai Tambahan Bahan Pengisi (Filler) pada Campuran Lataston Lapis Aus (Hot Rolled Sheet-Wearing Course), Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, 2019.

[2] A. Esentia, B. Samsul, and R. R. Makmun, “Pengaruh Penggantian Sebagian Filler Semen Dengan Kombinasi 40% Serbuk Batu Bata Dan 60% Abu Cangkang Lokan Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC),” Universitas Bengkulu, 2014.

[3] A. Gunarto and A. I. Candra, “Penelitian Campuran Aspal Beton Dengan Menggunakan Filler Bunga Pinus,” UKaRsT, vol. 3, no. 1, pp. 37–47, 2019.

[4] A. Kumalawati, T. M. W. Sir, and Y. Mastaram, “Analisis Pengaruh Penggunaan Abu Batu Apung Sebagai Pengganti Filler Untuk Campuran Aspal,” J. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 191–200, 2013.

[5] A. Widayanti, R. A. A. Soemitro, J. J. Ekaputri, and H. Suprayitno, “Analisis Pemanfaatan Zat Aditif pada Reclaimed Asphalt Pavement untuk Lapisan Beton Aspal,” J. Manaj. Aset Infrastruktur Fasilitas, vol. 4, no. 1, 2020.

[6] Abidin, Zainal, Bunyamin Bunyamin, and Febrina Dian Kurniasarir. "Uji Marshall Pada Campuran AC-WC Dengan Substitusi Filler." Jurnal Serambi Engineering 6.1. 2021.

[7] C. Khairani, S. M. Saleh, and S. Sugiarto, “Uji Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) Dengan Tambahan Parutan Ban Bekas,” J. Tek. Sipil, vol. 1, no. 3, pp. 559–570, 2018.

[8] Rommel, Erwin. "Pengaruh Pemberian Perawatan Steam Curing Terhadap Kekuatan dan Durabilitas Beton Dengan Semen Pozzolan (Effect of Steam Curing on Strength and Durability Concrete with Cement Pozzolan)." Media Teknik Sipil 9.2. 2011.

[9] F. D. Kurniasari, S. M. Saleh, and S. Sugiarto, “Pengaruh Filler Abu Ampas Tebu (AAT) Dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Pada Campuran Laston AC-WC,” J. Arsip Rekayasa Sipil dan Perenc., vol. 1, no. 4, pp. 69–78, 2018.

150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390

5 6 7 8 9

MQ

(kg/mm)

Filler Abu Cangkang Karet terhadap Campuran (%)

(11)

[11] M. Safriani and D. Febrianti, “Analisis Pengaruh Penggunaan Abu Sabut Kelapa Sebagai Filler Pada Campuran Aspal Retona Blend,” J. Tek. Sipil dan Teknol. Konstr., vol. 2, no. 2, 2018.

[12] M. Yacob and W. Wesli, “Pengaruh Kadar Filler Abu Batu Kapur Dan Abu Tempurung Kelapa Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Aspal Beton AC-BC,” TERAS JURNAL-Jurnal Tek. Sipil, vol. 7, no. 1, pp. 213–222, 2018.

[13] N. A. Kurniawan, S. Winarto, and A. Ridwan, “Penelitian penambahan bahan limbah tetes tebu dari pabrik gula meritjan pada campuran aspal beton,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 1, pp. 96–

105, 2019.

[14] R. M. Yusputri, “Pengaruh Penggunaan Abu Serbuk Kayu Sebagai Substitusi Filler Dan Styrofoam Sebagai Substitusi AC Pen. 60/70 Terhadap Campuran Laston-WC,” ETD Unsyiah, 2019.

[15] S. Sumiati, “Faktor Penyebab Kerusakan Alur (rust) Pada Lapisan Perkerasan Jalan,” PILAR, vol. 7, no. 1, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

KATA KUNCI: Optimalisasi, Manajemen, Masjid, Makmur, Masjid Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember. Permasalahan yang terjadi pada masjid saat ini adalah kurangnya aktivitas

Hasil ini menujukkan bahwa naik turunya harga batubara tidak mempengaruhi harga saham secara signifikan karena para investor lebih memperhatikan faktor-faktor lain seperti earning per