PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat judul, Penggunaan Model Bercerita Berpasangan untuk Meningkatkan Kemampuan Parafrase Cerita Rakyat Siswa Kelas IV SDN 1 OMBE BARU Tahun Ajaran. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tingkat kemampuan parafrase cerita rakyat dengan menggunakan model pairing storytelling. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan model narasi berpasangan untuk meningkatkan kemampuan parafrase cerita rakyat pada siswa kelas IV di SDN 1 Ombe Baru Kediri Lombok Barat tahun pelajaran 2022/2023?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan parafrase cerita rakyat dengan menggunakan model pairing storytelling siswa kelas IV SDN 1 Ombe Baru tahun ajaran 2022/2023. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan baru terkait penggunaan metode narasi berpasangan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita rakyat di kelas IV SDN 1 Ombe Baru. Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah 38 siswa kelas IV SDN 1 Ombe Baru dengan fokus penelitian penggunaan model pairing storytelling untuk meningkatkan kemampuan parafrase cerita rakyat pada siswa kelas IV SDN 1 Ombe Baru tahun pelajaran 2022/2023. .
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai skenario (rencana) yang dituangkan dalam RPP Model Cerita Bersambung (RPP) untuk meningkatkan kemampuan menulis ulang cerita rakyat pada siswa kelas IV SDN 1 Ombe Baru. Lembar observasi aktivitas guru menjadi acuan peneliti pada saat melakukan observasi untuk mengamati langkah-langkah pembelajaran guru pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pairing storytelling untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan kembali cerita rakyat. Kemudian guru membacakan buku cerita rakyat, setelah itu siswa diminta untuk menulis kembali isi cerita rakyat tersebut.
Kemudian guru membacakan buku cerita rakyat, setelah itu siswa diminta untuk menulis kembali isi cerita rakyat tersebut. Sedangkan untuk tahap observasi peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa, dan menguji kemampuan menulis ulang cerita rakyat setelah menerapkan model Paired Storytelling untuk meningkatkan kemampuan menulis ulang cerita rakyat kelas IVA SDN 1 Ombe Baru. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kemampuan siswa menulis ulang isi cerita rakyat menunjukkan hal tersebut.
Kemudian guru membacakan buku cerita rakyat, setelah itu siswa diminta untuk menulis kembali isi cerita rakyat tersebut. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kemampuan siswa dalam menulis ulang isi cerita rakyat menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik setelah diterapkan model pairing storytelling. Siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan dan siswa masih kesulitan menulis ulang cerita rakyat.
Berdasarkan pembahasan tersebut, penggunaan model narasi berpasangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memparafrase isi cerita rakyat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDN 1 Ombe Baru tahun ajaran 2022/2023.
Saran Tindakan
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar, kinerja, pemahaman dan penulisan cerita rakyat dengan menggunakan metode bercerita berpasangan. Manfaat penelitian bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita rakyat dengan menggunakan metode bercerita berpasangan. Manfaat penelitian bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan baru dalam pemutakhiran sistem pengajaran di sekolah, guna meningkatkan mutu sekolah.
Manfaat penelitian bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita rakyat melalui metode bercerita berpasangan.
KAJIAN PUSTAKA
- Model Paired Storytelling
- Menulis
- Cerita Rakyat
- Kajian Pustaka
Guru menulis topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui tentang topik tersebut. Dalam kegiatan ini guru harus menekankan bahwa siswa tidak harus memberikan prediksi yang benar-benar benar. Siswa diminta untuk membaca atau mendengarkan bagiannya masing-masing (jika lokasi pengajaran di laboratorium bahasa).
Setelah membaca, siswa diminta untuk bertukar daftar kata/kalimat kunci dengan pasangannya masing-masing. Sambil mengingat/memperhatikan bagian yang sudah dibaca/didengar, setiap siswa mencoba mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengar (dibaca/didengar oleh pasangannya) berdasarkan kata/kalimat pasangannya. . Siswa yang telah membaca/menyimak bagian pertama mencoba memprediksi dan menulis apa yang akan terjadi selanjutnya, sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian kedua menulis apa yang terjadi sebelumnya.
Dari poin-poin di atas mengenai kelebihan dan kekurangan metode pairing storytelling dapat disimpulkan bahwa model pairing storytelling lebih berpusat pada siswa dan dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN
- Setting Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Rencana Tindakan
- Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
- Pelaksanaan Tindakan
- Cara Pengamatan (Monitoring)
- Indicator Keberhasilan
Selanjutnya pada kegiatan inti, guru meminta siswa mengamati cerita rakyat dengan seksama, guru bertanya kepada siswa. Bentuk pertanyaan yang diberikan guru adalah guru membacakan buku cerita rakyat Danau Toba kemudian siswa menulis ulang cerita rakyat tersebut. Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil kemampuan menulis ulang cerita rakyat siswa dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran.
Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran kemampuan menulis ulang cerita rakyat siswa, sehingga peneliti memperoleh data keterampilan menulis siswa. Kegiatan Inti Guru memberikan contoh cerita rakyat Guru meminta siswa mengamati cerita rakyat dengan seksama. Siswa mendengarkan guru membacakan buku cerita rakyat Setelah mendengarkan, siswa menuliskan kembali isi cerita rakyat yang dibacakan oleh guru.
Menguji hasil belajar siswa pada penggunaan model pairing storytelling untuk meningkatkan kemampuan menulis ulang cerita rakyat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Setting Penelitian
Profil Singkat SDN 1 Ombe Baru.. SDN 1 Ombe Baru merupakan satuan pendidikan yang berjenjang sekolah dasar negeri di Kecamatan Ombe Baru. Museum, SLB, dan lain-lain) dalam upaya meningkatkan kecerdasan berpikir dan kepekaan sosial siswa sejak dini. Dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peranan yang sangat penting karena siswa merupakan salah satu tolak ukur atau penjaga proses belajar mengajar.
Hasil Penelitian
Selain itu pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati cerita rakyat dengan seksama, guru meminta siswa menyebutkan informasi apa saja yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut, guru langsung menanyakan makna yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut. Setelah mengerjakan LKS, guru meminta setiap perwakilan untuk menceritakan kembali cerita rakyat dan menjelaskan makna dan karakter tokoh cerita tersebut. Setelah mengerjakan LKS, guru meminta setiap perwakilan untuk menceritakan kembali cerita rakyat dan menjelaskan makna dan karakter tokoh cerita tersebut.
Berdasarkan hasil tabel di atas terlihat bahwa kegiatan guru masih memiliki kekurangan yaitu guru tidak mengecek kesiapan siswa, tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan terakhir guru tidak memberikan siswa bertanya untuk menanyakan kembali cerita rakyat yang dibacakan dengan suara keras sehingga siswa kesulitan menulis ulang cerita rakyat tersebut. . Peneliti menemukan bahwa guru masih memiliki kekurangan yaitu guru tidak mengecek kesiapan siswa, tidak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyediaan lembar kerja siswa (LKS) dengan model pairing storytelling, dan tidak menawarkan kepada siswa untuk bertanya. pertanyaan lagi ketika membaca buku cerita rakyat, menyebabkan siswa kesulitan menulis ulang isi cerita rakyat. Artinya, guru tidak menghubungkan materi sebelumnya dengan apa yang dipelajari hari ini, tidak meminta siswa untuk mengamati cerita rakyat dengan cermat, dan tidak secara langsung mengumumkan siapa yang akan mendapat nilai tertinggi.
Adapun hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi dapat dilihat dari tabel di atas hasil kemampuan siswa dalam menyalin konten cerita rakyat dengan pembagian waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Dengan demikian, dari hasil refleksi pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya diupayakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya, agar siswa dapat meningkatkan kembali kemampuan menulisnya. Setelah mengolah LKS, guru meminta setiap perwakilan untuk mengembalikan tradisi rakyat dan menjelaskan makna dan karakter para pahlawan dalam cerita tersebut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan guru pada siklus II terlihat sangat baik dan memenuhi aspek yang dinilai, namun guru tetap perlu terus memotivasi dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya kesulitan meniru. Adapun hasil observasi kegiatan guru di II. dapat dilihat bahwa secara umum kegiatan guru sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru di II. siklus, nilai rata-rata adalah 95%. kategori sangat tinggi.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada Siklus II, secara umum dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa sudah mendekati harapan, walaupun ada beberapa indikator yang belum maksimal oleh siswa. Refleksi dilakukan pada tanggal 17 oleh peneliti dan guru mata pelajaran setelah seluruh rangkaian proses pembelajaran pada siklus 2 telah selesai.
Pembahasan
Karena dalam proses siklus 1 pertemuan 1 dan pertemuan 2 terdapat beberapa kendala dalam pencapaian kegiatan pembelajaran yaitu siswa masih bermain belajar, siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. , hal ini terlihat dari Encounter I hasil kemampuan siswa menulis ulang konten cerita rakyat dengan ketuntasan 50% dengan rata-rata 56,31. Namun masih ada siswa yang kesulitan menulis kembali karena gurunya tidak pernah menerapkan atau mengajarkan dengan cara tersebut. Dalam proses belajar mengajar peneliti menemukan masih banyak kekurangan dari siklus 1 sesi pertama dan kedua yaitu masih banyak siswa yang bermain ketika guru menjelaskan, siswa kesulitan menulis kembali karena buku cerita yang digunakan terlalu sulit untuk digunakan. siswa untuk memahami.
Begitu juga dengan siklus kedua, peneliti dan guru memperhatikan bahwa siswa sudah lebih baik dari sebelumnya, siswa masih kesulitan menulis lagi, namun pada siklus ini siswa meningkat karena buku cerita yang digunakan bahasa yang digunakan mudah dipahami, sehingga siswa menjadi lebih baik. mampu menulis dengan benar dan akurat lagi. seperti yang diharapkan oleh peneliti dan guru. Berdasarkan data yang diperoleh dari kemampuan menulis kembali terjadi peningkatan pada siklus I 65,78% pada siklus II 86,84% Kemudian aktivitas guru pada siklus 1 94,44% Sedangkan siklus II 90% Aktivitas siswa pada siklus 1 97,56% sedangkan siklus 1 II. 97, Selanjutnya kemampuan menulis ulang siswa kelas IV dengan menggunakan model narasi berpasangan sebanyak siklus I pertemuan pertama memperoleh skor ketuntasan belajar rata-rata 56, 31, dan 50%. Guru menjelaskan cara belajar dengan model cerita berpasangan Guru membagikan lembar kerja kepada siswa untuk menjawab soal.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran