• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Satwa dalam Upacara Agama Hindu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penggunaan Satwa dalam Upacara Agama Hindu"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Suara Pakar

Penggunaan Satwa dalam Upacara Agama Hindu

Komang Budaarsa

Pakar Peternakan

Fakultas Peternakan

13 November 2017

View 531

Penggunaan hewan/satwa oleh umat Hindu, khususnya umat Hindu di Bali sangat terkait dengan yadnya yang dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan ajaran agama. Jika ada anggapan bahwa umat Hindu di Bali dalam pelaksanaan agama memati-mati (membunuh hewan), sebenarnya ada dasar yang kuat mengapa hal itu dilakukan. Dalam tulisan seri pertama ini dipaparkan beberapa sumber yang menguatkan mengapa hewan digunakan sebaga sarana upakara.

Dalam lontar Agastya Parwa, pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu, dikelompokkan menjadi lima (dikenal dengan Panca Yadnya), terdiri atas Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Butha Yadnya. Hampir semua upacara yadnya yang dimaksud menggunakan unsur satwa/binatang atau hewan sebagai salah satu kelengkapannya. Jumlah yang digunakan tergantung dari tingkatan yadnya yang dilaksanakan. Di antara lima upacara yadnya yang ada, upacara Bhuta Yadnya-lah yang paling lengkap menggunakan unsur wewalungan (binatang atau hewan).

(2)

Bhuta Yadnya dalam kaitan dengan pelaksanaan upacara berarti segala persembahan/pengorbanan yang dilakukan secara seremonial melalui atau segala pelaksanaan upacara yang berkaitan dengan pemeliharaan keserasian lingkungan buana agung dan buana alit. Tingkatan upacara itu pun ada yang disebut alit, madya maupun utama atau agung,

sebagaimana pada yadnya lainnya.

Apapun tingkat upacaranya, baik alit, madya, maupun agung, pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya mengandung makna yang sama yaitu pengorbanan suci untuk keseimbangan/keharmonisan alam semesta. Hal ini dapat diketahui dari kitab Atharvaveda XII.1.1, yang menyebutkan "Satyam Brhad Rtam Ugradiksa Tapo Brahma Yajnah Prthivim Dharayanti, Sa No Bhutasya Bhavyasasya Patni, Urum Lokam Prthiwi Nah Krnotu", artinya: kebenaran, kejujuran yang agung, hukum-hukum alam yang tidak bisa diubah, pengabdian diri, tapa (pengekangan diri), pengetahuan persembahan (yajna) yang menopang bumi. Bumi senantiasa melindungi kita. Semoga bumi menyediakan

ruangan yang luas untuk kita.

Yadnya yang dimaksudkan sebagai penopang bumi, salah satunya, adalah Bhuta Yadnya. Yadnya itu berfungsi dan bermakna bahwa melalui yadnya tersebut semua unsur alam semesta akan terjaga keharmonisannya. Salah satu unsur penting dalam Bhuta Yadnya khususnya upakara caru, adalah adanya unsur binatang atau hewan (wewalungan). Dasar penggunaan binatang atau hewan dalam pelaksanaan caru di Bali, dapat diketahui dari lontar Kramaning Caru, lembar 1.b. Dalam lontar itu diuraikan, "nihan kramaning caru manut nistamadya utama, lwirnya, sata brumbun sanunggal ...yan kwala ayam brumbun, carukna nta, caru pangruwak, nga" [inilah tingkatan caru, nista, madya utama menggunakan ayam brumbun satu ekor... apabila hanya menggunakan ayam

brumbun, penggunaannya sebagai caru pengruwak namanya].

Selain itu, juga dapat diketahui dari kitab Manawadharmasastra V.42, yang menentukan bahwa Tuhan menciptakan binatang dan tumbuhan untuk tujuan upacara-upacara kurban, dengan maksud untuk kebaikan bumi "eswarthesu pacunhimsan weda, tattwarthawid dwijah, atmanam ca pacum caiwa ga, mayatyutanam gatim", yang artinya: seorang yang mengetahui arti sebenarnya dari weda, menyembelih seekor hewan dengan tujuan-tujuan tersebut di atas menyebabkan dirinya sendiri bersama-sama hewan itu masuk ke dalam keadaan yang sangat membahagiakan (Pudja, 1973: 293). Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa penggunaan binatang atau hewan (wewalungan) dalam pelaksanaan upacara yadnya, khususnya Bhuta Yadnya (caru), mengandung penyucian untuk keseimbangan alam mikrokosmos dan makrokosmos

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan upacara perkawinan samskara tersebut, agama Hindu tidak mengabaikan adat yang telah terpadu dalam masyarakat karena dalam agama Hindu selain Veda sruti dan smrti,