• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan dengan Mengguna

N/A
N/A
Ahmad SaddamZ

Academic year: 2024

Membagikan "Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan dengan Mengguna"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Submitted : 08-02 -20 24 Revised : 04 -03-2024 Accepted : 23-04 -20 24 361

Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan

Dengan Menggunakan Specialized Domestic Waste Water Mixed Treatment

Raina Syawfani1*, Aulia Khairunnisa1, Muhammad Farhan1dan Isna Apriani1

1Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura

*E-mail : [email protected]

Abstract

Wastewater originating from restaurants contains relatively high concentrations of organic matter. Most restaurants do not process the waste produced properly, resulting in pollution of the surrounding waters.

The research aims to determine the efficiency of removing BOD and TSS parameters from restaurant waste using a combination of grease traps and anaerobes and to determine the comparison of the results of the processing process with applicable quality standards. The materials needed for this research include restaurant waste water, bioballs, gravel, EM4, and brown sugar. The research was carried out using a combination method of grease trap and anaerobic-aerobic processing. Anaerobic processing was continued for 5 days, followed by aerobic processing for 8 days. BOD reduction efficiency was 98.54%, and TSS was 95.87%. The results of processing restaurant waste are BOD levels from 584 mg/L down to 8.52 mg/L and TSS levels from 105 mg/L down to 4.33 mg/L. Meanwhile, the pH parameter increased from 3.88 to 7.51. This decrease was influenced by the addition of oxygen and EM4, which helped the biofilm growth process. Based on the analysis results, there is no real effect of the length of residence time on reducing pollutant parameters.

Keywords: anaerobic-aerobic; grease trap; restaurant; wastewater

Abstrak

Air limbah yang berasal dari rumah makan mengandung konsentrasi bahan organik tergolong tinggi.

Sebagian besar rumah makan tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara tepat, sehingga terjadi pencemaran terhadap perairan disekitarnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan parameter BOD dan TSS pada limbah rumah makan menggunakan kombinasi grease trap dan anaerob- aerob dan mengetahui perbandingan hasil proses pengolahan dengan baku mutu yang berlaku. Bahan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi air limbah rumah makan, bioball, kerikil, EM4 dan gula merah.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi grease trap dan pengolahan anaerob-aerob.

Proses pengolahan anaerob selama 5 hari dan dilanjutkan dengan pengolahan aerob selama 8 hari.. Efisiensi penurunan BOD sebesar 98.54 %, TSS sebesar 95.87%. Hasil pengolahan limbah rumah makan yaitu kadar BOD dari 584 mg.L-1 turun menjadi 8.52 mg.L-1 dan kadar TSS dari 105 mg.L-1 turun menjadi 4.33 mg.L- 1. Sedangkan parameter pH mengalami kenaikan dari 3.88 menjadi 7.51. Penurunan ini dipengaruhi oleh penambahan oksigen dan EM4 yang membantu proses penumbuhan biofilm. Berdasarkan hasil analisa, tidak adanya pengaruh nyata dari lamanya waktu tinggal terhadap penurunan parameter pencemar . Kata Kunci: anaerob-aerob; grease trap; limbah cair; rumah makan

(2)

Submitted : 08-02 -20 24 Revised : 04 -03-2024 Accepted : 23-04 -20 24 362 PENDAHULUAN

Tingginya permintaan masyarakat terhadap makanan yang siap saji, mudah dimakan dan beragam mengakibatkan rumah makan berkembang pesat di kota besar belakangan ini.

Meningkatnya jumlah rumah makan mengakibatkan timbulnya permasalahan berupa limbah yang dihasilkan karena dapat mengganggu serta merusak lingkungan sekitar.

Apabila limbah tersebut dibuang terus-menerus ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan menambah beban pencemar pada lingkungan. Umumnya, rumah makan menghasilkan air limbah dari proses pembersihan alat makan, proses memasak menghasilkan minyak dan lemak, pencucian bahan dan sisa makanan.

Buangan dari rumah makan memiliki kandungan bahan organik yang dapat terdegradasi atau membusuk oleh mikroorganisme. Jika dibuang langsung ke perairan, maka dapat mempercepat jumlah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat meningkatkan kadar BOD dan TSS serta menurunkan pH air. Air buangan usaha rumah makan terdiri dari bahan organik serta minyak dan lemak yang tinggi jika dibandingkan dengan baku mutu air limbah domestik, sehingga jika air buangan langsung dibuang tanpa pengolahan akan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Grease trap merupakan pre-treatment pada pengolahan air limbah yang dapat menyisihkan kandungan minyak dan lemak yang dapat mempengaruhi kandungan BOD.

Metode grease trap mampu menyisihkan kadar minyak dan lemak sebesar 45,50%, kadar BOD sebesar 24,10%, kadar COD sebesar 18% dan kadar TSS sebesar 27,72% (Akbar and Silmi 2023). Namun penyisihan menggunakan metode grease trap kurang maksimal, sehingga untuk meningkatkan efektifitas penyisihan pencemar limbah rumah makan diperlukan kombinasi, yaitu metode grease trap dan pengolahan anaerob-arob.

Pengolahan anaerob-aerob dilakukan menggunakan bantuan mikroorganisme untuk menurunkan jumlah polutan organik dalam air. Pengolahan biologis yang biasa digunakan dan memiliki efektivitas yang tinggi adalah pengolahan anaerob-aerob.

Pengolahan air limbah menggunakan metode biofilter anaerob-aerob dapat menunrunkan kadar BOD dan COD dengan efisiensi 83,86% dan 96,79% (Busyairi et al. 2020).

Pengolahan ini memanfaatkan media berupa bioball dan kerikil sebagai media lekat mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penurunan parameter BOD, TSS,dan pH dengan metode kombinasi grease trap dan anaerob-aerob dalam mengolah limbah rumah makan serta membandingkan hasil pengolahan dengan baku mutu yang berlaku. Rangkaian pengolahan tersebut diharapkan mampu menurunkan konsentrasi pencemar yang tinggi dalam air limbah rumah makan.

METODE PENELITIAN

Rangkaian alat pengolahan terdiri dari reaktor yang terbuat dari kaca dengan dimensi 60cm x 20cm x 30cm. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah bak penampung dengan kapasitas 25 L, dan bak penampung efluen, pompa air, aerator, air limbah usaha rumah makan sebanyak 15 liter, kerikil sebanyak 4kg, media bioball sebanyak 200 buah, EM4, dan gula merah. Penelitian ini dilaksanakan di Workshop Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di rumah makan yang berada di Jalan Diponegoro, Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. Lokasi pengujian sampel awal dan akhir di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri. Adapun tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan membuat alat, proses seeding dan aklimatisasi, serta proses running alat.

(3)

363

Gambar 1. Rancangan alat Sumber: Hasil Analisa, 2022

Seeding dan Aklimatisasi

Seeding dan aklimatisasi pada reaktor anaerob dengan media berupa bioball sama dengan perlakuan seeding pada reaktor aerob dengan media berupa kerikil dilakukan secara alami, yaitu dengan membiakkan langsung mikroorganisme dalam reaktor. Untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme, maka dilakukan penambahan EM4 yang telah diaktivasi. Aktivasi EM4 dilakukan dengan mencampur EM4 sebanyak 1 liter dengan air sebanyak 10 liter, kemudian ditambahkan gula merah yang telah dicairkan sebanyak 5 sdm sebagai nutrient. Larutan tersebut disimpan dalam wadah yang tertutup dengan rapat dan didiamkan selama 3 hari.

Air limbah akan dialirkan menuju reaktor anaerob-aerob dan diamati perubahan pada media. Proses seeding dan aklimatisasi dilaksanakan selama kurun waktu 10 hari untuk menumbuhkan lapisan biofilm pada permukaan media biofilter. Pengamatan biofilm dilakukan dengan memegang permukaan media terasa licin atau dapat dilihat dengan kasat mata jika terdapat lendir di permukaan media, hal tersebut menandakan biofilm sudah tumbuh.

Running

Air limbah dimasukan ke dalam bak penampung dan dialirkan menuju bak grease trap.

Grease trap berisi saringan yang terbuat dari kawat kasa agar dapat menyisihkan padatan berupa pengotor seperti kerikil berukuran kecil, padatan tersuspensi maupun padatan lainnya yang berada pada air buangan. Air buangan yang lolos dialirkan menuju reaktor anaerob dengan bantuan pompa. Bak reaktor anaerobik berisi media bioball yang telah melalui proses seeding dan aklimatisasi. Air limbah dalam reaktor diolah selama 5 hari.

Berdasarkan penelitian (Amri and Wesen 2017), waktu tinggal hari ke-5 merupakan waktu yang paling efektif untuk menurunkan kandungan organik. Semakin lama pengolahan maka semakin besar rasio air yang digunakan terus menerus.

Sampel air selanjutnya dialirkan menuju reaktor aerobik yang berisi media berupa kerikil.

Air dialirkan menggunakan aliran upflow, dimana model aliran air dialirkan secara vertikal dari bawah ke atas. Selain itu, dilakukan aerasi pada reaktor aerob dengan menggunakan aerator. Proses aerasi bertujuan agar mikroorganisme aerob tetap terjaga kandungan oksigennya sehingga proses biologi dapat bekerja secara optimal (Yuniarti, Komala, and Aziz 2019).

Berdasarkan penelitian (Zoraya Zahra and Fitri Purwanti 2015), pengolahan efisiensi atau kemampuan penyisihan yang tinggi terjadi pada hari ke-8. Pengolahan air buangan dilaksanakan selama 8 jam. Pada reaktor aerob, air limbah diolah selama 9 hari dengan waktu tinggal 8 jam. Menurut (Kaswinarni and Fibria 2007), apabila kontak antara air buangan dengan media semakin lama, maka kandungan bahan organik yang terurai lebih

(4)

364 banyak sehingga efisiensi penyisihan pencemar menjadi tinggi. Setelah dilakukan pengolahan dalam bak aerob, effluent dialirkan ke bak penampungan akhir. Untuk mengetahui efisiensi penyisihan masing-masing parameter, makan dilakukan analisis sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Air Buangan Usaha Rumah Makan

Karakteristik awal air buangan usaha rumah makan dapat diketahui melalui analisis sampel di laboratorium. Pengambilan sampel uji air limbah rumah makan dilakukan pada bagian penampungan limbah pada rumah makan tersebut. Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah parameter yang biasa digunakan pada air buangan untuk limbah domestik, diantaranya BOD, TSS dan pH. Berdasarkan pengamatan fisik, air buangan usaha rumah makan berbau pekat dan berwarna putih keruh.

Tabel 1. Karakteristik Air Buangan Usaha Rumah Makan

Parameter Uji Satuan Baku Mutu Hasil Uji

BOD mg.L-1 30 584

TSS mg.L-1 30 105

pH - 6-9 3.88

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Konsentrasi BOD pada air limbah rumah makan tergolong cukup tinggi, yaitu berkisar 584 mg.L-1, begitu juga dengan konsentrasi TSS yaitu 105 mg.L-1. Nilai pH diketahui berada pada kondisi asam yaitu sebesar 3.88. Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa ketiga parameter telah melebihi baku mutu air limbah domestik yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Kandungan BOD menandakan bahwa kandungan bahan organik pada air buangan yang diperoleh darir saluran buangan usaha rumah makan cukup tinggi. Sedangkan kandungan TSS yang tinggi dapat diketahui dengan memantau kondisi fisik air buangan yang berwarna putih keruh. Apabila air buangan tersebut tidak diolah terlebih dahulu dan lansung dibuang ke perairan, maka dapat menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar.

Perlakuan Seeding dan Aklimatisasi Biofilter Anaerob-Aerob

Perlakuan seeding dan aklimatisasi dilakukan secara alami atau dengan cara membiakkan dan menyesuaikan mikroorganisme secara langsung dalam reaktor yang berisi limbah rumah makan. Penggunaan air limbah dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada media secara cepat, hal ini dikarenakan air buangan mengandung mikroorganisme yang cukup banyak. Selain itu, air buangan juga menyimpan karbon yang cukup untuk digunakan oleh mikroorganisme sebagai nutrien.

Penambahan EM4 sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme pada proses ini terbukti mampu mempercepat pertumbuhan biofilm pada media biofilter. Hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya biofilm pada hari ke-5. Penggunaan EM4 ini sejalan dengan hasil penelitian (Pitriani, Daud, and Jafar 2014), dimana penambahan EM4 terbukti dapat mempersingkat waktu pada proses pembentukan biofilm. Biofilm mulai tampak pada hari ke-5 dan tampak semakin jelas pada hari ke-8. Semakin lama waktu tinggal pada reaktor, menyebabkan mikroorganisme semakin bertambah dan menempel di permukaan media biofilter. Bertambahnya jumlah mikroorganisme pada media biofilter dapat membantu meningkatkan kemampuan penyisihan parameter BOD.

(5)

365 Pengaruh Pemberian Aerasi pada Biofilter Aerob

Pemberian aerasi dilakukan dengan memasukkan aerator ke dalam reaktor biofilter.

Aerasi bertujuan untuk menambah pasokan oksigen pada air buangan sehingga dapat membantu mikroorganisme yang melekat pada biofilm untuk melepaskan bahan organik yang terkandung dalam air buangan secara aerob.

Berdasarkan penelitian (Bastom 2015), bahwa semakin tinggi penyerapan oksigen dalam air buangan, semakin besar pula beban organik yang dapat dibentuk. Tersedianya oksigen dalam air buangan berperanan penting pada berjalannya oksidasi secara biologis pada proses filtrasi. Penambahan aerasi dapat mempengaruhi penyisihan BOD dan TSS pada air buangan.

Pemberian aerasi diperlukan pada suatu pengolahan limbah secara biologi karena memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob merupakan sekumpulan bakteri yang membutuhkan oksigen yang cukup pada rangkaian metabolismenya. Penambahan oksigen yang dengan jumlah mencukupi selama proses biologi dapat membantu mengoptimalkan kerja bakteri aerob sehingga penurunan konsentrasi zat organik dalam air buangan dapat berlangsung dengan baik (Bary, Syuaib, and Rachmat 2013).

Efisiensi Penyisihan Biological Oxygen Demand (BOD)

Keberadaan BOD dalam air buangan menunjukkan adanya jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menyisihkan zat organik. Konsentrasi BOD air limbah yaitu 584 mg/L, nilai tersebut berada diatas baku mutu yang berlaku. Menurut (Siregar 2005) tingginya konsentrasi BOD terjadi karena banyaknya jumlah bahan organik pada air buangan. Air limbah rumah makan pada penelitian ini mengandung limbah berupa sisa- sisa makanan yang merupakan zat organik.

Berdasarkan hasil analisis, nilai BOD mengalami penyisihan yang baik dan memenuhi baku mutu air buangan domestik. Selain itu, tingginya efisiensi penyisihan kosentrasi BOD juga disebabkan pengolahan secara biologi, yaitu pengolahan aerob dan anaerob.

Kadar BOD sebelum dilakukan pengolahan sebesar 584 mg.L-1 turun menjadi 8.52 mg.L-

1 setelah dilakukan pengolahan. Selama proses pengolahan dicapai nilai efisiensi sebesar 98.54%. Efisiensi penurunan kadar BOD diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

𝐸 =𝐵𝑂𝐷 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑂𝐷 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐵𝑂𝐷 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% (1)

= 584 − 8.52

584 = 98.54%

Keterangan:

E = Efisiensi Parameter BOD (%)

BODAwa l = Sampel Sebelum Diolah (mg.L-1)

BODAkhir = Sampel Setelah Diolah (mg.L-1)

Tabel 2. Hasil Analisa Parameter BOD pada Air Buangan Usaha Rumah Makan

Baku Mutu Satuan Hasil Uji

Efisiensi Sampel Awal Sampel Akhir

30 mg.L-1 584 8,52 98,54 %

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Efisiensi penurunan kadar BOD sebesar 98,54%, hal ini menunjukan bahwa kinerja proses biofilter yang berlangsung sangat baik. Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh grease trap, dimana dapat menyingkirkan kandungan minyak dan lemak yang dapat mempengaruhi kandungan BOD. Hal ini sejalan dengan penelitian (Akbar & Silmi, 2021), bahwa apabila keberadaan minyak dan lemak yang merupakan limbah organik

(6)

366 berkurang dan tersisihkan dari air buangan, maka akan mempengaruhi konsentrasi BOD.

Adanya minyak dan lemak akan mempengaruhi interaksi antara bakteri dengan oksigen sehingga pengolahan air terganggu dan menjadi tidak efektif (Muqorrobin 2017). Selain itu, tingginya efisiensi penurunan kadar BOD juga dipengaruhi oleh adanya pengolahan secara biologi, yaitu pengolahan anaerob-aerob menggunakan bioball dan kerikil yang telah melalui tahap seeding dan aklimatisasi. Selama proses seeding berlangsung, adanya biofilm yang terbentuk dan melekat pada media biofilter.

Biofilm yang tumbuh akan mendifusi senyawa polutan dalam air limbah. Dengan adanya bantuan oksigen terlarut pada air limbah, mikroorganisme yang terdapat pada biofilm akan menguraikan senyawa polutan sehingga menghasilkan energi berupa biomassa.

Keadaan anaerob mengakibatkan terbentuknya gas H2S. Apabila konsentrasi oksigen terlarut cukup mencukupi, maka gas H2S akan dirombak menjadi sulfat (SO4) oleh bakteri sulfat yang terkandung di dalam biofilm. Sedangkan pada keadaan aerob, media kerikil diaerasi dengan udara sehingga bahan organik akan dipecah secara biologis oleh mikroorganisme. Efisiensi penurunan konsentrasi BOD semakin tinggi yang dipengaruhi oleh luas permukaan media yang besar dan volume rongga (porositas) yang besar sehingga dapat menahan padatan tersuspensi dan menempel pada media (Apema et al.

2023)

Efisiensi Penyisihan Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa nilai TSS mengalami penurunan dan telah memenuhi baku mutu air buangan domestik. Kadar TSS sebelum dilakukan pengolahan sebesar 105 mg.L-1, sedangkan setelah dilakukan pengolahan turun menjadi 4.33 mg.L-1. Selama proses pengolahan dicapai nilai efisiensi sebesar 95,87 %. Efisiensi penurunan kadar TSS diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

𝐸 = 𝑇𝑆𝑆 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝑇𝑆𝑆 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑇𝑆𝑆 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% (2)

= 105 − 4.33

105 = 95.87%

Keterangan:

E = Efisiensi Parameter BOD

TSSAwa l = Sampel Sebelum Diolah (mg.L-1) TSSAkhir = Sampel Setelah Diolah (mg.L-1)

Tabel 3. Hasil Analisa Parameter TSS pada Air Buangan Usaha Rumah Makan

Baku Mutu Satuan Hasil Uji

Efisiensi Sampel Awal Sampel Akhir

30 mg.L-1 105 4.33 95.87%

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Selain itu, terjadinya penyisihan TSS disebabkan oleh pemilihan ukuran diameter media yang digunakan. Diameter media akan berpengaruh pada proses penyisihan material organik, karena media biofilter pada reaktor berfungsi sebagai filter padatan tersuspensi.

Padatan tersuspensi yang terdapat didalam air limbah menempel pada media dan mengendap didasar reaktor (Apema et al. 2023). Hal ini disimpulkan bahwa semakin luas permukaan media dan porositas yang besar, maka jumlah padatan yang disisihkan akan semakin tinggi (Apema et al. 2023).

Kenaikan Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan dalam pengolahan air buangan dengan tujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah ion hidrogen dalam air buangan. Air buangan dikategorikan dalam keadaan basa apabila konsentrasi ion hidrogen semakin sedikit.

(7)

367 Sedangkan air buangan dikategorikan dalam keadaan asam apabila konsentrasi ion hidrogen akan semakin banyak.

Derajat keasaman (pH) memiliki peranan penting dalam pengolahan limbah yang melibatkan proses biologi. Berdasarkan baku mutu yang ditetapkan, rentang pH yang diizinkan berada pada kisaran 6-9. Apabila pH berada pada nilai yang tidak sesuai, maka dapat mempengaruhi kemampuan proses biologi proses metabolisme tidak dijalankan secara baik oleh mikroorganisme. Hal tersebut mengakibatkan proses penyisihan bahan organik pada air buangan tidak berjalan secara maksimal dan efisiensi pengolahan dapat menuru (Khiatuddin 2003). Berdasarkan hasil analisis nilai pH mengalami peningkatan, pH air limbah sebelum dilakukan pengolahan berkisar 3.88. Ketika dilakukan pengolahan pH mengalami peningkatan menjadi 7.51.

pH memiliki keterkaitan dengan kandungan CO2 dalam air buangan. Kenaikan pH pada reaktor anaerob terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam memanfaatkan CO2. Mikroorganisme yang ada dalam air buangan memanfaatkan CO2, sehingga bahan organik bertambah dan melepaskan CO2 dari proses pemisahan bahan organik. Proses pemisahan bahan organik akan membuat gas CO2 yang akan berdifusi dengan air dan membentuk asam karbonat pada keadaan asam dari reaksi CO2 + H2O ↔ H2CO3 (Sunu 2001).

PENUTUP Kesimpulan

Pengolahan air limbah rumah makan dengan metode biofilter anaerob-aerob efisien dalam menurunkan kadar BOD dan TSS sebesar 98,4% dan 95,87% dan telah memenuhi baku mutu yang berlaku.

Saran

Perlu adanya penambahan waktu tinggal pada pengolahan grease trap agar efisiensi penyisihan kandungan minyak dan lemak dapat lebih besar, sehingga tidak mengganggu kontak antara bakteri dengan oksigen yang dapat mempengaruhi proses pengolahan. Serta perlu adanya unit pengolahan filtrasi agar air pengolahan yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ilham, and Ai Silmi. 2023. “Pengolahan Limbah Minyak Dan Lemak Di Restoran Padang Dengan Metode Fisik (Oil Grease Trap).” Jurnal Techlink 5(2):1–7. doi:

10.59134/jtnk.v5i2.518.

Amri, Khusnul, and Putu Wesen. 2017. “Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Biofilter Anaerob Bermedia Plastik (Bioball).” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 7(2):55–66.

Apema, Fherlita Deviana, Dwi Ermawati Rahayu, Fahrizal Adnan, and Waryati Waryati.

2023. “Penggunaan Media Sarang Tawon Dan Bioball Pada Biofilter Aerob Pada Pengolahan Limbah Cair Laundry.” Jurnal Teknologi Lingkungan UNMUL 7(1):81.

doi: 10.30872/jtlunmul.v7i1.11809.

Bary, M. Atta, M. Faiz Syuaib, and Muchlis Rachmat. 2013. “Analisis Beban Kerja Pada Proses Produksi Crude Palm Oil (Cpo) Di Pabrik Minyak Sawit Dengan Kapasitas 50 Ton Tbs/Jam.” Teknologi Industri Pertanian 23(2009):220–31.

Bastom, Bellia Maharani. 2015. “Kajian Efek Aerasi Pada Kinerja Biofilter Aerob Dengan Media Bioball Untuk Pengolahan Air Limbah Budidaya Tambak Udang.”

Tugas Akhir 1–187.

Busyairi, Muhammad, Nikita Adriyanti, Abdul Kahar, Dian Nurcahya, and Sariyadi Sariyadi. 2020. “Efektivitas Pengolahan Air Limbah Domestik Grey Water Dengan

(8)

368 Proses Biofilter Anaerob Dan Biofilter Aerob (Studi Kasus: IPAL INBIS Permata Bunda, Bontang).” Jurnal Serambi Engineering 5(4):1306–12. doi:

10.32672/jse.v5i4.2316.

Kaswinarni, and Fibria. 2007. “Industri Tahu Program Pascasarjana.” Universitas Stuttgart.

Khiatuddin. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muqorrobin, Ahmad. 2017. “Redesain System Pengolahan Air Limbah Pada Sewage Treatment Plant (Stp) Untuk Peningkatan Kualitas Air Limbah Di Central Park Mall Jakarta.” P. 49 in Tugas Akhir.

Pitriani, Anwar Daud, and Nurhaedar Jafar. 2014. “Efektivitas Penambahan Em4 Pada Biofilter Anaerob-Aerob Dalam Pengolahan Air Limbah RS.Unhas.” 37(March 2007):213–15.

Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yuniarti, Dewi Putri, Ria Komala, and Suhadi Aziz. 2019. “Pengaruh Proses Aerasi Terhadap Pengolahan.” Redoks 4:7–16.

Zoraya Zahra, Laily, and Ipung Fitri Purwanti. 2015. “Pengolahan Limbah Rumah Makan Dengan Proses Biofilter Aerobik.” Jurnal Teknik Its 4(1):D35–38.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini berjalan lurus dengan teori yang menyatakan bahwa pada tangki septik dengan kombinasi sistem anaerob - aerob, air limbah yang masuk tidak

pengolahan limbah cair secara aerob dan anaerob. Penelitian ini terdiri dari dua langkah yaitu proses seeding lumpur aktif dan pengolahan limbah secara aerob

S aerob = komponen organik yang disisihkan dari limbah cair (dalam bentuk lumpur) pada IPAL aerobik, kg BOD/thn S mass = jumlah lumpur (raw) yang disisihkan dari pengolahan

Tujuan dari studi ini adalah guna mengetahui efisiensi instalasi pengolahan air limbah RSUD Jayapura dalam mengurangi kadar BOD, COD, TSS, NH 3 , PO 4 dan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh efisiensi penyisihan terhadap parameter COD, TSS, nitrat dan fosfat pada tiap unit pengolahan yaitu aerasi,

pengolahan limbah cair secara aerob dan anaerob. Penelitian ini terdiri dari dua langkah yaitu proses seeding lumpur aktif dan pengolahan limbah secara aerob

Perbandingan Limpur aktif dan biofilter Aerob-Anaerob adalah dengan melakukan perhitungan efisiensi instalasi pengolahan air limbah serta karakteristik limbah yang dihasilkan dari

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi penyisihan kadar BOD dengan fitotreatment menggunakan tanaman melati air Echinodorus palaefolius, dan pengaruh jumlah tanaman