PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL
GOTONG ROYONG PADA PESERTA DIDIK
Nurfaizi1, Indah Fajar Wati2, Dewi Sintawati3
1 SMA PGRI Ciawi, 2 SMA Islam terpadu Al-Madinah, 3 SDN Cemplang E-mail : [email protected] , [email protected],
[email protected] Abstract
The novelty of this article is to find a new way to strengthen character education based on the local wisdom value of gotong royong in students. The purpose of this study is to describe the results of research related to the implementation and reflection of educational philosophy based on the local wisdom value of gotong royong. The findings of these articles are then used as a basis for formulating a new path that becomes the foundation for education that focuses on the development of character and social emotional skills of students through education based on the local wisdom value of gotong royong. The method used in this study is a literature review of articles in both Indonesian and English from 2019-2024 sourced from the Google Scholar and Garuda search sites with the keywords concept, implementation and reflection of educational philosophy based on the local wisdom value of gotong royong and character education. The data analysis procedure is carried out based on a qualitative approach. The findings of the study show that character education based on the local wisdom value requires dedication from all aspects that are implemented in learning activities, including in the development of teaching materials to make them more contextual and easy to understand so that they have an impact on the strengthening of character.
Keyword : Philosophy of education, Character education, local wisdom, gotong royong Abstrak
Kebaruan artikel ini adalah menemukan cara baru penguatan pendidikan karakter berbasis nilai kearifan lokal gotong royong pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil penelitian terkait implementasi dan refleksi filosofi pendidikan berbasis nilai kearifan lokal gotong royong. Temuan artikel-artikel tersebut kemudian dijadikan dasar untuk merumuskan jalur baru yang menjadi landasan pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial emosional peserta didik melalui pendidikan berbasis nilai kearifan lokal gotong royong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka artikel baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dari tahun 2019-2024 yang bersumber dari situs pencarian Google Scholar dan Garuda dengan kata kunci konsep, implementasi dan refleksi filosofi pendidikan berbasis nilai kearifan lokal gotong royong dan pendidikan karakter. Prosedur analisis data dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif . Kata Kunci : Filsafat pendidikan, Pendidikan karakter, kearifan lokal, gotong royong
PENDAHULUAN
Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi pada abad 21 membawa perubahan pada segala bidang kehidupan manusia[1]. Terutama bangsa Indonesia memiliki berbagai kearifan lokal yang kaya dan beragam. Kearifan lokal ini mencakup nilai-nilai budaya, tradisi, adat istiadat, seni, dan cara hidup masyarakat Indonesia, Semua kearifan lokal ini menciptakan identitas unik bagi masyarakat Indonesia dan memperkaya kehidupan sehari-hari mereka. Penting untuk menjaga dan merawat kearifan lokal ini agar tetap lestari dan menjadi bagian penting dari warisan budaya bangsa Indonesia.
masalah utama tersebut yaitu rendahnya mutu proses hasil pendidikan dan degradasi moral serta karakter anak bangsa sebagai produk dari proses pendidikan yang telah dilaksanakan[2]
[3] Dalam hal ini pendidikan karakter diarahkan untuk menjaga eksistensi kearifan lokal dengan menjaga identitas dan kekayaan budaya Indonesia. Nilai kearifan lokal tersebut dapat menjadi pedoman peserta didik dalam bersikap, bertindak dan akan lebih mencintai serta menjaga potensi daerahnya. Oleh sebab itu, konsep dan implementasi pendidikan nasional yang esensial mencakup pendekatan yang konsisten, mulai dari aspek filosofis hingga tahapan pendidikan
sistematis dan praktis. [4]. Diperlukan pendidikan karakter melalui penanaman nilai-nilai kearifan lokal yang dimulai pada usia anak sekolah dasar[5].
Sekolah dalam mengembangkan karakter unggulan di sekolah telah baik, mengapresiasi kearifan lokal dan menumbuhkan keterampilan abad 21 sudah berjalan dengan sangat baik Hal ini juga berlandaskan dari pembelajaran abad 21 di mana siswa harus memiliki keterampilan 4C (Creative, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration)[6]. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan nilai-nilai masyarakat. Di tengah arus modernisasi, konsep gotong royong ternyata bukan hanya suatu praktik yang terbatas pada kehidupan sehari-hari, tetapi juga memiliki kehadiran yang sangat signifikan di dunia pendidikan. Sekolah, sebagai lembaga yang membimbing generasi mendatang, muncul sebagai wadah yang memperkuat semangat gotong royong dan menjadikannya lebih dari sekadar kata, melainkan suatu cara hidup.
Indonesia pada tahun 2045 akan mendapatkan bonus demografi (demographic dividend) berupa jumlah usia produktif (15-64 tahun) masyarakatnya yang paling besar sepanjang sejarah. Jika kesempatan ini dapat dikelola dan diberdayakan dengan baik, maka jumlah usia produktif Indonesia ini akan menjadi bonus demografi yang sangat berharga. Sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, maka jumlah usia produktif yang dimiliki oleh Indonesia justru akan menjadi bencana demografi (demographic disaster) yang berdampak pada stabilitas negara[7]. Oleh karena itu, peran pendidikan, baik melalui inovasi maupun revolusi pendidikan sangat diharapkan untuk mempersiapkan terciptanya generasi emas yang dapat bersaing pada kehidupan abad 21.Generasi yang berkarakter generasi emas harus memiliki kompetensi, karakter, nilai religius, sikap, pola pikir, konsep, dan berperadaban unggul dengan wawasan yang cerdas serta berpikiran berkelanjutan sehingga menumbuhkan tanggung jawab dan kontribusi nyata dalam mewujudkan lingkungan dan kehidupan yang sehat, damai, bermartabat, dan berkelanjutan seutuhnya [7]. Pentingnya menciptakan suasana belajar yang mendukung pengembangan karakter dan moral peserta didik diakui dalam desain kurikulum, kebijakan sekolah, dan praktik pengajaran sehari-hari. Selain itu, keterlibatan orang tua juga menjadi aspek penting dalam implementasi filsafat pendidikan berbasis nilai kearifan lokal.
kearifan lokal disebut juga kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atauwawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. gagasan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal berpijak pada keyakinan bahwa setiap komunitas mempunyai strategi dan teknik tertentu yang dikembangkan untuk menjalankan kehidupan sesuai konteksnya. Berkenaan dengan hal di atas dapat dipahami bahwa pengembangan buku ajar [8]. Dengan demikian, kearifan lokal bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pema-haman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun.[9]
Sebelum kedatangan bangsa barat ke Indonesia, warga lokal sudah mengenal pendidikan baik itu yang berasal keluarga juga yang berasal dari lingkungan. Pendidikan yang diperoleh pada keluarga, orang tua sangat berperan aktif dalam mendidik anaknya agar menjadi anak yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga juga lingkungan sekitarnya. Selain itu, kedatangan agama Islam juga memberikan pengaruh yang amat pesat dalam pendidikan dan pengajaran baik itu agama maupun pengetahuan umum di Hindia Belanda[10] . Filsafat pendidikan berbasis nilai mencakup pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi landasan dalam proses pendidikan. filsafat pendidikan berbasis nilai mengakui pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai moral, sosial, dan etika ke dalam pendidikan. Konsep ini menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan moral peserta didik. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan kasih sayang dianggap esensial dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang positif.
Kebudayaan pun sebaiknya berfungsi sebagai pemandu individu dan collective behavior yang dapat mengarahkan manusia menjadi lebih beradab dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan peradaban [11]. Kebudayaan tidak hanya terwujud dalam bentuk seni, adat istiadat, atau bahasa, melainkan juga menyiratkan cara hidup, nilai-nilai yang dianut, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Tesis ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dan peran kebudayaan dalam membentuk identitas masyarakat, mempengaruhi pengambilan keputusan, dan menciptakan suatu pola pikir yang unik di tengah arus globalisasi yang terus melanda. Profil pelajar pancasila dikembangan dalam kurikulum merdeka belajar untuk menciptakan manusia yang berkualitas yakni cakap terhadap keterampilan hidup dan memiliki nilai sosial yang tinggi. pelajar pancasila adalah pelajar sepanjang
hayat, berkompeten dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Salah satu profil pelajar pancasila yang harus dikembangkan dalam kegiatan intrakurikuler yaitu karakter gotong royong[12].
Di dalam dunia nyata kearifan local sudah sangat tidak terlihat, dapat dirasakan dari beberapa kota tidak ada rasa ingin gotong royong, maka dari itu gotong royong harus dikenalkan segera mungkin, agar budaya gotong royong tidak hilang. daerah pedesaan masih banyak dijumpai orang bergotong royong, sedangkan di kota besar sudah sangat jarang bahkan hampir tidak ada gotong royong.
Perilaku budaya gotong royong sikap hidup bangsa telah mengalami perubahan dan hanya mementingkan kebebasan individu.
[14][15]
[16][17][18]
[19]
[20][16]
1) [21]
[22]
[23]
1.
2.
3.
2) [24]
[25]
[26]
[27]
[28][29]
3) [30]
[22]
[4]
[1] L. Mkm, A. Usman, and N. Hidayati, “Penanaman Karakter Gotong Royong Melalui Tema Kewirausahaan dan Kearifan Lokal pada P5 Kurikulum Merdeka,” no. 3, pp. 1–
10, 2024.
[2] P. Siswa, “Bab1_Irwansyah dan Ariyansyah (2019),” vol. 22, no. 1, pp. 94–102, 2019.
[3] M. Zulkarnaen, “Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di era milenial,” AL MA’ARIEF J. Pendidik. Sos. dan Budaya, vol. 4, no. 1, pp. 1–11, 2022.
[4] D. Iswatiningsih, “Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal di Sekolah,” J. Satwika, vol. 3, no. 2, p. 155, 2019, doi:
10.22219/satwika.vol3.no2.155-164.
[5] D. A. Zakiyah and D. Rahmayanti, “Indonesian Journal of Primary Education Nilai- Nilai Kearifan Lokal sebagai Garis Haluan dalam Membentuk Karakter Siswa,” © 2018-Indonesian J. Prim. Educ., vol. 2, no. 2, pp. 54–60, 2018.
[6] M. F. Muttaqin and H. Rohyana, “Internalisasi Karakter Gotong Royong Dalam Pembelajaran PKN Di SD,” vol. 6, no. 4, pp. 1619–1626, 2023, doi:
10.31949/jee.v6i4.7049.
[7] A. Amran, M. Perkasa, I. Jasin, M. Satriawan, and M. Irwansyah, “Model
Pembelajaran Berbasis Nilai Pendidikan Karakter Untuk Generasi Indonesia Abad 21,”
Lentera Pendidik. J. Ilmu Tarb. dan Kegur., vol. 22, no. 2, p. 233, 2019, doi:
10.24252/lp.2019v22n2i5.
[8] M. Masyhuri, S. Suud, and M. Ilyas, “Pengembangan Buku Ajar Sosiologi Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Karakter Siswa Sma/Ma Di Lombok Utara,”
J. Pendidik. Sos. Keberagaman, vol. 9, no. 1, pp. 8–16, 2022, doi:
10.29303/juridiksiam.v9i1.302.
[9] Yuliatin, Haslan, and Sawaludin, “Kurikulum PPKn dan Peluang Pengembangann Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal,” Pros. …, vol. 3, pp. 9–10, 2021.
[10] F. P. N. Fahrozy, S. Iskandar, Y. Abidin, and M. Z. Sari, “Upaya Pembelajaran Abad 19-20 dan Pembelajaran Abad 21 di Indonesia,” J. Basicedu, vol. 6, no. 2, pp. 3093–
3101, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i2.2098.
[11] S. Purnama, “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat,” J. Pendidik. Sosiol. dan Hum., vol. 12, no.
1, p. 30, 2021, doi: 10.26418/j-psh.v12i1.46325.
[12] A. N. Fitri, A. P. Utomo, and A. Arabia, “Implementasi PBL dalam Meningkatkan Karakter Gotong Royong dan Penguasaan Konsep Sistem Imunitas di SMAN 1 Rogojampi,” J. Biol., vol. 1, no. 2, pp. 1–8, 2023, doi: 10.47134/biology.v1i2.1956.
[13] M. Moghtaderi, M. Saffarinia, H. Zare, and A. Alipour, “
[14] N. P. A. Emalasari and I. G. A. A. Wulandari, “Penerapan Pembiasaan Tri Hita Karana untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Gotong Royong Siswa SD,” J. Ilm. Univ.
Batanghari Jambi, vol. 22, no. 3, p. 1560, 2022, doi: 10.33087/jiubj.v22i3.2578.
[15] V. Mustaghfiroh and L. Listyaningsih, “Strategi Sekolah dalam Menginternalisasikan Nilai Karakter Gotong Royong pada Siswa di SMP Negeri 1 Prambon Nganjuk,” Kaji.
Moral dan Kewarganegaraan, vol. 11, no. 1, pp. 382–397, 2022, doi:
10.26740/kmkn.v11n1.p382-397.
[16] A. S. N. Kusumaningrum, Z. Evi, M. Q. A’yun, and L. N. Fadhilah, “Gotong Royong Sebagai Jati Diri Indonesia,” Proceeding Semin. Nas. Selamatkan Gener. Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbas. Kearifan Lokal, p. Surakarta: Rumah Hebat Indonesia, 2019.
[17] K. A. L. Monika, I. N. Suastika, and D. B. Sanjaya, “Penerapan Project Based
Learning Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Meningkatkan Sikap Gotong
Royong,” Dharmas Educ. J., vol. 4, no. 1, pp. 7–15, 2023, doi:
10.56667/dejournal.v4i1.890.
[18] I. Y. Agustin, Z. N. Nanti, D. Kartika, and F. S. Bengkulu, “Strategi Guru Dalam Membimbing Karakter Gotong Royong Pada Peserta didik Kelas V B di SDN 74 Kota Bengkulu,” no. February, pp. 13–29, 2024.
[19] M. Andarwati, “Kearifan Lokal Masyarakat Malang Dalam Pendidikan,” J. Pendidik.
Sej. Indones. JPSI, Vol. 2, No., 2, 2019, vol. 2, pp. 141–152, 2019.
[20] Isnawati, Amprasto, and Sardjijo, “Pengaruh Penerapan Pendekatan Terpadu Berbasis Active Deep Learner Experience (Adlx) Dan Karakter Religius Terhadap Sikap Bergotong-Royong Siswa,” Res. Dev. J. Educ., vol. 9, no. 2, pp. 520–531, 2023.
[21] J. Ronald Tambunan, “Pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan kearifan lokal,” J. Widya, vol. 1, no. 2, pp. 1–14, 2021, doi:
10.54593/awl.v1i2.3.
[22] S. A. Rahmah, “Implementasi Kearifan Lokal Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi, Silih Wawangi, Silih Wawangi Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik,”
Sosietas, vol. 10, no. 1, pp. 791–800, 2020.
[23] A. Lestariningrum, “Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Nilai-Nilai Pancasila Masa Pandemi Pada Anak Usia Dini,” J. Mod. Early Child. Educ., vol. 01, no. 01, p. 14, 2021.
[24] P. Widiatmaka, “Strategi Menjaga Eksistensi Kearifan Lokal sebagai Identitas Nasional di Era Disrupsi,” Pancasila J. Keindonesiaan, vol. 2, no. 2, pp. 136–148, 2022, doi: 10.52738/pjk.v2i2.84.
[25] M. Rantina, F. Utami, and W. D. Andika, “Prototype Media Interaktif untuk
Menanamkan Nilai Pancasila untuk Anak Usia Dini,” JECED J. Early Child. Educ.
Dev., vol. 4, no. 2, pp. 156–168, 2022, doi: 10.15642/jeced.v4i2.2219.
[26] T. A. Sitinjak, Ni Putu Diah Agustin Permanasuri, Tamara Apriliyana, Eko
Wicaksono, and Apriansyah, “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Mengembangkan Karakter Peserta Didik Dengan Berbasis Kearifan Lokal Di Sman 1 Jabiren,” Steam Eng., vol. 4, no. 1, pp. 21–26, 2022, doi:
10.37304/jptm.v4i1.5511.
[27] U. Erlina, A. Hartoyo, and E. Erlina, “Merancang Model Project Based Learning untuk Mengembangkan Sikap Gotong Royong dan Kreatif Peserta Didik pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” J. Alwatzikhoebillah Kaji. Islam. Pendidikan, Ekon. Hum., vol. 9, no. 2, pp. 320–332, 2023, doi: 10.37567/alwatzikhoebillah.v9i2.1742.
[28] R. Salam and L. Nur, “Penanaman Nilai Karakter Gotong Royong Siswa di Sekolah Dasar melalui Permainan Tradisional Bakiak Berbasis Metode Sokratik,”
PEDADIDAKTIKA J. Ilm. Pendidik. Guru Sekol. Dasar, vol. 10, no. 1, pp. 81–90, 2023.
[29] G. S. Airlanda, U. Kristen, and S. Wacana, “Peningkatan Karakter Gotong Royong Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Pada Pembelajaran IPAS SD Abstrak,” vol. 6, no. 024, pp. 124–133, 2023.
[30] T. Haryati, A. G. Hidayat, S. Taman, and S. Bima, “ANALISIS PROGRAM
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) BERBASIS NILAI KEARIFAN
LOCAL MAJA LABO DAHU DALAM MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR
PANCASILA PADA SMA DI KABUPATEN BIMA,” J. Ter. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 5,
no. 2, 2023, doi: 10.31602.