• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Muhammad Muhid Al Farizi NIM. T20151378

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

DESEMBER 2021

(2)
(3)
(4)

MOTTO

ٍمْوَقِل ًةَمْحَرَّو ىًدُه ِمْلِع ىَلَع ُهَنْلَّصَف ٍبَتِكِب ْمُهَ نْ ئِج ْدَقَلَو َنْوُ نِمْؤُّ ي

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al- Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami. Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-A’raf: 52)

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press Bandung, 1992), 229.

(5)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud syukur kepada Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang telah memberikan saya hidayah, kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepenulisan skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang terkasih:

1. Kedua orang tua saya, Alm. Bapak Samuji dan Almh. Ibu Siti Mutmainnah, terima kasih atas segala kasih sayang, cinta, do’a, keridloan, dan dukungan kalian. Nasihat, dan kenangan akan kalian selalu terpatri dalam kalbu sanubari ananda. Skripsi ini merupakan tanda syukur dan bakti ananda kepada kalian berdua, do’a ananda selalu menyertai kalian. Semoga Allah menempatkan kalian berdua dalam jannah-Nya

2. Kakak-kakak kandungku, terima kasih telah memberikan dukungan penuh, semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Para sahabat seperjuangan, terima kasih atas motivasi dan supportnya terutama dalam kepenulisan skripsi ini.

(6)

atas berkah rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan kepenulisan skripsi berjudul “Penanaman Nilai Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember”

sebagai tugas akhir kuliah untuk menyelesaikan program sarjana pendidikan dengan lancar. Sholawat beserta salam selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang inspirator kehidupan sepanjang zaman.

Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara moril maupun materil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis.

2. Ibu Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember yang telah memberikan persetujuan pada skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah membantu peneliti dalam pengajuan judul.

(7)

5. Bapak K.H. Syamsul Arifin Abdullah, selaku pimpinan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dan ketua Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI) Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.

6. Bapak Abdul Karim, selaku Kepala SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo yang telah memberikan penulis izin untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin.

7. Dewan guru SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo yang telah membantu penulis selama proses penelitian ini.

8. Teman-teman dan semua pihak yang sudah membantu dalam kepenulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi selama ini telah diusahakan semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari bahwa selalu ada celah dan kekurangan dalam setiap upaya menusia, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, penulis selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritikan dari semua pihak demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Jember, 30 Desember 2021 Penulis

Muhammad Muhid Alfarizi NIM.T20151378

(8)

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Tahfidzul Qur’an

Penerapan dan penanaman nilai-nilai karakter menjadi prioritas utama yang harus dilaksanakan sedini mungkin, hal ini dikarenakan bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada persoalan moralitas dan krisis karakter utamanya pada generasi muda yang ditandai dengan adanya degradasi akhlak dan perilaku. Seperti kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kendal bahwa terdapat siswi sedang mencium teman laki-lakinya dan merokok. Al-Qur’an menjadi langkah alternatife bagi lembaga pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai religius yang diajarkan Al-Qur’an. Nilai–nilai tersebut berhubungan dengan akhlak seorang hamba dengan sang pencipta dan ciptaannya.

Fokus penelitiannya adalah 1) Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter Tanggung Jawab peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember? 2) Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter Disiplin peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember? 3) Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter religius peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang dilakukan di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

Subyek penelitian meliputi Kepala Sekolah, Waka Kesiswaan, Guru dan Siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi serta keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1)Penanaman nilai pendidikan karakter tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an dilakukan dengan cara memberikan rasa kepercayaan kepada peserta didik untuk menghafal ayat Al-Qur’an dan juga memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya. 2) Penanaman nilai pendidikan karakter disiplin peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember dilakukan dengan mempersiapkan segala hal seperti mengkoordinir siswa tahfidz agar memasuki ruangan yang telah di khususkan, setelah masuk semua maka kegiatan pertama tahfidz dapat dimulai dengan membaca doa terlebih dahulu, memberikan penjelasan cara-cara menghafal Al-Qur’an dengan sebuah metode. 3) Penanaman nilai pendidikan karakter religius peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an dilakukan dengan cara memberikan penjelasan dan contoh tentang bersikap baik kepada sesama, berkata jujur, harus menjadi insan yang memiliki sopan santun yang baik, dan menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW yang selalu memuliakan penghafal Al-Qur’an.

(9)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori... 16

1. Pendidikan Karakter ... 16

2. Karakter Tanggung Jawab... 26

3. Karakter Disiplin ... 34

4. Karakter Religius ... 40

5. Tahfidzul Qur’an ... 45

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 55

B. Lokasi Penelitian ... 55

C. Subyek Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Analisis Data ... 60

F. Keabsahan Data ... 62

G. Tahap-tahap Penelitian ... 63

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian... 65

B. Penyajian Data dan Analisis ... 70

C. Pembahasan Temuan ... 81

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 91

B. Saran-saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Pernyataan Keaslian Tulisan LAMPIRAN 2 : Matrik Penelitian

LAMPIRAN 3 : Pedoman Peneitian LAMPIRAN 4 : Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 5: Surat Selesai Penelitin LAMPIRAN 6 : Jurnal Kegiatan Penelitian

LAMPIRAN 7 : Denah SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo LAMPIRAN 8 : Struktur SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo LAMPIRAN 9 : Profil SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo LAMPIRAN 10: Foto Kegiatan Penelitian

LAMPIRAN 11: Biodata Penulis

(12)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

2.1 Persamaan dan Perbedaan ... 14

4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependididkan ... 69

4.2 Data Peserta Didik... 70

4.3 Peserta Didik yang Mengikuti Tahfidzul Qur’an ... 70

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

4.1 Dokumentasi Al-Qur’an untuk Tahfidhul Qur’an... 72 4.2 Dokumentasi kegiatan Tahfidhul Qur’an ... 75 4.3 Dokumentasi gedung Tahfidzul Qur’an ... 77

(14)

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab pada hakikatnya pendidikan merupakan proses humanisasi dan pengembangan kedewasaan seseorang sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungan sosial yang berlangsung sepanjang hayat.

Tuntunan yang jelas tentang kewajiban menuntut ilmu telah di sabdakan oleh Rasulullah SAW kepada setiap umat Islam:

هجام نبإ هاور( ٍمِلْسُم ِّلُك َىلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

)

Artinya: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim”. (H.R.

Ibnu Majah).1

Sedangkan fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dari lahir hingga kehidupannya berakhir didunia. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia yaitu sebagai pelaksana dan

1 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah no 224, (Riyadh: Maktabah Al- Ma’arif lin Nasyr wa Tauzi’, 1417 H), 56.

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tantang Sistem Pendidikan Nasional.

(15)

penerima. Manusia sebagai pelaksana diberi bekal fitrah dan potensi agar dapat menentang kebatilan dan menolak kebatilan. Potensi yang diterima oleh manusia antara lain potensi beragama, intelektual, hidup bermasyarakat dan nafsu.3

Secara eksplisit, pendidikan yang diharapkan dalam hal ini adalah pendidikan yang dapat mencerdaskan anak bangsa dalam segi intelektual (kognitif), sekaligus cerdas dalam aspek budi pekerti, akhlak (psikomotor) dan mempunyai karakter (afektif). Namun, sejauh ini pendidikan dirasa masih lebih fokus pada potensi kognitif saja, sedangkan psikomotorik dan afektif masih kurang mendapat perh

atian yang sama. Hal ini dapat berakibat terbentuknya karakter individu yang memiliki kecerdasan yang bagus tetapi memiliki perilaku buruk yang berdampak banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik. Agar karakter itu tersampaikan kepada anak bangsa maka sekolah perlu memberikan pendidikan karakter.4

Penerapan dan penanaman nilai-nilai karakter kini menjadi prioritas utama yang harus dilaksanakan sedini mungkin, hal ini dikarenakan bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada persoalan moralitas dan krisis karakter utamanya pada generasi muda yang ditandai dengan adanya degradasi akhlak dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Sebagai contoh konkretnya, terdapat berbagai peristiwa dalam

3 Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013), 9- 10.

4 Doeni Koesoma, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Globlal (Jakarta:

Grasindo, 2010), 112-115.

(16)

ranah dunia pendidikan yang merendahkan harkat dan derajat pendidik dan pendidikan. Seperti kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kendal bahwa terdapat siswi sedang mencium teman laki-lakinya dan merokok.5

Menurut Wiyani pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.6 Sedangkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter yakni nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan dan nilai kebangsaan.7 Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam bukunya Suyadi terdapat 18 nilai karakter antara lain religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.8

5 Angling Adhitya Purba, “Viral Video Siswi SMP di Kendal Merokok dan Cium Pria,”

detikNews, diakses 27 Agustus 2021, https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4436475/viral- video-siswi-smp-di-kendal-merokok-dan-cium-pria?_ga=2.102370369.1367283033.1620282484- 1439248939.1620282484.

6 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), 3.

7 Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2016), 7-8.

8 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), 8.

(17)

Pada dasarnya pembentukan karakter bukan hanya menjadi kewajiban sekolah. Inti dari penanaman pendidikan karakter sehingga menjadi kuat harus ada hubungan yang sinergis antara pihak sekolah dengan orang tua siswa. Dengan adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua maka diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai karakter dengan baik sehingga dapat membentuk kepribadian yang cerdas juga memiliki watak dan karakter yang baik.

Membentuk dan mengembangkan karakter peserta didik melalui program Tahfidzul Qur’an bukan hanya mengajarkan peserta didik untuk menjadi pintar dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. Namun mengajarkan pula untuk mempunyai kepribadian yang memiliki nilai-nilai religius yang diajarkan Al-Qur’an. Nilai–nilai tersebuat berhubungan dengan akhlak seorang hamba dengan sang pencipta dan ciptaannya.9 Tahfidzul Qur’an adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an bisa dikatakan langkah awal dalam memahami Al-Qur’an tentunya setelah proses membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hukum menghafal Al-Qur’an pada dasarnya tidak diwajibkan hanya saja umat Islam berkewajiban untuk secara bersungguh-sungguh memeliharanya, karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkannya, karena tidak menutup kemungkinan kemurniaan Al- Qur’an akan diusik dan diputarbalikkan oleh musuh Islam.10

9 Yusuf Al-Qarandhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), 50.

10 Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), 21-22.

(18)

Berdasarkan observasi awal di SMP Plus Bustanul Ulum pembentukan karakter dimulai dari suatu pembiasaan yang dilakukan secara terus-menerus.

Pembiasaan dilakukan melalui program Tahfidzul Qur’an yang diharapkan dapat membentuk karakter disiplin peserta didik untuk menuntaskan hafalannya. Kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum hanya diikuti oleh orang-orang yang berada ditingkatan kelas satu dan dua SMP untuk menghafal serta memahami Al-Qur’an secara baik dan benar. Bukan hanya itu saja, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan harapan dapat membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Karena tidak sedikit dari kalangan elite yang memakai ayat Al-Qur’an secara serampangan dan tidak sesuai dengan makna yang terkandung untuk tujuan politik. Jika kecintaan kepada Al-Qur’an telah mengakar kuat dapat memberikan manfaat serta dapat menumbuhkan akhlak yang baik dalam jiwa peserta didik. Tujuan dari program ini supaya peserta didik dapat menghafal dan memahami Al-Qur’an. Selain itu juga bertujuan untuk membentuk karakter peserta yang disiplin, bertanggung jawab dan religius. Karena untuk memperkuat karakter peserta didik tidak hanya didapatkan pada kegiatan-kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.

Namun juga ditunjang dengan program tertentu dalam memperkuat karakter dan pengembangan potensi anak.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam penelitian dengan mengedepankan nilai pendidikan karakter peserta didik melalui kegiatan tahfidzul qur’an yang selanjutnya diangkat dengan

(19)

judul “Penanaman Nilai Pendidikan Karakter Peserta Didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan tersebut maka dapat ditetapkan fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember?

2. Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter disiplin peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember?

3. Bagaimana penanaman nilai pendidikan karakter religius peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, peneliti dapat mengambil garis besar tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai pendidikan karakter tanggung jawab peserta didik melalui kegiatan Tahfidul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

2. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai pendidikan karakter disiplin peserta didik melalui kegiatan Tahfidul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

(20)

3. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai pendidikan karakter religious peserta didik melalui kegiatan Tahfidul Qur’an di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember

D. Manfaat Penelitian

Adapun kontribusi dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi salah satu khasanah pengetahuan dalam proses penanaman nilai pendidikan karakter pada peserta didik melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an.

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti serta menambah pengalaman dalam penulisan karya ilmiah, baik secara teoritikal maupun praktikal.

2) Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari studi untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakulas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam.

b. Bagi SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo

Manfaaat penelitian ini bagi lembaga adalah sebagai tolak ukur penanaman nilai karakter pada peserta didik melalui kegiatan

(21)

Tahfidul Qur’an, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah

c. Bagi UIN KHAS Jember

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi literatur untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan di masa depan.

d. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan motivasi untuk melaksanakan kegiatan Tahfidul Qur’an yang berlandaskan pendidikan karakter di kalangan masyarakat luas sekaligus sebagai sarana pengenalan dan penanaman nilai-nilai karakter kepada anak sedini mungkin.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam makna istilah sebagaimana di maksud peneliti.

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang lebih baik.

(22)

2. Tahfidzul Qur’an

Tahfidzul Qur’an merupakan sebuah kegiatan menghafal Al- Qur’an yang bertujuan untuk memelihara, beribadah, dan menjaga kemurniaan ayat suci Al-Qur’an.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penanaman pendidikan karakter melalui kegiatan Tahfidzul Qur’an merupakan sebuah penanaman nilai karakter kepada seseorang melalui kegiatan menghafal Al- Qur’an dengan tujuan membentuk kepribadian yang baik dan dapat menjadikan manusia yang memiliki sifat Qur’ani di dalam hatinnya.

F. Sistematika Pembahasan

Format penulisan pembahasan adalah dalam bentuk deskripsi untuk mempermudah pemahaman pembaca. Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I, pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah serta sistematika pembahasan.

Bab II, kajian kepustakaan. Bab ini memfokuskan pada pembahasan peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan serta membahas lebih dalam tentang kajian teori yang digunakan sebagai perspektif peneliti tentang penanaman nilai pendidikan karakter disiplin melalui kegiatan Tahfidul Qur’an yang diselenggarakan di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

(23)

Bab III, metode penelitian. Pada bab ini membahas tentang metode yang akan di gunakan oleh peneliti, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap- tahap penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Bab IV, berisi tentang penyajian data dan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian secara empiris yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis data serta pembahasan temuan yang diperoleh di lapangan.

Bab V, penutup, berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, sekaligus penyampaian saran- saran bagi pihak- phak yang terkait dengan penelitian.

Selanjutnya, kepenulisan penelitian ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran- lampiran yang berfungsi sebagai pendukung kelengkapan data penelitian.

(24)

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa referensi penelitian yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Ayu Kartika yang berjudul “Penanaman Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 75 Kota Bengkulu”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1) Bagaimanakah pelaksanaan penanaman karakter disiplin dan tanggung jawab karakter siswa melalui pembelajaran PAI di SD Negeri 75 Kota Bengkulu? 2) Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam penanaman karakter disiplin dan tanggung jawab siswa melalui pembelajaran PAI di SD Negeri 75 Kota Bengkulu?.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah Karakter disiplin dan tanggung jawab siswa selalu diberikan dan ditanamkan oleh para guru di SDN 75 Kota Bengkulu baik itu pada jam belajar ataupun pada jam di luar belajar. Sebelum memberikan disiplin dan tanggung jawab siswa, guru terlebih dahulu yang harus mencontohkannya kepada siswa seperti datang tepat waktu, memberikan perhatian kepada siswa dan mengajak siswa untuk membersihkan lingkungan sekolah. Adapun faktor pendukung guru dalam membentuk karakter melalui kedisiplinan dan

(25)

tanggung jawab pada siswa adalah adanya kontrol dari kepala sekolah secara langsung dan aktif, adanya peran aktif dari para guru, adanya peran dari orang tua siswa dan kesadaran para siswa. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor keluarga dan lingkungan.11

2. Devis Sapittri dengan judul “Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Program Tahfidz Al-Qur‟an Juz 30 di Kelas IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Tambakaji Ngaliyan Semarang Tahun Ajaran 2018/2019”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab melalui program Tahfidz Al-Qur‟an juz 30 siswa kelas IV di MI Miftakhul Akhlaqiyah Tambakaji Ngaliyan Semarang Tahun Ajaran 2018/2019?

Hasil dari penelitian ini adalah Pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab melalui program Tahfidz Al-Qur‟an di MI Miftakhul Akhlaqiyah berjalan dengan baik. Pelaksanaannya dengan pemberian materi dengan menggunakan metode klasikal, muraja’ah, setoran individual, dan metode bin-nadhar untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur‟an. Sekaligus untuk membentuk karakter disiplin menyetorkan hafalan dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan hafalan yang telah dimiliki. Serta menerapkan reward and punishment pada siswa selama program tahfidz berlangsung.

Karakter tersebut nampak selama pembelajaran program Tahfidz Al-

11 Ayu Kartika, “Penanaman Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 75 Kota Bengkulu”, (Skripsi, IAIN Bengkulu, 2019), 66.

(26)

Qur‟an juz 30 berlangsung dan diluar pembelajaran program Tahfidz Al- Qur‟an juz 30.12

3. Afif Wahyudin dengan judul “Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Rutinitas Religius Tahfid Al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah usaha pembentukan karakter siswa melalui rutinitas religius Tahfidz Al- Qur‟an di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan? 2) Bagaimanakah pola rutinitas religius Tahfidz Al-Qur‟an dalam membentuk karakter disiplin siswa di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan? 3) Bagaimanakah proses pembentukan karakter disiplin siswa melalui rutinitas religius Tahfidz Al-Qur‟an di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan? 4. Bagaimana pengaruh rutinitas religius Tahfidz al-Qur‟an terhadap pembentukan karakter disiplin siswa di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan?.

Hasil dari penelitian ini adalah upaya guru dalam membentuk karakter kedisplinan siswa melalui rutinitas religius Tahfidz Al-Qur‟an dengan cara membuat dan melaksanakan jadwal piket, setiap pagi mengontrol keaktifan siswa, membaca doa bersama-sama siswa, memberikan motivasi dan nasehat dan wali kelas menjadi guru tahfidz agar mengetahui perkembangan peserta didiknya. Pola pembentukan karakter disiplin siswa di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan

12 Devis Sapittri, “Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Program Tahfidz Al-Qur‟an Juz 30 Di Kelas IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Tambakaji Ngaliyan Semarang Tahun Ajaran 2018/2019”, (Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2019), 94.

(27)

melalui 3 pola yaitu: 1) Kegiatan tahfidz dilakukan secara berkelompok sesuai dengan kelas atau tingkatannya, 2) Menggunakan metode Wahdah, Sima’i, Jama’ dan Muraja’ah, 3) Program Tahfidz Al-Qur‟an sebagai muatan lokal dalam kurikulum madrasah. Sedangkan proses aktivitas pembelajaran Tahfidz al-Qur‟an mengikuti standar prosedur pelaksanaan yakni: 1) Adanya jadwal kegiatan yang konsisten dan berkelanjutan, 2) Materi Pembelajaran yang tersusun sistematis dalam kurikulum tahfidz al-Qur‟an yang disesuaikan dengan tingkat masing- masing, 3) Strategi yang digunakan adalah dengan memberikan arahan, bimbingan dan target yang ditentukan, 4) Tes Tahfidz dilakukan sebagai bentuk penilaian dan evaluasi terhadap hafalan siswa, 5) Adanya Program Tahassus Tahfidz bagi siswa yang sudah mencapai target hafalan yang sudah ditentukan. Adapun pengaruhnya dapat disimpulkan bahwa semakin sering rutinitas religius tahfidz al quran maka semakin tinggi pula karakter disiplin siswa.13

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan

No.

Nama, Judul dan Tahun

Terbit

Persamaan Perbedaan

1 Ayu Kartika, Penanaman Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Melalui

Pendidikan

1. Penelitian kualitatif 2. Teknik

pengumpulan data

menggunakan observasi,

1. Penelitian tersebut membahas karakter disiplin dan tanggung jawab sedangkan penelitian ini membahas karakter tanggung jawab,

13 Afif Wahyudin, “Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Rutinitas Religius Tahfid Al- Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan”, (Tesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 117-118.

(28)

No.

Nama, Judul dan Tahun

Terbit

Persamaan Perbedaan

Agama Islam di SD Negeri 75 Kota Bengkulu.

Tahun 2019.

wawancara dan

dokumentasi.

3. Sama-sama membahas tentang karakter disiplin.

disiplin dan religius.

2. Lokasi pada penelitian tersebut di SD Negeri 75 Kota Bengkulu sedangkan lokasi pada penelitian ini di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

2 Devis Sapittri, Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Program Tahfidz Al-Qur‟an Juz 30 Di Kelas IV MI Miftakhul

Akhlaqiyah Tambakaji Ngaliyan

Semarang Tahun Ajaran

2018/2019.

Tahun 2019.

1. Penelitian kualitatif 2. Sama-sama

membahas karakter disiplin dan program Tahfidz Al- Qur‟an.

3. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara dan

dokumentasi.

1. Penelitian tersebut membahas karakter disiplin dan tanggung jawab sedangkan penelitian ini membahas karakter tanggung jawab, disiplin dan religius.

2. Lokasi pada penelitian tersebut di MI Miftakhul Akhlaqiyah Tambakaji Ngaliyan Semarang sedangkan lokasi pada penelitian ini di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

3 Afif Wahyudin, Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Rutinitas

Religius Tahfid Al-Qur‟an di Madrasah

Tsanawiyah Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan.

Tahun 2019.

1. Sama-sama membahas tentang karakter disiplin dan tahfidz Al- Qur‟an

1. Penelitian tersebut menggunakan

penelitian campuran sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.

2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan angket sedangkan penelitian ini menggunakan

observasi, wawancara dan dokumentasi.

(29)

No.

Nama, Judul dan Tahun

Terbit

Persamaan Perbedaan

3. Jenis penelitian tersebut adalah studi pustaka sedangkan jenis penelitian ini menggunakan studi lapangan.

4. Lokasi penelitian tersebut di Madrasah Tsanawiyah Al Fathimiyah Banjarwati Lamongan sedangkan penelitian ini di SMP Plus Mlokorejo Puger Jember.

B. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Kata karakter dipungut dari bahasa lnggris character, artinya watak, sifat, peran, huruf, sedangkan characteristic artinya sifat yang khas. Karakter telah menjadi Bahasa lndonesia, yang semula dari bahasa lnggris (character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani Charasien yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan, sehingga dalam makna terminologi karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.14

14 Haedar Nasir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan, (Yogyakarta: Multi Persindo, 2013), 10.

(30)

Menurut Kemendiknas bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara paandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.15 Sedangkan menurut J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi kata “karakter” memiliki beberapa makna; (1) Satu kualitas atau sifat yang tetap dan terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek atau kejadian, (2) Integrasi atau sintesa dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu unitas atau kesatuan, (3) Kepribadian seseorang dipertimbangkan dari titik pandang etis dan moral.16

Ditinjau dari pandangan religi, karakter dalam terminologi Islam dikenal dengan Akhlaq. Struktur akhlak harus bersendikan pada nilai-nilai pengetahuan ilahiah, bermuara pada nilai-nilai kemanusiaan dan berlandaskan pada ilmu pengetahuan.17

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter identik dengan akhlak atau budi pekerti yang secara terus menerus dikembangkan dengan nilai-nilai sifat kebaikannya oleh individu maupun kelompok dalam rangka hubungannya dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

15 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 77.

16 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), 82.

17 Pupuh Faturrohmah, dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013),18.

(31)

Jika kita menelaah lebih jauh, karakter dapat menjadi ciri pembeda seseorang dengan individu yang lain dari segi aspek sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Sehingga, dapat dikatakan pula baik tidaknya seseorang dibedakan berdasarkan karakter masing-masing. Karakter yang baik hanya dapat terbentuk jika individu atau kelompok tersebut mendapatkan pendidikan karakter, bukan hanya di sekolah saja tetapi di rumah dan di lingkungan sosialnya.

Menurut Narwanti bahwa karakter sebagai sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Jadi pendidikan karakter merupakan salah satu upaya penting yang harus dilakukan sedari dini.18

Karakter sendiri dalam ranah pendidikan merupakan upaya penanaman nilai-nilai karakter yang dilakukan guru agar dapat mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yakni nilai karakter dalam hubungnnya dengan Tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai

18 S. Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), 14.

(32)

karakter dalam hubungannya dengan lingkungan dan nilai kebangsaan.19

Pengembangan karakter peserta didik di sekolah merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan oleh semua pihak. Oleh karena itu, seluruh jenis kegiatan di sekolah harus didasarkan pada nilai- nilai karakter tersebut. Sebagaimana Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, bahwasanya Penumbuhan Budi Pekerti didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan untuk menumbuhkan:

1) Internalisasi nilai moral dan spiritual dalam kehidupan.

2) Rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

3) Interaksi positif antara peserta didik dengan guru serta orang tua.

4) Interaksi positif antar peserta didik.

5) Pengembangan potensi utuh peserta didik.

6) Pemeliharaan lingkungan sekolah yang mengandung iklim pembelajaran.

7) Pelibatan peran serta orang tua dan masyarakat untuk bertanggung jawab dalam kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.20

19 Aqib dan Sujak, Panduan, 7-8.

20 Budi Hendrawan, dkk, “Kajian Aplikatif Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa Melalui Gerakan Literasi di Sekolah Dasar Berdasarkan Prespektif Pedadogik Kritis, ELSE (Elementary School Education Journal)” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 2a (Desember, 2017), 89.

(33)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu langkah penanaman nilai kehidupan kepada peserta didik yang dilakukan dengan cara pembiasaan, pemberdayaan dan keteladanan yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian siswa agar dapat memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.

b. Macam-macam Karakter

Berdasarkan Kemendiknas, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter diidentifikasi dan bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, maka terdapat 18 karakter yang terdiri dari:

1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai seorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, dan tindakan orang lain yang berbeda darinya.

4) Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(34)

5) Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.

7) Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10) Semangat kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri sendiri dan kelompok.

11) Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12) Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

(35)

13) Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

14) Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.

17) Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab adalah sikap dan tindakan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.21

21 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2015), 74.

(36)

c. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan tertinggi pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.22 Undang-undang Sikdiknas nomor 20 tahun 2003 tersebut menjadi landasan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan Pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan Pendidikan Nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Adapun tujuan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa.

22 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: P.T.

Remaja Rosdakarya, 2012), 26.

(37)

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan pesrta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.23

Sedangkan tujuan pendidikan karakter di sekolah menurut Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida antara lain:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang di anggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangung koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidika karakter secara bersamaan.24

23 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), 24.

24 Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 24-25.

(38)

d. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, pendidik harus memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

(39)

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.25

2. Karakter Tanggung Jawab

a. Pengertian Karakter tanggung jawab

Tanggung jawab adalah dalam suatu kewajiban untuk melakukan dan menyelesaikan tugas (ditugas-kan oleh seseorang, atau diciptakan oleh janji sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi dan yang memiliki konsekuensi hukuman terhadap kegagalan.26

Tanggung jawab adalah kewajiban dalam melaksakan tugas tertentu. tanggung jawab timbul karena telah diberi wewenang, seperti wewenang, tanggung jawab memberikan hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan pemerima wewenang. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi pada diri setiap peserta didik.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Memulai dari tugas sedarhana

2) Menebus kesalahan saat berbuat salah 3) Segala sesuatu mempunyai konsenkuensi

4) Sering diskusi tentang pentingnya tanggung jawab.27

25 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), 35.

26 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar Dan Implementasi, (Jakarta:

Kencana, 2014), 114.

27 Yaumi, Pendidikan Karakter, 84.

(40)

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara, dan Tuhan. Apabila dalam penggunaan hak dan kewajiban itu bisa tertib, maka akan timbul rasa tanggung jawab. Tanggung jawab yang baik itu apabila antara perolehan hak dan penuaian kewajiban bisa saling seimbang. Untuk itu perlu adanya perumusan konsep tanggung jawab manusia.28 Yang harus ada pada tanggung jawab manusia adalah:

1) Tanggung jawab terhadap Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dengan cara merasa takut kepada-Nya, senantiasa bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia itu wajib bertanggung jawab terhadap Allah SWT, tidak ada seorangpun manusia yang bisa lepas dengan tanggung jawab kecuali orang tersebut sudah kehilangan akal atau seorang yang masih anak- anak dan belum balig.

2) Tanggung jawab untuk membela dirinya sendiri dari suatu ancaman, siksaan, penindasan, dan bentuk perlakuan kejam dari mana pun datangnya.

3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah ataupun dalam menerima nafkah, dari sifat yang serba kekurangan.

28 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 19.

(41)

4) Tanggung jawab terhadap anggota keluarga.

5) Tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

6) Tanggung jawab dalam berpikir, dalam berpikir tidaklah harus meniru cara berpikir orang lain dan sependapat dengan pendapat kebanyakan orang atau serta merta patuh terhadap nilai-nilai tradisi, harus bisa menyaring informasi. Dalam kebebasan berpikir perlu adanya kreasi yaitu harus mampu mencari pemecahan dari masalah-masalah hidup dan mampu menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.

7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan.29 b. Macam-macam Tanggung Jawab

Tanggung jawab itu banyak macamnya, berikut ini adalah macam-macam dari tanggung jawab adalah:

1) Tanggung jawab personal

Tanggung jawab personal bisa juga dikatakan orang yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tanggung jawab personal (tanggung jawab kepada diri sendiri) adalah orang yang dapat mengontrol dirinya sendiri dan yakin bahwa kesuksesan itu berada ditangannya sendiri.

Individu yang seperti ini merasa bahwa nasib itu tidak ditentukan dari luar. Individu yang seperti ini cenderung bersifat angkuh dengan kekuatannya sendiri yang tidak ada apa-apanya,

29 Mustari, Nilai Karakter, 19-20.

(42)

maka dari itu disamping itu semua individu harus meyakini takdir dari Allah SWT, terutama masalah kesuksesan adalah faktor yang mutlak.

2) Tanggung jawab moral

Jika tanggung jawab itu adalah beban, maka setiap manusia itu memiliki beban yang harus dipikul oleh masing- masing individu. Beban manusia itu sebenarnya adalah takdir manusia itu sendiri. Hakikatnya takdir itu memiliki kelebihan, dan kelebihan tersebut harus bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Kelebihan itulah yang disebut akal. Karena manusia itu memiliki akal, maka manusia itu memiliki beban untuk menggunakan akalnya tersebut. Demikianlah yang melahirkan tanggung jawab moral.

Tanggung jawab moral itu biasanya berupa pemikiran dimana seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu. Ketidaktaatan terhadap kewajiban-kewajiban moral maka akan diberikan sanksi. Pada umumnya manusia itu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, dari apa yang dilakukan tersebut maka akan menghasilkan pujian bahkan tuduhan atas apa yang telah dilakukan.

3) Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab yang membebani manusia yang begitu besar menjadikan manusia juga bertanggung jawab terhadap

(43)

masyarakat di lingkungan sekitarnya, inilah yang disebut dengan tanggung jawab social (social responsibility). Disinilah manusia secara individu maupun kelompok itu memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat disekitarnya.

4) Tanggung jawab melalui program kegiatan

Menerapkan nilai salah satunya yaitu nilai tanggung jawab dalam suatu program kegiatan seperti kegiatan ekstrakurikuler lebih diutamakan karena disitulah peserta didik dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya interaksi tersebut selain mendapatkan sebuah contoh pembelajaran yang nyata dari pelatih, peserta didik juga bisa menerapkan sikap tanggung jawabnya secara langsung terhadap teman, program kegiatan yang diikuti, dan terhadap pelatihnya.30

Dari kegiatan ekstrakurikuler ini dapat dilihat sejauh mana peserta didik bersikap tanggung jawab dalam berpikir, berperilaku, dan bersikap. Diantara sikap yang mencerminkan nilai tanggung jawab melalui program kegiatan ekstrakurikuler marching band diantaranya: mentaati peraturan kegiatan ekstrakurikuler yang telah ditetapkan dan disepakati, mengembalikan alat apapun yang di pakai pada tempatnya, melaksanakan tugas masing-masing dalam memainkan alat

30 Mustari, Nilai Karakter, 21-24.

(44)

musik marching band yang dimainkan dengan benar, dan lain sebagainya.

c. Indikator Tanggung Jawab

Indikator karakter tanggung jawab menurut Wibowo dan Gunawan adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik melaksanakan tugas dengan sepenuh hati, 2) Peserta didik belajar dengan semangat tinggi,

3) Peserta didik berusaha mencapai prestasi, 4) Peserta didik mampu mengontrol diri,

5) Peserta didik akuntabel terhadap pilihan yang diambil, 6) Peserta didik memiliki kedisiplinan,

7) Peserta didik mengerjakan tugas dengan baik, 8) Peserta didik tertib melaksanakan tugas, dan

9) Peserta didik melakukan perbaikan bila terjadi kesalahan.31 d. Cara Menjadikan Anak Lebih Bertanggung Jawab

Cara yang dapat dilakukan agar anak bertanggung jawab antara lain:

1) Memulai pada saat anak masih kecil

Seiring dengan bertambah usia anak untuk bisa memahami, berilah diakepercayaan untuk membantu, bisa dimulai dengan hal kecil seperti membersihkan tempat tidur.

Anak-anak memiliki suatu keinginan untuk menolong, bahkan

31 Wibowo dan Gunawan, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2015), 171.

(45)

anak di bawah usia 2 tahun memiliki keinginan untuk menolong orang tuanya. Anda bisa memberi semangat anak kemudian memberikan penghargaan guna meningkatkan harga dirinya.

2) Jangan menolong dengan hadiah

Jangan memberikan hadiah sebagai pengganti pertolongan. Anda harus membangun keinginan anak untuk membantu tanpa melalui pemberian hadiah sehingga muncul rasa empati pada diri anak. Anda harus mengajarkan kepada anak keinginan untuk berbagi dengan sesama.

Ketika anak mendapatkan hadiah sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan, anda harus mengajarkan anak untuk memfokuskan pada apa yang telah didapat oleh anak anda sebagai pengganti dari apa yang telah anak berikan. Tapi ini bukan berarti anda berlepas tangan untuk membantunya.

3) Biarkan konsekuensi ilmiah menyelesaikan masalah anak

Kita tidak ingin anak menderita bila kita memberi cara pemecahan terhadap kesalahan yang dibuat oleh anak. Tetapi apabila orang tua melindungi anak dari konsekuensi yang akan diperolehnya maka sama dengan menyuruh anak untuk melakukan kesalahan yang lebih besar. Tujuan kita adalah mengajarkan kepada anak untuk menjadi anak yang baik, anak yang bertanggung jawab. Ketika anak membuat kesalahan,

(46)

biarkan anak untuk belajar menjadi bertanggung jawab terhadap perilaku dan kesalahannya.

4) Ketahui ketika anak berperilaku bertanggung jawab

Setiap orang menyukai pengakuan. Ketika anak menggunakan pakaian yang dianggapnya pantas maka berilah semangat kepada anak untuk memakainya di kemudian hari.

5) Jadikan tanggung jawab sebuah nilai dalam keluarga

Diskusikan tentang tanggung jawab dengan anak anda, biarkan anak mengetahui sesuatu yang anda anggap bernilai.

Biarkan anak melihat anda bertanggung jawab, dan anak akan belajar banyak dari apa yang dilakukan daripada apa yang mereka dengar.

6) Berikan anak ijin

Biarkan anak mengambil keputusan dengan uang yang dimilikinya pada saat anak masih kecil. Anak akan membuat kesalahan tetapi jangan menghentikan pemberian uang kepada anak. Ini akan memberi pelajaran kepada anak tentang apa yang akan terjadi jika anak menghamburkan uangnya. Semua ini akan menjadi pembelajaran di saat anak nanti hidup di masyarakat.

7) Berikan kepercayaan pada anak

Ini merupakan hal yang sangat penting untuk menjadikan anak anda bertanggung jawab. Anak tidak subjektif, tetapi mereka memandang dirinya dari lingkungan sekitar yang

(47)

merespon kepadanya. Bila anda melihat anak anda sebagai pribadi yang bertanggung jawab, dia akan tumbuh sesuai harapan anda. Di sisi lain, bila anda menyuruh anak, biarkan anak memahami instruksi anda, anak akan bisa memenuhi harapan anda. Bila anda yakin bahwa anak mampu menjaga komitmen dan berperilaku bertanggung jawab, anak akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.32

3. Karakter Disiplin

a. Pengertian Karakter Disiplin

Secara bahasa, karakter merupakan tabiat atau kebiasaan.

Istilah karakter disebut juga dengan kepribadian atau ciri, atau sifat khusus dari seseorang.33 Menurut Kemendiknas bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.34

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.35 Menurut Mudasir disiplin adalah rasa tanggung jawab dari pihak siswa berdasarkan kematangan rasa sosial untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib

32 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:

PT Bumi Perkasa, 2011), 180-181.

33 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Membangun Jatidiri (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 11.

34 Adisusilo, Pembelajaran Nilai, 77.

35 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 172.

(48)

sekolah sehingga ia dapat belajar dengan baik. Sikap disiplin bukan hanya tercermin dalam aspek tingkah laku siswa di dalam kelas atau sekolah saja, melainkan juga di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.36

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter disiplin adalah sifat atau watak seseorang yang menunjukkan rasa patuh dan tertib terhadap segala bentuk peraturan.

Metode tata aturan kedisiplinan menduduki tempat penting bagi pendidikan karakter dan menjadi inspirasi baru bagi kinerja sekolah melalui penerapan kedisiplinan. Sekolah tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja, akan tetapi harus memberikan sumbangan dasar bagi persiapan moral anak didiknya dalam kehidupan.

Sikap disiplin seseorang tidak hanya diterapkan di sekolah saja, melainkan juga di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Keluarga sebagai tempat dimana anak pertama diasuh memiliki peranan penting dalam penanaman nilai disiplin dan tumbuh kembang anak. Pembiasaan disiplin seperti menugaskan anak untuk merapikan tempat tidurnya setiap hari, dapat melatih anak terbiasa hidup disiplin dan menerapkannya dalam keseharian.

Agama Islam juga berperan dalam pendidikan kedisiplinan seorang muslim, hal ini dikarenakan Islam sangat menghargai nilai-

36 Mudasir, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), 89.

(49)

nilai disiplin, mewajibkan ummatnya untuk selalu menghargai waktu, dan senantiasa istiqomah dalam melakukan kebaikan.

Sebagai contoh Allah SWT telah mengatur sholat wajib di waktu- waktu tertentu, selain merupakan kewajiban bagi setiap muslim, perintah melaksanakan sholat lima waktu juga merupakan pendidikan kedisiplinan dari Tuhan Yang Maha Esa berupa pembiasaan pelaksanaan ibadah yang dilakukan secara berkelanjutan. Karena kedisiplinan akan tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan. Jadi disiplin tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan dengan latihan dan kebiasaan.37

b. Indikator Kedisiplinan

Apabila seorang siswa ingin belajar dengan baik maka siswa tersebut harus bersikap disiplin, terutama kedisiplinan belajar dalam beberapa hal, antara lain:

8) Kedisiplinan dalam menepati jadwal belajar.

9) Kedisiplinan dalam mengatasi godaan yang akan menunda waktu belajar.

10) Kedisplinan terhadap diri sendiri.

11) Kedisiplinan menjaga kondisi fisik.38

37 Soejitno Irmin & Abdul Rochim, Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Spiritual dan Emosional, (Jakarta: Batavia Press, 2004), 75.

38 Wahyu Ardian Nugraha, “Hubungan Kedisiplinan Belajar di Sekolah dan di Rumah dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Se-Gugus I Sumberagung Jetis Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”, (Skripsi, UNY, 2015), 20.

(50)

Sedangkan Agus Wibowo mengatakan bahwa indikator disiplin peserta didik antara lain:

1) Masuk sekolah tepat waktu pada jam yang telah ditentukan oleh sekolah.

2) Mengakhiri kegiatan belajar dan pulang sesuai jadwal yang ditentukan.

3) Menggunakan kelengkapan seragam sekolah sesuai peraturan.

4) Menjaga kerapian dan kebersihan pakaian sesuai dengan peraturan sekolah.

5) Apabila berhalangan hadir ke sekolah maka harus menyertakan surat pemberitahuan ke sekolah.39

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisplinan

Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter disiplin, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik terutama disiplin diri, mengembangkan pola perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk membentuk karakter disiplin. Faktor yang mendukung terbentuknya disiplin pada peserta didik antara lain:

a) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasil dirinya.

b) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.

39 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 85-86.

(51)

Hal ini sebagai tuntutan dari adanya kesadaran diri yang berhasil oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

c) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.40

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman karakter disiplin adalah lingkungan yang kondusif, baik secara fisik maupun non-fisik. Faktor yang manghambat penanaman karakter disiplin peserta didik antara lain:

1) Sekolah kurang menerapkan kedisiplinan,

Sekolah yang tidak menerapkan kedisiplinan pada siswa biasanya kurang bertanggung jawab sehingga siswa beranggapan tidak melaksanakan tugas ataupun melanggar peraturan di sekolah tidak akan dikenakan sanksi dan tidak dimarahi oleh guru.

2) Teman bergaul

Anak yang bergaul dengan anak yang baik perilakunya akan berdampak positif terhadap anak yang selalu berinteraksi setiap hari. Namun sebaliknya jika anak bergaul dengan anak yang

40 Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004), 48-44.

(52)

nakal atau perilakunya tidak baik akan berdampak negatif terhadap perilaku anak tersebut.

3) Cara hidup di lingkungan anak tinggal.

Anak yang tinggal di lingkungan yang kurang baik akan cenderung bersikap dan berperilaku tidak baik. Jika anak tersebut hidup di lingkungan yang baik maka sikap dan perilakunya akan cenderung baik.

4) Sikap orang tua

Anak yang selalu dimanja oleh orang tua maka akan tumbuh perilaku yang tidak bertanggung jawab, takut menghadapi tatantangan dan kesulitan.

5) Keluarga yang tidak harmonis

Anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis biasanya akan selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin.

6) Latar belakang kebiasaan dan budaya.

Budaya dan tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anaknya. Anak yang hidup di keluarga yang baik dan tingkat pendidikannya bagus akan cenderung berperilaku baik.41

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik adalah diri

41 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2013), 26-27.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini menggunakan metode ANFIS yaitu jaringan saraf tiruan yang di integrasikan dengan sistem fuzzy .yang akan membahas mengenai identifikasi parmeter

Proses Pembelajaran dengan pengembangan daya pikir kritis pada siswa memerlukan jiwa integritas dan profesionalisme yang tinggi dari seorang guru mengingat selama

Dari beberapa pendapat para ahli di atas tentang langkah-langkah dalam mencipta lagu anak usia dini, maka perlu adanya strategi yang tepat dalam menciptakan lagu

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

4.4.4 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Mekanis Untuk Tiga Variasi Kecepatan Angin Data dari Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada

tepung terigu (dengan 30% tepung pra-masak), cake (dengan 20% tepung pra-masak) dan roti manis (dengan 25% tepung pra-masak) mempunyai nilai kesukaan yang masih

Identifikasi kronologi dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur yang terdapat pada kritik ekstern seperti materi (bahan dan bentuk), ukuran, dan paleografi

PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai