• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

5. Tahfidzul Qur’an

yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain berarti sikap dan tindakan yang menghargai segala bentuk kegiatan ibadah agama lain. Menghargai segala bentuk ibadah agama lain dapat ditunjukkan dengan sikap tidak saling menghina satu sama lain, bentuk kegiatan ibadah agama lain, dan tidak saling mengganggu teman yang berbeda agama yang sedang melaksanakan ibadah mereka.

3) Hidup rukun dengan pemeluk agama lain

Dengan tertanamnya karakter religius pada peserta didik, diharapkan mereka dapat hidup saling berdampingan dengan pemeluk agama lain. Dengan hidup rukun bersama pemeluk agama lain, peserta didik dapat hidup dengan baik di dalam masyarakat yang cakupannya lebih luas. Melalui toleransi yang tinggi, maka kerukunan hidup antara pemeluk agama lain akan tercipta.47

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kunci dan kesimpulan dari semua kitab-kitab yang pernah diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi-nabi sebelumnya.48

Sedangkan tahfidz artinya menghafal. Menghafal dalam bahasa Arab biasanya diungkapkan dengan kata kerja hafazha yang berarti menjaga, memelihara, dan melindungi. Secara terminologi penghafal adalah orang yang menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal. Penghafal Al-Qur‟an adalah orang yang menghafal setiap ayat-ayat dalam Al-Qur‟an mulai ayat pertama sampai akhir.49

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahfidzul Qur‟an adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memelihara, menjaga dan melestarikan Al-Qur‟an yang diturunkan oleh Allah SWT dengan cara menghafal ayat-ayat yang ada di dalamnya dari awal sampai akhir.

b. Syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an

Menghafal Al-Qur‟an adalah kegiatan yang mulia di sisi Allah SWT. Maka dari itu seorang penghafal hendaknya harus memenuhi beberapa syarat antara lain:

1) Ikhlas

Hal utama yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an adalah membulatkan niat untuk menghafal Al-Qur‟an hanya

48 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 1.

49 Eko Aristanto, TAUD Tabungan Akhirat: Perspektif Kuttab Rumah Qur’an, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), 10.

mengharap ridho Allah SWT. Maka diperlukan keikhlasan dari dalam hati sebelum memulai hafalan Al-Qur‟an.

2) Mempunyai kemauan yang kuat

Menghafal Al-Qur‟an tidak seperti menghafal buku atau bacaan yang lainnya. Sehinga membutuhkan kemauan yang kuat untuk menghafal dan harus dimiliki sejak awal oleh penghafal Al-Qur‟an.

3) Disiplin dan Istiqomah

Seorang penghafal harus disiplin dan istiqomah dalam menghafal Al-Qur‟an. Harus gigih memanfaatkan waktu senggang, cekatan dan mengurangi kesibukan-kesibukan yang kurang bermanfaat.

4) Talaqqi

Seorang penghafal Al-Qur‟an hendaknya berguru kepada guru yang hafal Al-Qur‟an, mantap agamanya dan guru mampu menjaga dirinya.

5) Berakhlak terpuji

Orang yang menghafal Al-Qur‟an hendaklah selalu berakhlak terpuji. Akhlak terpuji harus sesuai dengan syariat yang telah diajarkan oleh Allah SWT seperti rendah hati, tidak berbangga diri dan tidak sombong atas hafalan Al-Qur‟annya.50

50 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis, 26-34.

c. Keutamaan menghafal Al-Qur‟an

Al-Qur‟an merupakan salah satu kitab Allah SWT yang paling sempurna dari kitab-kitab Allah SWT yang lain. Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali perintah dan larangan yang tertulis karena Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup manusia di muka bumi. Untuk mengetahui isi yang terdapat dalam Al-Qur‟an yaitu dengan cara membaca, memahami dan menghafal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-„Alaq ayat 1-3 yang berbunyi:

َقَل َخ يِذَّلٱ َكِّبَر ِن ۡسٱِب ۡأَزۡقٱ (

١ قَلَع ۡنِه َن ََٰسنِ ۡلۡٱ َقَلَخ ) (

٢ َكُّبَرَو ۡأَزۡقٱ )

مَز ۡكَ ۡلۡٱ ( ٣ )

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”.

(QS. Al-„Alaq: 1-3).

Al-Qur‟an memiliki banyak manfaat bagi orang-orang yang mau mempelajari, membaca atau menghafalkannya. Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Manfaat atau faedah bagi orang yang menghafal Al-Qur‟an antara lain:

1) Kemenangan di dunia dan akhirat jika disertai dengan amal shaleh.

2) Tajam ingatannya dan cemerlang pemikirannya.

3) Memiliki bahtera ilmu.

4) Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur.

5) Fasih dalam berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya tabi‟i (alami).51

Yahya mengatakan bahwa faedah yang akan didapat oleh para penghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

5) Allah SWT mencintai para penghafa Al-Qur‟an.

6) Allah SWT menolong para penghafal Al-Qur‟an.

7) Al-Qur‟an memacu semangat dan membuat lebih giat beraktivitas.

8) Allah SWT memberkahi para penghafal Al-Qur‟an.

9) Selalu menemani Al-Qur‟an merupakan salah satu sebab mendapat pemahaman yang benar.

10) Doa orang penghafal Al-Qur‟an tidak tertolak.

11) Orang yang hafal Al-Qur‟an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik.52

d. Faktor pendukung dan penghambat Tahfidzul Qur‟an.

Dalam proses menghafal ayat-ayat suci Al-Qur‟an pastinya menghadapi kesulitan bahkan ada pula yang mendapat kemudahan.

Hal tersebut merupakan suatu yang wajar, karena sesuatu yang benar-benar diniatkan dari dalam hati akan di uji oleh Allah SWT.

Ada beberapa faktor yang mendukung dalam proses menghafal Al-Qur‟an antara lain:

1) Faktor kesehatan

51 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Semarang: Mutiara Aksara, 2019), 18-19.

52 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta: Insan Kamil, 2011), 31-39.

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi orang yang akan menghafal Al-Qur‟an. Apabila kondisi tubuh sehat maka proses menghafal Al-Qur‟an akan lebih mudah tanpa adanya hambatan. Namun sebaliknya jika badan tidak sehat maka proses menghafal tidak akan maksimal.

2) Faktor psikologis

Kesehatan bukan hanya perihal tubuh saja melainkan jiwa yang berada di dalam tubuh juga harus sehat. Jika secara psikologis mengalami gangguan maka proses menghafal akan terhambat.

Karena orang yang akan menghafal Al-Qur‟an membutuhkan ketenangan jiwa, baik dari hati maupun pikiran dan perasaannya.

3) Faktor kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalani proses menghafal Al-Qur‟an. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda sehingga sangat berpengaruh terhadap proses menghafal.

4) Faktor motivasi

Orang yang termotivasi dan dapat memotivasi diri akan memberikan dampak yang positif terhadap proses menghafal Al-Qur‟an.

5) Faktor usia

Usia menjadi faktor yang penting bagi orang yang akan menghafal Al-Qur‟an. Jika yang akan menghafal berusia muda

maka akan lebih mudah dan cepat dalam menghafal. Namun, jika sudah berumur dewasa atau tua maka akan kesulitan dalam proses menghafalnya. Karena otak orang yang masih muda lebih jernih daripada orang yang sudah dewasa atau tua.53

Adapun faktor yang menghambat proses menghafal Al-Qur‟an adalah:

1) Tidak mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik

Penghafal yang belum bisa atau belum mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan lancar akan mengalami kesulitan dalam proses menghafalnya.

2) Tidak mampu mengatur waktu

Bagi penghafal Al-Qur‟an yang tidak dapat mengatur waktunya akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hafalannya.

Karna waktu untuk menghafal seakan-akan tidak ada.

3) Adanya ayat-ayat yang serupa

Ayat-ayat mutasyabihat banyak sekali di dalam Al-Qur‟an, apabila penghafal tidak teliti dalam permasalahan ini bisa mengalami kesulitan dalam menghafal dan bisa mengakibatkan ketidakteraturan dalam membaca ayat Al-Qur‟an.

4) Pengulangan yang sedikit

Penghafal Al-Qur‟an tidak dapat mengingat hafalan yang telah dihafalkan, padahal sebelumnya sudah lancar dan benar-benar

53 Wiwi Alawiah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 139-142.

hafal. Hal ini menandakan pengulangan terhadap ayat yang dihafalnya masih sedikit atau kurang.

5) Tempat dan lingkungan yang kurang kondusif

Tempat dan lingkungan menghafal yang tidak kondusif atau ramai seperti tempat keramaian, tempat kerja, dan pasar akan mengganggu konsentrasi penghafal sehingga proses menghafal akan mengalami kesulitan.

6) Tidak ada pembimbing

Keberadaan seorang pembimbing akan memberikan semangat dan kemudahan dalam menghafal. Jika tidak ada pembimbing dalam proses menghafal Al-Qur‟an maka dapat dipastikan penghafal tersebut akan mengalami kesulitan atau hambatan.54

Faktor lain yang menghambat keberhasilan hafal Al-Qur‟an adalah banyak dosa dan maksiat, tidak senantiasa mengikuti, mengulang-ulang dan mendengarkan ayat Al-Qur‟an, perhatian yang lebih pada urusan dunia menjadikan hatinya terikat dengannya sehingga hatinya menjadi keras, menghafal banyak ayat pada waktu yang singkat dan pindah ke selainnya sebelum menguasai dengan baik serta semangat di awal karena menguasai namun malas di akhir karena tidak dapat menguasainya.55

54 Abdul Aziz Abdur Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2004), 84-89.

55 Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta: Bening, 2010), 105-106.

e. Metode penghafal Al-Qur‟an

Metode adalah panduan atau petunjuk bagi seorang yang akan menghafal Al-Qur‟an agar dapat melaksanakan proses menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan aturan. Proses tersebut dapat dilakukan melalui bimbingan seorang guru tahfidz. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan dengan cara berikut ini:

1) Bin Nazhar

Metode ini dilakukan dengan membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan dihafal dengan melihat mushaf berulang-ulang. Proses ini dilakukan sebanyak mungkin atau hendaknya empat puluh kali seperti yang dilakukan ulama terdahulu.

2) Tahfidz

Metode ini dilakukan dengan menghafal sedikit demi sedikit ayat Al-Qur‟an yang sudah dibaca berulang-ulang secara bin nazhar.

Hal ini dilakukan dengan menghafal satu baris, beberapa ayat sampai tidak ada kesalahan. Setelah hafal maka dapat dilanjut dan ditambah dengan satu baris atau satu ayat selanjutnya sampai hafal dan seterusnya.

3) Talaqqi

Metode yang dilakukan dengan menyetor atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada guru. Metode ini dilakukan

untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafidz atau hafidzoh dan mendapat bimbingan.

4) Takrir

Metode ini dilakukan dengan cara mengulang hafalan yang sudah dihafalkan. Hal ini dilakukan agar hafalan yang sudah pernah dihafal terjaga dengan baik dan tidak mudah lupa.

5) Tasmi‟

Metode yang dilakukan dengan memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jamaah. Melalui metode tersebut penghafal akan lebih berkonsentrasi dalam menghafal. Metode ini biasa disebut setoran hafalan.56

56 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis, 52-54.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait