• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Kualitas Air Danau Mahoni Kampus UI Depok

N/A
N/A
Cecilia Ardina Listiarini

Academic year: 2024

Membagikan "Pengujian Kualitas Air Danau Mahoni Kampus UI Depok"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SAMPLING AIR

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. Gabriel Soedarmini Boedi Andari, M.Eng Iftita Rahmatika, Ph.D.

Aulia Qisthi, S.T., M.T., M.Sc

KELOMPOK-14

Cecilia Ardina Listiarini 2106703411 Jennifer Angelica Sely 2106730734

Asisten : Sofia Hikmatussdadiah Tanggal Praktikum : 10 November 2023 Nilai Laporan :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

2023

(2)

1. Tujuan Praktikum

Menguji kualitas inlet, tengah, dan outlet Danau Mahoni Kampus UI Depok dengan menguji parameter kekeruhan, Dissolved Oxygen (DO), Total Dissolver Solids (TDS), pH, konduktivitas, temperatur.

2. Teori Dasar

2.1 Pengertian Sampel Air

Sampling air adalah proses pengambilan sejumlah volume air dari suatu badan air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin namun masih mewakili kualitas air di tempat tersebut. Tujuan dari sampling air adalah untuk mendapatkan data kualitas air yang akurat dan valid, sehingga dapat digunakan untuk menentukan apakah air tersebut aman untuk dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan lainnya (Spada UNS, 2020). Selain itu, sampling air juga dapat digunakan untuk memantau perubahan kualitas air dari waktu ke waktu, serta untuk menentukan sumber pencemar yang mencemari badan air tersebut (UMSurabaya, 2023). Dalam melakukan sampling air, perlu dipertimbangkan tujuan pengukuran/pemantauan, pengetahuan tentang kondisi dan geografi badan air yang akan diteliti, serta standar atau peraturan tertentu.

2.2 Metode Sampling Air

Sampling air adalah proses pengambilan sejumlah volume air dari suatu badan air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin namun masih mewakili kualitas air di tempat tersebut. Metode sampling air dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain (Spada UNS, 2020):

1. Grab sample (contoh air sesaat): Pengambilan sampel air secara langsung dari badan air yang sedang dipantau.

2. Composite sample (contoh air campuran) : Pengambilan sampel air dari beberapa titik yang mewakili kualitas air di suatu wilayah.

3. Transect sampling : Pengambilan sampel air pada berbagai tempat dan kedalaman dari suatu badan air untuk mengetahui kualitas air di badan air tersebut.

4. Pengambilan sampel air dilakukan pada titik-titik tertentu, seperti kiri sungai, tengah, dan kanan, dengan menggunakan alat water sampler.

5. Pemilihan lokasi pengambilan sampel air harus mempertimbangkan tujuan pengukuran/pemantauan, pengetahuan tentang kondisi dan geografi badan air

(3)

Pengambilan sampel air juga melibatkan penentuan alat pengambilan sampel yang sesuai, metode analisis, jumlah, volume, dan jenis wadah sampel, waktu, lokasi sampling, frekuensi sampling, persiapan dokumentasi, dan pengamanan sampel.

2.3 Parameter Pemeriksaan pada Sampling Air (pH, DO, TDS, Kekeruhan, Suhu, dan Konduktivitas)

Parameter pemeriksaan pada sampling air meliputi beberapa hal yang penting untuk menilai kualitas air. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai parameter- parameter tersebut:

1. pH (Derajat Keasaman): Menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan air.

Rentang ideal pH air bersih biasanya antara 6,5 hingga 8,5 (Badan Standardisasi Nasional, 2008).

2. DO (Dissolved Oxygen/Oksigen Terlarut): Menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, yang penting untuk kehidupan organisme akuatik. Kadar DO yang rendah dapat mengakibatkan masalah bagi kehidupan di dalam air .

3. TDS (Total Dissolved Solids/Zat Tersolusi Total): Mengukur jumlah total padatan yang terlarut dalam air, termasuk mineral, garam, dan logam. TDS yang tinggi dapat menandakan adanya pencemaran atau ketidaksehatan air.

4. Kekeruhan: Menunjukkan sejauh mana partikel-partikel padatan tersuspensi dalam air. Kekeruhan yang tinggi dapat mengindikasikan adanya pencemaran atau sedimentasi .

5. Suhu: Menunjukkan suhu air, yang dapat memengaruhi kelarutan oksigen dan aktivitas biologis dalam air. Perubahan suhu yang drastis dapat memengaruhi ekosistem perairan (Spada UNS, 2020).

6. Konduktivitas: Mengukur kemampuan air untuk menghantarkan listrik, yang berkaitan dengan jumlah ion dan mineral dalam air. Konduktivitas tinggi dapat menunjukkan adanya pencemaran atau kandungan mineral yang tinggi (Badan Standardisasi Nasional, 2008).

Pemeriksaan parameter-parameter ini penting untuk menilai kualitas air dan memastikan keamanan serta keberlanjutan sumber air tersebut. Dengan memantau parameter-parameter ini, dapat diidentifikasi potensi pencemaran dan dilakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga kualitas air.

(4)

2.4 Baku Mutu Badan Air

Baku mutu air adalah standar yang ditetapkan untuk kualitas air, baik untuk air bersih maupun air limbah. Standar ini mencakup parameter-parameter tertentu seperti pH, DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solids), dan parameter lainnya. Baku mutu air limbah ditetapkan untuk mengatur kualitas air limbah yang dibuang ke sumber air permukaan. Tujuan penetapan baku mutu air limbah adalah untuk melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak negatif pencemaran air limbah.

Baku mutu air penting untuk mengatur dan mengendalikan kualitas air limbah yang dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu, pemantauan dan penegakan baku mutu air limbah menjadi sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air dan lingkungan hidup secara keseluruhan.

Baku mutu badan air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada PP Nomor 22 Tahun 2021 diatur bahwa parameter baku mutu air danau sejenisnya daiatur menjadi 4 parameter dengan 4 klas berbeda. Berikut merupakan tabel standar baku mutu air yag diatur pada lampiran VI PP Nomor 22 Tahun 2021.

Tabel 1. Baku Mutu Air Menurut PP Nomor 22 Tahun 2021

Parameter Satuan Kelas

Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ℃ Deviasi 3

Deviasi 3

Deviasi 3

Deviasi 5

Deviasi Temperatur dari keadaan

ilmiah Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu

Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air

minum secara konvensional,

residu tersuspensi <

5000 mg/L

(5)

KIMIA ANORGANIK

pH 6-9 6-9 6-9 5-9

Apabila secara alamiah di luar

rentang tersebut, maka

ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum Total Fosfat

sebagai P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

Sumber: (Peraturan Pemerintah, 2021)

2.5 Aplikasi Sampling Air di Bidang Teknik Lingkungan

Aplikasi sampling air dalam bidang Teknik Lingkungan melibatkan pengambilan sampel air dari berbagai sumber air, baik air permukaan maupun air tanah, untuk tujuan analisis kualitas air. Berikut adalah beberapa aplikasi sampling air di bidang Teknik Lingkungan:

1. Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi: Sampling air digunakan untuk pemeriksaan parameter mikrobiologi, seperti kandungan bakteri dan mikroorganisme lainnya yang dapat memengaruhi kualitas air bersih.

2. Pemantauan Kualitas Air: Sampling air dilakukan untuk memantau kualitas air dari berbagai sumber air, termasuk air permukaan (seperti sungai, danau, waduk) dan air tanah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran, keberlanjutan sumber air, dan dampak lingkungan dari aktivitas manusia.

3. Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air: Sampling air dilakukan sebagai bagian dari pengambilan contoh uji kualitas air di laboratorium lingkungan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan contoh yang andal untuk uji kualitas air, yang melibatkan pengambilan contoh air dari berbagai wilayah dan sumber air.

4. Pemeriksaan Fisika dan Kimia: Selain itu, sampling air juga dilakukan untuk pemeriksaan parameter fisika dan kimia seperti pH, kekeruhan, suhu, dan

(6)

kandungan zat kimia lainnya. Hal ini penting untuk menilai kualitas air dan potensi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Dengan demikian, aplikasi sampling air dalam bidang Teknik Lingkungan sangat penting untuk memantau, menganalisis, dan menjaga kualitas air, serta untuk melindungi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dari dampak negatif pencemaran air.

2.6 Standar Sampling Air

Standar sampling air melibatkan beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan untuk memastikan pengambilan sampel yang akurat dan representatif. Aspek yang dimaksud adalah lokasi pengambilan sampel, kedalaman titik pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel, alat pengambilan sampel, jenis wadah sampel, parameter yang harus diuji di lapangan, pengawetan sampel untuk pengujian di laboratorium.

Lokasi pengambilan sampel harus dipilih dengan mempertimbangkan tujuan pengukuran/pemantauan dan pengetahuan tentang kondisi dan geografi dari badan air yang akan diteliti. Contohnya, pengambilan sampel yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air yang keluar dari danau harus sesuai dengan tempat dan kedalaman dari danau tersebut. Selain itu, pengambilan sampel air dilakukan pada kedalaman yang mewakili kualitas air di tempat tersebut. Alat pengambil sampel air gabungan kedalaman digunakan untuk mengambil contoh air pada sungai yang dalam, dimana contoh yang diperoleh merupakan gabungan contoh air mulai dari permukaan sampai ke dasarnya.

Pengambilan sampel harus dipilih dengan lokasi yang tepat di waktu yang sesuai dengan cermat sesuai dengan tujuan pengukuran/pemantauan. Alat pengambilan sampel harus dipilih sesuai dengan tujuan pengukuran, standar atau peraturan tertentu, dan karakteristik sumber air yang akan diteliti. Wadah sampel air harus terbuat dari bahan yang bersih, bebas kontaminan, tidak mudah pecah atau bocor, dan tidak berinteraksi dengan sampel.

Setelah mendapatkan sampel yang diinginkan, uji sampel sesuai dengan parameter seperti DO (Dissolved Oxygen), pH, kekeruhan, suhu, dan konduktivitas.

Pemindahan sampel air dari tempat pengambilan sampel ke laboratorium juga harus memastikan kualitas sampel air masih akurat, valid, dan representatif. Pengawetan sampel air diperlukan untuk mempertahankan integritas sampel hingga sampel tersebut diuji di laboratorium. Untuk mengetahui teknik pengawetan sampel air,

(7)

diperlukan pengetahuan karakteristik setiap senyawa-senyawa kimia yang ada di dalam air.

3. Alat dan Bahan Alat :

- Sibata 1000 mL - Turbidimeter

- Botol plastik 1,5 L 3 buah - Alat pengukur TDS

- Gayung - Alat pengukur konduktivitas

- Tali tambang - pH meter

- Tali rafia - Alat pengukur suhu

- Gelas beaker 100 mL 4 buah - Alat pengukur DO Bahan :

- Air Danau Mahoni di inlet, outlet, dan midlet - Air suling

- Label - Tisu

4. Prosedur Kerja

Tabel 2 Prosedur Kerja

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan

A. Persiapan

1 Memakai alat pelindung diri Alat pelindung diri atau APD yang digunakan adalah jas lab, masker, sarung tangan lateks, serta sepatu dan pakaian tertutup 2 Mempersiapkan alat dan

bahan yang digunakan

Alat yang

digunakan antara lain sibata 1000 mL, botol plastik 1,5 L, gayung, tali tambang, tali rafia, gelas beaker 100

(8)

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan mL 4 buah, alat pengukur

kekeruhan, TDS, konduktivitas, pH, suhu, dan DO.

Serta bahan yang digunakan adalah air sampel Danau Mahoni di inlet, outlet, dan midlet, air suling, label, dan tisu.

B. Pengambilan Sampel Air di Midlet 1 Menurunkan sibata ke dasar

danau untuk pengambilan air untuk homogenisasi wadah

Sibata diturunkan dengan perlahan dan jangan sampai terlilit agar memudahkan ketika menarik tali penutup botol sibata.

2 Menuang air sampel ke botol 1,5 L untuk homogenisasi

Homogenisasi dilakukan untuk memastikan bagian dalam wadah terkontak dengan air sampel

(9)

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan 3 Membuang air bilasan ke

arah yang berlawanan dengan pengambilan sampel

Air bilasan perlu dibuang agar air pengambilan sampel tidak terkontaminasi dengan air bilasan

4 Mengukur kedalaman danau berdasarkan tali yang terendam, serta memberikan

tanda kedalaman

menggunakan tali rafia

Diukur kedalaman air di midlet sebesar 147 cm, dan dilakukan

penandaan dengan tali rafia 30 cm dari dasar danau dan 30 cm dari permukaan danau

5 Melakukan pengambilan air sampel pada kedalaman 30 cm di bawah air danau menggunakan sibata

Penurunan sibata dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah tali terlilit

6 Menurunkan sibata perlahan, mengisi sibata dengan menarik tali B untuk membuka katup lalu diisi hingga tidak ada gelembung udara

Sibata diturunkan sampai batas tali rafia diberikan

(10)

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan 7 Memasukkan air sampel ke

dalam botol 1,5 L yang telah dihomogenkan

Memasukkan air sampel ke botol dengan hati-hati

8 Mengambil air sampel menggunakan sibata pada kedalaman 30 cm di atas dasar danau

Dilakukan

pengambilan kedua oleh karena sampel termasuk jenis pengambilan komposit

9 Menuang air sampel ke botol 1,5 L yang sama kemudian dihomogenkan

Menuang air sampel ke botol yang sama

yang sudah

dihomogenkan

C. Pengambilan Sampel Air di Hulu dan Hilir 1 Membilas botol 1,5 L dengan

air yang diambil dengan cidukan dan homogenisasi

Homogenisasi dilakukan sebelum memasukkan sampel air ke dalam wadah untuk diuji 2 Membuang air danau hasil

bilasan dengan menjauhi titik pengambilan

Membuang hasil bilasan yang menjauhi titik pengambilan sampel bertujuan untuk mencegah

(11)

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan mendapatkan air bilasan pada saat pengambilan sampel 3 Memasukkan sampel air

danau ke botol 1,5 L secara perlahan

Melakukan pengambilan sampel dengan gayung oleh karena kedalaman danau yang dangkal di hulu dan hilir 4 Botol sampel 1,5 L dibawa ke

lab untuk pengujian

Botol tertutup rapat untuk mencegah kontaminasi di perjalanan sebelum dilakukan pengujian D. Uji Sampling di Lab

1 Menuang sampel air danau di inlet, midlet, dan outlet ke 3 gelas beaker 100 mL

Melakukan

pelabelan untuk memastikan jenis sampel dari setiap gelas beaker

2 Melakukan uji parameter suhu, konduktivitas, pH, DO, dan TDS

Sampel diuji nilai tiap parameternya kemudian dicatat

3 Memasukkan air suling ke dalam kuvet hingga batas tera

Air suling berfungsi untuk

mengkalibrasi turbidimeter

(12)

No Prosedur Kerja Gambar Keterangan 4 Membersihkan kuvet dengan

tisu lalu dimasukkan ke turbidimeter untuk kalibrasi

Mengelap kuvet menggunakan tisu sebelum

dimasukkan ke turbidimeter

bertujuan untuk mencegah

kesalahan perhitungan alat 5 Memasukkan masing-masing

sampel air ke dalam kuvet bergantian

Terlebih dahulu kuvet dicuci sebelum digunakan oleh air sampel berikutnya

6 Memasukkan kuvet ke dalam turbidimeter untuk mengecek kekeruhan

Menunggu alat untuk pembacaan kekeruhan

7 Membuang air sampel ke wastafel dan mencuci alat setelah pengujian selesai

Membuang air sampel ke wastafel dan mencuci gelas beaker yang digunakan

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

(13)

5.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 3 Hasil Uji Parameter Sampling Air Parameter

Kekeruhan (NTU) DO (mg/L) TDS (mg/L) pH Konduktivitas (µS) Temperatur (̊C)

Inlet Midle t

Outle t

Inle t

Midle t

Outle

t Inlet Midle

t Outlet Inle t

Midle t

Outle

t Inlet Midle

t Outlet Inlet Midle t

Outle t

Kel 14 90,6 12,8 12,0 2,8

5 5,66 5,63 188,4 173,7 165,9 7,4

8 8,55 7,56 569 349 330 29 29,3 29,1

Kel 13 87,2 13,9 13,3 3,3

8 5,85 5,19 100 173,5 167,6 7,8 7,97 7,88 574 342 331 27,7 28,5 28,6

Kel 16 88,7 13,4 12,7 3,9

4 6,12 5,37 100 177,3 167,4 7,4

8 8,17 8,63 563 334 351 27,5 28 28,1

Rata- rata

88,8

3 13,37 12,67 3,3

9 5,88 5,40 129,47 174,8 3

166,9 7

7,5

9 8,23 8,02 568,6 7

341,6 7

337,3 3

28,0

7 28,60 28,60 Std.

Devias i

1,70 0,55 0,65 0,5

5 0,23 0,22 51,04 2,14 0,93 0,1

8 0,29 0,55 5,51 7,51 11,85 0,81 0,66 0,50

Nilai

Max 90,6 13,90 13,30 3,9

4 6,12 5,63 188,40 177,3 0

167,6 0

7,8

0 8,55 8,63 574,0 0

349,0 0

351,0 0

29,0

0 29,30 29,10 Nilai

Min 87,2 12,80 12,00 2,8

5 5,66 5,19 100,00 173,5 0

165,9 0

7,4

8 7,97 7,56 563,0 0

334,0 0

330,0 0

27,5

0 28,00 28,10

(14)

Varian 2,90 0,30 0,42 0,3 0,05 0,05 2604,8

5 4,57 0,86 0,0

3 0,09 0,30 30,33 56,33 140,3

3 0,66 0,43 0,25 Media

n (Q2) 88,7 13,40 12,70 3,3

8 5,85 5,37 100,00 173,7 167,4 7,4

8 8,17 7,88 569,0 0

342,0 0

331,0 0

27,7

0 28,50 28,60 Kuarti

l Atas (Q3)

89,6

5 13,65 13,00 3,6

6 5,99 5,50 144,2 175,5 167,5 7,6

4 8,36 8,26 571,5 345,5 341 28,3

5 28,90 28,85

Kuarti l Bawah

(Q1)

87,9

5 13,10 12,35 3,1

2 5,76 5,28 100 173,6 0

166,6 5

7,4

8 8,07 7,72 566 338 330 27,6 28,25 28,35

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

(15)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 2 Nilai Dissolved Oxygen (DO)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 3 Nilai Total Dissolved Solid (TDS)

(16)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 4 Nilai pH

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 5 Nilai Konduktivitas

(17)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 6 Nilai Temperatur

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

5.3 Grafik Bar Chart untuk Variasi Parameter di Inlet, Midlet, Outlet Grafik 7 Variasi Nilai Parameter pada Bagian Inlet

(18)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 8 Variasi Nilai Parameter pada Bagian Midlet

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 9 Variasi Nilai Parameter pada Bagian Outlet

0 100 200 300 400 500 600 700

Kel 14 Kel 13 Kel 16

Nilai

Variasi Data Parameter pada Bagian Inlet

NTU DO TDS pH Konduktivitas Temperatur

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Kel 14 Kel 13 Kel 16

Nilai

Variasi Data Parameter pada Bagian Midlet

NTU DO TDS pH Konduktivitas Temperatur

(19)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

5.4 Grafik Fluktuasi Masing-Masing Parameter

Grafik 10 Fluktuasi Kekeruhan

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 11 Fluktuasi Dissolved Oxygen (DO)

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Kel 14 Kel 13 Kel 16

Nilai

Variasi Data Parameter pada Bagian Outlet

NTU DO TDS pH Konduktivitas Temperatur

R² = 0,3425

37,9 38 38,1 38,2 38,3 38,4 38,5

Kel 14 Kel 13 Kel 16

NTU

Kekeruhan

(20)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 12 Fluktuasi Total Dissolved Solid (TDS)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 13 Fluktuasi pH

R² = 0,9129

4,4 4,5 4,6 4,7 4,8 4,9 5 5,1 5,2

Kel 14 Kel 13 Kel 16

mg/L

Dissolved Oxygen (DO)

R² = 0,7176

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Kel 14 Kel 13 Kel 16

mg/L

Total Dissolved Solid (TDS)

(21)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023) Grafik 14 Fluktuasi Konduktivitas

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

Grafik 15 Fluktuasi Temperatur

R² = 0,8147

7,65 7,7 7,75 7,8 7,85 7,9 7,95 8 8,05 8,1 8,15

Kel 14 Kel 13 Kel 16

pH

R² = 0

415,5 415,6 415,7 415,8 415,9 416 416,1

Kel 14 Kel 13 Kel 16

µ.S

Konduktivitas

(22)

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

6. Analisis

6.1 Analisis Percobaan

6.1.1 Persiapan Praktikum

Praktikum dimulai dengan menentukan lokasi pengambilan sampel air, yaitu di Danau Mahoni bagian hulu, hilir, dan midlet yang berlokasi di tengah Jembatan TekSas. Penentuan lokasi pengambilan sampel ditentukan untuk menguji parameter seperti DO, TDS pada badan air tersebut. Di midlet, kedalaman pengambilan sampel diambil menggunakan tali 20 m, dan setelah diukur, danau memiliki kedalaman 147 cm, yaitu panjang tali yang basah. Pengambilan sampel di midlet dilakukan pada kedalaman 30 cm di atas dasar danau dan 30 cm di bawah permukaan air danau, oleh karena metode pengambilan sampel, menggunakan metode komposit atau campuran (composite sampling).

Sedangkan di hulu dan hilir, pengambilan sampel dilakukan menggunakan gayung oleh karena kedalaman yang dangkal.

Pengambilan sampel dilakukan pada waktu siang hari sekitar jam 10 -12 siang.

6.1.2 Pengambilan Sampel di Inlet, Midlet, Outlet

Pengambilan sampel di midlet menggunakan sibata, oleh karena sampel air diambil di tengah kedalaman danau tertentu, yaitu 30 cm di bawah permukaan danau, dan 30 cm di atas dasar danau. Pengambilan sampel

R² = 0,9575

27 27,5 28 28,5 29 29,5

Kel 14 Kel 13 Kel 16

( ̊C)

Temperatur

(23)

menurunkannya secara perlahan dari jembatan menuju ke permukaan danau dan dasar danau. Setelah sampai di dasar danau, tali penutup sibata ditarik agar air dapat masuk ke dalam. Tali penutup sibata dapat dikendurkan lagi apabila sudah tidak ada gelebung di danau. Kemudian sibata diangkat dan air dalam sibata dihomogenkan dengan wadah sampel. Kedalaman dasar danau dicatat, kemudian ditentukan kedalaman 30 cm di atas dasar danau dan 30 cm di bawah permukaan danau, dan ditandai pada tali. Kemudian, dilakukan 2 pengambilan sampel pada lokasi tali yang sudah ditandai tadi untuk dimasukkan ke wadah sampel. Sementara di inlet dan outlet, pengambilan sampel diambil dengan menggunakan gayung, oleh karena kedalaman air yang dangkal. Air danau diambil menggunakan gayung dan dihomogenkan di dalam wadah yang sudah disiapkan. Kemudian air bilasan dibuang dan diambil sampel air ke dalam wadah air sampel.

6.1.3 Langkah Kerja di Laboratorium

Air sampel dalam botol plastik 1,5 L yang sudah diambil tadi dituang ke 3 buah gelas beaker 100 mL dan diberi label. Lalu baru dilakukan pengujian parameter. Pengukuran parameter sampel air diukur dalam 6 parameter, yaitu TDS, DO, konduktivitas, pH, suhu, serta kekeruhan.

Parameter TDS dan konduktivitas dilakukan dengan menggunakan alat, dimana alat dicelupkan ke gelas beaker berisi sampel air, yang sebelumnya perlu dibersihkan terlebih dahulu menggunakan akuades.

Untuk parameter pH dilakukan menggunakan parameter pengukur pH.

Lalu, untuk mengukur DO dan suhu digunakan menggunakan alat yang sama, yaitu dengan terlebih dahulu alat dicuci menggunakan akuades, lalu dicelupkan ke sampel air. Pembacaan dilakukan sampai alat menunjukkan angka yang konstan, yaitu tidak ada penurunan dan kenaikan angka. Setelah dilakukan pengukuran parameter dan dicatat, sampel air dibuang dan gelas beaker dicuci menggunakan sabun cuci.

6.2 Analisis Hasil

6.2.1 Kesesuaian Nilai Parameter dengan Baku Mutu

Terkait kesesuaian dengan baku mutu, parameter DO di inlet memasuki kelas 2 atau 3 dengan rata-rata 3,39 mg/L sedangkan untuk midlet dan outlet berada di kelas 1 atau 2 dengan rata-rata 5,88 mg/L dan 5,40 mg/L.

(24)

Untuk parameter TDS, badan air di inlet, midlet, dan outlet memasuki kelas 2 atau 3, yaitu rentang 50-400 mg/L. Berturut-turut rata-rata TDS di inlet, midlet, dan outlet adalah 129,47 mg/L, 174,83 mg/L, dan 166,97 mg/L. Untuk parameter pH, di inlet, midlet, maupun outlet memiliki rentang kelas 1, 2, atau 3, yaitu antara 6-9. Berturut-turut rata-rata pH di inlet, midlet, dan outlet adalah 7,59 ; 8,23 ; 8,02, yang mana menunjukkan danau memiliki pH yang netral atau cenderung basa.

Untuk parameter temperatur, badan air di inlet, midlet, dan outlet masuk ke dalam kelas 1, 2, dan 3 oleh karena berada pada rentang deviasi 3 dari suhu normal. Temparatur di inlet, midlet, dan outlet secara berturut-turut adalah 28,07 ̊C, 28,60 ̊C, dan 28,60 ̊C, dimana menunjukkan suhu danau di berbagai lokasi badan air tidak terlalu jauh.

6.2.2 Fluktuasi Nilai Parameter Inlet, Tengah, dan Outlet

Berdasarkan grafik variasi data pada bagian inlet, tengah, dan outlet, terlihat perbedaan yang mencolok adalah nilai kekeruhan di inlet dibandingkan midlet dan outlet. Di inlet memiliki nilai rata-rata kekeruhan 88,83 NTU dibandingkan midlet dan outlet, yaitu 13,37 NTU dan 12,67 NTU. Lalu perbedaan lainnya adalah kondisi TDS di inlet yang lebih rendah, yaitu 129,47 mg/L dibandingkan midlet dan outlet, yaitu 174,83 mg/L dan 166,97 mg/L. Selain itu untuk suhu, di inlet memiliki suhu yang lebih rendah/ dingin yaitu 28,07 ̊C dibandingkan midlet dan outlet yang memiliki suhu 28,6 ̊C. Ini menunjukkan suhu di hulu lebih dingin dibandingkan lokasi badan air yang lainnya.

6.2.3 Fluktuasi Nilai Parameter Per Kelompok

Fluktuasi pengujian parameter tiap kelompok menunjukkan hasil yang beragam. Hasil uji yang memiliki kesamaan paling mirip antar tiap kelompok atau memiliki eror terkecil, yaitu ditandai dengan R2 yang semakin mendekati satu, yaitu nilai DO, temperatur, dan pH. Sedangkan untuk TDS, kekeruhan, dan konduktivitas menunjukkan fluktuasi yang lumayan signifikan. Ditunjukkan oleh R2 yang semakin mendekati 0 atau persebaran data/ standar deviasinya yang besar dilihat tabel.

6.2.4 Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel terhadap Hasil Pengukuran Waktu pengambilan sampel dapat berpengaruh terhadap hasil pengukuran, seperti contoh pengambilan pada siang hari atau malam hari akan berpengaruh terhadap suhu yang didapat. Selain itu pengambilan

(25)

pada waktu tertentu, seperti waktu aktif berkegiatan dapat membuat parameter seperti kekeruhan dan TSS lebih tinggi oleh karena lebih banyak aktivitas yang terjadi di sungai yang dapat menaikkan kadar parameter tersebut. Peak hour temperatur adalah pada waktu siang hari, sedangkan kadar seperti kekeruhan dan TSS akan lebih tinggi pada saat masyarakat sedang berkegiatan aktif apalagi membuang pencemar ke sungai.

6.3 Analisis Kesalahan

• Tali bersiko terlilit ketika mengambil sampel air menggunakan sibata. Oleh karena itu perlu menurunkan sibata dengan hati-hati, agar tali pembuka botol sibata dapat berfungsi ketika ditarik untuk mengambil air sampel.

• Kesalahan penafsiran jenis sampel midlet, inlet, maupun outlet ketika dalam wadah. Tidak teliti ketika mencatat pengujian nilai parameter dapat berakibat tidak valid nya hasil pengujian, oleh karena itu perlu dilakukan pelabelan wadah pada botol 1,5 L maupun di gelas beaker agar masing-masing sampel tidak tertukar.

• Pembacaan pada alat kurang tepat dapat terjadi pada saat melakukan pengujian. Namun, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan alat secara benar dan mengembalikannya ke tempat semula. Pada perhitungan alat TDS dan konduktivitas, perlu ditunggu beberapa saat sampai alat menunjukkan angka yang konstan. Pada turbidimeter dan pH meter, alat perlu dilakukan kalibrasi secara benar sebelum akhirnya dipakai untuk menguji air sampel agar hasil dapat akurat.

• Botol sibata dapat pecah selama melakukan pengambilan sampel oleh karena kedalaman pengambilan di midlet terbilang jauh. Namun, ini dapat diatasi dengan menurunkan sibata dengan perlahan-lahan dan sinkron antara kedua tali.

• Ketika pengambilan air sampel perlu diperhitungkan pula panjang tali yang dibutuhkan, karena kondisi di lapangan bisa berbeda, sehingga akan lebih baik bila dipersiapkan dan membawa tali cadangan untuk berjaga-jaga 7. Kesimpulan dan Saran

Perlunya ada pengelolaan dengan lebih lanjut untuk badan air untuk meningkatkan nilai baku mutu, oleh karena banyak parameter yang masing berada di angka 3 atau 4, sehingga pengelolaannya perlu lebih ditingkatkan. Terutama untuk parameter kekeruhan di inlet yang mencapai 88,83 NTU. Penyebab kekeruhan adalah partikel - partikel tersuspensi

(26)

yang terkandung pada badan air. Partikel tersuspensi ini tidak hanya partikel organik tetapi juga mikroorganisme, termasuk bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Sumber Aneka Karya Abadi, 2022). Oleh karena itu, penyebab kekeruhan di inlet ini dapat segera ditindaklanjuti dan diketahui penyebabnya sehingga dapat teratasi.

Metode pengurangan kadar kekeruhan yang dapat digunakan salah satunya yaitu metode turbidity. Parameter yang sudah sesuai baku mutu antara lain temperatur dan pH. Untuk parameter temperatur, seluruh lokasi badan air memiliki temperatur yang cenderung konstan dan memenuhi baku mutu, yaitu memiliki standar deviasi yang kecil terhadap suhu normal. Lalu, untuk pH, seluruh lokasi badan air juga menunjukkan nilai yang relatif sama yaitu keadaan netral yang sesuai baku mutu yang berada pada rentang 6-9.

Parameter yang kurang memenuhi selanjutnya adalah DO pada bagian inlet, yaitu memiliki rata-rata 3,39 mg/L yang masih belum memenuhi baku mutu, atau masih berada pada kelas 3 atau 4. Untuk midlet dan outlet, DO sudah cukup memenuhi baku mutu, yaitu berturut-turut memiliki kadar 5,88 mg/L dan 5,4 mg/L, yang masih berada pada rentang aman, yaitu 4-5 mg/L. Kadar DO yang rendah berkaitan dengan banyaknya jumlah mikroorganisme pencemar yang berada dalam air tersebut, sehingga untuk menaikkan kadar DO perlu dilakukan dilakukan penelitian penyebab banyaknya mikroorganisme dan menentukan metode untuk mengurangi kadar mikroorganisme dalam badan air inlet tersebut.

8. Kontribusi Penulisan

Tabel 4 Kontribusi Penulisan

No Bab/ Sub bab Pembagian kerja

1 Teori Dasar Jenni

2 Prosedur Kerja Jenni & Ardina

3 Pengolahan Data Ardina

4 Analisis Percobaan Ardina

5 Analisis Hasil Ardina & Jenni

6 Analisis Kecelakaan Ardina

7 Kesimpulan dan Saran Jenni

Sumber: (Analisis Penulis, 2023)

(27)

9. Referensi DAFTAR PUSTAKA Analisis Penulis. (2023).

Badan Standardisasi Nasional. (2008). Air dan air limbah – Bagian 58: Metoda pengambilan contoh air tanah. In SNI 6989.58:2008. Standar Nasional Indonesia.

Peraturan Pemerintah. (2021). Peraturan Pemerintah Nomor 22 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Retrieved from https://jdih.maritim.go.id/id/peraturan-pemerintah-republik-indonesia-no-22-tahun-2021 Spada UNS. (2020). Metode Sampling. Surakarta: Laboratorium Lingkungan TL-3103. Retrieved

from

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/611643/mod_folder/content/0/1.Metode%20sampl ing.pdf?forcedownload=1

Sumber Aneka Karya Abadi. (2022, Oktober 13). Uji Kekeruhan Air Limbah. Retrieved from saka.co.id: https://www.saka.co.id/news-detail/uji-kekeruhan-air-limbah

UMSurabaya. (2023). Tinjauan Air. Surabaya: repository.um-surabaya.ac.id.

Referensi

Dokumen terkait

Parameter, jenis data, sumber data dan analisis data yang akan digunakan pada penelitian analisis kualitas air danau sebagai dasar perbaikan manajemen budidaya perikanan di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan plankton sebagai bioindikator kualitas air, danau Siais dan korelasinya terhadap faktor

 Sistem peralatan online monitoring kualitas air yang telah dipasang di keempat lokasi stasiun pemantauan di Danau Semayang dan Melintang dapat beroperasi dengan baik

Juliana Silalahi : Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Balige Danau Toba, 2010... Juliana Silalahi : Analisis Kualitas Air

banyak terdapat pada habitat yang lembab dan wilayah utara kampus UI Depok memiliki tingkat kelembapan yang lebih tinggi dibanding wilayah selatan, maka diduga

Dalam tahap ini, dilakukan perancangan sistem yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan kualitas air di perairan Danau Toba.. Uji

v RINGKASAN Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkungan Angel Dwi Gusti Linting “Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Universitas

Gambar 10 Titik pengambilan contoh air pada danau atau waduk 8 Cara pengambilan contoh 8.1 Cara pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air secara umum Cara pengambilan contoh