TUGAS IKD 1
(ILMU KEPERAWATAN DASAR 1)
PENGUJIAN PROTEIN TENTANG UJI MILLON NASSE DOSEN PENGAJAR: RIZKI NISFI RAMDHINI, M.SI
DISUSUN SEBAGAI TUGAS OLEH 1. DIANA VIOLITA 14201202015107P
SEKOLAH TINGGI ILU KESEHATAN ( STIKes) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU – LAMPUNG
S1 ILMU KEPERAWATAN KONVERSI 1 A TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Pengujian Protein Tentang Uji Millon Nasse” ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis. Amin yarobbal „alamiin.
Pringsewu, Januari 2016
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG a) Protein
Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama dan utama.
(Poedjiadi, 1994). Protein berfungsi sebagai biokatalis dalam reaksi metabolisme.
Protein merupakan komponen penting yang dapat diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Protein terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan.
Jaringan pada biji–bijian, daging tak berlemak, organ vital, kulit, dan rambut mengandung protein dalam jumlah yang lebih besar daripada jaringan berlemak.
Protein memiliki struktur yang khas dan berat molekul yang spesifik. Namun demikian, protein sulit dimurnikan karena protein terdapat dalam bentuk kompleks dengan lipid dan karbohidrat atau protein lainnya. Selain itu, bentuk protein mudah mengalami denaturasi oleh panas, asam, basa, dan pelarut organik.
Protein dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok antara lain protein serat, bujur telur, dan protein gabungan. Protein serat yaitu protein yang bersifat tidak larut air, sering ditemukan di dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein bujur yaitu protein yang berbentuk bujur telur atau bulat lonjong, umumnya larut dalam air. Protein bujur telur dapat dibagi menjadi 4, yaitu albumin, globulin,
histon, dan protamin. Sedangkan protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa selain protein (Fessenden, 1997).
Menurut siddik (1994: 173), protein merupakan polimer yang tersusun dari unit–unit asam amino yang dihubungkan oleh ikatan yang disebut ikatan peptida.
Protein memiliki struktur molekul yang cukup kompleks, berbeda dengan alkana, alkohol, asam, dan lain sebagainya. Protein terdiri atas rantai panjang asam amino.
Unsur utama protein adalah nitrogen (Al matsier, 1986).
Apabila protein dididihkan dalam pelarut asam atau basa encer atau terkena enzim–enzim pencernaan, molekul–molekulnya akan dihidrolisis menjadi asam amino. Oleh karena itu, protein serupa dengan pati dan selulosa yang bearti molekul– molekulnya terdiri dari satuan berulang dari molekul yang lebih sederhana.
b) Struktur Protein
Struktur protein secara hirarki berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder diantaranya berupa alpha helix (α- helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral; beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (SH); beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan gamma-turn, (y-turn,
"lekukan-gamma"). Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga Dimensi yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
BAB II PEMBAHASAN
1. Reaksi Millon–Nasse
Pada uji ini, reaksi akan bernilai positif jika protein yang mengandung asam amino mempunyai gugus fenol. Penambahan reagen merkuri sulfat berupa H2SO4
dan HgSO4 dalam sampel uji bertujuan untuk menghidrolisa protein yang mengandung tirosin hingga terbentuklah endapan putih pada sampel. Penambahan NaNO3 untuk memisahkan antara endapan dengan larutan.
2. Tujuan
Uji Millon Nase bertujuan untuk engetahui adanya gugus hidroksifenil (tyrosin) .
3. Metode
a. Alat-alat:
1) Tabung reaksi 2) Rak tabung reaksi 3) Pipet tetes
4) Pembakar Bunsen 5) Gegep
6) Gelas beker 250 ml dan 50 ml 7) Pengaduk Gelas
8) Gelas Ukur 10 ml
b. Bahan
1) Akuades
2) Putih telur (albumin) 3) Susu
4) Asam asetat encer 5) NaOH 1 N
6) HNO3 pekat 7) Amonia Pekat 8) H2SO4 1%
9) HCl 1 N 10) HgSO4 1%
11) CuSO4 5%
12) NaNO3 1%
4. Prosedur Kerja
a) Memasukkan 2 mL sampel ke dalam tabung reaksi
b) Menambahkan 1 mL reagen merkuri sulfat (HgSO4 1% dan H2SO4 1%) c) Memanaskan dan mengamati perubahan
d) Mendinginkan di bawah aliran air lalu menambah NaNO3 1%, dan memanaskan kembali kemudian diamati perubahan yang terjadi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Reaksi Millon–Nasse
NO HASIL PENGAMATAN
SUSU PUTIH TELUR ( Albumin)
1 Ada endapan putih dan lebih cair (+) Ada endapan putih dan lebih kental ( + ) 2 Ada endapan, lebih kental (-) Ada endapan putih dan kental ( + ) 3 Ada endapan dan larut (-) Ada endapan dan tidak larut ( - )
Reaksi pengendapan disebabkan oleh beberapa faktor seperti denaturasi dari protein yang bersifat amfoter. Millon-Nasse bertujuan untuk menunjukan adanya asam amino pada protein yang mempunyai gugus fenol. Uji ini positif ditandai dengan adanya endapan putih pada sampel.
Protein memiliki beberapa sifat kimia yang bisa membantu dalam proses identifikasi senyawa protein yaitu protein bersifat amfoter yang artinya protein
bisa bereaksi dengan asam maupun basa, memiliki gugus fenol, memiliki ikatan peptida lebih dari satu dan memiliki inti benzena.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2008. Protein dan Asam Amino.
Amstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. EGC, Jakarta. Hal : 48-50.
Fessenden, Ralf dan Jean Fessenden. 1997. Kimia Organik. Erlangga. Hal : 649;
650-651; 651.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta. Hal : 359.
Rozi. 2011. Protein.
Sari, Mutiara Indah. 2007. Struktur Protein. Fakultas Kedokteran USU, Medan.
Hal : 1-2.
Setiawan. 2011. Definisi Asam Amino dan Pengetikan Asam Amino. Hal : 1-2.
Zulfikar. 2010. Protein.