• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Parameter Lingkungan Kerja

N/A
N/A
Argantha wiguna

Academic year: 2025

Membagikan "Pengukuran Parameter Lingkungan Kerja"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Chyntia Salsabila Kelas/NIS: XIII-7/21.67.09728.

Kelompok: 1

JUDUL: Analisis Lingkungan Kerja

1. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola 2. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja

3. Pengukuran Laju Alir Ventilasi Ruangan

4. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Indoor dan Outdoor) 5. Pengukuran Paparan DebuRespirablePersonal

6. Pengukuran Paparan Getaran pada Lengan dan Tangan

TUJUAN (POINT: 5)

1. Memahami cara melengkapi dan mengolah dokumen administrasi sebelum maupun sesudah melaksanakan kegiatan pengambilan sampel udara ambien dengan baik dan benar;

2. Mengetahui teknik pengukuran parameter lingkungan kerja sesuai dengan regulasi yang berlaku;

3. Mengetahui penggunaan alat-alat pengukur parameter lingkungan kerja seperti Area Heat Stress Monitor, Lux Meter, Anemometer, Sound Level Meter, Personal Pump, dan Human Vibration Analyzerdengan baik dan benar;

4. Mengetahui kualitas iklim dan kondisi dari suatu lingkungan kerja;

5. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kerja; dan

6. Membandingkan hasil pengukuran dengan parameter yang sesuai dengan baku mutu yang berlaku.

DASAR TEORI (POINT: 15)

Kekuatan pokok suatu perusahaan terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin profesionalnya SDM yang pegang kendali, maka visi misi serta tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif, efisien, dan produktif. Kinerja karyawan yang baik dengan etos kerja yang tinggi akan membantu perusahaan untuk memenuhi target perusahaan dan membantu perusahaan memperoleh keuntungan, sedangkan kinerja

(2)

karyawan menurun dan buruk maka akan merugikan perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu lingkungan kerja. Sebab lingkungan kerja yang nyaman akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan sesuai harapan. Lingkungan kerja adalah tempat kerja karyawan yang dilengkapi fasilitas pendukung untuk mencapai tujuan perusahaan. Manusia akan dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila didukung dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi lingkungan hidup dikatakan baik atau cocok apabila manusia dapat melakukan aktivitas secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.

Kondisi fisik lingkungan kerja dapat menimbulkan bahaya secara langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Kondisi fisik lingkungan kerja terdiri atas unsur-unsur yang berada di area kerja seperti pencahayaan, temperatur, kelembapan, warna, kebersihan, kebisingan, dan getaran. Kualitas lingkungan kerja yang rendah secara fisik dan mental dapat menimbulkan tekanan non produktif pada pekerja sehingga banyak muncul kejadian yang mengganggu aktivitas kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lingkungan kerja untuk mengetahui dan memastikan kualitas suatu kondisi lingkungan tempat bekerja aman dan sesuai dengan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan syarat yang berlaku.

Beberapa parameter yang dilakukan untuk mengukur kualitas suatu lingkungan kerja yaitu iklim kerja, intensitas penerangan, laju alir ventilasi ruangan, kebisingan, paparan deburespirablepersonal, dan paparan getaran lengan dan tangan.

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja panas yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola. ISBB digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan dan tekanan panas pekerja.

Paparan panas yang diterima tubuh dapat menimbulkan heat stress sebagai tambahan beban panas di atas panas yang dihasilkan tubuh. Intensitas paparan panas pada tubuh pekerja dapat disebabkan oleh paparan sinar matahari, oven, tungku pemanas, dan lain-lain. Paparan suhu tinggi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke, dan miliaria.

Paparan panas di lingkungan kerja dapat menimbulkan beberapa dampak kesehatan, antara lain dehidrasi, peningkatan tekanan darah, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Pengukuran iklim

(3)

kerja dilakukan dengan Area Heat Stress Monitor berdasarkan penggabungan dari tiga suhu, yaitu suhu kering, suhu basah alami, dan suhu bola.

a. Suhu basah alami (natural wet bulb temperature) merupakan suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, diukur dengan termometer basah alami dan suhu tersebut lebih rendah dari suhu kering.

b. Suhu kering (dry bulb temperature) merupakan suhu udara yang diukur dengan termometer suhu kering.

c. Suhu bola (globe temperature) merupakan suhu yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indikator tingkat radiasi.

Pengukuran Iklim Kerja mengacu pada regulasi PermenKes No. 70 Tahun 2016 dengan acuan SNI 16-7061-2004 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Nilai ambang batas iklim lingkungan kerja ditentukan berdasarkan distribusi waktu kerja dan waktu istirahat dalam satu siklus kerja.

2. Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan atau intensitas cahaya di tempat kerja dimaksudkan untuk memberikan penerangan terhadap benda kerja, peralatan atau mesin dalam proses produksi, dan lingkungan kerja.

Pada proses ini diperlukan intensitas pencahayaan yang optimal. Selain untuk menerangi objek kerja, pencahayaan tersebut juga harus cukup untuk menerangi lingkungan sekitar (lingkungan kerja).

Kualitas pencahayaan yang tidak memadai dapat berdampak buruk pada fungsi visual, lingkungan sekitar tempat kerja, dan aspek psikologis, yang bermanifestasi sebagai kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan sampai pengaruh berat seperti kecelakaan kerja.

Pengukuran intensitas cahaya penerangan ini dilakukan dengan menggunakan alat Lux Meter yang dinyatakan dalam satuan LUX, Menurut PerMenaKer No. 05 Tahun 2018 dan SNI 16-7062-2004, Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala.

(4)

Penerangan setempat adalah penerangan pada suatu benda kerja, baik itu meja kerja maupun peralatan. Sedangkan penerangan umum yaitu penerangan di seluruh area tempat kerja. Penentuan titik pengukuran intensitas penerangan, yaitu jika penerangan bersifat lokal maka benda kerja berupa meja kerja atau peralatan. Sedangkan untuk penerangan umum, titik potong garis mendatar panjang dan lebar ruangan pada jarak tertentu adalah satu meter dari permukaan tanah. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan. Nilai yang disyaratkan untuk tingkat pencahayaan di lingkungan kerja industri adalah nilai yang sedapat mungkin dipenuhi oleh industri tergantung pada jenis area dan pekerjaan yang dilakukan.

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan

Ventilasi merupakan bagian penting bangunan sebagai penunjang kehidupan dengan jalan mengatur pergantian udara di dalam bangunan agar udara tersebut layak digunakan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam suatu bangunan. ISPA dapat terjadi apabila kondisi ventilasi atau bukaan di suatu bangunan dalam kondisi buruk yang dapat menurunkan kadar oksigen dan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme jahat.

Pengukuran laju alir ventilasi dilakukan menggunakan alat Anemometer. Aliran udara pada ventilasi ruangan menggerakkan kipas anemometer dan energi kinetik dari kipas diubah menjadi sinyal listrik dan laju alir ditampilkan pada display. Regulasi laju alir ventilasi mengacu pada PerMenKes No. 2 Tahun 2023 dengan baku mutu sebesar 0.15-0.25 m/s.

4. Intensitas Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak diinginkan (noise is unwanted sound) yang berasal dari peralatan proses produksi dan alat kerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan pendengaran pada tingkat tertentu. Dalam suatu lingkungan kerja, kebisingan dapat berasal dari benda-benda dan situasi di dalam maupun di luar lingkungan kerja, seperti mesin-mesin di sekitar pekerja, proses kerja, peralatan pabrik, kendaraan, aktivitas manusia, suara pekerja itu sendiri, dan suara orang yang lewat dari luar, sampai suara di luar lingkungan kerja (background noise). Kebisingan yang dihasilkan dari berbagai sumber mempunyai intensitas yang berbeda-beda sehingga dapat berdampak pada kesehatan manusia.

(5)

Setelah paparan dalam jangka waktu tertentu tanpa menggunakan alat pelindung diri yang memadai, tingkat kebisingan di atas ambang batas dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dan risiko kerusakan sementara atau permanen pada telinga. Ambang batas kebisingan adalah nilai yang menyesuaikan rata-rata tekanan kebisingan atau tingkat kebisingan berdasarkan durasi paparan kebisingan dan mewakili situasi di mana hampir semua pekerja dapat berulang kali terpapar kebisingan tanpa menyebabkan masalah pendengaran dan pemahaman pembicaraan normal.

Pengukuran ini menggunakan alatSound Level Meterdan mengacu pada regulasi PerMenaKer No. 5 Tahun 2018 untuk kebisingan indoor dan PerMenKes No. 2 Tahun 2023 untuk kebisingan outdoor, dengan Nilai Ambang Batas 85 desibel untuk waktu kerja selama 8 jam.

5. DebuRespirablePersonal

Debu merupakan partikel berukuran sangat kecil yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) yang berdiameter antara 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Debu pada umumnya sering disebut sebagai produk samping dari proses mekanis (crushing, grinding, drilling) dan peleburan dan pengikisan alam. Dalam masalah polusi udara baik udara ambien maupun di dalam gedung (outdoor pollution and indoor). Debu sering diartikan sebagai salah satu tolak ukur polusi udara yang maupun terhadap lingkungan tingkat bahaya baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap gangguan saluran pernapasan salah satunya disebabkan oleh debu yang terhirup. Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara, jumlah partikel yang mengendap di paru juga akan semakin banyak.

Debu yang masuk dan menempel pada saluran pernapasan dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan. Lamanya paparan debu terhadap tenaga kerja juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi keparahan penyakit gangguan pernapasan yang diderita oleh pekerja. Ketika seseorang bekerja dan mengalami paparan debu dalam waktu yang lama akan menyebabkan penumpukan debu pada saluran pernapasan yang berdampak pada gangguan obstruktif, mengurangi kemampuan respirasi dan gangguan restriktif mengurangi kemampuan paru paru dalam menghirup udara, hingga dapat mengurangi kemampuan beraktivitas sehari-hari.

6. Paparan Getaran Tangan

(6)

Getaran lengan tangan disebut pula getaran setempat merupakan getaran yang merambat melalui tangan sebagai akibat pemakaian peralatan yang bergetar. Getaran mekanis dapat mencapai lengan tangan operator melalui getaran yang dihantarkan ke tubuh secara lokal melalui tangan, sehingga getaran jenis ini disebut juga sebagai segmental vibration. Gangguan akibat getaran yang dirasakan oleh lengan tangan operator antara lain gangguan sirkulasi, gangguan persendian, gangguan otot, gangguan saraf dan gangguan sirkulasi lainnya. Gangguan-gangguan yang dipicu oleh penggunaan mesin dan peralatan bergetar sehingga tangan terus menerus terpapar diistilahkan sebagaiHand Arm Vibration Syndrome. Semakin besar paparan getaran lengan-tangan maka akan semakin tinggi resiko pekerja terkenaHand Arm Vibration Syndrome.

Pengukuran getaran lengan dan tangan pekerja dilakukan dengan mengukur percepatan getaran pada lengan dan tangan menggunakan alat ukurHuman Vibration Analyzer. Nilai ambang batas paparan getaran tangan dan lengan disesuaikan oleh waktu kerja dengan regulasi PerMenaKer No. 5 Tahun 2018.

PRINSIP DAN REAKSI (POINT: 10)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) a. Prinsip

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan. Suhu basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur. Indeks suhu basah dan bola dihitung dengan rumus.

b. Reaksi

2. Intensitas Penerangan a. Prinsip

Pengukuran intensitas penerangan menggunakan alat Digital Luxmeter yang hasilnya dapat langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

(7)

b. Reaksi

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan a. Prinsip

Pengukuran laju alir ventilasi dilakukan menggunakan alat Anemometer. Aliran udara pada ventilasi ruangan menggerakkan kipas anemometer dan energi kinetik dari kipas diubah menjadi sinyal listrik dan laju alir ditampilkan pada display.

b. Reaksi

4. Intensitas Kebisingan a. Prinsip

Tingkat tekanan bunyi diukur dengan alat sound level meter dalam rentang waktu tertentu.

Tekanan bunyi menyentuh membran microphone pada alat, sinyal bunyi diubah menjadi sinyal listrik dilewatkan pada filter pembobotan, sinyal dikuatkan oleh amplifier diteruskan pada layar hingga dapat terbaca tingkat intensitas bunyi yang terukur.

b. Reaksi

5. DebuRespirablePersonal a. Prinsip

Debu respirable merupakan debu berukuran ≤4 μm yang dapat terhirup oleh pekerja dan masuk dalam saluran pernapasan dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pengukuran debu respirablepersonal dilakukan dengan alat personal pump yang dipasangkan pada tenaga kerja dengan posisi pompa penghisap diikatkan pada pinggang tenaga kerja dan respirable sampler holder yang telah berisi filter dikaitkan pada kerah baju tenaga kerja (zona pernafasan). Kadar deburespirableditentukan secara gravimetri.

(8)

b. Reaksi

6. Paparan Getaran Tangan a. Prinsip

Getaran dari peralatan kerja atau mesin dapat mencapai tubuh melalui telapak dan pergelangan tangan. Tubuh manusia tidak mampu menahan paparan getaran pada intensitas tertentu dalam jangka waktu kerja tertentu, sehingga dapat mengakibatkan keluhan/gangguan kesehatan/penyakit. Pengukuran getaran lengan dan tangan pekerja dilakukan dengan mengukur percepatan getaran yang memajan lengan dan tangan menggunakan alat ukur vibrasi meter. Nilai ambang batas untuk pemaparan percepatan getaran lengan dan tangan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

b. Reaksi

CARA KERJA (POINT: 10)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) a. Persiapan

1) Chamber termometer suhu basah diisi dengan air suling hingga 3⁄4 bagian; dan 2) Ditentukan lokasi titik pengukuran (minimal 2 titik pengukuran).

b. Preparasi Contoh

1) Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling pada ketinggian 1-1.5 meter dari permukaan tanah; dan

2) Alat didiamkan selama 3 menit untuk pengkondisian sensor.

c. Pengukuran

1) Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 15 menit pada lokasi titik pengukuran;

2) Data suhu basah, suhu kering, dan suhu bola dicatat pada formulir sampling ISBB setiap 3 menit;

(9)

3) Dicatat aktivitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran iklim kerja dan dibuat denah lokasi titik sampling; dan

4) Dilakukan cara kerja yang sama pada titik pengukuran kedua dan seterusnya.

d. Pengolahan Data

1) Dilakukan perhitungan ISBB dengan rumus berikut:

a) Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung:

ISBB = (0.7 x Suhu Basah alami) + (0.2 x Suhu Bola) + (0.1 x Suhu Kering)

b) Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari:

ISBB = (0.7 x Suhu Basah alami) + (0.3 x Suhu Bola)

2) Ditentukan penentuan pengaturan waktu kerja setiap jam di lokasi sampling;

3) Ditentukan kategori beban kerja pada lokasi sampling; dan

4) Ditentukan Nilai Ambang Batas yang sesuai untuk lokasi sampling berdasarkan regulasi yang berlaku dan dibandingkan dengan nilai ISBB hasil perhitungan.

2. Intensitas Penerangan a. Persiapan

Alat Digital Lux meter harus dipastikan telah terkalibrasi. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai kondisi pekerjaan.

b. Preparasi Contoh

1) Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar dan Dipastikan sensor tidak terhalang oleh bayangan; dan

2) Ditunggu sekitar 1 menit untuk pengkondisian sensor.

c. Pengukuran

1) Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 3 menit di masing-masing titik pengukuran; dan

(10)

2) Data dicatat setiap 1 menit. Dicatat aktivitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran kebisingan dan dibuat denah lokasi titik sampling.

d. Pengolahan Data

Data Pengukuran pencahayaan di masing-masing titik sampling dirata-ratakan dan dibandingkan dengan regulasi yang berlaku.

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan a. Persiapan

Dirangkai peralatan anemometer dan dipasang corong dan tongkat ekstensi dengan benar.

b. Preparasi Contoh

Alat anemometer dinyalakan dan ditempatkan pada ventilasi ruangan. Diperhatikan arah corong harus sesuai dengan arah aliran udara dan diusahakan agar posisi anemometer stabil.

c. Pengukuran

1) Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 3 menit;

2) Data dicatat setiap 30 detik; dan

3) Dilakukan cara kerja yang sama pada seluruh saluran ventilasi pada ruangan yang diukur.

d. Pengolahan Data

1) Dihitung nilai laju alir rata-rata dari masing-masing titik ventilasi dan rata-rata secara keseluruhan. Laju alir dinyatakan dalam satuan m/s; dan

2) Hasil analisis dibandingkan dengan regulasi yang berlaku.

4. Intensitas Kebisingan a. Persiapan

AlatSound Level Meterdikalibrasi sesuai IK alat.

b. Preparasi Contoh

1) Alat sound level meter dinyalakan sesuai IK alat;

2) Dipasang tripod pada lokasi sampling;

(11)

3) Dipasang sound level meter pada tripod dan diatur membentuk sudut 45°; dan 4) Arahkan microphone ke sumber bunyi.

c. Pengukuran

1) Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 10 menit; dan

2) Data dicatat setiap 30 detik. Dicatat aktivitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran kebisingan dan dibuat denah lokasi titik sampling.

d. Pengolahan Data

1) Tingkat kebisingan dinyatakan dalam satuan desibel (dBA);

2) Apabila terdapat sumber kebisingan kontinyu, dihitung nilai rerata dari seluruh data;

3) Apabila kebisingan diskontinu, dicari nilai median dari seluruh data; dan

4) Hasil perhitungan rerata/median kebisingan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas sesuai regulasi yang berlaku.

5. DebuRespirablePersonal a. Persiapan

1) Dilakukan kalibrasi laju alirpersonal pumpmenggunakan alat primary calibrator;

2) Dicatat data laju alir yang terkalibrasi sebagai F. Standar laju alir sebesar 2.5 L/menit dengan toleransi sebesar 10%; dan

3) Dipanaskan membran filter 37 mm (diberi alas kaca arloji) di dalam oven suhu 105°C selama 10 menit.

b. Preparasi Contoh

1) Didinginkan filter dalam desikator hingga suhu ruang;

2) Ditimbang bobot kaca arloji + filter kosong. Dicatat sebagai W1; dan

3) Dipasang filter pada cyclone cassettealat personal pumpmenggunakan pinset. Kaca arloji dimasukkan kembali ke dalam desikator.

c. Pengukuran

1) Dirangkai peralatan personal pump sesuai IK penggunaan alat;

2) Dilakukan sampling deburespirablepersonal selama 30 menit;

3) Dikeluarkan filter dari dalam cassette menggunakan pinset dengan hati-hati, ditempatkan di atas kaca arloji awal; dan

4) Ditimbang bobot kaca arloji + filter setelah samping. Dicatat sebagai W2.

(12)

d. Pengolahan Data

1) Jumlah paparan debu respirable dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐶 = (𝑊2−𝑊1)𝐹 𝑥 𝑡

103

C = Kadar debu respirable (𝑚𝑔/𝑚3) W1 = Bobot Filter awal (mg)

W2 = Bobot Filter akhir (mg) F = Laju alir (L/menit)

t = Durasi sampling (30 menit) 103 = konversi Liter menjadi𝑚3

2) Hasil perhitungan kadar debu respirable dibandingkan dengan standar yang berlaku.

6. Paparan Getaran Tangan a. Persiapan

1) Disiapkan alatHuman Vibration Analyzer. Diperiksa kondisi baterai dan ganti baterai jika diperlukan;

2) Disiapkan adaptor telapak tangan; dan

3) Disiapkan alat vortex mixer dan tabung reaksi berisi air suling.

b. Preparasi Contoh

1) Adaptor telapak tangan dipasangkan kepada pekerja yang akan diukur pemaparan getarannya; dan

2) Disambungkan kabel adaptor keanalyzer.

c. Pengukuran

1) Dilakukan pengukuran paparan getaran vortex mixer sesuai IK alat vibration analyzer selama 2 menit. Dilakukan minimal 3 kali ulangan bergantian dengan anggota kelompok; dan

(13)

2) Dicatat data pengukuran RMS Sumbu X, Sumbu Y, dan Sumbu Z, dan isi formulir sampling dengan lengkap.

d. Pengolahan Data

Dicatat data AEQ Sumbu dominan yang ditampilkan pada alat. AEQ paparan 8 jam dinyatakan dalam satuan𝑚/𝑠2dan dibandingkan dengan regulasi yang berlaku.

DATA PENGAMATAN (POINT: 10)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) Titik Pengukuran 1: Meja 3 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

No. Menit Ke Wet (°C) Globe (°C) Dry (°C) ISBB (°C)

1 3 26.4 30.8 30.5 27.72

2 6 26.2 30.7 30.5 27.55

3 9 26.2 30.7 30.5 27.55

4 12 26.2 30.6 30.4 27.55

5 15 26.2 30.5 30.4 27.52

Titik Pengukuran 2: Meja Ruang Timbang Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

No. Menit Ke Wet (°C) Globe (°C) Dry (°C) ISBB (°C)

1 3 26.4 29.7 29.9 27.39

2 6 26.4 29.6 29.7 27.36

3 9 26.4 29.5 29.6 27.33

4 12 26.5 29.4 29.4 27.37

5 15 26.6 29.4 29.4 27.44

(14)

2. Intensitas Penerangan

Tanggal Uji 19 November 2024

Nama Lokasi Sampling Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor Regulasi Acuan PerMenKes No. 70 Tahun 2016

Petugas Sampling Chyntia Salsabila

No Nama Titik Sampling

Intensitas Pencahayaan (Lux)

Hasil (Rata-Rata)

Sumber Pencahayaan

1 2 3

1 Meja 1 Lab APL SMK-SMAK Bogor

108 112 112 110.6 Neon

2 Meja 3 Lab APL SMK-SMAK Bogor

175 175 177 175.6 Neon, LED

3 Meja Ruang Timbang Lab APL

SMK-SMAK Bogor

38 38 36 37.3 Neon

4 Meja 2 Lab APL

SMK-SMAK Bogor 145 144 145 144.6 Neon

5 Wastafel 1 Lab APL SMK-SMAK Bogor

56 62 61 59.6 Neon

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan

No. Titik Pengukuran Ventilasi Laju Alir (m/s) Rata-Rata 1 Exhaust Laboratorium APL

SMK-SMAK Bogor

1.18 0.73

0.78 0.76 0.56

(15)

0.54 0.57 2 Jendela Dekat Wastafel 1 Laboratorium

APL SMK-SMAK Bogor

0.79 0.73

1.03 0.88 0.79 0.42 0.46 3 Jendela Dekat Wastafel Pantry

Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

0.93 0.73

0.56 0.90 0.67 0.64 0.69

Rata-Rata Total 0.73

4. Intensitas Kebisingan a. Indoor

Perusahaan SMK-SMAK Bogor Kondisi Cuaca Cerah

(16)

Petugas Sampling Chyntia Salsabila Temperatur 29.4 °C Tanggal Pengukuran 19 November 2024 Kelembaban Udara 72%

Nama Sampling Point Lab APL Tekanan Udara 977 hPa

Lab No.Aktivitas yang dekat dengan sampling

point:

Dasar Hukum

(SNI/Peraturan Pemerintah) PerMenaKer No. 5

Tahun 2018 Utara: Praktik Analisis Air (Titik Sampling 1)

1) Meja 3 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

No. Waktu (menit) Noise (dBa) No. Waktu (menit) Noise (dBa)

1 0.5 59.4 11 5.5 70.0

2 1.0 63.2 12 6.0 65.2

3 1.5 59.3 13 6.5 72.9

4 2.0 66.4 14 7.0 64.8

5 2.5 62.3 15 7.5 69.9

6 3.0 70.4 16 8.0 63.9

7 3.5 65.0 17 8.5 63.9

8 4.0 69.3 18 9.0 69.7

9 4.5 70.4 19 9.5 63.5

10 5.0 69.7 20 10.0 69.1

Lavg 66.4 dBa

Lmax 72.9 dBa

Lmin 59.3 dBa

2) Meja 1 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

(17)

No. Waktu (menit) Noise (dBa) No. Waktu (menit) Noise (dBa)

1 0.5 65.1 11 5.5 64.6

2 1.0 67.1 12 6.0 69.6

3 1.5 70.5 13 6.5 72.7

4 2.0 73.7 14 7.0 68.9

5 2.5 71.5 15 7.5 68.8

6 3.0 69.5 16 8.0 68.9

7 3.5 71.1 17 8.5 68.8

8 4.0 69.0 18 9.0 69.7

9 4.5 65.6 19 9.5 68.1

10 5.0 69.5 20 10.0 71.2

Lavg 69.2 dBa

Lmax 72.7 dBa

Lmin 64.6 dBa

b. Outdoor (Taman SMK-SMAK Bogor)

Perusahaan SMK-SMAK Bogor Kondisi Cuaca Cerah Petugas Sampling Chyntia Salsabila Temperatur 38.1 °C Tanggal Pengukuran 18 November 2024 Kelembaban Udara 52%

Nama Sampling Point Taman Tekanan Udara 979 hPa

Lab No.Aktivitas yang dekat dengan sampling

point:

Dasar Hukum

(SNI/Peraturan Pemerintah) PerMenKes No. 2

Tahun 2023 Utara: Lalu lalang siswa

Selatan: Siswa sedang praktikum Barat: Lalu lalang siswa

(18)

Timur: Lalu lalang siswa

No. Waktu (menit) Noise (dBa) No. Waktu (menit) Noise (dBa)

1 0.5 72.5 11 5.5 61.1

2 1.0 61.9 12 6.0 59.7

3 1.5 58.8 13 6.5 55.7

4 2.0 59.1 14 7.0 63.1

5 2.5 62.3 15 7.5 65.7

6 3.0 54.2 16 8.0 62.8

7 3.5 58.6 17 8.5 64.0

8 4.0 72.9 18 9.0 65.3

9 4.5 60.7 19 9.5 63.3

10 5.0 60.7 20 10.0 69.5

Lavg 62.6

Lmax 72.9

Lmin 54.2

5. Debu Respirable Personal

Nama Perusahaan SMK-SMAK Bogor

Alamat Perusahaan Jl. Binamarga I No. 19, Bogor Timur, Kota Bogor Tanggal Pengukuran 18 November 2024

Lokasi Pengukuran Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor Nama Tenaga Kerja Chyntia Salsabila

(19)

Parameter Bobot Filter

Awal (gram) Bobot Filter +

Debu (gram) Laju Alir

(L/menit) Waktu Sampling

(menit) Keterangan Paparan

Debu Respirable Personal

0.0111 0.0117 2.656 30 –

Aktivitas signifikan sumber paparan debu di lokasi pengukuran:

Banyak lalu lalang siswa yang sedang praktikum Catatan selama sampling: –

6. Paparan Getaran Tangan

Nama Perusahaan:SMK-SMAK Bogor Nama alat sumber paparan getaran:Vortex

Alamat:Jl. Binamarga I No. 19, Bogor Timur, Kota Bogor

No. Nama Operator

Adaptor Pekerjaan Lokas i

Hasil Pengukuran RMS(𝑚/𝑠2)

AEQ Sumbu Dominan Paparan 8 Jam(𝑚/𝑠2)

Ketera -ngan

1 2 3

1 Chyntia

Salsabila Adaptor Telapak Tangan

Menghomo -genkan Larutan

Lab.

APL 6.38 2.95 3.4

6 7.84 1000

rpm 2 Fathir

Raafi F.

5.15 1.75 2.8 1

6.12

3 Irzi K. 2.94 7.97 4.1

5

9.46

PENGOLAHAN DATA (POINT: 15)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Jam kerja selama 8 jam dengan waktu istirahat selama 2 jam = 48 𝑥100% = 50%

(20)

ISBB = (0.7 x Suhu basah alami) + (0.3 x Suhu bola) a. Meja 3 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

1) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 4) + (0, 3 𝑥 30, 8) = 27, 72 ℃ 2) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 2) + (0, 3 𝑥 30, 7) = 27, 55 ℃ 3) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 2) + (0, 3 𝑥 30, 7) = 27, 55 ℃ 4) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 2) + (0, 3 𝑥 30, 6) = 27, 52 ℃ 5) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 2) + (0, 3 𝑥 30, 5) = 27, 49 ℃ 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑆𝐵𝐵 = 27,72 + 27,55 + 27,55 + 27,52 + 27,49

5

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑆𝐵𝐵 = 27, 57 ℃ + 3 = 30, 57 ℃

*Memperhitungkan jumlah lapisan pakaian yang digunakan

b. Meja Ruang Timbang Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 1) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 4) + (0, 3 𝑥 29, 9) = 27, 39 ℃ 2) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 4) + (0, 3 𝑥 29, 6) = 27, 36 ℃ 3) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 4) + (0, 3 𝑥 29, 5) = 27, 33 ℃ 4) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 5) + (0, 3 𝑥 29, 4) = 27, 37 ℃ 5) 𝐼𝑆𝐵𝐵 = (0, 7 𝑥 26, 6) + (0, 3 𝑥 29, 4) = 27, 44 ℃ 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑆𝐵𝐵 = 27,39 + 27,36 + 27,33 + 27,37 + 27,44

5

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑆𝐵𝐵 = 27, 38 ℃ + 3 = 30, 38 ℃

*Memperhitungkan jumlah lapisan pakaian yang digunakan 2. Intensitas Penerangan

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝐿𝑢𝑥) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑡𝑎

a. Meja 1 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

(21)

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 108 + 112 + 112

3 = 110, 6 𝐿𝑢𝑥 b. Meja 3 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 175 + 175 + 177

3 = 175, 6 𝐿𝑢𝑥

c. Meja Ruang Timbang Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 38 + 38 + 36

3 = 37, 3 𝐿𝑢𝑥

d. Meja 2 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 145 + 144 + 145

3 = 144, 6 𝐿𝑢𝑥

e. Wastafel 1 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 56 + 62 + 61

3 = 59, 6 𝐿𝑢𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 110,.6 + 175,6 + 37,3 + 144,6 + 59,6

5 = 105, 54 𝐿𝑢𝑥

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑚/𝑠) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑡𝑎

a. Exhaust Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1.18 + 0,78 + 0,76 + 0,56 + 0,54 +0,57

6 = 0, 73 𝑚/𝑠

b. Jendela Dekat Wastafel 1 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,79 + 1,03 + 0,88 + 0,79 + 0,42 + 0,46

6 = 0, 73 𝑚/𝑠

c. Jendela Dekat Wastafel Pantry Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,93 + 0,56 + 0,90 + 0,67 + 0,64 + 0,69

6 = 0, 73 𝑚/𝑠

(22)

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,73 + 0,73 + 0,73

3 = 73 𝑚/𝑠

4. Intensitas Kebisingan

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑑𝐵𝑎) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑡𝑎

a. Indoor

1) Meja 3 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 66, 4 𝑑𝐵𝑎

𝐿𝑚𝑎𝑥 = 72, 9 𝑑𝐵𝑎 𝐿𝑚𝑖𝑛 = 59, 3 𝑑𝐵𝑎

2) Meja 1 Laboratorium APL SMK-SMAK Bogor 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 69, 2 𝑑𝐵𝑎

𝐿𝑚𝑎𝑥 = 72, 7 𝑑𝐵𝑎 𝐿𝑚𝑖𝑛 = 64, 6 𝑑𝐵𝑎

b. Outdoor (Taman SMK-SMAK Bogor) 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 62, 6 𝑑𝐵𝑎

𝐿𝑚𝑎𝑥 = 72, 9 𝑑𝐵𝑎 𝐿𝑚𝑖 = 54, 2 𝑑𝐵𝑎

(23)

5. Debu Respirable Personal 𝐶 = (𝑊2−𝑊1)𝐹 𝑥 𝑡

103

= (11,7−11,1)

2,5650 𝑥 30 103

= 7, 53 𝑚𝑔/𝑚3 6. Paparan Getaran Tangan

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS (POINT: 20)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Pada praktikum pengukuran iklim kerja dengan parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB) dilakukan pada 2 titik indoor tanpa pengaruh sinar matahari, yaitu pada meja kerja 3 dan meja ruang timbang laboratorium APL SMK-SMAK Bogor menggunakan alatHeat Stress Monitor. Didapatkan hasil ISBB yang telah terkoreksi oleh jumlah lapisan pakaian pada meja kerja 3 sebesar 30. 57 ℃ dan pada ruang timbang sebesar30. 38 ℃. Dengan waktu kerja praktikum siswa 37.5 - 50% yaitu 3 - 4 jam dari 8 jam waktu kerja. Pada meja kerja 3 sedang dilakukan praktikum analisis air, sehingga jenis pekerjaan yang dilakukan yaitu sedang dengan tangan dan lengan, serta mendorong atau menarik beban ringan, dengan NAB sebesar 30 ℃. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ISBB pada meja kerja 3 laboratorium APL SMK-SMAK Bogor tidak memenuhi baku mutu. Sedangkan pada meja ruang timbang, jenis pekerjaan yang dilakukan adalah ringan yaitu duduk sambil melakukan pekerjaan yang ringan, dengan NAB sebesar 32 ℃.Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ISBB pada meja ruang timbang laboratorium APL SMK-SMAK Bogor memenuhi baku mutu.

Nilai ISBB yang melebihi baku mutu dapat disebabkan karena kurangnya pendingin pada ruangan dan jumlah siswa yang sedang melakukan praktikum pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor

(24)

terutama pada meja kerja 3. Hal tersebut dapat diatasi dengan memasang pendingin ruangan pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor karena paparan suhu tinggi diatas nilai NAB dapat menyebabkan berbagai penyakit sepertiheat strokedan lain-lain.

2. Intensitas Penerangan

Pada praktikum pengukuran intensitas penerangan kali ini dilakukan pengukuran pada 5 titik di laboratorium APL SMK-SMAK Bogor, yaitu pada meja kerja 1, meja kerja 2, meja kerja 3, meja ruang timbang, dan wastafel 1 dengan menggunakan alat Lux Meter. Didapatkan hasil intensitas penerangan pada meja kerja 1 sebesar 110.67 Lux, meja 2 sebesar 144.67 Lux, meja 3 sebesar 175.67 Lux, meja ruang timbang sebesar 37.33 Lux, dan wastafel 1 sebesar 59.67 Lux. Dapat disimpulkan bahwa intensitas penerangan dari 5 titik pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada PerMenKes No. 70 Tahun 2016 dengan NAB sebesar 500 Lux.

Intensitas penerangan pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor yang tidak memenuhi baku mutu dapat disebabkan karena sumber cahaya yang sudah redup pada ruangan tersebut. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengganti lampu dengan watt yang lebih besar sehingga intensitas penerangan akan meningkat, karena kurangnya intensitas penerangan dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan

Pada praktikum pengukuran laju alir ventilasi ruangan laboratorium APL SMK-SMAK Bogor, dilakukan pengukuran pada 3 titik yaituexhaust, jendela dekat wastafel 1, dan jendela dekat wastafel pantry dengan menggunakan alat anemometer. Didapatkan nilai rata-rata laju alir ventilasi pada exhaust sebesar 0.73 m/s, jendela dekat wastafel 1 sebesar 0.73 m/s, dan jendela dekat wastafel pantry sebesar 0.73% dengan rata-rata total sebesar 0.73 m/s. Dapat disimpulkan bahwa nilai yang didapatkan tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada PerMenKes No. 2 Tahun 2023, yaitu sebesar 0.15 - 0.25 m/s. Nilai yang didapatkan lebih tinggi dibanding nilai baku mutu dapat disebabkan karena kondisi cuaca pada lokasi pengukuran yang sedang berangin.

4. Intensitas Kebisingan

(25)

Pada praktikum pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pengukuran pada lokasi indoor dan outdoor dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Pada pengukuran indoor, pengukuran dilakukan pada 2 titik yaitu di antara meja kerja 3 dan 1 (titik I), dan di depan ruang timbang (titik II) laboratorium APL SMK-SMAK Bogor. Didapatkan rata-rata nilai intensitas kebisingan pada titik I sebesar 66.4 dBa dan pada titik II sebesar 69.2 dBa. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata intensitas kebisingan indoor memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada PerMenaKer No. 5 Tahun 2018 dengan NAB sebesar 86 dBa. Terdapat aktivitas signifikan yang dapat mempengaruhi nilai intensitas kebisingan yang didapatkan yaitu banyak siswa yang sedang melakukan praktikum, dan terdapat musik yang dipasang pada pengeras suara di dalam laboratorium.

Sedangkan pada pengukuran outdoor dilakukan pada taman SMK-SMAK Bogor dan didapatkan rata-rata nilai intensitas kebisingan sebesar 62.6 dBa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata intensitas kebisingan outdoor tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada PerMenKes No. 2 Tahun 2023 dengan NAB sebesar 55 dBa. Aktivitas signifikan yang dapat mempengaruhi nilai intensitas kebisingan yang didapatkan yaitu banyaknya siswa yang berlalu lalang.

5. DebuRespirablePersonal

Pada praktikum pengukuran debu respirable personal yang dilakukan pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor dengan menggunakan alat Personal Pump, didapatkan hasil berupa kadar debu respirable personal sebesar7, 53 𝑚𝑔/𝑚3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai yang didapatkan tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dalam NIOSH Manual of Analytical Methods No. 0600 dengan NAB sebesar 5 𝑚𝑔/𝑚3 untuk waktu pemaparan selama 8 jam. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak adanya penyaring debu pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor, dan dapat diatasi dengan memasang penyaring debu karena deburespirabledapat menyebabkan gangguan pernapasan.

6. Paparan Getaran Tangan

Praktikum pengukuran paparan getaran tangan dilakukan pada laboratorium APL SMK-SMAK Bogor dengan menggunakan alat Human Vibration Analyzer dengan waktu kerja selama 3-4 jam.

Pengukuran tersebut dilakukan pada 3 operator kelompok yang berbeda dengan sumber getaran

(26)

vortex pada kecepatan 1000 rpm. Didapatkan hasil paparan getaran tangan pada operator 1 sebesar 7.84 𝑚/𝑠2, operator 2 sebesar 6.12𝑚/𝑠2, operator 3 sebesar 9.46 𝑚/𝑠2. Dapat disimpulkan bahwa nilai yang didapatkan tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pada PerMenaKer No. 5 Tahun 2018 dengan NAB sebesar 6𝑚/𝑠2dengan waktu pajanan 4 jam dan kurang dari 6 jam per hari kerja.

Hal tersebut disebabkan karena kecepatan vortex yang terlalu tinggi, dan dapat diatasi dengan menurunkan kecepatan vortex untuk meminimalisir resiko kecelakaan kerja.

SIMPULAN (POINT: 10)

1. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) Titik

Sampling

Alokasi Waktu Kerja

NAB ( )Hasil ( )Regulasi Keterangan Meja Kerja 3 25 - 50% 30(sedang) 30.57 PerMenaKer

No. 5 Tahun 2018

Tidak memenuhi baku mutu Ruang

Timbang

32 (ringan) 30.38 Memenuhi

baku mutu

2. Intensitas Penerangan

Titik Sampling NAB (Lux) Hasil (Lux) Regulasi Keterangan

Meja Kerja 1 Min. 500 110.67 PerMenKes No.

70 Tahun 2016

Tidak memenuhi baku mutu

Meja Kerja 2 144.67

Meja Kerja 3 175.67

Meja Ruang Timbang

37.33

Wastafel 1 59.67

3. Laju Alir Ventilasi Ruangan

(27)

Parameter NAB (m/s) Hasil (m/s) Regulasi Keterangan

Laju Ventilasi 0.15 - 0.25 0.73 PerMenKes No.

2 Tahun 2023

Tidak memenuhi baku mutu

4. Intensitas Kebisingan a. Indoor

Titik Sampling

Alokasi Waktu Kerja

NAB (dBa)

Hasil (dBa)

Regulasi Keterangan Antara Meja

2 dan 3

4 jam 86 66.4 PerMenaKer No.

5 Tahun 2018

Memenuhi baku mutu Depan Ruang

Timbang

69.2

b. Outdoor Titik Sampling

Alokasi Waktu Kerja

NAB (dBa)

Hasil (dBa)

Regulasi Keterangan Taman

SMK-SMAK Bogor

4 jam 55 62.6 PerMenKes No. 2

Tahun 2023

Tidak memenuhi baku mutu

5. DebuRespirablePersonal

Personil NAB (𝑚𝑔/𝑚3) Hasil (𝑚𝑔/𝑚3) Regulasi Keterangan

Chyntia Salsabila 5 7.53 OSHA Tidak memenuhi

baku mutu

6. Paparan Getaran Tangan

(28)

Operator Waktu Pajanan

per Hari Kerja NAB (𝑚/𝑠2)

Hasil (𝑚/𝑠2)

Regulasi Keterangan

Chyntia S. 4 jam dan kurang dari 6 jam

6 7.84 PerMenaKer

No. 5 Tahun 2018

Tidak memenuhi baku mutu

Fathir R. F 6.12

Irzi K. 9.46

DAFTAR PUSTAKA (POINT: 5)

Badan Standardisasi Nasional. (2004). SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola. Badan Standardisasi Indonesia.

Lidya, T., Rumengan., Peggy, A., Mekel. (2015). Analisis Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Marsela, R., Hartiningtyas, L. (2022). Analisis Lingkungan Kerja dan Tata Ruang Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Meubel Permata Wood Desa Kates Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung.

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan. Kementerian Kesehatan.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja. Kementerian Ketenagakerjaan.

Occupational Safety and Health Administration. (2021).SILICA, FUSED, Respirable Dust. U.S. Department of Labor.

Pramuditta, L., Kunaefi, T. D. (2016). Pengaruh Paparan Getaran Mesin Terhadap Kelelahan dan Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) Pada Pekerja di Industri Beton Pracetak. Institut Teknologi Bandung.

(29)

Sunuh, H. S., Subagyo, I. (2022).Gambaran Kadar Debu Respirable pada Pekerja Bagian Produksi di PT Bintang Manunggal Persada Kelurahan Buluri Kota Palu.Poltekkes Kemenkes Palu.

TTD

Siswa Guru Praktikum

(Chyntia Salsabila) NIS. 21.67.09728

(………) NIP.

Referensi

Dokumen terkait

Surakarta. Untuk mengukur besarnya intensitas kebisingan di bagian weaving PT. Triangga Dewi Surakarta.. Untuk menilai stress kerja akibat paparan kebisingan pada tenaga kerjab.

Dari hasil evaluasi pengukuran parameter proses sistem ventilasi yang dilakukan di setiap parameter-parameter proses di peroleh bahwa laju alir udara pada

Metode pemantauan lingkungan yang digunakan untuk jenis dampak ini adalah pengukuran dan penilaian pada parameter kadar debu dan intensitas kebisingan. Pemantauan

menunjukan suatu hasil bahwa pada kondisi tingkat kebisingan 50 dB, intensitas pencahayaan 200 lux dan temperatur 27 0 C merupakan paparan yang dapat memberikan waktu penyelesaian

Standar pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola mencakup prinsip pengukuran, peralatan, prosedur kerja, penentuan titik pengukuran dan

Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta

Hasil analisis dengan nilai R square sebesar 0,685 menunjukkan bahwa lingkungan kerja dengan indikator getaran, kebisingan dan suhu serta perilaku penggunaan alat pelindung diri secara

Beberapa hal yang mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik adalah : Faktor Pengaruh Lingkungan Temperatur Sirkulasi Udara Kelembaban Cahaya Getaran Kebisingan Warna Bau