PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi cerpen, siswa mengalami kesulitan dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Hasil belajar bahasa Indonesia yang rendah ditunjukkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) tidak terpenuhi atau ketuntasan belajar tidak tercapai.
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Untuk membantu guru memahami kemampuan mengapresiasi cerpen dengan menggunakan model Taba (berpikir induktif) dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di kelas V SD Negeri 19 Seluma. Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan melatih diri dalam melakukan penelitian serta menambah wawasan, pengetahuan dalam pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerpen dengan menggunakan model Taba (berpikir induktif). d) Untuk kepala sekolah.
Sistematika Penulisan
LANDASAN TEORI
Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Kurikulum yang saat ini digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SD berbasis K13 SD. Sedangkan menurut Susanto, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa.
Pengertian Apresiasi Cerpen
Pembelajaran awal pada hari pertama dimulai dengan observasi proses pembelajaran apresiasi cerpen di kelas V SD Negeri 19 Seluma. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang. f) Guru mendiskusikan pretest cerpen dan soal pretest.. g) Siswa diminta mengidentifikasi unsur-unsur yang melekat pada pretest cerpen. . h) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian terhadap pembelajaran. i) Pertemuan pertama diakhiri dengan kuis tentang materi yang telah dipelajari. Minuman Favorit Rere” dan menceritakan kembali 44. h) Siswa mengerjakan soal post test. . i) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian terhadap pembelajaran.
Sehingga tindakan pada siklus II dengan menerapkan model Taba (berpikir induktif) pada materi apresiasi cerpen bahasa Indonesia dinilai berhasil. Adapun jawaban dari rumusan masalah di atas adalah: Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas V SD Negeri 19 Seluma dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerpen. Rangkuman peningkatan hasil belajar Apresiasi cerpen Pratindakan dan dengan model Taba (berpikir induktif).
Penggunaan model Taba (inductive reasoning) efektif dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada evaluasi cerpen di Kelas V SD Negeri 19 Bahasa Indonesia.
Hakikat Pengajaran Apresiasi Cerpen
Pengertian Cerpen
Cerita pendek adalah cerita fiktif yang dapat dibaca dalam sekali duduk dan dapat menimbulkan efek tertentu pada pembacanya. Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita fiktif pendek yang hanya menggambarkan satu peristiwa atau peristiwa penting yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
Kemampuan Memahami Cerpen
Jika diterapkan model Taba (berpikir induktif) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur yang melekat pada cerpen pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 19 Seluma. Kegiatan negosiasi meliputi: (a) pembahasan masalah dalam proses pembelajaran apresiasi cerpen, (b) pelaksanaan tes pratindakan, dan (c) upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran khususnya apresiasi cerpen. Berdasarkan hasil observasi penelitian pada siklus II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran evaluasi cerpen dengan model Taba (berpikir induktif) mengalami peningkatan yang baik.
Berdasarkan hasil observasi terhadap tindakan yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Taba (Inductive Thinking) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar apresiasi cerpen pada siklus I dan siklus II. Guru dapat memperkenalkan model Taba (Inductive Thinking) kepada rekannya, sehingga guru lain juga dapat mempraktekkan model ini dalam pembelajaran apresiasi cerpen.
Model Taba (Inductive Thinking) Dalam Pembelajaran
Penerapan Model Taba Dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen
Alur atau alur dalam sebuah karya sastra (cerpen) merupakan rangkaian cerita yang dibentuk melalui tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjadi sebuah cerita yang disajikan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. tetapi konflik dibagi menjadi unsur-unsur berikut: pengenalan, munculnya konflik, klimaks konflik dan pemecahan masalah. Ciri sering disamakan dengan watak dan watak, mengacu pada penempatan tokoh tertentu dengan tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Masalah penokohan dan penokohan adalah salah satu yang kehadirannya dalam cerita fiksi sangat menentukan, karena memang tidak demikian.
Pesan dalam sebuah cerita atau yang sering disebut pesan merupakan hal penting yang disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Gaya bahasa adalah majas atau ungkapan yang dihadirkan pengarang dalam konstruksi keindahan karya sastra yang ditulisnya.
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Kajian awal ini dirancang untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran cerpen dan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerpen. Siswa sudah dapat menceritakan isi cerpen dengan baik dengan menunjukkan nilai siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal (KKM). Peningkatan kualitas hasil pembelajaran mengapresiasi cerpen dinilai dengan Penilaian Apresiasi Cerpen (Tes Tulis).
Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Karakteristik Siswa Kelas V SD
Oleh karena itu, pendidik harus memadukan kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode dan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangannya agar dapat memberikan pemahaman yang mendalam dan mengembangkan kemampuan berpikirnya.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 19 Seluma Desa Puguk Kecamatan Seluma Utara Kabupaten Seluma.
Teknik Pengumpulan Data
Sebelum melakukan penelitian tindakan, terlebih dahulu dilakukan wawancara terstruktur dengan guru bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 19 Seluma untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran memahami cerita pendek yang dilakukan selama ini dan untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan. data untuk melakukan penelitian. Selain itu, wawancara diarahkan kepada siswa untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan guru dalam mengajar bahasa Indonesia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan dan alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, atau kecerdasan.
Pemberian pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan atau pembelajaran terhadap materi tersebut. Sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan atau intervensi.
Instrumen Penelitian
Tes yang digunakan dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa soal uraian 37 Tes adalah cara atau prosedur yang harus dilakukan dalam rangka pengukuran atau evaluasi di bidang pendidikan, berupa soal-soal yang harus dijawab untuk memperoleh data. . untuk tingkat kemampuan memahami unsur internal dan eksternal cerpen. Dokumentasi, yaitu mencari data tentang masalah atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, risalah rapat, kalender, agenda, dan sebagainya38. Dokumentasi ini dikumpulkan untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa dalam memahami cerpen sebelum melakukan penelitian.
Prosedur Penelitian
Kegiatan observasi ini dilakukan selama pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dan siswa dalam memahami cerpen. Aktivitas guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer yang menjadi observer selama penelitian yaitu Bpk. Tindakan kedua ini dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam memahami cerpen. Hal ini juga dilakukan dengan melengkapi lembar observasi dan refleksi.
Kegiatan observasi ini dilakukan selama pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa diamati oleh 2 orang observer, selama pembelajaran dilakukan oleh Bapak Fenrio Guta Galung, S.Pd, Wali Kelas V SD Negeri 19 Seluma dan Ibu Rosmida, S.Pd.
Teknik Analisis Data
Hasil tes (hasil menulis) dianalisis dengan mencari rata-rata dan persentase ketuntasan kelas, sedangkan metode analisisnya adalah sebagai berikut.
Definisi Operasional
- Kriteria Keberhasilan Tindakan
Survey awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran cerpen dan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami unsur-unsur internal cerpen. Kedisiplinan dan Kemauan Siswa Mengikuti Kelas Penilaian Cerpen Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran, ditemukan bahwa siswa kurang disiplin dan siap mengikuti pelajaran. Siswa masih kesulitan mengidentifikasi unsur-unsur internal cerpen dan menceritakan kembali cerpen yang dibacanya.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka perlu diperhatikan beberapa hal untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran evaluasi cerpen pada jenjang SD/MI. Peneliti lain diharapkan mampu menciptakan model pembelajaran baru yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan keterampilan apresiasi cerpen siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kegiatan Belajar Mengajar
Guru SD Negeri 19 Seluma telah menempatkan siswa sebagai subjek dan objek dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana kurikulum yang telah disusun sebelumnya, peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang disebutkan dalam kurikulum K13. Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 19 Seluma menggunakan sistem pengajaran di kelas dan guru untuk mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran agama, olahraga kesehatan dan seni.
Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi pra tindakan, guru hanya menggunakan cerita pendek yang termasuk dalam teks siswa. Dengan kata lain, guru hanya mengandalkan materi yang terdapat dalam teks atau buku pedoman untuk menentukan materi cerpen. Ketika guru meminta siswa untuk menceritakan kembali cerpen di depan kelas, banyak yang bingung dan menceritakan cerpen dengan alur yang dilewati.
Dari hasil observasi, wawancara dan pre-test yang dilakukan pada survei awal, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengevaluasi cerpen masih rendah, terutama dalam memahami unsur internal dan penceritaan kembali cerpen. Dari hasil pretest di atas, sebaiknya segera diambil solusi sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kemampuan evaluasi cerpen agar dapat diambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian
Akhir pembelajaran juga ditandai dengan pemberian lembar penilaian siswa kepada guru dan jurnal siswa. Berdasarkan grafik skor di atas terlihat bahwa terdapat beberapa siswa yang tidak mencapai KKM setelah menerapkan model Taba (Inductive Thinking) pada materi apresiasi Cerpen mata pelajaran Bahasa Indonesia. Terlihat bahwa terdapat 7 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 60, 4 siswa mendapat nilai 76 (KKM), 3 siswa mendapat nilai 78, 12 siswa mendapat nilai 80, dan 2 siswa. mendapat skor 85.
Terlihat bahwa terdapat 8 siswa dengan nilai 78, 8 siswa dengan nilai 80, 7 siswa dengan nilai 85 dan 5 dengan nilai 90. Keseriusan dan konsentrasi siswa meningkat, meskipun masih ada siswa yang masih berbicara dengan diri.
Pembahasan Hasil Penelitian
Keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menjelaskan materi dengan menerapkan Model Taba (Inductive Thinking) sudah baik. Dengan model Taba (Inductive Thinking) siswa lebih mudah mengevaluasi cerpen terutama dalam menganalisis unsur-unsur internal dan menceritakan kembali isi cerita yang dibaca. dalam pembelajaran siswa dan memberikan penjelasan tentang tujuan dan langkah 45. Dengan demikian, Model Taba (Inductive Thinking) efektif dan dapat digunakan untuk meningkatkan apresiasi cerpen pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 19 Seluma.
Penggunaan model Taba (berpikir induktif) mampu meningkatkan kualitas hasil dan proses pemahaman cerpen siswa, sehingga efektif untuk digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 19 Seluma. Namun nilai rata-rata kelas tersebut masih belum mencapai KKM. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 28 siswa yang telah mencapai KKM dari siklus I.
PENUTUP
Saran
Guru dapat mencari model pembelajaran lain yang lebih inovatif dan kreatif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar serta agar siswa tidak bosan. Siswa perlu lebih kritis dan terbuka terhadap hal-hal baru yang diberikan agar dapat mendukung proses dan hasil belajarnya di sekolah. Siswa harus mengikuti perintah guru selama penugasan memungkinkan mereka untuk meningkatkan keterampilan mereka sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.