• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE SUGESTOPEDIA PADA SISWA KELAS VIIIA TAHUN AJARAN 2020/2021 SMP MUHAMMADIYAH MAJENANG - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE SUGESTOPEDIA PADA SISWA KELAS VIIIA TAHUN AJARAN 2020/2021 SMP MUHAMMADIYAH MAJENANG - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Pada bab ini diuraikan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneiliti-peneliti sebelumnya, Hal ini bertujuan agar penelitian yang sedang dilakukan tetap terjaga relevansinya dan tidak termasuk plagiat. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengangkat mengenai kajian menulis puisi dengan menggunakan metode sugestopedia dalam bentuk skripsi. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

(Murliansyah, 2013:15-16) meneliti dengan judul “Efektifitas Metode Sugestopedia Menggunakan Musik Klasik Terhadap Minat Belajar Bahasa Inggris pada Siswa SMPN 13 Yogyakarta” Penelitian tersebut telah dimuat pada Jurnal Pendidikan Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 10 Nomor 2, (65-74). Berdasarkan hasil olah data penelitian disimpulkan bahwa metode suggestopedia menggunakan music klasik terbukti efektif untuk meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris siswa SMPN13 Yogyakarta.

(Anggaeni dan Alpian, 2018:20-22) meneliti dengan judul “Penerapan Metode Sugestopedia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V Sekolah Dasar.” Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa metode suggestopedia dapat meningkatkan kreatifitas belajar yang tinggi.

(Rendi Pebriana, 2015:13-14) meneliti dengan judul ”Peningkatan Menulis Puisi Melalui Metode Sugestopedia : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

▸ Baca selengkapnya: contoh musikalisasi puisi hatarakibachi

(2)

X SMA Negeri 1 Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2015- 2016.” Berdasarkan hasil olah data penelitian disimpulkan bahwa dekorasi ruangan yang menarik, tempat duduk yang menyenangkan, sangat berperan penting dalam metode ini.

(Engla Tivana, 2017:18-19) meneliti dengan judul “Pengaruh Metode Sugestopedia dan 4 Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa SMA" Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia.

Berdasarkan hasil olah data penelitian disimpulkan yaitu pengaruh metode sugestopedia dan motivasi belajar terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Salimpaung.

(Dewi Rismayanti Somantri, 2013:20-21) meneliti dengan judul ”Penerapan Metode Sugestopedia Berbasis Musikalisasi Puisi dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas X SMKN 1 Cipeundeuy Tahun Pelajaran 2011/2012.” Berdasarkan hasil olah data penelitian disimpulkan bahwa pengunaan metode sugestopedia dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dan terdapat perbedaan yang signifikn antara hasil kemampuan menulis karangan deskripsi siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan berupa metode sugestopedia.

(Irmawati, Devi, dan Nurhayati, 2018:17-18) meneliti dengan judul

“Pengaruh Metode Suggestopedia terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa kelas X SMA Srijaya Negara Palembang.” Berdasarkan hasil olah data penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode sugestopedia dalam pembelajaran menulis puisi bagi siswa kelas X program Ilmu Bahasa-Bahasa (IBB) cukup efektif dan

(3)

(Eti Fahriaty, 2013:12-13) meneliti dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Strategi Sugestopedia. Dalam penelitiannya diperoleh simpulan bahwa hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Pangkalpinang.”

Strategi pembelajaran sugestopedia merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memicu keberhasilan pembelajaran menulis kreatif puisi. Pada prinsipnya, strategi pembelajaran sugestopedia merupakan pembelajaran menulis dengan cara memberikan sugesti lewat musik dan stimulus kata dalam pembelajaran untuk merangsang imajinasi siswa (Prashing, 2009:75- 76).

Dalam hal ini, musik menurut (Prashing, 2009:77-78) digunakan sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema musik dan stimulus (cerita) yang diberikan. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa puisi merupakan suatu ungkapan perasaan penulis itu sendiri, ungkapan perasaan itu bisa berupa perasaan kagum, benci, rindu, bahagia, sedih yang diungkapkan dengan kata-kata yang puitis (indah).

B. Kajian Teori

1. Hakikat Metode Pembelajaran

Istilah “metode” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pembelajaran, istilah metode diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

(4)

belajar. Konsep pembelajaran menurut (Corey Sagala, 2010:61-62) adalah ”suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Lingkungan belajar hendaknya dikelola dengan baik karena pembelajaran memiliki peranan penting dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat (Sagala, 2010:61-61) bahwa pembelajaran adalah ”membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”.

Konsep model pembalajaran menurut (Trianto, 2010:51-52), menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Sedangkan model pembelajaran menurut (Djamarah SB, 2006:46-47) mengatakan bahwa suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi atau proses penyampaian pesan. Proses ini harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Untuk mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses komunikasi, diperlukan sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang digunakan adalah media pembelajaran. Media adalah suatu alat yang

(5)

dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak. Media berfungsi untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

Berdasarkan pembahasan mengenai model pembelajaran di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses belajar yang tersusun secara sistematis sehingga tercipta perubahan perilaku individu yang baik dan menciptakan di dalam kelas yaitu antara guru dan murid terjadi feed back (umpan balik) sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu dan memfasilitasi murid dalam mempelajari atau memahami suatu pengetahuan baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

2. Metode Sugestopedia

Menurut (Stevick dalam Richards & Rodgers, 2006:100-101), (Tarigan, 2009:89-90) mengatakan bahwa metode sugestopedia merupakan seperangkat rekomendasi pembelajaran yang diturunkan dari sugestologi yang dimaksudkan oleh Lozanov sebagai suatu ilmu pengetahuan mengenai telaah bersistem terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak rasional atau tidak sadar yang secara konstan ditanggapi oleh insan manusia. Metode yang telah peneliti pilih dalam kegiatan peningkatan menulis puisi yaitu metode sugestopedia, metode sugestopedia menurut wikipedia berawal dari metode sugestology atau sugestopedia. Landasan yang paling dasar dari metode sugestopedia adalah manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan sugesti. Faktor sugesti yang utama adalah pendekatan

(6)

yang digunakan guru, kewibawaan, dan wewenang guru yang menerapkan pendekatan itu, juga kepercayaan dari pihak siswa terhadap gurunya.

Dikatakan kembali oleh G. Lozanov, seorang psikiater dan pendidik asal Bulgaria yang terkutip dalam jurnal karya (Fahrianty, 2013:12-13) dengan judul International Seminar on Quality and Afforrdable Education (ISQAE)

bahwasanya pengajaran menggunakan metode sugestopedia memiliki empat prinsip dasar untuk mencapai kesuksesan dalam pemmbelajan. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut, (1) Adanya kelas yang kondusif. Ruang belajar ditata dengan menggunakan karpet untuk siswa belajar “lesehan”. (2) Adanya musik. Berdasarkan teknik superlening music yang temponya lambat dapat menurunkan gelombang otak dan detak jantung sehingga memicu reaksi yang lebih dalam. (3) Adanya relaksasi. Siswa diajak melakukan relaksasi dengan teknik utama menarik napas dalam-dalam dan menahannya di perut serta menghembuskannya lewat mulut. Di samping itu siswa diajak konsentrasi dan memusatkan pikiran dengan membayangkan sesuatu. (4) Adanya penghilang sugesti negatif. Guru berusaha meningkatkan motivasi siswa dengan cara menyatakan bahwa siswa harus menghilangkan perasaan tidak mampu.

Penerapan pembelajaran menulis dengan metode sugestopedia memiliki kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pemilihan lagu yang bersyair puitis membantu para siswa memperoleh model dalam pembelajaran kosakata. Pengembangan kosakata disini mengandung pengertian lebih dari sekedar penambahan kosakata baru, tetapi lebih pada penempatan konsep-konsep baru dalam tatanan yang lebih baik atau ke dalaman

(7)

susunan-susunan tambah. Sugesti yang diberikan melalui pemutaran lagu dapat merangsang dan mengondisikan siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat memberikan respon yang bersifat positif. Penggunaan metode sugesti imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat keterampilan menyimak yang rendah. Stimulus yang disampaikan secara lisan menghendaki adanya keterampilan yang baik.

a. Tahapan-Tahapan Metode Sugestopedia

Menurut (G. Lozanov dalam Fahriaty Eti, 2013:91-92) menjelaskan 4 tahap dalam suggestopedia yaitu:

1) Presentasi

Dalam tahap ini siswa dibuat rileks dan diberi sugesti positif (saran bukan hipnotis) bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.

2) Aktif Konser

Kegiatan yang aktif antara guru dan murid dalam belajar. Aktif konser digunakan untuk memperkenalkan materi baru. Materi dibacakan secara dramatik pada para pelajar selagi musik diputar sebagai latarnya, biasanya dengan musik klasik atau romantik.

3) Pengulangan Pasif

Guru memberi kesempatan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dalam tahap aktif konser. Alunan musik dapat diperdengarkan dalam tahap ini.

4) Latihan

Dapat digunakan permainan, untuk mengulang dan menggabungkan apa yang dipelajari. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan empat

(8)

komponen persiapan di dalam kelas agar tercipta suasana yang menggembirakan dan proses belajar mengajar yang efektif.

Berdasarkan pemaparan oleh para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan arti bahwa sejatinya metode sugestopedia adalah metode pembelajaran bahasa dengan cara memberikan sugesti melalui lagu untuk merangsang imajinasi siswa. Pembelajaran bahasa yang ditunjukkan adalah bagaimana siswa menulis sebuah cerita pendek berdasarkan imajinasinya.

Lebih singkatnya, metode sugestopedia merupakan metode yang menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman dengan cara memberikan sugesti melalui lagu untuk merangsang imajinasi siswa. Apabila siswa sudah tersugesti maka mereka dapat dengan mudah berimajinasi atas peristiwa yang dialami orang lain. Lagu berfungsi sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian atau peristiwa berdasarkan tema lagu.

3. Hakikat Puisi

Sebagai wujud komunikasi tidak langsung yang menekankan pada ekspresi diri, emosi, gagasan, atau ide, kemampuan menulis puisi harus didukung oleh pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisan puisi. Menurut (Rondiyah et al 2017) dalam karyanya yang berjudul “Pembelajaran Sastra Melalui Bahasa dan Budaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Kebangsaan di Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)” mengatakan bahwa karya sastra adalah dunia dalam kata. Setiap pembaca karya sastra mempunyai persepsi yang berubah-ubah.

Tanpa adanya persepsi yang berubah-ubah karya sastra hanyalah artefak tanpa

(9)

makna. Secara etimologis kata puisi berasal dari Bahasa Yunani poeima yang berarti membuat atau poeisis yang berarti pembuatan, dalam Bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan karena seseorang dapat menciptakan dunia baru / makna dalam puisi tersebut, baik secara batiniah maupun lahiria.

Sedangkan menurut Mustika dan Lestari (2017) menjelaskan puisi adalah salah satu bentuk karya sastra, yang merupakan kemampuan mewujudkan gagasan yang dilakukan secara tertulis dengan bahasa yang padat dan ekspresif. Saat menulis puisi, siswa dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, serta pengalamannya secara puitis. Guru dapat membantu serta membimbing siswa untuk memunculkan dan mengembangkan suatu gagasan, lalu mengorganisasikan menjadi puisi sederhana. Proses menulis puisi dapat dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap pencarian ide, tahap perenungan, tahap penulisan, dan tahap perbaikan atau revisi. Tahap pencarian ide dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian, peristiwa, pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).

a. Unsur-Unsur yang Membangun Puisi

Menurut (Samuel Taylor Colerige Pradopo, 2005:6-7), mengemukakan bahwa unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin puisi. Berikut penjelasannya:

1) Struktur Fisik

a) Perwajahan Puisi (Tipografi)

(10)

Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi.

Menurut (Sudiana, 2001:2), tipografi dapat memiliki pengertian luas, yang meliputi penataan dan pola halaman, atau juga setiap barang cetak. Pengertian yang lebih sempit juga hanya meliputi pemilihan, penataan, dan berbagai hal yang bertalian pengaturan baris-baris susunan huruf, tidak termasuk ilustrasi dan unsur lain bukan huruf pada halaman cetak.

b) Diksi

Diksi adalah pilihan kata, menurut (Wahyudi Siswanto, 2008:108), lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermat- cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

c) Pengimajian (Citraan)

Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk, menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji.

Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap gambarannya di alam pikir pembaca puisi. Menurut (Rachmat Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi, 2012:63), imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan

(11)

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Jabrohim mengungkapkan bahwa citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan. Maksud dari kepuitisan itu di antaranya adalah keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran.

d) Kata Konkret

Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu dapat menyarang kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi. Menurut (Jabrohim, 2009:41), kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji.

e) Gaya Bahasa

Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan

(12)

sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Menurut (Gorys Keraf, 2002:113) gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

Lebih lanjut disebutkan bahwa sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu meliputi kejujuran, sopan- santun, dan menarik.

f) Rima (Irama)

Persamaan bunyi dalam penyampaian puisi dari awal hingga akhir puisi. Menurut (Waluyo, 2002:1), berkata bahwa rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca.

2) Struktur Batin Puisi a) Tema

Menurut (Waluyo, 1987:106), tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.

(13)

b) Rasa

Menurut (Siswanto, 2008:124) rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan pikologis, serta pengetahuan. Contoh, puisi Toto Sudarto Bachtiar dalam Gadis Peminta-minta, menyikapi pengemis kecil dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang.

c) Nada

Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca. Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca. Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara (dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan

(14)

pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

d) Amanat (Pesan)

Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata- kata yang disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.

Maka dari itu, menulis puisi memerlukan beberapa kemampuan, misalnya kemampuan memunculkan suatu gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, mengembangkan kemampuan berupaya dalam pemilihan kata, serta mengkoorganisasikannya menjadi puisi yang bermakna dan dapat didefinisikan bahwa puisi adalah ragam karya sastra yang menggunakan bahasa atau peristiwa kebahasaan sebagai mediumnya sebagai usaha untuk mengekspresikan kepribadian pengarang yang mungkin berisikan pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisk maupun batin.

4. Menulis Puisi

Proses pembelajaran yang berlangsung dengan suasana yang menyenangkan, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang membanggakan.

Apabila seorang guru menyajikan dengan metode pembelajaran yang lain daripada biasanya, siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut akan menjadi

(15)

antusias pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, kegiatan menulis bukanlah sesuatu yang harus ditakuti oleh siswa khususnya pada pembelajaran menulis puisi. Metode yang digunakan yaitu dengan menerapkan konsep sugestopedia. Melalui metode sugestopedia siswa dapat berlatih menulis puisi dengan cara mengkondisikan siswa dengan sugesti sehingga siswa dalam keadaan yang nyaman dan larut dalam keadaan yang sesuai dengan disugestikan.

Dalam keadaan ini, siswa mudah untuk menemukan kata-kata dalam puisi.

Menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran ke dalam bentuk tulisan. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami yang dikomunikasikan penulis. Menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang menggambarkan suatu symbol yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca serta memahami lambang- lambang grafik tersebut disebut menulis (Tarigan 1982:22).

Menurut (Samuel Taylor Colerige Pradopo, 2005:6) mengemukakan bahwa puisi itu kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair Penyair pemilihan kata-kata yang tepat dan disusun secara baik, misalnya selaras, simetris, antara satu bait dengan bait lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa menulis puisi perlu keterampilan dalam berbahasa terutama keterampilan dalam memilih kata dan menyusun kata sehingga menghasilkan puisi yang indah. Selain mengemukakan gagasan atau informasi, menulis juga bertujuan untuk membuat kenangan dalam hidup kita, sebagaimana yang dikatakan Bambang Suharjono dalam bukunya, “Sukses Menjadi Penulis”

mengatakan menulis adalah upaya untuk menciptakan keabadian, dalam artian

(16)

seorang bisa meninggalkan kemanfaatan dalam jangka panjang. Menulis sama halnya dengan kegiatan melukis, karena keduanya adalah proses. Menulis dalam prosesnya akan menggunakan kedua belahan otak, di mana kedua otak tersebut saling mengaitkan antara kata dengan kata, kalimat, paragraf sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, indah, dan mudah dipahami. Menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau tulisan yang bermakna.

Disisi lain, sugestopedia adalah metode pengajaran yang didasarkan pada proses cara berpikir dan bertindak tentang bagaimana otak manusia bekerja dan bagaimana kita belajar paling efektif. Suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sugesti (Richard, J dan Rodgers, T.S. 1993:142).

Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang menarik merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan dan siswa lebih jelas dalam menerima materi pembelajaran, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Oleh karena itu, pengoptimalisasian metode dalam pembelajaran menulis puisi yang dilakukan oleh guru sangatlah diperlukan.

Dalam penelitian ini penulis menerapkan metode sugestopedia sebagai alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran menulis puisi bagi siswa Sekolah Menengah Pertama khususnya kelas VIIIA. Dengan begitu, menulis bukanlah pelajaran yang harus ditakuti lagi oleh siswa khususnya pembelajaran menulis puisi.

(17)

C. Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Sugestopedia

Puisi adalah bentuk kesusatraan yang paling tua. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan karya-karya besar, namun ternyata puisi juga sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. (Waluyo, 1995:25) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonstrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Pembelajaran menulis puisi di SMP, khususnya di kelas VIII belum sepenuhnya menerapkan pola pembelajaran “sastra” yang ideal sehingga hasil dari pembelajaran itu sendiri tidak optimal. Selain itu, ketidakefektifan siswa dalam menulis puisi adalah kurang tepatnya strategi ataupun metode guru dalam proses pembelajaran. Salah satu metode yang ingin digunakan peneliti dalam penelitiannya, adalah metode sugestopedia.

Pada prinsipnya, metode pembelajaran sugestopedia merupakan pembelajaran menulis dengan cara memberikan sugesti lewat musik dan stimulus kata dalam pembelajaran untuk merangsang imajinasi siswa (Rachmat Djoko Pradopo, 2012:98). Dalam hal ini, musik digunakan sebagai pemicu untuk menghadirkan suasana santai, sehingga dalam proses pembelajaran menulis puisi, siswa merasa rileks dan tidak tegang. Siswa akan terbawa suasana sesuai dengan tema musik yang diperdengarkan dan stimulus kata yang diberikan. Respon yang diharapkan pada siswa adalah, siswa mampu mengamati semua hal dalam

(18)

imajinasinya, lalu menuangkannya ke dalam bahasa yang indah dalam bentuk tulisan.

Metode sugestopedia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, proses kegitan menulis puisi dengan cara pemberian sugesti lewat alunan lagu serta rangkaian kalimat sebelum dan selama proses penulisan puisi. Metode sugestopedia dalam pembelajaran menulis puisi merupakan metode yang sangat membantu siswa mengembangkan keterampilan menulis puisi.

Metode ini, menekankan sugesti kepada siswa agar mereka memiliki kepercayaan diri bahwa mereka mampu menulis puisi.

Berdasarkan landasan teori dan landasan empiris yang dijelaskan di atas, maka dianggap perlu dilakukannya penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Metode Sugestopedia pada Siswa Kelas VIIIA SMP Muhammadiyah Majenang”.

D. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran di sekolah sangat tergantung kepada guru. Guru saat mengajar akan berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. Selama ini metode yang digunakan oleh guru berkisar pada ceramah, tanya jawab dan penugasan, sehingga akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Oleh karena itu, keberadaan sosok seorang guru sangat diharapkan untuk mewujudkan pembelajaran bahasa Indonesia yang diinginkan. Dampak yang terjadi dari sistem pembelajaran konvensional adalah siswa cenderung pasif, dalam hal penyelesaian masalah siswa kurang dapat mengkonstruksi permasalahan dengan terfokus pada formula

(19)

pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga mampu merangsang kecerdasan siswa sekaligus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Sugestopedia adalah metode pengajaran yang didasarkan kepada pemahaman modern tentang bagaimana otak manusia itu bekerja serta bagaimana kita belajar paling efektif. Sugestopedia juga merupakan suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa sebenarnya manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sebuah sugesti.

Melalui metode ini, diharapkan dapat memberikan nuansa baru, meningkatkan hasil belajar dan dapat mengantarkan siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran menulis puisi dengan baik.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Jika pembelajaran menulis puisi dilakukan dengan menggunakan metode sugestopedia dengan baik, maka kemampuan menulis puisi siswa SMP Muhammadiyah Majenang akan meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN MEDIA YOUTUBE PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERGEMPOL TAHUN AJARAN