10 PENDAHULUAN
Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan suatu negara.
Upaya untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan mutlak diperlukan. Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk menguasai bahan ajar maupun strategi pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan saat proses belajar mengajar menentukan pengembangan kompetensi seorang peserta didik.
Guru dapat berperan sebagai fasilitator untuk membantu peserta didik agar kompetensinya dapat berkembang secara maksimal.
Kegiatan siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah mendengar, mencatat materi, serta mengerjakan latihan soal yang dijelaskan dan dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa kurang dilibatkan dalam menemukan konsep sehingga pembelajaran menjadi monoton dan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Aktivitas yang relevan dalam pembelajaran seperti mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, dan saling berbagi informasi dengan teman jarang muncul, oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang tepat agar
dalam belajar Kimia tercipta situasi belajar aktif dan menyenangkan bagi siswa.
Adapun selama proses pembelajaran berlangsung dari jumlah 32 siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku, dalam evaluasi kegiatan yang dilakukan baru 10 siswa atau 31,25% tuntas belajar, sedangkan 22 siswa atau 68,75% siswa belum tuntas, dengan demikian konsep pembelajaran yang dilakukan selama ini masih perlu adanya perubahan atau perbaikan dalam pembelajaran kimia yang selama ini dilakukan.
Inovasi pembelajaran kimia yang dilakukan sehingga mendorong dan mengarahkan peserta didik memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan selama ini, bukan hanya mendengar, mencatat, tetapi aktif dalam proses berpikir, dengan demikian perbaikan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh penulis adalah dengan pemanfaatan pembelajaran dengan melalui pendekatan keterampilan proses pada peserta didik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran kimia yang dilaksanakan pada siswa PADA SISWA KELAS X APHP-1 SMKN PRINGKUKU PACITAN
Evi Dhian Asmoro SMKN Pringkuku Pacitan
Abstrak
Adapun yang merupakan tujuan dari penelitian Peningkatan Prestasi Belajar Kimia Melalui Metode STAD dengan Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022. Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Penelitian dilaksanakan di SMKN Pringkuku Kabupaten Pacitan.
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2022, pada tahun pelajaran 2021/2022.Adapun yang merupakan subyek dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan.
Hasil siklus 1 dari 32 siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan dari 32 terdapat siswa 13 siswa atau 40,62 % yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 19 siswa atau 59,38% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian perlu adanya perbaikan dan tindak lanjut yang lebih. Hasil siklus 2 dari 32 terdapat siswa 25 siswa atau 78,12% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 7 siswa atau 21,88% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian pada kegiatan siklus II tidak perlu adanya perbaikan lagi karena hasil yang dicapai oleh siswa secara klasikal untuk ketuntasan di atas 75%. Dengan demikian terdapat peningkatan prestasi belajar kimia sebesar 37,50% melalui metode STAD yang dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan.
Kata Kunci: prestasi, belajar, metode STAD, keterampilan proses
kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Oleh karena itu maka proses pembelajarannya juga harus memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis melalui model pembelajaran tertentu. Dalam kurikulum 2013 ada beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan dapat menjadi perantara dalam mendukung aktivitas dan proses berpikir tingkat tinggi tersebut diantaranya model Pendekatan Keterampilan Proses pada Peserta didik Kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Kab. Pacitan
Berdasarkan pengamatan pada umumnya kegiatan PBM (Proses Belajar Mengajar) belum berorientasi pada peserta didik sebagai subyek belajar melainkan masih berpusat pada guru atau (teacher centered). Akibatnya peserta didik sulit dalam belajar dan prestasi belajarnya relatif rendah, khususnya hasil tes/evaluasi yang dilakukan lebih, hal ini menunjukkan kurangnya pendekatan keterampilan proses khususnya melalui metode eksperimen. Prestasi belajar oleh sebagian besar peserta didik sering dianggap hanya ditentukan oleh faktor kognitif saja sedangkan afektif dan praktik dikesampingkan. Hal ini sebagai akibat pendekatan pembelajaran yang hanya berorientasi pada faktor prestasi aspek kognitif saja. Rendahnya hasil evaluasi pembelajaran kimia yang dilakukan hanya didominasi faktor kognitif saja. Melalui pendekatan keterampilan proses diharapkan mampu mengembangkan kompetensi peserta didik secara utuh.
Teori Belajar
Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep melainkan harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Anak belajar dari melakukan sendiri, mencatat pola-pola bermakna dari pengetahuan yang baru dan bukan diberi informasi oleh guru. Pembelajaran kontekstual efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat dari diri peserta didik. Beberapa teori yang melandasi proses pembelajaran kimia diantaranya: 1) teori pembelajaran konstruktivisme; 2) teori Piaget; 3) teori Vygosky.
Pendekatan konstruktivis menerapkan pembelajaran secara kooperatif agar peserta didik dapat menemukan pemahaman konsep lebih mudah jika diantara mereka saling terjadi komunikasi secara aktif. Abdurrohman dan Bintoro (2000: 78) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, asih dan asuh antar sesama peserta didik sebagai latihan hidup
di dalam masyarakat nyata. Bentuk pendekatan pembelajaran kooperatif yang dipandang paling sederhana adalah metode STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Stu- dent Teams Achievement Divisions).
Kegiatan proses belajar mengajar dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan peralatan laboratorium, bahan dan media yang lain. Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dari pembelajaran kooperatif. Guru dapat menggunakan metode tersebut untuk pendekatan keterampilan proses maupun pendekatan konsep.
Di dalam kelas guru dapat membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok dimana tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang yang bersifat homogen. Tiap anggota suatu tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian bekerja sama untuk saling membantu menguasai materi pembelajaran melalui tanya jawab maupun diskusi kelompok. Tiap peserta didik dan tiap tim diberikan penilaian atas penguasaannya terhadap bahan ajar dan kepada peserta didik secara individu maupun kelompok yang meraih prestasi tinggi diberikan penghargaan sebagai Good Team, Great Team maupun Super Team.
Hal hal yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam menggunakan metode eksperimen, antara lain: a) Menetapkan tujuan eksperimen.
b) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan sesuai LKS. c) Membagi kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik. d) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang penggunaan alat dan bahan secara benar, khususnya bahan bahan yang berbahaya. e). Memperhatikan dan membimbing peserta didik selama kegiatan eksperimen berlangsung.
Adapun ciri-ciri Pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Peserta didik belajar dalam kelompok- kelompok kerja yang dibentuk oleh guru untuk menuntaskan materi pembelajarannya.
2. Kelompok peserta didik dibentuk secara homogen, baik prestasi akademiknya maupun jenis kelamin serta ras dan etniknya.
3. Penghargaan diberikan secara kelompok, bukan mengutamakan individunya.
Beberapa langkah langkah yang harus dilakukan pada pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Guru menyampaikan semua tujuan pem- belajaran yang ingin dicapai pada kegiatan KBM serta memotivasi peserta didik agar belajar dengan baik.
2. Guru memberikan informasi kepada peserta didik dengan jalan pemodelan atau melalui bahan bacaan yang tersedia, misalnya LKS.
3. Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan kegiatan secara efektif dan efisien.
4. Guru selalu membimbing dan mendapingi kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar peserta didik melalui perangkat yang telah disiapkan sebelumnya atau menunjuk masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya.
6. Guru mencari berbagai cara untuk mem- berikan penghargaan terhadap usaha dan hasil kerja peserta didik secara individu maupun kelompok.
Metode STAD dengan pendekatan kete- rampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny,1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Dalam pembelajaran kimia, pendekatan keterampilan proses ini sangat cocok digunakan.
Struktur dalam pembelajaran kimia yang berpola deduktif kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan, kadang-kadang dapat digunakan pengamatan, pengukuran, intuisi, imajinasi, penerkaan, observasi, induksi bahkan mungkin dengan mencoba-coba. Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi, karena banyak objek matematika yang dikembangkan secara intuitif atau induktif.
Metode STAD melalui pendekatan ke- terampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali
konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar kimia menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan dalam pembelajaran kimia yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah:
1. siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
2. siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3. melatih siswa untuk berpikir lebih kritis, 4. melatih siswa untuk bertanya dan terlibat
lebih aktif dalam pembelajaran,
5. mendorong siswa untuk menemukan konsep- konsep baru,
6. memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan.
Padahal di dalam pembelajaran kimia, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan pelajaran kimia dalam berbagai bentuk seperti unsur-unsur kimia, adanya larutan dan reaksi kimia dan lain-lain.
Dengan demikian, penerapan pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip tentang pendekatan tersebut menjadi hal mutlak yang harus di pahami dalam pembelajaran kimia. Satu hal yang harus kita sepakati bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran kimia yang dilakukan juga diarahkan pada bagaimana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terpenuhi baik bagi siswa, guru dan sekolah.
METODE
Penelitian dilaksanakan di SMKN Pringkuku Kabupaten Pacitan. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2022, pada tahun pelajaran 2021/2022. Adapun yang merupakan subyek darik kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan.
Instrumen penelitian meliputi:
1. Pedoman Observasi antara lain: 1) Format pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif STAD. 2) Format pengamatan keterampilan proses peserta didik. 3) Angket Respon Peserta didik terhadap KBM. Catatan temuan lapangan.
2. Perangkat pembelajaran
3. Lembar Kerja Peserta didik (LKS) 4. Perangkat evaluasi belajar 5. Daftar Nilai Peserta didik
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing- masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok.
Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi. Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. Data hasil observasi, ataupun catatan guru dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan skor individu dan kelompok dengan tes atau kuis sebelumnya.
Analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif. Prosedur analisa data secara garis besar dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang telah dikum- pulkan dengan cara menganalisa, mensintesis, menafsirkan, menerangkan dan menarik simpulan.
2. Mereduksi data yang di dalamnya melibat- kan kegiatan pengkategorian dan peng- klasifikasian. Selanjutnya diperoleh pola- pola dan kecenderungan yang berlaku dalam pembelajaran melalui metode eksperimen maupun noneksperimen.
3. Menyimpulkan dan memverifikasi hasil dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir dan pada tahap selanjutnya dilakukan verifikasi atau pengujian terhadap hasil temuan penelitian.
Indikator Keberhasilan adalah:
1. Terdapat peningkatan prestasi dan minat belajar peserta didik pada setiap siklus I dan II dan terjadinya peningkatan pada siklus ke-2 secara klasikal siswa tuntas >75%.
2. Peningkatan pengelolaan pembelajaran guru untuk meningkatkan keterampilan proses peserta didik.
3. Secara klasikal siswa dalam mengikuti tes/
evaluasi pembelajaran kimia yang dilakukan memperoleh nilai di atas 75.
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adapun pada penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus kegiatan, dengan meningkatkan hasil prestasi belajar meliputi aspek penilaian kognitif, afektif dan praktik. Adapun masing-masing siklus penelitian yang dilakukan meliputi:
1. Planning (Perencanaan), dilaksanakan pada minggu ke-2 s/d ke-4 bulan Januari 2022.
2. Acting (Tindakan), siklus I dilaksanakan pada minggu ke-1 bulan Februari 2016 sedangkan siklus II pada minggu ke-3 bulan Februari 2022.
3. Observing (Pengamatan) 4. Reflecting (Refleksi)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Siklus 1 Perencanaan
Pada Siklus Pertama sesuai dengan Rencana Tindakan, pada bulan Januari 2022 minggu ke- 2, peneliti memulai tahap perencanaan. Materi pembelajaran Hidrolisis Garam, meliputi garam yang terhidrolisis sebagian, total dan yang tidak terhidrolisis. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran secara umum dapat berjalan lancar sesuai dengan skenario yang telah dirumuskan dalam Rencana Pembelajaran (RPP-1).
Waktu yang telah ditetapkan untuk kegiatan 2x45 menit. Dalam pelaksanaannya ternyata masih belum menuntaskan kegiatan belajar mengajar. Tercatat ada tambahan waktu 20 menit yang dibutuhkan guru untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan.
Observasi
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada setiap siklus menggunakan instrumen, yang rincian perhitungan reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilakukan dalam pembelajaran Kimia, Adapun hasil evaluasi yang diperoleh adalah sebagai berikut dari 32 siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan dari 32 terdapat siswa 13 siswa atau 40,62% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 19 siswa atau 59,38% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian perlu adanya perbaikan dan tindak lanjut yang lebih.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1, untuk menjalin kerja sama tim yang baik sebaiknya lembar kerja peserta didik (LKS) diberikan satu untuk masing- masing kelompok. Jika diberikan kepada masing- masing peserta didik dalam kelompok maka setiap peserta didik cenderung untuk menyelesaikan LKS-nya masing-masing sehingga isi jawaban dalam menjawab soal tidak mencerminkan jawaban kelompok melainkan jawaban individu.
Siklus II Perencanaan
Pada siklus kedua menggunakan LKS noneksperimen sebagai pendekatan konsep untuk meningkat beberapa keterampilan proses peserta didik. Lembar isian data eksperimen telah disajikan pada LKS-2 sehingga untuk validasi data relatif waktunya lebih cepat. Materi pembelajaran Hidrolisis Garam meliputi penurunan persamaan tetapan hidrolisis (Kh) dan konsentrasi H+ larutan garam. Jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan melalui pembelajaran telah dicantumkan dalam RP-2. Pembagian kelompok tetap seperti pada siklus pertama. Guru menekankan pentingnya kerja sama dalam satu kelompok untuk keberhasilan suatu tim.
Pelaksanaan
Kegiatan diskusi dalam kelompok berjalan cukup baik, hal ini adanya satu LKS dalam tiap tim sehingga masing-masing peserta didik dapat memusatkan diri satu arah menuju pada penyelesaian suatu masalah. Respons antar kelompok cukup baik sehingga validasi atas jawaban tiap masalah yang muncul dapat ditanggapi dengan baik dan dengan cepat dapat mencari jawaban yang benar atas pertanyaan dalam LKS yang sedang disajikan. Para pengamat dalam menjalankan fungsinya berjalan dengan baik, karena sebelum memulai kegiatan diberikan penjelasan atas segala sesuatu yang berkaitan dengan format pengamatan. Persoalan
yang muncul tentang pengamatan seperti pada siklus pertama sudah tidak ditemukan lagi.
Observasi
Kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah baik. Jika pada siklus pertama pada aspek pengelolaan waktu kurang baik, maka pada siklus kedua ada peningkatan, yaitu kategori baik. Guru dapat mengoperasikan pembelajaran dengan lebih baik jika dibandingkan pada siklus sebelumnya dan peserta didik menjadi lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Terjadi peningkatan skor rata rata pada tiga aspek yang diamati, yaitu Pendahuluan, kegiatan inti dan pengelolaan waktu yang meningkat cukup signifikan dari siklus sebelumnya. Adapun hasil yang dicapai adalah sebagai berikut dari 32 siswa kelas X APHP- 1 SMKN Pringkuku Pacitan dari 32 terdapat siswa 25 siswa atau 78,12% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 7 siswa atau 21,88% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian pada kegiatan siklus II tidak perlu adanya perbaikan lagi karena hasil yang dicapai oleh siswa secara klasikal untuk ketuntasan di atas 75%.
Refleksi
Berdasarkan data dari pengamat 1, 2 dan 3 secara umum bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik, dibandingkan pada siklus sebelumnya. Pada siklus kedua ada peningkatan yang signifikan tentang pengelolaan waktu, sehingga semua skenario pembelajaran dapat terlaksana sesuai rencana waktu yang tersedia. Semangat dan antusias peserta didik meningkat di samping juga ada peningkatan keterampilan proses peserta didik.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis pada masing- masing siklus maka pembahasan hasil penelitian diperoleh gambaran hasil siklus 1 dari 32 siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan dari 32 terdapat siswa 13 siswa atau 40,62 % yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 19 siswa atau 59,38% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian perlu adanya perbaikan dan tindak lanjut yang lebih. Hasil siklus 2 dari 32 terdapat siswa 25 siswa atau 78,12% yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 7 siswa atau 21,88% yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan demikian pada kegiatan siklus II tidak perlu adanya perbaikan lagi karena hasil yang dicapai oleh siswa secara klasikal untuk ketuntasan di atas 75%. Dengan demikian terdapat peningkatan prestasi belajar kimia sebesar 37,50% melalui metode STAD yang dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses
pada siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan.
PENUTUP Simpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus dapat disimpulkan bahwa:
terdapat peningkatan prestasi belajar kimia melalui metode STAD dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas X APHP-1 SMKN Pringkuku Pacitan Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022 dengan ditandai dengan demikian terdapat peningkatan prestasi belajar kimia sebesar 37,50%.
Saran
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini perlu dikembangkan dan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya, karena dengan dua siklus belum dapat diperoleh hasil secara optimal. Berdasarkan data di atas masih ada beberapa keterampilan proses peserta didik yang belum ada peningkatan secara maksimal.
2. Bagi siswa
Bagi siswa dalam mengikuti p elajaran khususnya kimia sebaiknya selalu meningkatkan wawasan pengetahuannya tentang pembelajaran yang inovatif agar peserta didiknya antusias dan merasa bermakna jika sedang melakukan kegiatan KBM. Hal ini akan berdampak yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Harnanto,2000 Panduan Belajar Peserta didik, SPORTIF, Kimia Semester Gasal, Solo: CV . Harapan Baru
Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan (action Research), Jakarta:Depdikbud
Depdikbud, 1999, Garis Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) 1994 yang disempurnakan, Jakarta: Depdikbud
Enco Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Indra Djati Sidi, 2003, Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta: Logos
Irfan Anshory, 2000, Kimia, Bandung: Erlangga Lilia Sari, Hari Firman, 1995, Kimia, Petunjuk
Guru, Jakarta: Depdikbud
Nurhadi, Yasin Burhan, Agus Gewad Senduk, 2004, Konstektual dan penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS)
Oemar Hamalik, 2000, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensinso Sardiman A.M.,1990, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Rajawali Pers
Wawang Hoetawarman, 2000, Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Peserta didik Pada Pemebelajaran Konsep Kesetimbangan Kimia di Kelas II Cawu 1 SMU Negeri 1 Jombang, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
Yatim Riyanto, 1996, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC