9
Pasta Gigi
Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi optimal dari jaringan keras dan jaringan lunak g igi, serta unsur-unsur terkait dalam rongga mulut. Kondisi ini memungkinkan seseorang untuk m akan, berbicara, dan berinteraksi sosial tanpa mengalami disfungsi, gangguan estetik, atau ketida knyamanan akibat penyakit, penyimpangan oklusi, dan kehilangan gigi. Plak adalah lapisan luna k yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dal am matriks interseluler ketika seseorang tidak menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Upaya unt uk mengendalikan plak dapat dilakukan dengan metode mekanis dan kimiawi. Salah satu cara m ekanis untuk mengendalikan plak adalah dengan menyikat gigi, sementara pengendalian kimiawi melibatkan penggunaan bahan kimia antibakteri seperti pasta gigi dan obat kumur.
Ekstrak daun sirih menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri aerob dan anaerob, termasuk bakteri yang sangat kariogenik. Umumnya daun sirih mengandung minyak atsiri hingg a 4,2%, dengan sebagian besar (60-80%) terdiri dari fenilpropana (allylbrenkatein), kavikol, kavi batol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakol, sineol, p-simol, terpinene, seskuiterpen, dan sej umlah senyawa katekin dan tannin. Xylitol bermanfaat untuk mengurangi jumlah bakteri S.muta ns, salah satu bakteri penyebab kerusakan gigi. Selain itu, xylitol juga menghambat pertumbuhan plak, mencegah keasaman plak gigi, dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi (remineralisasi).
Penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan herbal daun sirih menghasilkan penuruna n indeks plak sebesar 16,4% tergolong dalam kategori baik. Sementara itu, pasta gigi yang meng andung xylitol menunjukkan penurunan indeks plak sebesar 5% masuk dalam kategori sedang (N itasari dkk, 2022). Penurunan indeks plak pada pasta gigi herbal daun sirih ini dapat dijelaskan ol eh keunggulan kandungan ekstrak daun sirih, terutama minyak atsiri yang berperan sebagai antis eptik kuat dengan komponen fenol alami. Minyak atsiri ini mengandung kavikol, eugenol, kavib etol, tannin, dan saponin, yang memiliki sifat antiseptik dan anti jamur. Sementara pada pasta gig i xylitol, penurunan plak terjadi karena xylitol mampu mengurangi kemampuan bakteri untuk me lekat pada enamel dengan memengaruhi metabolisme bakteri.
Perkembangan bahan alam sebagai alternatif dalam pembuatan pasta gigi. Salah satunya dari tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah daun sukun (Artocarpus altilis). Daun sukun meng
9
andung berbagai metabolit sekunder, termasuk senyawa flavonoid, fenol, alkaloid, dan tanin. Pas ta gigi herbal dengan ekstrak daun sukun menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Stre ptococcus mutans. Pasta gigi dengan konsentrasi ekstrak 20% menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling optimal dalam sediaan tersebut (Yuliastri dan Prasetyo, 2019). Nilai pH dari penguji an sediaan pasta gigi herbal dengan ekstrak daun sukun menunjukkan bahwa formula tersebut sta bil dan sesuai dengan standar pH sediaan pasta gigi menurut SNI, yang berkisar antara 4,5 hingg a 10,5.
Kandungan biji pinang meliputi alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan polifenol, yang memiliki sifat sebagai agen antibakteri. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak biji pina ng (Areca catechu L.) dalam pasta gigi terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aure us. Menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi biji pinang, semakin besar daya hambat anti bakteri terhadap kedua jenis bakteri tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ningsi h, 2018) pada pengujian aktivitas antibakteri ekstrak biji pinang dengan metode maserasi mengg unakan pelarut etanol 70%. Konsentrasi ekstrak sebesar 3% menghasilkan daya hambat sebesar 1 5,49 mm yang dapat dikategorikan sebagai daya hambat yang kuat. Sementara itu, hasil penelitia n yang dilakukan oleh (Afni dkk, 2015) mengenai pengujian aktivitas antibakteri sediaan pasta gi gi ekstrak biji pinang dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dengan konsent rasi ekstrak sebesar 3% menunjukkan daya hambat sebesar 10,29 mm, juga dikategorikan sebaga i daya hambat yang kuat.