PENDAHULUAN
Join konstruksi adalah sambungan pengecoran pada beton, dimana beton yang telah mengeras (telah di cor pada beberapa waktu sebelumnya) akan disambung dengan beton segar yang baru. Untuk komponen struktural horizontal seperti balok, joist, girder, slab dan sebagainya, apabila tidak direncanakan dengan baik (well engineered) dan dilaksanakan dengan memenuhi prosedur, join konstruksi ini berpotensi melemahkan struktur atau struktur memiliki kapasitas aktual yang lebih kecil daripada kapasitas rencananya, terutama pada kapasitas gesernya. Jika ini terjadi, ada kemungkinan struktur yang tadinya didesain aman menjadi tidak aman.
Ada beberapa penyebab join konstruksi ini harus / terpaksa dilaksanakan, antara lain:
Volume pengecoran yang cukup besar sehingga memaksa proses pengecoran untuk dilaksanakan dalam beberapa tahap.
Rencana pengembangan bangunan/struktur yang memang direncanakan dalam beberapa tahap (perbesaran/perluasan bangunan, penyambungan bangunan dan sebagainya).
Kondisi cuaca yang tidak memungkinkan pengecoran secara kontinu dilaksanakan
Dll.
Dalam pelaksanaannya, praktisi teknik sipil sering sekali melakukan kesalahan / error baik dalam proses rekayasa / engineeringnya maupun dalam proses pelaksanaan / konstruksinya, dengan tidak memenuhi persyaratan‐persyaratan yang telah diatur.
Persyaratan join konstruksi telah diatur secara cukup mendetail oleh standar antara lain ACI‐318R‐08 (american concrete institute) yang juga dilengkapi dengan penjelasannya, serta juga diatur dalam SNI 2847 2013 (yang oleh sebagian praktisi struktur, ACI disebut sebagai peraturan ori, dan SNI disebut sebagai peraturan KW, karena hanya menterjemahkan dari ACI).
Dalam pembahasan ini, persyaratan‐persyaratan tersebut akan kita kupas dalam 2 bagian, yaitu persyaratan metode konstruksi dan persyaratan engineering.
PERSYARATAN METODE KONSTRUKSI
Persyaratan metode konstruksi join konstruksi yang mengatur lokasi dan perlakuan (pretreatment) permukaan beton sebelum pengecoran join konstruksi dapat dilihat pada saduran peraturan SNI 2847 2013 dan ACI 318R 08 berikut:
SNI 2847 2013
ACI‐318R‐08
ACI‐318R‐08 Commentary (Penjelasan ACI‐318R‐08)
PENJELASAN
PASAL 6.4.4
TANPA BALOK ANAK
DENGAN BALOK ANAK PERSYARATAN ENGINEERING
Sebelum pelaksanaan join konstruksi perlu dilakukan perhitungan engineering sebagaimana diatur sebagai berikut
SNI 2847 2013
ACI‐318R‐08
ACI‐318R‐08 Commentary (Penjelasan ACI‐318R‐08)
PENJELASAN
11.6.1. kapasitas geser elemen pada lokasi join konstruksi harus didesain dengan metode geser friksi, bukan dengan kapasitas geser biasa (1/6 * (f’c)^0.5 * b*d).
11.6.4.1. kapasitas geser friksi dihitung dengan persamaan 11.25 atau 11.26, dengan Avt adalah luas tulangan geser‐friksi (dowel) yang dedicated untuk geser friksi, tidak digabung/bukan tulangan lentur, geser atau torsi (dowel harus merupakan penambahan, bukan tulangan lentur/geser/torsi yang sekaligus tulangan geser friksi). Nilai μ tergantung pada kondisi permukaan beton lama yang akan disambung dengan beton baru, sesuai 11.6.4.3.
11.6.4.2. tulangan geser friksi harus membentuk sudut α terhadap bidang geser friksi, sedemikian sehingga resultan gaya‐gaya pada bidang geser friksi menyebabkan gaya tarik pada tulangan geser friksi tersebut. Jika resultan gaya menyebabkan tulangan mengalami gaya tekan, maka perhitungan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang valid. Sudut α tidak boleh lebih dari 90o.
y
perhitungan panjang penyaluran harus sesuai dengan pasal 12.2.
PENUTUP
Dalam proses konstruksi, sambungan pengecoran / join konstruksi / cold joint terkadang tidak dapat dihindari dan harus dilaksanakan disebabkan oleh banyak faktor. Namun perlu diketahui bahwa dalam pelaksanaannya, banyak kaidah‐kaidah yang perlu dipatuhi, analisis‐analisis yang perlu dilaksanakan dan pertimbangan‐pertimbangan yang perlu di tinjau, bukan semata‐mata hanya melakukan penghentian pengecoran begitu saja kemudian selanjutnya disambung lagi tanpa ada perlakuan apapun. Pekerjaan sambungan pengecoran atau join konstruksi tanpa adanya rekayasa / engineering dan penggunaan metode konstruksi yang benar dapat menjadikan struktur yang telah dididesain dengan baik dan aman menjadi tidak aman karena terjadi penurunan kualitas / kapasitas, utamanya kapasitas geser.
proseuneering dan prosedur konstruksi.
Prosedur engineering yang harus dilakukan adalah:
1. Tentukan lokasi dimana pengentian pengecoran akan dilaksanakan, dengan memenuhi persyaratan pasal 6.4, terkhusus 6.4.4 dan 6.4.5.
2. Tentukan besaran nilai Vu (gaya geser ultimit) pada lokasi rencana penghentian pengecoran, didapatkan dari hasil analisis struktur. Penenetuan nilai Vu ini harus secara komprehensif dengan memperhitungkan semua kemungkinan yang mungkin terjadi sejak fase konstruksi hingga fase layan (service) bangunan.
3. Tentukan nilai μ yang akan digunakan, sesuai dengan pasal 11.6.4.3 (permukaan dikasarkan atau tidak dikasarkan dengan sengaja).
4. Tentukan nilai Fy dan diameter tulangan geser friksi (dowel) yang akan digunakan.
5. Tentukan panjang penyaluran tertanam dowel yang dibutuhkan sesuai dengan pasal 12.2.
6. Tentukan nilai α yang akan digunakan, disesuaikan dengan geometri elemen struktur (B, H, panjang penyaluran yang dibutuhkan)
7. Tentukan luas penampang dowel (Avf) yang dibutuhkan sesuai pasal 16.4.1 atau 16.4.2.
8. Tentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan.
Prosedur konstruksi yang harus dilakukan adalah:
1. Untuk beton yang dicor terlebih dahulu:
a. Mempersiapkan bekisting, penulangan, stop cor dan pendetailan yang dibutuhkan pada lokasi geser friksi.
b. Perlu diperhatikan bahwa bekisting dalam kondisi kaku, bersih, penulangan dalam kondisi rapi dan cukup kaku
c. Stop cor disesuaikan dengan asumsi nilai μ dalam proses engineering. Jika μ = 1λ maka stop cor harus dapat menghasilkan permukaan beton yang kasar sesuai persyaratan (biasanya menggunakan kawat strimin / wire mesh). Jika μ = 0.6λ maka permukaan tidak perlu kasar.
d. Pemasangan dowel (tulangan geser friksi) pada bidang sambung join konstruksi, dengan memperhatikan jumlah, diameter dan nilai α yang diasumsikan dalam proses engineering dan panjang penyaluran yang dihasilkan dari analisis.
e. Pengecoran dilaksanakan dengan memastikan bahwa komponen‐komponen yang dipasang pada bidang sambung join konstruksi / stop cor tidak rusak atau bergeser.
f. Memberikan perlindungan pada komponen yang mudah rusak (stek tulangan dan dowel) setelah prose pengecoran agar besi tulangan tidak megalami karat.
2. Untuk beton yang akan dicor kemudian (penyambungan):
a. Permukaan join konstruksi harus dibersihkan dari semua kotoran, material lepas (loose), laitance, sisa kapur dll.
b. Permukaan beton dibasahi dengan cukup, namun tidak boleh ada genangan air
c. Pengecoran dapat dilaksanakan, perlu diperhatikan komponen pada bisang sambungan geser friksi tidak boleh rusak atau bergeser.
Dalam prakteknya, sering terjadi kesalahan dalam penyambungan beton / pelaksanaan join konstruksi.
Kesalahan yang umum terjadi antara lain:
1. Posisi join konstruksi tidak pada 1/3 tengah bentang. Bahkan banyak ditemukan posisi join konstruksi yang berada tepat dimuka kolom/tumpuan.
2. Tidak ada dowel / tulangan geser friksi yang dedicated / dikhususkan untuk menahan geser friksi, hanya ada tulangan lentur, geser dan torsi saja.
3. Tidak dilakukannya analisis geser friksi dilapangan. Jika ada penyambungan pengecoran, maka kebanyakan konsultan/kontraktor dan owner project mengasumsikan bahwa kekuatan / kapasitasnya akan sama dengan beton yang di cor monolit (ini kesalahan yang cukup fatal, karena kapasitasnya sering kali akan berkurang cukup jauh).
Kesalahan‐kesalahan ini terjadi akibat tidak adanya tenaga ahli teknis (struktural) yang mumpuni yang mampu memberikan solusi permasalahan di lapangan, ketidak tahuan stake holder / pihak‐pihak yang terlibat dalam sebuah project konstruksi dan perilaku membenarkan kebiasaan, bukan membiasakan kebenaran. Karena sejak dahulu tidak pernah dilaksanakan / tidak pernah melihat prosedur ini dilaksanakan, maka dianggap bahwa prosedur ini tidak perlu dilaksanakan.
Banyak riset yang masih harus dilaksanakan untuk lebih megetahui secara detail perilaku join konstruksi ini.
Terimakasih sudah membaca.
Mukhlis Islam
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Bengkulu.
TIDAK DALAM 1/3 TENGAH BENTANG
DI PERMUKAAN TUMPUAN
DI PERMUKAAN TUMPUAN
DI PERMUKAAN TUMPUAN