• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Tanah dalam Kehidupan

N/A
N/A
Syaharani Marwanti

Academic year: 2025

Membagikan "Pentingnya Tanah dalam Kehidupan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah sumberdaya alam yang sangat banyak manfaatnya, kita tahu tanah yang berada pada permukaan bumi tidaklah sebanding dengan banyaknya air yang ada di permukaan bumi. Banyak sekali manfaat tanah bagi makhluk hidup terutama manusia dimana dengan adanya tanah kita dapat memiliki tempat tinggal dan dapat memperoleh sumber makanan dari banyaknya hewan dan tumbuhan yang ikut serta hidup di atas tanah maupun yang hidup di dalam tanah (mikroorganisme).

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak

Organisme tanah merupakan organisme berupa flora dan fauna yang hidup di dalam tanah. Kandungan organisme tanah berkisar antara 1-10% dari total berat bahan organik kering. Flora tanah meliputi bakteri, actinomicetes, fungi, algae dan lichens. Fauna tanah berdasarkan ukurannya dibedakan atas makrofauna, mesofuna, dan mikrofauna. Fauna tanah keberadaannya dipengaruhi oleh bahan organik dalam tanah. Keberadaan dari fauna tanah tersebut dapat dijadikan ukuran kesuburan tanah. Fauna dalam tanah dapat berperan dalam penguraian bahan organik di dalam tanah.

Organisme dalam tanah terdiri dari tiga jenis berdasarkan ukurannya yaitu makro, meso dan mikro. Pada praktikum ini akan dilihat bagaimana populasi mikroba dalam tanah terlebih dahulu. Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad renik.

Mikroorganisme yang hidup pada tanah dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu ada yang patogen (berbahaya) pada manusia dan hewan dan apatogen (tidak

(2)

berbahaya). Banyak sekali keuntungan bagi kita untuk mempelajari mikrobiologi ini terutama dalam bidang pertanian karena mikroorganisme ini tidak dapat kita pisahkan dari kegiatan pertanian.

Mikroorganisme yang ada sangat melekat dalam bidang pertanian terdapat banyak peranannya baik yang menguntungkan ataupun yang dapat merugikan.

Salah satu dari sekian banyaknya Peran mikroba dalam bidang pertanian adalah seperti, mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N.

Selain berperan untuk menjaga ketersedian unsur hara yang ada dalam tanah masih banyak sekali peran mikroba dalam bidang pertanian untuk dapat mebantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan dibudidayakan dalam bidang pertanian. Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroorganisme tanah terdiri atas prokariotik (bakteri dan actinomycetes, jamur, alga), mikrofauna ( protozoa dan archezoa), mezofauna (nematoda) makrofauna (semut, cacing tanah, dan lainnya), dan mikrobiota (mycoplasma, virus, viroid dan prion).

Keberadaan dan kelimpahan mikroba di tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan kimia di daerah tersebut. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi komposisi dan fungsionalitas komunitas mikroba di tanah.

Menunjukkan bahwa pengelolaan lahan dapat mempengaruhi kelimpahan dan komposisi mikroba di tanah, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kesehatan dan produktivitas tanah.

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian di suatu daerah, diperlukan penerapan sistem pola tanam yang tepat dan kelimpahan populasi mikroba tanah yang cukup. Populasi mikroorganisme dalam tanah dapat dipengaruhi juga oleh jumlah dan jenis zat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH dan perlakuan pada tanah atau pemupukan. Mikroba didalam tanah terdiri dari bakteri, jamur, alga, protozoa, dan actinobacteria.

Salah satu mikroba yang banyak ditemukan dalam tanah adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu mikroba yang tergolong prokariot, yaitu suatu struktur sel yang tidak mempunyai inti sejati (inti yang tidak dikelilingi oleh membran inti).

Sedangkan komponen genetisnya terdapat di dalam molekul DNA tunggal yang

(3)

letaknya bebas di dalam sitoplasma. Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian m.mm dan panjang 5m besar berbentuk batang dengan lebar kurang dari satu DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organel mitokondria dan protoplas.

Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitic, saprofik,pathogen pada manusia,hewan dan tumbuhan dengan habitat yang luas. Perkembangbiakan bakteri bersifat alami tanpa bantuan manusia, namun saat ini guna untuk bidang ilmu pengetahuan dilakukan perkembangbiakan bakteri secara buatan dengan bantuan media. Media berfungsi sebagai tempat pembiakan, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan serta media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium.

Media yang digunakan untuk budidaya mikroba harus sesuai dan memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut. Nutrisi terpenting yang sangat dibutuhkan mikroorganisme dalam suatu media meliputi unsur makro dan mikro. Umumnya media yang digunakan dalam perkembangbiakan bakteri adalah media NA. Dalam pengerjaannya juga harus bersifat aseptik bekerja secara aseptik bisa meliputi sterilisasi, jadi saat pembuatan media dilakukan alat-alat yang akan digunakan harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi kontaminan.

Metode yang umumnya diterapkan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan  bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autoklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering. Kemudian kita perlu melakukan pengelolaan mikroba Pengelolaan mikroba tersebut dapat kita lakukana dengan berbagai metode namun metode yang umum digunakan adalah metode kertas cakram dan metode dual culture. Kedua metode ini umum dilakukan pengelolaan terhadap mikroba.

B. Tujuan

Adapun tujuan dilakukan praktikum biologi tanah populasi mikroba adalah untuk mengetahui jumlah dan jenis mikroorganisme yang ada di dalam tanah atau sampel tanah.

(4)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikrobiologi Tanah

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa. Perkembangan zaman yang pesat mengharuskan kita untuk mempelajari mikrobiologi dikarenakan peranna dari mikroorganisme ini sangat banyak dibutuhkan oleh makluk hidup terutama kita sebagai manusia (Aini dan Rahayu, 2015)

Populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga hijau-biru, fitoplankton, bakteri, cendawan dan aktinomisetes pada permukaan dan lapisan oleh tanah mencapai puluhan juta setiap gram tanah. Semakin tinggi populasi mikroba tanah maka semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah sehingga semakin tinggi indeks kualitas tanah. Tanah merupakan lingkungan kompleks yang ditempati oleh beraneka ragam mikroorganisme. Karakteristik lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya (Abna et al., 2020 ).

Populasi mikrobiologis tanah dibedakan dalam tiga golongan besar, yaitu: 1) Autochthonous: golongan ini dapat dikatakan sebagai mikroba setempat pada tanah tertentu, selalu hidup dan berkembang di tanah tersebut 2) Mikroba zimogenik:

golongan mikroba yang berkembang di bawah pengaruh perlakuan-perlakuan khusus pada tanah, seperti penambahan bahan bahan organik dan pemupukan. 3) Mikroba transient (penetap sementara): terdiri dari organisme-organisme yang ditambahkan ke dalam tanah, secara disengaja seperti dengan inokulasi leguminosa, atau yang tidak secara disengaja seperti mikroorganisme yang dapat menghasilkan penyakit tanaman dan hewan Savitri et al., 2021 ).

Mikroba yang dominan dalam tanah adalah bakteri, dimana bakteri merupakan salah satu mikroba yang tergolong prokariot, yaitu suatu struktur sel yang tidak mempunyai inti sejati (inti yang tidak dikelilingi oleh membran inti). Sedangkan komponen genetisnya terdapat di dalam molekul DNA tunggal yang letaknya bebas

(5)

di dalam sitoplasma. Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian m.mm dan panjang 5m besar berbentuk batang dengan lebar kurang dari satu DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organel mitokondria dan protoplas (Ulfayani, 2022).

B. Jenis Mikroba Tanah

Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai ± 10 km di atas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Adapula bakteri yang memiliki mirip tangkai atau tunas yang merupakan tonjolan dari sel, atau hasil pengeluaran lendir. Contoh: Hypomicrobium, Caulobacter, Prosthecomicrobium, Ancalomicrobium, Gallionella, Nevskia (Hafsan, 2014).

Bakteri memiliki ukuran yang sangat bervariasi tergantung spesiesnya, namun pada umumnya berkisar antara 0,5 – 1,0 x 2,0 – 5 μm. Artinya untuk mencapai panjang 1 cm, maka harus disusun secara memanjang sebanyak 10.000 bakteri yang panjang selnya 1 μm dari satu ujung ke ujung lainnya. Sebagai contoh bakteri Staphylococcus sp dan Streptococcus sp. yang berbentuk bola (spherical) mempunyai diameter berkisar antara 0,75 – 1,25 μm. Bakteri tifoid dan disentri yang berbentuk batang mempunyai lebar 0,5 – 1 μm dengan panjang 2 – 3 μm.

Namun demikian ukuran sel bakteri pada umumnya jarang ada yang lebih besar dari 100 μm. Oleh karena mata telanjang manusia tidak mampu melihat benda yang diameternya ( Suryani et al., 2021).

Bakteri endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfergenetik dari tanaman inangnya ke mikroba endofit. Tipe asosiasi biologis antara mikroba endofit dengan tanaman inang bervariasi dari netral, komensalisme sampai simbiosis. Pada situasi ini tanaman merupakan

(6)

sumber makanan bagi mikroba endofit dalam melengkapi siklus hidupnya (Hafsan, 2014).

Terdapat bakteri parasit obligat yang Merupakan bakteri yang berukuran paling kecil, tetapi lebih besar dari virus, yaitu 0,3x2μ. Bentuk sel pleomorfik, dapat berupa batang, kokus, atau filamen. Bakteri ini cara hidup nya sebagai parasit sejati (parasit obligat) di dalam sel jasad lain dan bersifat patogen.

Hidupnya intraselular di alam sitoplasma dan inti sel binatang dan manusia.

Oleh karena itu bakteri kelompok ini merupakan penyebab penyakit, yang biasanya ditularkan oleh vektor serangga. Contoh, Rickettsia prowazekii, Chlamydia trachomatis, Coxiella burnetiid (Ulfayani, 2022).

Bioremediasi merupakan teknik yang potensial untuk membersihkan daerah terkontaminasi bahan pencemar. Teknologi bioremediasi secara sederhana merupakan usaha untuk mengoptimalkan kemampuan alami mikroba untuk mendegradasi. Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis terbentuk dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh golongan bakteri (Ulfayani, 2022).

Pengembangan media kultur bakteri memegang peranan yang sangat penting di bidang mikrobiologi. Dengan mengisolasi suatu bakteri dan menumbuhkanya dengan media buatan kita dapat mengidentifikasi, dan mempelajari sifat suatu bakteri. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Wulandari et al., 2022).

C. Media Pertumbuhan Mikroba

Media adalah campuran nutrient atau bahan makanan yang diperlukan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk tumbuh dan berkembang. Selain unruk kultur mikroorganisme, media juga digunakan untuk isolası, inokulasi, uji fisiologi dan biokimia mikroorganisme. Media yang digunakan untuk budidaya mikroba harus sesuai dan memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut. Nutrisi terpenting yang sangat dibutuhkan mikroorganisme dalam suatu media meliputi unsur makro dan mikro, adapun unsur makro seperti oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, dan fosfor sedangkan unsur mikro seperti besi (Fe) dan magnesium (Mg) (Hendrawan et al., 2021).

(7)

Media berfungsi sebagai tempat pembiakan, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan serta media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat biokimiawi. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi ( Tuwo et al., 2022).

Media tersebut dapat berbentuk cair, padat, dan semipadat, tergantung mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium seperti bakteri adalah media Nutrient agar sedangkan media untuk menumbuhkan jamur adalah saboroud agar, oatmeal agar dan PDA (Potato Dextrose Agar). Media NA, saboroud agar, oatmeal agar merupakan media instant sedangkan media PDA merupakan media racikan dari ekstrak kentang meskipun tersedia juga dalam bentuk instant( Tuwo et al., 2022).

Sterilisasi merupakan kegiatan yang berguna untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada peralatan kultur jaringan, media kultur, dan bahan tanam yang digunakan. Sterilisasi peralatan dapat dilakukan dengan sterilisasi basah menggunakan autoklaf, sterilisasi kering menggunakan oven, sterilisasi api, dan sterilisasi menggunakan glass bead sterilizer. Sterilisasi media kultur jaringan dapat dilakukan menggunakan membran iltrasi di bawah tekanan positif dan autoklaf dengan waktu sterilisasi yang disesuaikan dengan volume cairan media ( Tuwo et al., 2022).

Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap suatu perlakuan sterilisasi seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati secara langsung spontan melainkan akan mati secara bertahap ( Savitri et al., 2021 ).

(8)

Terdapat beberapa Teknik untuk melakukan sterilisasi, yaitu pertama ada pemanasan Dampak pemanasan terhadap kematian mikroorganisme sangat tergantung kepada suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas menyebabkan enzim- enzim berhenti bekerja dan sel dapat kekurangan air. Endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap panas. Pemanasan ini dapat menggunakan api langsung seperti meengunakan Bunsen atau dapat juga menggunakan spiritus, lalu dengan api kering yang mengakibatkan Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu tinggi ( Savitri et al., 2021 ).

Metode cawan tuang (pour plate) adalah suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media yang masih cair dengan stok kultur bakteri, sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam dengan baik di permukaan agar atau di dalam agar. Dalam metode ini diperlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung (Damayanti et al., 2020)

Metode spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara pat menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat. Kedua teknik penanaman tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, keunggulan metode tuang adalah dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni, sedangkan pada metode cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam satua sel (Damayanti et al., 2020)

Adapun kekurangan pada metode cawan tuang adalah hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni, mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menjalar, memerlukan persiapan dan waktu inkubasi sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung. Sementara itu pada metode cawan sebar ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang bengkok, untuk menumbuhkan koloni secara merata, biakan justru terkontaminasi (Damayanti et al., 2020)

(9)

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pratikum kali ini dilakukan analisis Populasi Mikroba tanah pada hari Selasa/ 26 Maret 2024, di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan

1. Pembuatan Media NA Instan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan media NA Instana adalah timbangan, gelas ukur 500 ml, labu erlemenyer 500 ml, dan 1000 ml, tabung reaksi, kaca pengaduk, autoklaf, beker glass 500 ml dan 1000 ml, kompor pemanas, aquades, kapas, kain kasa, benang atau tali, alkohol 70%.

2. Sterilisasi

a. Sterilasi Secara Kimia

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada sterilisasi kimia adalah alkohol 70%, botol semprot, kertas tisu atau kain lap bersih.

b. Sterilisasi Secara Fisika

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada sterilisasi fisika adalah Cawan petri dan alat gelas lain serta media yang akan disterilisasi, kertas HVS, Plastik tahan panas, autoklaf, karet gelang, aluminium foil.

3. Pengenceran 10-5 dan 10-7

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel bakteri, aquades, tabung pengenceran, vortex, dan pipet ukur steril.

4. Teknik Pour Plate

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1 ml suspensi sel, cawan petri, media agar dan Inkubator.

C. Metode dan Cara Kerja

1. Pembuatan Media NA Instan

Ditimbang media sesuai kebutuhan ( penghitungan mengacu pada takaran yang terdapat pada kemesan), dilarutkan 20 gram bubuk atau serbuk NA/ NB instan ke dalam 1000 ml aquades, diaduk hingga serbuk larut, panaskan diatas penangas ditunggu hingga mendidih (larutan terlihat jernih), didinginkan dan

(10)

dituang pada cawan petri maupun taung reaksi seta disterilisasi dengan autoklaf.

2. Sterilisasi

a. Sterilisasi Secara Kimia

Sebelum mulai bekerja cucilah tangan dengan menggunakan air dan keringkan Di semprotkan alkohol 70% pada bagian telapak dan punggung tangan, keringkan. Bersihkan meja yang akan digunakan dari barang atau alat yang tidak dipergunakan Semprotkan alkohol 70% pada permukaan meja kerja Bersihkan sisa semprotan alkohol menggunakan kertas tissue bersih dengan arah yang sama atau searah.

b. Sterilisasi Secara Fisika

Dibungkus cawan petri dengan kertas HVS kemudian masukkan ke dalam plastik tahan panas. Alat gelas yang lain dibungkus menggunakan alumunium foil dan atau plastik tahan panas. Diisi autoklaf dengan aquades setinggi batas sarangan, masukkan alat dan bahan (media) yang akan disterilisasi. Di atur suhu sebesar 121oC, dengan tekanan 1 atm dan aturlah waktu yang akan digunakan sampai pada angka 15-20 menit. Tutup autoklaf dan pastikan dalam kondisi terpasang rapat. Pastikan lubang uap dalam keadaan tertutup (Exhaust Close), Tarik tuas power ke arah ON, lalu tekan tombol ON (push) untuk memulai sterilisasi, apabila lampu hijau menyala maka dapat dipastikan autoklaf dalam keadaan bekerja, Setelah alarm berbunyi maka tarik tuas power hingga ke titik OFF kemudian bukalah lubang uap dengan cara memutarnya kearah OPEN, Diamkan autoklaf selama 15 menit untuk mematikan bahwa uap telah keluar dan autoklaf dalam keadaan tidak panas, Bukalah tutup autoklaf dan keluarkan alat-alat yang telah steril

3. Pengenceran

Dimasukan Sampel yang mengandung bakteri ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10- 1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 (jika memakai teknik pencucian dan pengolesan maka akuades/larutannya sudah termasuk pengencer 10-1 . Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya

(11)

sampai homogeny atau menggunakan vortex. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru.

4. Teknik Pour Plate

Di Teteskan 1 ml suspensi sel kedalam cawan petri kosong yang telah steril secara aseptis, dituangkan media agar yang hangat (suhu 45 – 50 o C) ke cawan yang telah berisi suspensi bakteri tersebut dan tutup, Homogenkan campuran media dan suspensi dengan cara goyangkan atau putar cawan petri secara perlahan membentuk angka delapan (8) di atas meja yang rata dalam kondisi aseptis. Setelah agar memadat cawan petri di inkubasi dengan posisi terbalik pada suhu kamar ataupun inkubator selama 24 jam, diamati pertumbuhannya.

D. Skema Kerja

1. Skema kerja pembuatan media Natrium Agar (NA)

Ditimbang media sesuai kebutuhan (sesuai perhitungan di kemasan)

Dilarutkan 20 gram bubuk NA/NB instan ke dalam 1000 ml aquades

Diaduk hingga serbuk larut, lalu dipanaskan di atas penangas hingga mendidih

Didinginkan dan dituangkan pada cawan petri maupun tabung reaksi serta disterilisasi dengan autoklaf

2. Skema kerja sterilisasi secara kimia

disemprotkan alkohol 70 % di telapak tangan dan punggung tangan, lalu dikeringkan.

(12)

dibersihkan meja yang akan digunakan dari alat yang tidak digunakan

Disemprotkan alkohol 70 % pada permukaan meja

Dibersihkan sisa semprotan alkohol menggunakan kertas tissue bersih dengan arah yang sama atau searah

3. Skema kerja sterilisasi dengan autoklaf (Fisika)

Dibungkus cawan petri dengan kertas HVS dan dimasukkan ke dalam plastik aluminium foil, begtu juga dengan alat yang akan

disterilkan

disis autoklaf dengan aquades setinggi batas sarangan, dimasukkan alat dan bahan

Diatur suhu 121º C dengan tekanan 1 atm dan diatur waktu 15-20 menit

Ditutup autoklaf dan dipastikan tertutup rapat

dipastikan lubang uap tertutup, ditarik tuas tombol ON lalu tekan tombol ON untuk memulai sterilisasi, dan pastikan autoklaf bekerja

Setelah alarm berbunyi maka tarik tuak hingga OFF, dibuka lubang uap dengan cara memutar ke arah open

Didiamkan autoklaf selama 15 menit untuk mematikan bahwa uap

(13)

telah keluar dan autoklaf tidak panas, lalu dibuka tutup autoklaf dan keluarkan alat dan bahan yang telah steril

4. Skema kerja Pengenceran

Sampel yang mengandung bakteri dimasukkan dalam tabung pengenceran secara aseptis dengan perbandingan 1:9. Setelah sampel dimasukkan lalu dilarutkan dengan mengocoknya sampai

homogen

Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 dan dihomogenkan, begitu seterusnya hingga tingkat terakhir dan diperhatikan pipet tetes tiap tingkatan

harus berbeda.

5. Skema kerja pour plate

Diteteskan 1 ml suspensi sel ke dalam cawan petri yang telah steril

dituangkan media agar yang hangat ke cawan yang telah berisi suspensi bakteri dan ditutup

Dihomogenkan campuran media dan disuspensi dengan cara menggoyangkan atau putar cawan petri secara perlahan membentuk

angkat delapan diatas meja yang rata dalam kondisi aseptis

Setelah agar memadat, cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu kamar atau di inkubator selama 24 jam dan diamati

pertumbuhannya

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abna Marti Inherni, Mahayasih Widyaswari dan Amir Mellova. 2020. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah Di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur.

Archives Pharmacia Volume 2 Nomor 2.

Aini, N. and Rahayu, T. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. pp. 861–866.

Damayanti Evi, Abadi Moh. Fairuz dan Bintari Desi Ni Wayan. 2020. Perbedaan Jumlah Bakteriuri Pada Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Kultur Mikrobiologi Menggunakan Teknik Cawan Tuang Dan Cawan Sebar.

Jurnal Meditory ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1 Hafsan. 2014. Mikrobiologi Umum. Makassar. Alauddin Press.

Hendrawan Egy, Hadi Lukman. Enawaty Eny & Rahmat Rasmawan. 2021.

Deskripsi Pengetahuan Alat – Alat Praktikum Kimia Peserta Didik. Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 3 Nomor 5 Halm 3385 – 3396.

Savitri, K., Swandari, T., dan Setyorini, T. 2021. Optimasi Teknik Sterilsasi dan Induksi Kalus Eksplan Daun Gloxinia speciosa secara In-Vitro Menggunakan BAP dan 2,4-D. Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS 5(1): 201-213.

Suryani Yani, Taupiqurrahman Opik. 2021. Mikrobiologi Dasar. LP2M UIN Bandung.

Tuwo Mustika, Tambaru Elis & Nicen Marianty. 2022. Respon Pertumbuhan Biji Jeruk Keprok Citrus reticulata Blanco Pada Beberapa Teknik Sterilisasi.

Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2), 32 – 39.

Wulandari Sri, Sholihatun Nisa Yonita, & Taryono. 2021. Sterilisasi Peralatan Dan Media Kultur Jaringan. Agrinova: Journal of Agrotechnology Innovation Volume 4 (2), 2021, 16-19.

Ulfayani Mayasari. 2022. Mikrobiologi. Jawa barat. Media sains Indonesia

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Organisme tanah tersebut menguraikan bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup sehingga menghasilkan meterial organik di

Tanah termasuk salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis

Sumber daya alam hayati merupakan sumber daya yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai sumber daya alam yang dieksploitasi, yaitu meliputi hewani

Sumber daya alam non hayati; sumber daya alam yang bukan berasal dari makhluk hidup, antara lain; bahan tambang, dan minyak bumi sinar matahari, udara, air, dan tanah..

Dokumen ini membahas tentang pentingnya bersyukur dalam kehidupan

Dokumen ini membahas tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas sumber daya

Air merupakan kebutuhan esensial bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup