THAHARAH
ALYA AULIA NABILA 2E
(1236000121)
Daftar Isi
BAB 1 PEMBAHASAN THAHARAH
BAB 2 THAHARAH DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN
BAB 3 THAHARAH DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
THAHARAH DALAM PERSPEKTIF SOSIAL
Thaharah (bersuci) menurut bahasa berarti bersih dan
membersihkan diri dari kotoran yang bersifat hissiy (inderawi) seperti najis dan kotoran yang
ma’nawi seperti cacat fisik maupun nonfisik (aib). Sedangkan menurut syara’, thaharah adalah sesuatu yang dihukumi wajib untuk
melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis lainnya.
Pengertian
Bab 1
Lanjutan Bab 1
MACAM THAHARAH
wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi untuk menghilangkan hadats besar
serta tayamum untuk
menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu
PENTINGNYA THAHARAH
Thaharah (bersuci) adalah syarat wajib yang harus
dipenuhi dan dilakukan dalam beberapa macam ibadah sebagaimana al-Quran dalam
surat al-Maidah ayat 6
ْﻢُﻜ ِﺳْوُءُﺮِﺑ اْﻮُﺤ َﺴ ْﻣاَو ِﻖِﻓاَﺮَﻤْﻟا َﱃِا ْﻢُﻜَﻳِﺪْﻳَاَو ْﻢُﻜَﻫْﻮُﺟُو اْﻮُﻠ ِﺴْﻏﺎَﻓ ِةﻮٰﻠ ﱠﺼﻟا َﱃِا ْﻢُﺘ ْﻤُﻗ اَذِا آْﻮُﻨَﻣٰا َﻦْﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡﻳَﺎٰٓﻳ
َﻦﱢﻣ ْﻢُﻜْﻨﱢﻣ ٌﺪَﺣَا َءۤﺎَﺟ ْوَا ٍﺮَﻔ َﺳ ﲆَﻋ ٰ ْوَا ﻰ ٰٓﺿْﺮﱠﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْنِاَو ۗاْوُﺮﱠﻬ ﱠﻃﺎَﻓ ﺎًﺒُﻨُﺟ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْنِاَو ِۗﻦْﻴَﺒْﻌَﻜْﻟا َﱃِا ْﻢُﻜَﻠُﺟْرَاَو ﺎَﻣ ُۗﻪْﻨﱢﻣ ْﻢُﻜْﻳِﺪْﻳَاَو ْﻢُﻜ ِﻫْﻮُﺟُﻮِﺑ اْﻮُﺤ َﺴ ْﻣﺎَﻓ ﺎًﺒﱢﻴ َﻃ اًﺪْﻴِﻌ َﺻ اْﻮُﻤﱠﻤَﻴَﺘَﻓ ًءۤﺎَﻣ اْوُﺪِﺠَﺗ ْﻢَﻠَﻓ َءۤﺎ َﺴﱢﻨﻟا ُﻢُﺘ ْﺴَﻤٰﻟ ْوَا ِﻂ ﯨۤﺎَﻐْﻟا
َنْوُﺮُﻜ ْﺸَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ٗﻪَﺘَﻤْﻌِﻧ ﱠﻢِﺘُﻴِﻟَو ْﻢُﻛَﺮﱢﻬ َﻄُﻴِﻟ ُﺪْﻳِﺮﱡﻳ ْﻦِﻜٰﻟﱠو ٍجَﺮَﺣ ْﻦﱢﻣ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﻞَﻌْﺠَﻴِﻟ ُﱣﷲ ُﺪْﻳِﺮُﻳ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat
buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air,
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.
FIRMAN ALLAH SWT DALAM SURAT
AL-MAIDAH AYAT 6
PEMBAGIAN THAHARAH
BERSUCI LAHIRIAH
Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat
tinggal, lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadats dan najis.
Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang didiami dari kotoran sampai
hilang rasa, bau dan warnanya. (QS. al- Muddassir ayat 4)
BERSUCI BATINIAH
Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin
berupa dosa dan perbuatan maksiat
seperti: iri, dengki, takabur dan sombong.
Cara membersihkannya dengan taubatan nashuha (taubat yang sungguh-sungguh),
yaitu memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulang
kembali perbuatan tersebut.
Bab 2
KEBERSIHAN BADAN
Kebersihan badan dalam kaitannya dengan ibadah mendapat porsi yang cukup luas dalam pembahasan fiqih, Pada pembahasan ini dikenal dua macam taharah, yaitu thaharah bukmiyyah dan thaharah hissiyyah. Yang pertama adalah mensucikan tubuh dari hadas dan yang khusus berkenaan dengan badan, sedangkan yang kedua adalah membersihkan kotoran dari benda-benda, seperti badan, pakaian, tempat tinggal, dan lingkungan 10 . Taharah jenis pertama dilakukan dengan cara wudu, mandi besar, ataupun tayamum, sedangkan jenis kedua dilakukan dengan cara mandi, membasuh, dan berkumur menggunakan air membersihkan tubuh, dan menggunakan sarana lainnya untuk membersihkan lingkungan
Thaharah dalam perspektif kesehatan
Lanjutan Bab 2 Pembahasan
Tidak diragukan lagi bahwasannya wudu dan mandi besar membawa dampak
kesehatan bagi tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa wudu memiliki
dampak kesehatan yang positif bagi tubuh, sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Ijaz al-Ilmi fi Al-Qur'an was Sunnah karya Abdullah bin 'Abd al-Aziz dan ‘Abdul-Jawwad as- Sawi.
KEBERSIHAN PAKAIAN, MAKANAN DAN LINGKUNGAN
Islam sangat memperhatikan kebersihan pakaian. Perintah membersihkan pakaian
didukung oleh ayat Al-Qur’an dan banyak hadis. Bahkan, kebersihan pakaian menjadi
salah satu ketentuan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ibadah seperti salat dan
haji. Dampak kesehatan dari perintah ini jelas sangat terlihat. Pakaian adalah sesuatu
yang sangat melekat dengan tubuh sehingga kebersihannya sangat diperlukan bagi
kesehatan tubuh.
Lanjutan Bab 2 Pembahasan
Demikian pula Islam memerintahkan kita memperhatikan kebersihan makanan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam (Qs.abasa: 24),
ٖۙٓﻪِﻣﺎَﻌ َﻃ ﱃِاٰ ُنﺎ َﺴْﻧِ ْﻻا ِﺮ ُﻈْﻨَﻴْﻠَﻓ
Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sebagaimana terhadap kebersihan badan dan pakaian, Islam juga mengajarkan kebersihan lingkungan seperti tempat tinggal dan tempat ibadah. Isyarat tentang kebersihan tempat
diperlihatkan oleh firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam (Qs.At-taubah/9: 103):
َﻦﻳِﺮﱢﻬ ﱠﻄُﻤْﻟا ﱡﺐِﺤُﻳ ُﱠﷲَو ۚ اوُﺮﱠﻬ َﻄَﺘَﻳ ْنَأ َنﻮﱡﺒِﺤُﻳ ٌلﺎَﺟِر ِﻪﻴِﻓ
Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Kebersihan dalam Islam bukan hanya pada jasadnya saja, Islam juga
mengajarkan dan memerintahkan kita untuk melakukan pembersihan pada jiwa kita. Al-Ghazali mengembangkan bahasa pensucian jiwa ini dengan
kata tazkiyatu al-nufus. Dari sisi medis, kesehatan jiwa merupakan sebuah kondisi dimana seseorang mengalami perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang serasi, selaras, dan optimal.
Kesehatan mental dan kesehatan Jiwa menjadi sangat penting karena
akan mempengaruhi terhadap setiap keputusan yang diambil, dan prilaku yang menjadi implementasi dari semuanya. Apabila jiwanya rusak (dibaca;
kotor) maka akan rusak juga semua prilaku dan salah juga setiap keputusan yang diambilnya.
Bab 3 Thaharah dalam perspektif psikologi
Paling tidak ada 4 hal yang Islam jelaskan untuk
membuat jiwa manusia senantiasa bersih dan jauh dari kotoran dan kerusakan. Empat hal itu adalah :
Memperkokoh ikatan dengan Allah SWT (H.R.
al-Tirmizi dan Ibnu ‘Abbas)
Meneguhkan dan menstabilkan keimanan (QS.
Ibrahim: 27)
Bersabar ketika menghadapi musibah (QS. Al- Baqarah: 177)
Bersikap Optimis (QS. Yusuf: 87)
Lanjutan Bab 3
Pembahasan
Bab 4
Manusia adalah makhluk sosial, yang pasti bergaul dan bermasyarakat. Maka Islam tidak hanya mengajarkan tata cara beribadah (hablun minallah), tetapi juga mengajarkan kepada umatnya bagaimana mengamalkan hubungan dengan masyarakatnya (hablun minannaas)
Islam sangat menekankan ummatnya untuk senantiasa berpenampilan bersih dan rapi. Hal ini sangat terlihat, terutama dalam konsep berthaharah. Bahkan
Rasulullah Saw. sangat menekankan melalui sabdanya:"Kebersihan itu sebagian dari iman.Umumnya, bahwa bahwa manusia itu ketika dalam keadaan kotor baju, pakaian dan anggota badannya, maka akan membuat “nyesek” (sempit dan tidak nyaman) jiwa dan perasaannya, juga tidak mengenakkan hati dan pandangan.
.Baik itu untuk dirinya, dan juga untuk orang-orang sekelilingnya
Thaharah dalam perspektif sosial
Lanjutan Bab 4 Pembahasan
Thaharah ini menjadikan seseorang untuk senantiasa berpenampilan bersih dan rapi, Memakai wewangian, seperti kasturi, atau minyak lain yang
menyenangkan hati, menyegarkan jiwa, mengobarkan semangat, dan
memberikan motivasi serta kekuatan Begitu juga dengan merawat rambut dengan memberinya minyak dan menyisirnya.
Demikian halnya, bila seseorang akan menghadap atasannya maka dia harus mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Ia akan pilih dan siapkan
sebersih mungkin, dan akan menghilangkan kotoran apapun, sehingga tidak akan kena marah dari atasannya itu. Bila demikian halnya penghormatan
seseorang terhadap makhluk, maka bagaimana halnya bila ia berdiri di hadapan Allah, Dzat yang menguasai alam jagat raya ini.
Daftar Pustaka
Heru G, I. S. (n.d.). THAHARAH DAN KESEHATAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN . Bandung: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Jamaluddin. (2018). FIQH AL-BI’AH RAMAH LINGKUNGAN:KONSEP THAHARAH DAN NADHAFAH DALAM MEMBANGUN BUDAYA BERSIH . Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri, Volume 29 Nomor 2 Juli-Desember 201, 23.
Shodiq.M.A. (2014). Thaharah: Makna Zawahir Dan Bawathin Dalam Bersuci . Mizan;
Jurnal Ilmu Syariah, FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA) BOGOR, Vol. 2 No. 1 (2014), 57-82.
Terima
Kasih